Anda di halaman 1dari 8

1.

 Yudisthira (Puntadewa)
Yudisthira merupakan sulung dari para Pandawa. Dia memiliki sifat jujur,
adil, sabar, taat, dan penuh percaya diri. Dikisahkan juga bahwa selama
hidupnya, Yudisthira tidak pernah berbohong. Yudisthira mahir
menggunakan tombak sebagai alat perang. Dikisahkan juga bahwa setelah
perang Baratayuda, Yudisthira adalah pemegang tahta kerajaan
Hastinapura.

2. Bima (Bimasena)
Bima adalah anak kedua dari keluarga Pandawa. Bima memiliki arti
“mengerikan” dalam bahasa sansekerta. Mungkin hal ini karena Bima
memang memiliki perawakan yang besar diantara saudaranya yang lain.
Tak heran, Bima menjadi panglima perang dalam perang Baratayuda,
memimpin tentara Pandawa. Bima diceritakan memiliki sifat gagah berani,
teguh, kuat, jujur, tabah, dan patuh. Selain itu, Bima dikenal sebagai tokoh
yang to the point, tidak suka basa-basi. Dikisahkan juga bahwa Bima adalah
titisan Bayu, dewa angin, yang menjelma menjadi Pandu saat menikahi dewi
Kunti. Bima mahir menggunakan senjata gada yang terkenal dengan nama
Rujakpala, tidak ketinggalan senjata lainnya, yaitu kuku Bima, yang
dinamakan Pancakenaka. Pada perang Baratayuda, Bima adalah tokoh
penutup perang yang berhasil membunuh Duryodana, pemimpin tertinggi
Kurawa. Bima memiliki anak dari perkawinannya dengan Dewi Arimbi yang
bernama Gatotkaca.
3. Arjuna (Wijaya)
Arjuna adalah anak ketiga. Dikisahkan Arjuna merupakan titisan dewa Indra,
raja semua Dewa. Dikisahkan Arjuna memiliki sifat mulia, cerdik, berani,
berjiwa kesatria, imannya kuat, tahan terhadap godaan duniawi, gagah
berani, dan selalu berhasil merebut kejayaan. Arjuna adalah tokoh yang
paling rupawan diantara saudara-saudaranya. Sehingga tidak heran, kalau
Arjuna sering dianalogikan sebagai lelaki yang tampan, gagah, dan gentle di
kehidupan kita sekarang. Arjuna lihai memainkan senjata panah. Dalam
perang Baratayudha, Arjuna menggunakan Pasupati, nama panahnya,
untuk membunuh Bisma, panglima besar Kurawa. Dalam perang juga,
Arjuna dikenal sebagai ksatria tanpa tanding, karena saat bertempur, Arjuna
tidak pernah sekalipun menemui kekalahan. Arjuna memiliki banyak istri
karena ketampanannya, salah satunya yang terkenal adalah dewi Srikandi
yang membantu Arjuna membunuh Bisma.
4. Nakula
Anak keempat dari Pandawa, dan lahir dari perkawinan antara Pandu
dengan dewi Madri. Nakula diceritakan memiliki sifat taat, setia, belas kasih,
tahu membalas budi, dan menyimpan rahasia. Nakula memiliki saudara
kembar, yaitu Sadewa. Nakula juga terkenal sebagai orang yang tampan,
namun tidak seperti Arjuna yang rendah hati dengan ketampanannya.
Nakula lebih membanggakan ketampanannya dan tidak mau mengalah.
Nakula lihai memainkan senjata pedang pada perang Baratayuda. Kelebihan
lainnya yang dimiliki Nakula adalah ilmu pengobatan, karena Nakula
dipercaya sebagai titisan dewa Aswin, dewa pengobatan. Selain itu, Nakula
lihai mengengendarai kuda, dan memiliki ingatan yang sangat tajam dan
tidak terbatas.
5. Sadewa
Adalah bungsu dari Pandawa lainnya. Merupakan kembaran dari Nakula.
Jika Nakula dianugerahi ketampanan, maka Sadewa dianugerahi
kepandaian, terutama dalam bidang astronomi, sehingga Sadewa memiliki
kemampuan meramal untuk masa depan. Sifat Sadewa adalah bijak dan
pandai, bahkan Yudisthira pernah berkata bahwa Sadewa memiliki
kebijaksanaan lebih tinggi daripada Wrehaspati, guru para Dewa.
Dikisahkan juga bahwa Sadewa adalah tokoh yang berhasil membunuh
Sengkuni, paman para Kurawa yang terkenal dengan kelicikannya dan
pintar menghasut. Sadewa berhasil membunuh Sengkuni dengan
kecerdikan dan kepandaian yang dia miliki. Sadewa merupakan tokoh
pendiam dalam kisah Mahabharata.
Masa kanak-kanak

Pandawa lima yang terdiri atas Yudistira, Arjuna, Bima, Nakula dan Sadewa,


memiliki saudara yang bernama Duryodana dan 99 adiknya yang
merupakan anak dari Dretarastra yang tak lain adalah paman mereka,
sekaligus Raja Hastinapura. Sewaktu kecil mereka suka bermain bersama,
tetapi Bima suka mengganggu sepupunya. Lambat laun Duryodana merasa
jengkel karena menjadi korban dan gangguan dari ejekan Bima. Suatu hari
Duryodana berpikir ia bersama adiknya mustahil untuk dapat meneruskan
tahta dinasti Kuru apabila sepupunya masih ada. Mereka semua (Pandawa
lima dan sepupu-sepupunya atau yang dikenal juga sebagai Korawa) tinggal
bersama dalam suatu kerajaan yang beribukota diHastinapura. Akhirnya
berbagai niat jahat muncul dalam benaknya untuk menyingkirkan para
Pandawa beserta ibunya.

Usaha pertama untuk menyingkirkan Pandawa

Dretarastra yang mencintai keponakannya secara berlebihan


mengangkat Yudistira sebagai putra mahkota tetapi ia langsung menyesali
perbuatannya yang terlalu terburu-buru sehingga ia tidak memikirkan
perasaan anaknya. Hal ini menyebabkan Duryodana iri hati dengan
Yudistira, ia mencoba untuk membunuh para Pandawa beserta ibu mereka
yang bernama Kunti dengan cara menyuruh mereka berlibur ke tempat
yang bernama Waranawata. Di sana terdapat bangunan yang megah, yang
telah disiapkan Duryodana untuk mereka berlibur dan akan membakar
bagunan itu di tengah malam pada saat Pandawa lima sedang terlelap tidur.
Segala sesuatunya yang sudah direncanakan Duryodana dibocorkan
oleh Widura yang merupakan paman dari Pandawa. Sebelum itu juga
Yudistira juga telah diingatkan oleh seorang petapa yang datang ke dirinya
bahwa akan ada bencana yang menimpannya oleh karena itu Yudistira pun
sudah berwaspada terhadap segala kemungkinan. Untuk pertama kalinya
Yudistira lolos dalam perangkap Duryodana dan melarikan diri ke hutan
rimba. Di hutan rimba, Pandawa bertemu dengan raksasa Hidimba, dan
adiknya Hidimbi. Hidimba dibunuh oleh Bima, lalu Hidimbi dinikahi. Dari
pernikahan tersebut, lahirlah Gatotkaca. Setelah beberapa lama, Hidimbi
dan Gatotkaca berpisah dengan para Pandawa sebab para pangeran
tersebut harus melanjutkan perjalanannya.

Para Pandawa mendapatkan Dropadi

Pandawa lima yang melarikan diri ke rimba mengetahui akan


diadakan sayembara di Kerajaan Panchala dengan syarat, barang siapa
yang dapat membidik sasaran dengan tepat boleh menikahkan putri
Raja Panchala (Drupada) yang bernama Panchali atau Dropadi. Arjuna pun
mengikuti sayembara itu dan berhasil memenangkannya, tetapi Bima yang
berkata kepada ibunya, “lihat apa yang kami bawa ibu!”. Kunti, menjawab,
“Bagi saja secara rata apa yang kalian dapat”. Karena perkataan ibunya.
Pancali pun bersuamikan lima orang.

Perselisihan antar keluarga


Bima merobek dada Dursasana dan meminum darahnya di medan perang
Kurukshetra. Lukisan dari Lahore, th. 1930-an.
Pamannya (Dretarastra) yang mengetahui bahwa Pandawa lima ternyata
belum mati pun mengundang mereka untuk kembali ke Hastinapura dan
memberikan hadiah berupa tanah dari sebagian kerajaannya, yang akhirnya
Pandawa lima membangun kota dari sebagian tanah yang diberikan
pamannya itu hingga menjadi megah dan makmur yang diberi
nama Indraprastha. Duryodana yang pernah datang ke Indraprastha iri
melihat bangunan yang begitu indah, megah dan artistik itu. Setelah pulang
ke Hastinapura ia langsung memanggil arsitek terkemuka untuk
membangun pendapa yang tidak kalah indahnya dari pendapa
di Indraprastha. Bersamaan dengan pembangunan pendapa di Hastinapura
ia pun merencanakan sesuatu untuk menjatuhkan Yudistira dan adik
adiknya. Yang pada akhirnya Yudistra pun terjebak dalam rencananya
Duryodana dan harus menjalani pengasingan selama 14 Tahun, di dalam
pengasingan itu Yudistira pun menyusun rencana untuk membalas dendam
atas penghinaan yang telah dilakukan Duryodana dan adik adiknya, yang
akhirnya memicu terjadinya perang besar antara Pandawa
dan Korawa serta sekutu-sekutunya.
Pertempuran besar di Kurukshetra
Pertempuran besar di Kurukshetra (atau lebih dikenal dengan
istilah Bharatayuddha di Indonesia) merupakan pertempuran sengit yang
berlangsung selama delapan belas hari. Pihak Pandawa maupun
pihak Korawa sama-sama memiliki ksatria-ksatria besar dan angkatan
perang yang kuat. Pasukan kedua belah pihak hampir gugur semuanya, dan
kemenangan berada di pihak Pandawa karena mereka berhasil bertahan
hidup dari pertempuran sengit tersebut. Semua Korawa gugur di tangan
mereka, kecuali Yuyutsu, satu-satunya Korawa yang memihak Pandawa
sesaat sebelum pertempuran berlangsung.

Akhir riwayat

Setelah Kresna wafat, Byasa menyarankan para Pandawa agar


meninggalkan kehidupan duniawi dan hidup sebagai pertapa. Sebelum
meninggalkan kerajaan, Yudistira menyerahkan tahta kepada Parikesit,
cucu Arjuna. Para Pandawa beserta Dropadi melakukan perjalanan terakhir
mereka di GunungHimalaya. Sebelum sampai di puncak, satu persatu dari
mereka meninggal dalam perjalanan. Hanya Yudistira yang masih bertahan
hidup dan didampingi oleh seekor anjing yang setia. Sesampainya di
puncak, Yudistira dijemput oleh Dewa Indra yang menaiki kereta kencana.
Yudistira menolak untuk mencapai surga jika harus meninggalkan
anjingnya. Karena sikap tulus yang ditunjukkan oleh Yudistira, anjing
tersebut menampakkan wujud aslinya, yaitu Dewa Dharma. Dewa Dharma
berkata bahwa Yudistira telah melewati ujian yang diberikan kepadanya
dengan tenang dan ia berhak berada di surga.
Sesampainya di surga, Yudistira terkejut karena ia tidak melihat saudara-
saudaranya, sebaliknya ia melihat Duryodana beserta sekutunya di surga.
Dewa Indra berkata bahwa saudara-saudara Yudistira berada di neraka.
Mendengar hal itu, Yudistira lebih memilih tinggal di neraka bersama
saudara-saudaranya daripada tinggal di surga. Pada saat itu, pemandangan
tiba-tiba berubah. Dewa Indra pun berkata bahwa hal tersebut merupakan
salah satu ujian yang diberikan kepadanya, dan sebenarnya saudara
Yudistira telah berada di surga. Yudistira pun mendapatkan surga.
Daftar Pustaka
http://aryansah.wordpress.com/2010/08/18/kisah-pandawa-lima/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pandawa

Anda mungkin juga menyukai