Kritavarma adalah salah seorang kepala suku dari wangsa Yadawa, Ia disebut
dalam MahaBharata, Vishnu Purana, Bhagavata and the Harivamsa. Ia lahir di
wangsa Andhaka yang masih keluarga besar Wangsa Yadawa. Ia yang juga
melakukan konspirasi terbunuhnya Mertua Khrisna saat di episode Permata
Syamantaka. Diperang ini ia memimpin pasukan Yadawa disisi Kourawa dan
membantu Aswathama membantai Prajurit Pancala dan lainnya. Seteah perang
besar Ia kembali ke kerajaannya dan kelak terbunuh oleh Satyaki ketika
musnahnya wangsa Yadawa di Mausala Parva.
Sebab Peperangan
Sama halnya dengan versi aslinya, yaitu versi MahaBharata, perang
Baratayuda merupakan puncak perselisihan antara keluarga Pandawa yang
dipimpin oleh Puntadewa (atau Yudistira) melawan sepupu mereka, yaitu para
Korawa yang dipimpin oleh Duryudana. Akan tetapi versi pewayangan menyebut
perang Baratayuda sebagai peristiwa yang sudah ditetapkan kejadiannya oleh
dewata. Konon, sebelum Pandawa dan Korawa dilahirkan, perang ini sudah
ditetapkan akan terjadi.
Bibit perselisihan antara Pandawa dan Korawa dimulai sejak orang tua
mereka masih sama-sama muda. Pandu, ayah para Pandawa suatu hari membawa
pulang tiga orang putri dari tiga negara, bernama Kunti, Gendari, dan Madrim.
Salah satu dari mereka dipersembahkan kepada Dretarastra, kakaknya yang buta.
Dretarastra memutuskan untuk memilih Gendari, sehingga membuat putri dari
Kerajaan Plasajenar itu tersinggung dan sakit hati. Ia pun bersumpah
keturunannya kelak akan menjadi musuh bebuyutan anak-anak Pandu.
Gendari dan adiknya, bernama Sengkuni, mendidik anak-anaknya yang
berjumlah seratus orang untuk selalu memusuhi anak-anak Pandu. Ketika Pandu
meninggal, anak-anaknya semakin menderita. nyawa mereka selalu diincar oleh
sepupu mereka, yaitu para Korawa. Kisah-kisah selanjutnya tidak jauh berbeda
dengan versi MahaBharata, antara lain usaha pembunuhan Pandawa dalam istana
yang terbakar, sampai perebutan Kerajaan Amarta melalui permainan dadu.
Akibat kekalahan dalam perjudian tersebut, para Pandawa harus menjalani
hukuman pengasingan di Hutan Kamiyaka selama 12 tahun, ditambah dengan
setahun menyamar sebagai orang rakyat jelata di Kerajaan Wirata. Namun setelah
masa hukuman berakhir, para Korawa menolak mengembalikan hak-hak para
Pandawa. Keputusan inilah yang membuat perang Baratayuda tidak dapat
dihindari lagi.
Kitab Jitabsara
Dalam pewayangan Jawa dikenal adanya sebuah kitab yang tidak terdapat
dalam versi MahaBharata. Kitab tersebut bernama Jitabsara berisi tentang urutan
siapa saja yang akan menjadi korban dalam perang Baratayuda. kitab ini ditulis
oleh Batara Penyarikan, atas perintah Batara Guru, raja kahyangan. Kresna raja
Kerajaan Dwarawati yang menjadi penasihat pihak Pandawa berhasil mencuri
kitab tersebut dengan menyamar sebagai seekor lebah putih. Namun, sebagai
seorang ksatria, ia tidak mengambilnya begitu saja. Batara Guru merelakan kitab
Jitabsara menjadi milik Kresna, asalkan ia selalu menjaga kerahasiaan isinya,
serta menukarnya dengan Kembang wijayakusuma, yaitu bunga pusaka milik
Kresna yang bisa digunakan untuk menghidupkan orang mati. Kresna
menyanggupinya. Sejak saat itu Kresna kehilangan kemampuannya untuk
menghidupkan orang mati, namun ia mengetahui dengan pasti siapa saja yang
akan gugur di dalam Baratayuda sesuai isi Jitabsara yang telah ditakdirkan
dewata.
Aturan Peperangan
Jalannya perang Baratayuda versi pewayangan sedikit berbeda dengan
perang versi MahaBharata. Menurut versi Jawa, pertempuran diatur sedemikian
rupa sehingga hanya tokoh-tokoh tertentu yang ditunjuk saja yang maju perang,
sedangkan yang lain menunggu giliran untuk maju. Sebagai contoh, apabila
dalam versi MahaBharata, Duryodhana sering bertemu dan terlibat pertempuran
melawan Bimasena, maka dalam pewayangan mereka hanya bertemu sekali, yaitu
pada hari terakhir di mana Duryudana tewas di tangan Bima.
Dalam pihak Pandawa yang bertugas mengatur siasat peperangan adalah
Kresna. Ia yang berhak memutuskan siapa yang harus maju, dan siapa yang harus
mundur. sementara itu di pihak Korawa semuanya diatur oleh Duryudana sendiri,
yang seringkali dilakukannya tanpa perhitungan cermat.
Pembagian babak
Di bawah ini disajikan pembagian kisah Baratayuda menurut versi
pewayangan Jawa.
Babak 1: Seta Gugur
Babak 2: Tawur (Bisma Gugur)
Babak 3: Paluhan (Bogadenta Gugur)
Babak 4: Ranjapan (Abimanyu Gugur)
Babak 5: Timpalan (Burisrawa Gugur atau Dursasana Gugur)
Babak 6: Suluhan (Gatotkaca Gugur)
Babak 7: Karna Tanding
Babak 8: Rubuhan (Duryudana Gugur)
Babak 9: Lahirnya Parikesit
Karena kisah Baratayuda yang tersebar di Indonesia dipengaruhi oleh kisah
sisipan yang tidak terdapat dalam kitab aslinya, mungkin banyak terdapat
perbedaan sesuai dengan daerah masing-masing. Meskipun demikian, inti
kisahnya sama.
Babak pertama
Dikisahkan, Bharatayuddha diawali dengan pengangkatan senapati agung
atau pimpinan perang kedua belah pihak. Pihak Pandawa mengangkat Resi Seta
sebagai pimpinan perang dengan pendamping di sayap kanan Arya Utara dan
sayap kiri Arya Wratsangka. Ketiganya terkenal ketangguhannya dan berasal dari
Kerajaan Wirata yang mendukung Pandawa. Pandawa menggunakan siasat
perang Brajatikswa yang berarti senjata tajam. Sementara di pihak Kurawa
mengangkat Bisma (Resi Bisma) sebagai pimpinan perang dengan pendamping
Pendeta Drona dan prabu Salya, raja kerajaan Mandaraka yang mendukung
Korawa. Bisma menggunakan siasat Wukirjaladri yang berarti “gunung
samudra.”
Balatentara Korawa menyerang laksana gelombang lautan yang menggulung-
gulung, sedang pasukan Pandawa yang dipimpin Resi Seta menyerang dengan
dahsyat seperti senjata yang menusuk langsung ke pusat kematian. Sementara itu
Rukmarata, putra Prabu Salya datang ke Kurukshetra untuk menonton jalannya
perang. Meski bukan anggota pasukan perang, dan berada di luar garis
peperangan, ia telah melanggar aturan perang, dengan bermaksud membunuh
Resi Seta, Pimpinan Perang Pandawa. Rukmarata memanah Resi Seta namun
panahnya tidak melukai sasaran. Setelah melihat siapa yang memanahnya, yakni
seorang pangeran muda yang berada di dalam kereta di luar garis pertempuran,
Resi Seta kemudian mendesak pasukan lawan ke arah Rukmarata. Setelah kereta
Rukmarata berada di tengah pertempuran, Resi Seta segera menghantam dengan
gada (pemukul) Kyai Pecatnyawa, hingga hancur berkeping-keping. Rukmarata,
putera mahkota Mandaraka tewas seketika.
Dalam peperangan tersebut Arya Utara gugur di tangan Prabu Salya
sedangkan Arya Wratsangka tewas oleh Pendeta Drona. Bisma dengan
bersenjatakan Aji Nagakruraya, Aji Dahana, busur Naracabala, Panah kyai
Cundarawa, serta senjata Kyai Salukat berhadapan dengan Resi Seta yang
bersenjata gada Kyai Lukitapati, pengantar kematian bagi yang mendekatinya.
Pertarungan keduanya dikisahkan sangat seimbang dan seru, hingga akhirnya
Bisma dapat menewaskan Resi Seta. Bharatayuddha babak pertama diakhiri
dengan sukacita pihak Korawa karena kematian pimpinan perang Pandawa.
Babak Kedua
Setelah Resi Seta gugur, Pandawa kemudian mengangkat Drestadyumna
(Trustajumena) sebagai pimpinan perangnya dalam perang Bharatayuddha.
Sedangkan Bisma tetap menjadi pimpinan perang Korawa. Dalam babak ini
kedua kubu berperang dengan siasat yang sama yaitu Garudanglayang (Garuda
terbang).
Dalam pertempuran ini dua anggota Korawa, Wikataboma dan kembarannya,
Bomawikata, terbunuh setelah kepala keduanya diadu oleh Bima. Sementara itu
beberapa raja sekutu Korawa juga terbunuh dalam babak ini. Diantaranya Prabu
Sumarma, raja Trigartapura tewas oleh Bima, Prabu Dirgantara terbunuh oleh
Arya Satyaki, Prabu Dirgandana tewas di tangan Arya Sangasanga (anak
Setyaki), Prabu Dirgasara dan Surasudirga tewas di tangan Gatotkaca, dan Prabu
Malawapati, raja Malawa tewas terkena panah Hrudadali milik Arjuna. Bisma
setelah melihat komandan pasukannya berguguran kemudian maju ke medan
pertempuran, mendesak maju menggempur lawan. Atas petunjuk Kresna,
Pandawa kemudian mengirim Dewi Wara Srikandi untuk maju menghadapi
Bisma. Dengan tampilnya prajurit wanita tersebut, Bisma merasa bahwa tiba
waktunya maut menjemputnya, sesuai dengan kutukan Dewi Amba yang tewas di
tangan Bisma. Bisma gugur dengan perantaraan panah Hrudadali milik Arjuna
yang dilepaskan oleh istrinya, Srikandi.