DISUSUN OLEH
NYOMAN FITRI
19.10.11.00022
SEMESTER IV REGULER
DOSEN PENGAMPU
Ni Wayan Seruni,AP.,BBA.,S.Ag.,M.Si
Daftar isi.....
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang..
2. Rumusan Masalah..
3. Tujuan Pembahasan ...
BAB II PEMBAHASAN
1. Kereta arjuna..
2. Kesedihan Aswathama..
3. Pembantaian Tengah Malam..
4. Kutukan Krisna...
5. Tokoh-tokoh dalam Sauptika Parwa
1. Kesimpulan..
2. Saran..
3. Daftar pustaka..
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
2. Mampu mengetahui siapa saja yang berperan dalam cerita Sauptika Parwa.
3. Mampu mengambil hikmah dari cerita Sauptika Parwa dari mengetahui nilai -
niali yang terkandung didalam ceritanya.
PEMBAHASAN
SAUPTIKA PARWA
1. Kereta Arjuna
Arjuna mengalihkan matanya yang penuh dengan air mata ke arah Krisna
dan berkata “ tuanku, apa yang telah aku lihat ini? Kereta keemasan yang
diberikan kepada ku oleh Agni, kereta ku yang telah kau kendarai selama ini, dan
kereta ini terbakar di mataku tanpa alasan apapun, katakanlah padaku kenapa
semua ini dapat terjadi?” Krisna berkata “ Arjuna tugasnya sudah selesai. Kereta
itu tidak di butuhkan lagi. Kereta ini telah mengambil semua astra Drona dan
Radheya. Kereta ini mampu bertahan dari Brahma sastra yang digunakan oleh
kedua orang itu dan astra Aswatthama. Tetapi aku tetap duduk di atasnya dan itu
belumlah terbakar, aku telah membuang kereta ini setelah kau mencapai apa yang
kau ingin capai. Tujuan telah tercapai kereta itu tidak di butuhkan lagi.”
Krisna berkata “ Arjuna aku merasakan hal yang sama, setiap manusia
dihadapkan pada perjalanan aneh yang penuh dengan peristiwa yang bernama
kehidupan. Manusia dikirim ke dunia ini dengan suatu tujuan. Sekali tujuan itu
telah terpenuhi bumi tidak membutuhkan dirinya lagi. Hal ini juga berlaku bagi
kita semua bahkan diriku. Aku telah menciptakan diriku dengan tujuan tertentu.
Beberapa hal harus aku lakukan. Saat semuanya telah selesai, aku juga akan mati,
dan demikian juga dengan dirimu dan saudara-saudaramu.” Krisna memberikan
selamat kepada yudistira dan memeluknya, kemudian mereka semua tidur diluar
perkemahan musuh, Yudhisthira berkata “ Krsna , perang telah berakhir dan
karena berkah-Mu kami telah memenangkan dunia ini. Tetapi aku takut.
Gandhari, ibu Duryodhana, memiliki kekuatan yang sangat besar. Ia selalu takut
pada tuhan dan selau melakukan kebenaran. Ia sangat sedih sebagai seorang ibu
yang kehilangan anaknya. Mendengar bahwa Duryodhana telah mati dengan cara
yang curang, ia mungkin akan mengutuk kita. Aku ingin kau menemuinya dan
Nilai kebijaksanaan
Ketika Arjuna bersedih melihat kereta berharganya harus hangus terbakar dimana
kereta itu sangat berarti baginya dan Krisna dengan lembut memberikan
penjelasan bijaknya apa hakikatnya fungsi suatu benda.
Krisna berkata “ Arjuna tugasnya sudah selesai. Kereta itu tidak di butuhkan lagi.
Kereta ini telah mengambil semua astra Drona dan Radheya. Kereta ini mampu
bertahan dari Brahma sastra yang digunakan oleh kedua orang itu dan astra
Aswatthama. Tetapi aku tetap duduk di atasnya dan itu belumlah terbakar, aku
telah membuang kereta ini setelah kau mencapai apa yang kau ingin capai. Tujuan
telah tercapai kereta itu tidak di butuhkan lagi.”
Krisna berkata “ Arjuna aku merasakan hal yang sama, setiap manusia
dihadapkan pada perjalanan aneh yang penuh dengan peristiwa yang bernama
kehidupan. Manusia dikirim ke dunia ini dengan suatu tujuan. Sekali tujuan itu
telah terpenuhi bumi tidak membutuhkan dirinya lagi. Hal ini juga berlaku bagi
kita semua bahkan diriku. Aku telah menciptakan diriku dengan tujuan tertentu.
Beberapa hal harus aku lakukan.
Nilai kejujuran
Meski memiliki raja yang buta Sanjaya tetap menyampaikan pesan dan cerita
dengan jujur kepada rajanya pada saat Duryodana kalah dan terluka Sanjaya
datang menemui rajanya dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi
Nilai kebenaran
Apapun yang terjadi dengan Duryodana itu adalah sebab akibat dari keputusan
yanh dibuat Arjuna menjelaskan semuanya kepada Gandari
2. Kesedihan Asvatthama
Tiga sahabat Duryodhana yang masih hidup segera menuju ke tempat itu
ketika mereka mendengar tentang keadaannya dari Sanjaya. Mereka melihat di
sana tergeletak di tanah, dengan pahanya yang patah, menahan sakitnya seperti
ular yang terinjak. Mereka segera mendekatinya. Aswatthama baru siuman,
karena baru saja ia tak sadarkan diri. Ia memegang tangannya dan berkata:”
Tuanku, rajaku, aku sangat sedih melihatmu seperti ini”. Duryodhana berkata
sekuat tenaga, ia berkata “ Sudah tersurat dalam suratan takdir bahwa akhirnya
harus seperti ini. Aku tidak menyesal, sahabatku, Takdir sangatlah kuat , tidak ada
gunanya menyalahkan orang lain”. Asvatthama bercahaya seperti api dalam
kemarahannya, dan berkata “Pandava ini telah bersembunyi dalam selubung
Dharma, mereka lebih berdosa dari pada pendosa, mereka membunuh ayahku
dengan cara yang licik, dan sekarang mereka telah membunuhmu dengan cara
yang sangat kejam dan licik. Dengarkan kata-kataku, sahabatku. Aku hari ini akan
memusnahkan semua Pancala di depan mata Krsna, dan aku akan membunuh
Pandava.
Kebenaran ini dapat di lihat dari perilaku Duryodana yang berkata pada Sanjaya,
bahwa tidak ada yang perlu disesali terhadap Semua ini karena semua yang terjadi
ini telah di surat kan untuk terjadi.
Nilai persahabatan
Tiga sahabat Duryodhana yang masih hidup segera menuju ke tempat itu ketika
mereka mendengar tentang keadaannya dari Sanjaya. Mereka melihat di sana
tergeletak di tanah, dengan pahanya yang patah, menahan sakitnya seperti ular
yang terinjak. Mereka segera mendekatinya. Aswatthama baru siuman, karena
baru saja ia tak sadarkan diri. Ia memegang tangannya dan berkata:” Tuanku,
rajaku, aku sangat sedih melihatmu seperti ini”. Duryodhana berkata sekuat
tenaga, ia berkata “ Sudah tersurat dalam suratan takdir bahwa akhirnya harus
seperti ini. Aku tidak menyesal, sahabatku, Takdir sangatlah kuat , tidak ada
gunanya menyalahkan orang lain”. Asvatthama bercahaya seperti api dalam
kemarahannya, dan berkata “Pandava ini telah bersembunyi dalam selubung
Dharma, mereka lebih berdosa dari pada pendosa, mereka membunuh ayahku
dengan cara yang licik, dan sekarang mereka telah membunuhmu dengan cara
yang sangat kejam dan licik. Dengarkan kata-kataku, sahabatku. Aku hari ini akan
memusnahkan semua Pancala di depan mata Krsna, dan aku akan membunuh
Pandava,
Ketiga orang ini bahagia karena mencapai apa yang mereka telah
inginkan, mereka segara menghampiri Duryodhana dan memberi tahu tentang apa
yang mereka lakukan di perkemahan pandava, Duryodhana sangat senang,
kemudian ia menghembuskan nafas terakhirnya dan mati.
Niilai kebenaran
Sikap Krpa dan kertawarma yang menolak ajakan Aswathama dan mengingatkan
ajakan melakukan pembantaian tengah malam oleh Aswatama itu bukan prilaku
yang baik.
Nilai kasih
Ketika mendapat kabar bahwa putra dan saudaranya mati dengan cara licik api
amarah Drupadi meluap begitu besar ,Kasih nya kepada putra putranya membuat
Drupadi kembali bersumpah . Draupadi sangat bersedih dan kesedihannya tidak
dapat dihibur, kemudian tiba-tiba ia bangkit berdiri, ia mengeringkan air matanya,
terlihat sekarang api telah berkobar dimatanya, ia berkata” Sebelum Asvatthama
terbunuh aku tidak akan makan, dan akan mati ditempat” kemudian para Pandava
menjawab bahwa Asvatthama tidak dapat Dibunuh, kemudian, Draupadi meminta
agar mereka membawakan Permata yang Asvatthama miliki,
Nilai keberanian
Bhima yang sudah terlalu marah kepada Aswatama menjadi gelap mata dan tidak
bisa berfikir baik, ia dengan berani pergi menemui Aswatama yang ia tahu sendiri
bahwa Aswatama tidak akan mudah dikalahkan karena memiliki brahmastra
4. Kutukan Krsna
Kedua Rsi berkata” Kau telah melakukan hal yang sangat keji, jika Astra
ini dikalahkan oleh Astra yang lebih kuat maka tanah ini tidak akan mendapatkan
hujan selama belasan tahun, berpikirlah yang baik tentang pandava dan tariklah
Astra itu, sebagai permintaan maaf mu pada Pandava ambilah permatamu dan
berikanlah pada Pandava, Asvatthama menolaknya, aku tidak bisa menarik Astra
ini, jika Pandava tetap ingin hidup maka Astra ini akan aku arahkan kepada
wanita hamil yang ada dikeluarga mereka, Astra ini telah dibuat untuk memasuki
( https://images.app.goo.gl/Lim8WEwHqNzFmxf26 )
Nilai kepedulian
kebenaran ini dapat dilihat pada sikap maha Rsi Vyasa yang meminta agar
Brahma Astra dari Aswatama dan Arjuna ditarik sehingga tidak terjadi benturan
karena apabila sampai terjadi benturan maka akan menghanguskan seluruh hutan
dan akan menyebabkan kekeringan
Nilai kebenaran
Karena rasa marah yang tak terkendali Aswatama tidak berfikir panjang dengan
apa yang ia buat. Rsi berkaata” Kau telah melakukan hal yang sangat keji, jika
Astra ini dikalahkan oleh Astra yang lebih kuat maka tanah ini tidak akan
mendapatkan hujan selama belasan tahun, berpikirlah yang baik tentang pandava
dan tariklah Astra itu, sebagai permintaan maaf mu pada Pandava ambilah
permatamu dan berikanlah pada Pandava,
Krsna sangat marah pada Asvatthama, dan berkata” Asvatthama kau adalah
mahluk terendah yang pernah terlahir, kau mengatakan kau akan membunuh putra
Abhimanyu, Aku akan memberikan nyawa pada anak itu, dan kau akan
melihatnya, kau dikutuk untuk hidup selamanya, kau akan berkelana didunia ini
sendiri tanpa teman, kau akan melihat anak ini dinobatkan dan mewarisi
singgasana Paurava
1. Ashwatthama ,
3. Kripacharya
4. Krisna
5. Drestadyumna
6. Pancawala,
7. Shikhandini,
8. Uttamaujas,
9. Yudhamanyu,
10. Satyaki,
11. Yuyutsu,
12. Arjuna,
13. Bhima,
16. Uttari,
18. Yudhistira
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa kita ambil dari cerita Sauptika Parwa ini adalah kisah balas
dendam dari 3 orang yang selamat dari tentara Kurawa yaitu Ashwatthama ,
Kritavarma dan Kripacharya. Ketiga orang ini menyerang tenda Pandava pada
malam hari, ketika semua orang sedang tidur, atau tidak aktif. Aswatama
membunuh beberapa prajurit dari tenda Pandawa, seperti komandan
Drestadyumna , pancawala , Shikhandini, Uttamaujas, Yudhamanyu dan beberapa
orang lainnya. Akhirnya, hanya 8 peserta perang dari tenda Pandawa , Krishna ,
Satyaki dan Yuyutsu yang bertahan hidup. Dan diakhiri dengan Krisna yang
mengutuk Aswatama bahwa ia akan hidup selamanya dan berkelana di dunia ini
tanpa teman dan akan melihat Putra Uttari dinobatkan menjadi pewaris
Singgasana Paurawa.
B. Saran
C. Daftar Pustaka
https://images.app.goo.gl/JaSYp23uYe1usVBN
https://images.app.goo.gl/qSPsHNpJBiZTARZq8
https://images.app.goo.gl/Lim8WEwHqNzFmxf26