Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SAUPTIKA PARWA

DISUSUN OLEH

NYOMAN FITRI

19.10.11.00022

SEMESTER IV REGULER

DOSEN PENGAMPU

Ni Wayan Seruni,AP.,BBA.,S.Ag.,M.Si

Pendidikan Agama Hindu

Sekolah Tinggi Agama Hindu Lampung

Bandar Lampung 2021

Sauptika Parwa Page 1


DAFTAR ISI

Daftar isi.....

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang..
2. Rumusan Masalah..
3. Tujuan Pembahasan ...

BAB II PEMBAHASAN

1. Kereta arjuna..
2. Kesedihan Aswathama..
3. Pembantaian Tengah Malam..
4. Kutukan Krisna...
5. Tokoh-tokoh dalam Sauptika Parwa

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan..
2. Saran..
3. Daftar pustaka..

Sauptika Parwa Page 2


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sauptika Parva adalah bagian ke 10 Parwa dalam Mahabarata. Sauptika Parva


merupakan kisah balas dendam dari 3 orang yang selamat dari tentara Kurawa
yaitu Ashwatthama , Kritavarma dan Kripacharya. Ketiga orang ini menyerang
tenda Pandava pada malam hari, ketika semua orang sedang tidur, atau tidak aktif.
Aswatama membunuh beberapa prajurit dari tenda Pandawa, seperti komandan
Drestadyumna , pancawala , Shikhandini, Uttamaujas, Yudhamanyu dan beberapa
orang lainnya. Akhirnya, hanya 8 peserta perang dari tenda Pandawa , Krishna ,
Satyaki dan Yuyutsu yang bertahan hidup.

Kusir Drsthadyumnan adalah satu-satunya yang selamat dalam pembantaian itu


lalu Ia menyampaikan kejadian itu pada para Pandawa titik mereka sangatlah
sedih kemudian Drupadi menjadi amat marah dan meminta permata yang ada di
kening Aswatama. Bima bergegas mencari Aswatama dan disusul oleh Krisna dan
Arjuna. Bima kemudian menemukan Aswatama di tempat bertanya Rsi Vyasa.
Aswatama kemudian mengeluarkan Brahma Astra nya untuk membunuh Bima,
Krisna kemudian meminta Arjuna untuk menangkis Astra itu, maha Rsi Vyasa
dan Rsi Narada meminta mereka untuk menarik Astra itu agar tidak berdampak
besar, Arjuna setuju dengan hal itu namun Aswatama tidak bisa menarik Astra
nya dan mengarahkannya pada janin dalam kandungan Uttari. Krisna sangat
marah dengan tindakan Aswatama yang membunuh janin dalam kandungan
Uttari. Kemudian Krisna mengutuk Aswatama bahwa ia akan hidup selamanya
dan berkelana di dunia ini tanpa teman dan akan melihat Putra Uttari dinobatkan
menjadi pewaris Singgasana Paurawa

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja yang di ceritakan dalam Sauptika Parwa?

2. Siapa saja Tokoh yang berperan dalam cerita Sauptika Parwa?

3. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam Sauptika Parwa?

Sauptika Parwa Page 3


C. Tujuan Pembahasan

1. Mampu mengetahui cerita Sauptika Parwa dengan mendalam.

2. Mampu mengetahui siapa saja yang berperan dalam cerita Sauptika Parwa.

3. Mampu mengambil hikmah dari cerita Sauptika Parwa dari mengetahui nilai -
niali yang terkandung didalam ceritanya.

Sauptika Parwa Page 4


BAB II

PEMBAHASAN

SAUPTIKA PARWA

1. Kereta Arjuna

Pandawa kembali keperkemahan mereka. Adalah sebuah peraturan bahwa


mereka harus memasuki kemah musuh. Mereka segera menuju kemah
Duryodhana. Mereka masuk, meniup terompet kerang. Pancajanya dan Dewadatta
yang agung di tiup dengan suara yang keras. Krisna tidak ingin semangat mereka
hilang karena apa yang baru saja mereka lihat di Samantapancaka. Ia adalah orang
yang paling ceria diantara mereke semua begitu mereka sampai di perkemahan,
Krisna meminta mereka semua untuk diam. Ia berkata pada Arjuna : “ Arjuna
Ambillah Gandiwa mu dan tempat-tempat panah mu dan turunlah dari kereta.”
Kemudian Krisna turun dari kereta dan Arjuna pun turun dari kereta, Hanoman
yang berada pada panji kereta itu, tiba-tiba meloncat dari panji itu dan hilang dari
pandangan. Sangat menabjubkan. Mereka semua mengalihkan pangdangan ke
kereta Arjuna. Kereta itu mulai terbakar dan kuda-kuda putih Arjuna juga ikut
terbakar dengan sekejap mata telah menjadi tumpukan abu.

Arjuna mengalihkan matanya yang penuh dengan air mata ke arah Krisna
dan berkata “ tuanku, apa yang telah aku lihat ini? Kereta keemasan yang
diberikan kepada ku oleh Agni, kereta ku yang telah kau kendarai selama ini, dan
kereta ini terbakar di mataku tanpa alasan apapun, katakanlah padaku kenapa
semua ini dapat terjadi?” Krisna berkata “ Arjuna tugasnya sudah selesai. Kereta
itu tidak di butuhkan lagi. Kereta ini telah mengambil semua astra Drona dan
Radheya. Kereta ini mampu bertahan dari Brahma sastra yang digunakan oleh
kedua orang itu dan astra Aswatthama. Tetapi aku tetap duduk di atasnya dan itu
belumlah terbakar, aku telah membuang kereta ini setelah kau mencapai apa yang
kau ingin capai. Tujuan telah tercapai kereta itu tidak di butuhkan lagi.”

Sauptika Parwa Page 5


( https://images.app.goo.gl/JaSYp23uYe1usVBN6 )

Krisna berkata “ Arjuna aku merasakan hal yang sama, setiap manusia
dihadapkan pada perjalanan aneh yang penuh dengan peristiwa yang bernama
kehidupan. Manusia dikirim ke dunia ini dengan suatu tujuan. Sekali tujuan itu
telah terpenuhi bumi tidak membutuhkan dirinya lagi. Hal ini juga berlaku bagi
kita semua bahkan diriku. Aku telah menciptakan diriku dengan tujuan tertentu.
Beberapa hal harus aku lakukan. Saat semuanya telah selesai, aku juga akan mati,
dan demikian juga dengan dirimu dan saudara-saudaramu.” Krisna memberikan
selamat kepada yudistira dan memeluknya, kemudian mereka semua tidur diluar
perkemahan musuh, Yudhisthira berkata “ Krsna , perang telah berakhir dan
karena berkah-Mu kami telah memenangkan dunia ini. Tetapi aku takut.
Gandhari, ibu Duryodhana, memiliki kekuatan yang sangat besar. Ia selalu takut
pada tuhan dan selau melakukan kebenaran. Ia sangat sedih sebagai seorang ibu
yang kehilangan anaknya. Mendengar bahwa Duryodhana telah mati dengan cara
yang curang, ia mungkin akan mengutuk kita. Aku ingin kau menemuinya dan

Sauptika Parwa Page 6


menenangkannya, kami akan melakukannya setelah dirimu. Krisna tersenyum dan
berkata “ kau benar kutukan Gandhari tidak boleh ia lontarkan padamu. Ada orang
lain yang harus menerima kutukan itu. Aku akan pergi sekarang juga”. Ketika
Duryodhana jatuh dengan paha yang patah, Sanjaya kembali ke kota kerajaan
dengan mata yang bercucuran air mata dan menemui raja Dhrtarastra. Ia berkata “
wahai raja ku kita telah kehilangan segalanya. Waktu dan takdir telah merampas
semuanya yang kita miliki”. Setelah Dhrtarastra mendengar bahwa Duryodhana
telah mati, Drstarastra pingsan. Kedua orang tua ini menangis dan widura
mencoba untuk menenangkannya. Kemudian barulah Krisna sampai di
Hastinapura. Ia memasuki istana dan masuk ke aula dimana Drstarastra duduk. Ia
menangis melihat kedua orang tua ini yang menangisi putra-putranya yang telah
mati. Ia berbicara dengan mereka dengan suara yang lembut, ia penuh dengan
cinta dan ia berbicara dengan mereka dengan hati penuh rasa simpati. Ia
meyakinkan mereka bahwa kematian dari semua pahlawan yang besar itu karena
Duryodhana.

Akhirnya ia berbicara pada Gandhari “ ibu sebelum peperangan terjadi


aku datang ke Hastinapura untuk menyampaikan misi perdamaian, Duryodhana
mencoba untuk menangkap aku, kau menghentikannya atau kau mencoba
menghentikannya dengan kata-kata” dimana ada kebenara disana terdapat
kemenangan”. Ibu semuanya seperti ini, engkau tidak boleh menyalahkan
Pandawa karena malapetaka ini. Yudhisthira sangat sedih karena telah membuat
mu bersedih. Kau tentu tau dengan sekuat tenaga Yudhisthira mencoba untuk
mencegah perang ini. Aku mohon berbaik hatilah pada putra-putra pandu. Mereka
sangat menderita dalam kehidupan mereka. Mereka tidak memiliki ayah, kau
harus berbelas kasih pada mereka.

Drstarastra dan Gandhari merasa tenang dengan kata-kata Krisna


yang manis dan halus. Gandhari berkata “ apa yang kau katakan benar, Krisna
begitu aku mendengar kata-kata bahwa anak ku Duryodhana hatiku terguncang
oleh emosi, semua akal sehat ku telah hilang setelah mendengar kata-kata mu aku
merasa lebih baik. Aku akan memperlakukan putra-putra Kunti dengan baik.

Sauptika Parwa Page 7


Dengan kematian anak ku aku tidak memiliki siapa pun yang dapat menenangkan
ku selain dirimu.

Nilai-nilai yang terkandung dalam episode ini:

 Nilai kebijaksanaan

Ketika Arjuna bersedih melihat kereta berharganya harus hangus terbakar dimana
kereta itu sangat berarti baginya dan Krisna dengan lembut memberikan
penjelasan bijaknya apa hakikatnya fungsi suatu benda.

Krisna berkata “ Arjuna tugasnya sudah selesai. Kereta itu tidak di butuhkan lagi.
Kereta ini telah mengambil semua astra Drona dan Radheya. Kereta ini mampu
bertahan dari Brahma sastra yang digunakan oleh kedua orang itu dan astra
Aswatthama. Tetapi aku tetap duduk di atasnya dan itu belumlah terbakar, aku
telah membuang kereta ini setelah kau mencapai apa yang kau ingin capai. Tujuan
telah tercapai kereta itu tidak di butuhkan lagi.”

Krisna berkata “ Arjuna aku merasakan hal yang sama, setiap manusia
dihadapkan pada perjalanan aneh yang penuh dengan peristiwa yang bernama
kehidupan. Manusia dikirim ke dunia ini dengan suatu tujuan. Sekali tujuan itu
telah terpenuhi bumi tidak membutuhkan dirinya lagi. Hal ini juga berlaku bagi
kita semua bahkan diriku. Aku telah menciptakan diriku dengan tujuan tertentu.
Beberapa hal harus aku lakukan.

 Nilai kejujuran

Meski memiliki raja yang buta Sanjaya tetap menyampaikan pesan dan cerita
dengan jujur kepada rajanya pada saat Duryodana kalah dan terluka Sanjaya
datang menemui rajanya dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi

 Nilai kebenaran

Apapun yang terjadi dengan Duryodana itu adalah sebab akibat dari keputusan
yanh dibuat Arjuna menjelaskan semuanya kepada Gandari

“ ibu sebelum peperangan terjadi aku datang ke Hastinapura untuk


menyampaikan misi perdamaian, Duryodhana mencoba untuk menangkap aku,
kau menghentikannya atau kau mencoba menghentikannya dengan kata-kata”
dimana ada kebenara disana terdapat kemenangan”. Ibu semuanya seperti ini,
engkau tidak boleh menyalahkan Pandawa karena malapetaka ini. Yudhisthira
sangat sedih karena telah membuat mu bersedih. Kau tentu tau dengan sekuat
tenaga Yudhisthira mencoba untuk mencegah perang ini. Aku mohon berbaik

Sauptika Parwa Page 8


hatilah pada putra-putra pandu. Mereka sangat menderita dalam kehidupan
mereka. Mereka tidak memiliki ayah, kau harus berbelas kasih pada mereka.

2. Kesedihan Asvatthama

Sanjaya kembali ke tempat Duryodhana berada. Ia melihat Duryodhana


sangat menderita. Tubuhnya dipenuhi dengan debu dan matanya mencucurkan air
mata. Melihat raja ini sendiri dalam penderitaan, hati Sanjaya sangat sedih. Ia
adalah raja yang menguasai dunia. Tidak ada seorang pun yang menyamai
kejayaannya dan kekayaannya. Ia tak pernah merasakan bagaimana berjalan di
jalanan. Istana nya bagaikan kuil, raja ini, hari ini tergeletak ditanah, pahanya
patah, tanpa ada seorangpun yang bisa menenangkan hatinya. Sanjaya berfikir
bahwa takdir sangat menakutkan. Takdir adalah penentu, takdir tidak

Sauptika Parwa Page 9


membedakan antara seorang raja dan prajurit.

Tangan Dhuryodhana tertumpu pada tanah dan ia berusaha sebaik


mungkin untuk menahan rasa sakit pada tubuhnya. Kepalanya digeleng-
gelengkannya, Sanjaya mendekatinya dan duduk disampingnya, Duryodhana
melihatnya , ia berkata “ Betapa mulia hatimu, Sanjaya,! Kau datang untuk
menemaniku , nyawa ini tidak mau meninggalkan tubuhku yang telah hancur ini,
Aku sangat menderita, bagaikan melewati neraka, Aku akan mendapatkan surga.
Takdir ingin agar aku merasakan neraka terlebih dahulu, untuk semua dosa-
dosaku. Rasa sakit ini tak tertahan lagi, lihatlah aku ! aku memiliki Bhisma,
Drona, Krpa, Asvatthama, Radheya, Salya, Krtavarma dan Dussasana serta
ribuan yang lainnya, Aku yakin aku bisa memenangkan peperangan ini, Namun

Sauptika Parwa Page 10


Aku sekarang berada disini, di tanah dikalahkan dalam pertempuran yang curang,
Aku ingin kau melakukan sesuatu untukku, kau harus menemukan dimana orang-
orang yang masih hidup itu berada sekarang. Katakan pada mereka bahwa raja
mereka telah dikalahkan dengan cara yang curang dalam pertarungan melawan
Bhima. Katakan pada mereka bahwa aku tidak menyesal. Pergilah sekarang dan
suruh Asvatthama, Krtavarma dan Krpa datang padaku”. Ia tidak sadarkan diri.

Tiga sahabat Duryodhana yang masih hidup segera menuju ke tempat itu
ketika mereka mendengar tentang keadaannya dari Sanjaya. Mereka melihat di
sana tergeletak di tanah, dengan pahanya yang patah, menahan sakitnya seperti
ular yang terinjak. Mereka segera mendekatinya. Aswatthama baru siuman,
karena baru saja ia tak sadarkan diri. Ia memegang tangannya dan berkata:”
Tuanku, rajaku, aku sangat sedih melihatmu seperti ini”. Duryodhana berkata
sekuat tenaga, ia berkata “ Sudah tersurat dalam suratan takdir bahwa akhirnya
harus seperti ini. Aku tidak menyesal, sahabatku, Takdir sangatlah kuat , tidak ada
gunanya menyalahkan orang lain”. Asvatthama bercahaya seperti api dalam
kemarahannya, dan berkata “Pandava ini telah bersembunyi dalam selubung
Dharma, mereka lebih berdosa dari pada pendosa, mereka membunuh ayahku
dengan cara yang licik, dan sekarang mereka telah membunuhmu dengan cara
yang sangat kejam dan licik. Dengarkan kata-kataku, sahabatku. Aku hari ini akan
memusnahkan semua Pancala di depan mata Krsna, dan aku akan membunuh
Pandava.

Duryodhana sangat senang dengan kata-kata Asvatthama, kemudian


Duryodhana mengangkat Asvatthama menjadi pemimpin pasukan, kemudian
mereka pergi, mereka masuk kedalam hutan, dan mereka beristirahat dibawah
pohon beringin yang besar, Krtavarma dan Krpa tertidur sangat nyenyak, namun
Asvatthama tetap terjaga dan memikirkan bagaimana caranya untuk membalas
dendam atas kematian ayahnya yang dibunuh secara licik, kemudian ia
memperhatikan keadaan disekelilingnya, ia melihat pepohonan penuh dengan
sarang burung gagak, gagak-gagak itu semua tidur dengan tenang, tiba-tiba ada
seekor burung hantu yang datang tanpa suara dan membantai gagak-gagak itu saat
gagak itu tertidur,

Sauptika Parwa Page 11


Burung hantu itu memberikan ide pada Asvatthama, kemudian ia
membangunkan Krtavarma dan Krpa dan memberi tahu rencananya menyerang
pandava, namun Krpa dan Krtavarma menolaknya karena ide yang dicetuskan
oleh Asvatthama melanggar kode etik seorang Ksatriya, kemudian Asvatthama
marah, dan memutuskan untuk melakukannya sendiri, kemudian Krpa dan
Krtavarma pun berteriak memanggil Asvatthama dan ikut bersamanya.

Nilai-nilai yang terkandung pada episode ini:

 Nilai kesadaran dan percaya pada hukum RTA

Kebenaran ini dapat di lihat dari perilaku Duryodana yang berkata pada Sanjaya,
bahwa tidak ada yang perlu disesali terhadap Semua ini karena semua yang terjadi
ini telah di surat kan untuk terjadi.

 Nilai persahabatan

Tiga sahabat Duryodhana yang masih hidup segera menuju ke tempat itu ketika
mereka mendengar tentang keadaannya dari Sanjaya. Mereka melihat di sana
tergeletak di tanah, dengan pahanya yang patah, menahan sakitnya seperti ular
yang terinjak. Mereka segera mendekatinya. Aswatthama baru siuman, karena
baru saja ia tak sadarkan diri. Ia memegang tangannya dan berkata:” Tuanku,
rajaku, aku sangat sedih melihatmu seperti ini”. Duryodhana berkata sekuat
tenaga, ia berkata “ Sudah tersurat dalam suratan takdir bahwa akhirnya harus
seperti ini. Aku tidak menyesal, sahabatku, Takdir sangatlah kuat , tidak ada
gunanya menyalahkan orang lain”. Asvatthama bercahaya seperti api dalam
kemarahannya, dan berkata “Pandava ini telah bersembunyi dalam selubung
Dharma, mereka lebih berdosa dari pada pendosa, mereka membunuh ayahku
dengan cara yang licik, dan sekarang mereka telah membunuhmu dengan cara
yang sangat kejam dan licik. Dengarkan kata-kataku, sahabatku. Aku hari ini akan
memusnahkan semua Pancala di depan mata Krsna, dan aku akan membunuh
Pandava,

3. Pembantaian Tengah Malam

Sauptika Parwa Page 12


Kereta Asvatthama sampai ke perkemahan, Krpa dan Krtavarma
bersamanya, tetapi saat Asvatthama memasuki perkemahan mereka berdua tidak
ikut, dan hanya berjaga-jaga di pintu masuk perkemahan, Asvatthama berjalan di
kegelapan menuju tenda Dhrstadyumna dan membunuhnya dengan cara
melilitkan tali busur kelehernya, ia juga membunuh pangeran Pancala. Putra-putra
Draupadi mencoba menahan namun Asvatthama dengan mudah dapat
membunuhnya , Uttamuja, Yudhamanyu, Sikhandi juga di bantainya, sangat
mudah bagi Asvatthama untuk membunuh semua orang yang ada pada
perkemahan, Krpa membakar perkemahan jadi itu membuat Asvatthama dengan
mudah membantai para musuhnya, kebakaran itu terjadi pada 3 tempat
perkemahan,

Ketiga orang ini bahagia karena mencapai apa yang mereka telah
inginkan, mereka segara menghampiri Duryodhana dan memberi tahu tentang apa
yang mereka lakukan di perkemahan pandava, Duryodhana sangat senang,
kemudian ia menghembuskan nafas terakhirnya dan mati.

Sauptika Parwa Page 13


(https://images.app.goo.gl/qSPsHNpJBiZTARZq8 )

Kusir Dhrstadyumna adalah satu-satunya orang yang selamat dari pembantaian di


perkemahan itu, kemudia ia memberi tahu kejadian ini kepada para Pandava, hati
mereka sangat sedih mendengarnya hingga mereka tak sadarkan diri. Kemudian
saat sudah siuman, Yudhisthira memerintahkan Nakula agar menemui ratunya dan
membawanya keperkemahan, setelah beberapa saat Kereta Nakula terdengar
mendekat, mereka semua melihat Draupadi, ia melihat mayat-mayat putranya,
hingga ia tak sadarkan diri, Draupadi sangat bersedih dan kesedihannya tidak
dapat dihibur, kemudian tiba-tiba ia bangkit berdiri, ia mengeringkan air matanya,
terlihat sekarang api telah berkobar dimatanya, ia berkata” Sebelum Asvatthama
terbunuh aku tidak akan makan, dan akan mati ditempat” kemudian para Pandava
menjawab bahwa Asvatthama tidak dapat Dibunuh, kemudian, Draupadi meminta
agar mereka membawakan Permata yang Asvatthama miliki, kemudian, Bhima
yang mencari Asvatthama, kemudian disusul oleh Krsna dan Arjuna, mereka

Sauptika Parwa Page 14


takut jika Bhima dilukai oleh Asvatthama kerena ia mempunyai astra
Brahmasastra, Akhirnya mereka menemukan Asvatthama di tepian sungai Gangga
dan bersembunyi dibelakang Vyasa, Bhima bersiap-siap untuk menantangnya.

Nilai-nilai yang terkandung pada episode ini :

 Niilai kebenaran

Sikap Krpa dan kertawarma yang menolak ajakan Aswathama dan mengingatkan
ajakan melakukan pembantaian tengah malam oleh Aswatama itu bukan prilaku
yang baik.

 Nilai kasih

Ketika mendapat kabar bahwa putra dan saudaranya mati dengan cara licik api
amarah Drupadi meluap begitu besar ,Kasih nya kepada putra putranya membuat
Drupadi kembali bersumpah . Draupadi sangat bersedih dan kesedihannya tidak
dapat dihibur, kemudian tiba-tiba ia bangkit berdiri, ia mengeringkan air matanya,
terlihat sekarang api telah berkobar dimatanya, ia berkata” Sebelum Asvatthama
terbunuh aku tidak akan makan, dan akan mati ditempat” kemudian para Pandava
menjawab bahwa Asvatthama tidak dapat Dibunuh, kemudian, Draupadi meminta
agar mereka membawakan Permata yang Asvatthama miliki,

 Nilai keberanian

Bhima yang sudah terlalu marah kepada Aswatama menjadi gelap mata dan tidak
bisa berfikir baik, ia dengan berani pergi menemui Aswatama yang ia tahu sendiri
bahwa Aswatama tidak akan mudah dikalahkan karena memiliki brahmastra

4. Kutukan Krsna

Asvatthama tersenyum pada Bhima, sekarang ia terlihat seperti seorang


Nisadha yang telah membunuh binatang dan menjualnya, ia terlihat sangat kejam,
dan sekarang ia tersenyum sinis dan mengambil rumput ilalang, ia menggunakan
astra agungnya Brahmasastra untuk memusnahkan Bhima, dan berkata agar
didunia ini tidak ada lagi para Pandava, kemudian Krsna dengan cepat menyuruh
Arjuna agar menyelamatkan Bhima, maka Arjuna juga mengeluarkan Astra yang

Sauptika Parwa Page 15


sama untuk menangkisnya, gunung menjadi terguncang oleh kekuatan Astra ini,
laut mulai kering dan dunia bergetar, Rsi Naradha dan Vyasa datang dan
memerintahkan kepada mereka berdua agar menarik Astranya masing-masing,
karena apabila Astra tersebut tidak ditarik maka dunia ini akan Hancur, Arjuna
berhasil menarik Astranya namun Asvatthama tidak, ia bersujud dikaki Rsi
Naradha dan Vyasa “Aku tidak berdaya, aku tidak tau apa yang akan terjadi pada
dunia ini, lindungilah aku, selamatkan aku dari kemarahan Astra ini”

Kedua Rsi berkata” Kau telah melakukan hal yang sangat keji, jika Astra
ini dikalahkan oleh Astra yang lebih kuat maka tanah ini tidak akan mendapatkan
hujan selama belasan tahun, berpikirlah yang baik tentang pandava dan tariklah
Astra itu, sebagai permintaan maaf mu pada Pandava ambilah permatamu dan
berikanlah pada Pandava, Asvatthama menolaknya, aku tidak bisa menarik Astra
ini, jika Pandava tetap ingin hidup maka Astra ini akan aku arahkan kepada
wanita hamil yang ada dikeluarga mereka, Astra ini telah dibuat untuk memasuki

Sauptika Parwa Page 16


rahim Uttara yang sedang mengandung anak Abhimanyu.

( https://images.app.goo.gl/Lim8WEwHqNzFmxf26 )

Krsna sangat marah pada Asvatthama, dan berkata” Asvatthama kau


adalah mahluk terendah yang pernah terlahir, kau mengatakan kau akan

Sauptika Parwa Page 17


membunuh putra Abhimanyu, Aku akan memberikan nyawa pada anak itu, dan
kau akan melihatnya, kau dikutuk untuk hidup selamanya, kau akan berkelana
didunia ini sendiri tanpa teman, kau akan melihat anak ini dinobatkan dan
mewarisi singgasana Paurava,” Asvatthama disuruh untuk melepaskan
permatanya dan ia pergi mengelilingi dunia, kemudian setelah Bhima mengambil
permata pada kepala Asvatthama, Bhima segera memberikan permata itu kepada
Draupadi, ia sangat senang. Kemudian ia memberikan permata itu kepada
Yudhisthira.

Nilai-nilai yang terkandung pada episode ini :

 Nilai kepedulian

kebenaran ini dapat dilihat pada sikap maha Rsi Vyasa yang meminta agar
Brahma Astra dari Aswatama dan Arjuna ditarik sehingga tidak terjadi benturan
karena apabila sampai terjadi benturan maka akan menghanguskan seluruh hutan
dan akan menyebabkan kekeringan

 Nilai kebenaran

Karena rasa marah yang tak terkendali Aswatama tidak berfikir panjang dengan
apa yang ia buat. Rsi berkaata” Kau telah melakukan hal yang sangat keji, jika
Astra ini dikalahkan oleh Astra yang lebih kuat maka tanah ini tidak akan
mendapatkan hujan selama belasan tahun, berpikirlah yang baik tentang pandava
dan tariklah Astra itu, sebagai permintaan maaf mu pada Pandava ambilah
permatamu dan berikanlah pada Pandava,

Krsna sangat marah pada Asvatthama, dan berkata” Asvatthama kau adalah
mahluk terendah yang pernah terlahir, kau mengatakan kau akan membunuh putra
Abhimanyu, Aku akan memberikan nyawa pada anak itu, dan kau akan
melihatnya, kau dikutuk untuk hidup selamanya, kau akan berkelana didunia ini
sendiri tanpa teman, kau akan melihat anak ini dinobatkan dan mewarisi
singgasana Paurava

5. Tokoh-tokoh dalam Sauptika Parwa

1. Ashwatthama ,

Sauptika Parwa Page 18


2. Kritavarma,

3. Kripacharya

4. Krisna

5. Drestadyumna

6. Pancawala,

7. Shikhandini,

8. Uttamaujas,

9. Yudhamanyu,

10. Satyaki,

11. Yuyutsu,

12. Arjuna,

13. Bhima,

14. Rsi Vyasa,

15. Rsi Narada,

16. Uttari,

17. Draupadi, dan

18. Yudhistira

Sauptika Parwa Page 19


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa kita ambil dari cerita Sauptika Parwa ini adalah kisah balas
dendam dari 3 orang yang selamat dari tentara Kurawa yaitu Ashwatthama ,
Kritavarma dan Kripacharya. Ketiga orang ini menyerang tenda Pandava pada
malam hari, ketika semua orang sedang tidur, atau tidak aktif. Aswatama
membunuh beberapa prajurit dari tenda Pandawa, seperti komandan
Drestadyumna , pancawala , Shikhandini, Uttamaujas, Yudhamanyu dan beberapa
orang lainnya. Akhirnya, hanya 8 peserta perang dari tenda Pandawa , Krishna ,
Satyaki dan Yuyutsu yang bertahan hidup. Dan diakhiri dengan Krisna yang
mengutuk Aswatama bahwa ia akan hidup selamanya dan berkelana di dunia ini
tanpa teman dan akan melihat Putra Uttari dinobatkan menjadi pewaris
Singgasana Paurawa.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk


memperbaiki tulisan berikutnya,saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari para pembaca.

C. Daftar Pustaka

Sauptika Parwa Page 20


Subramaniam,Kamala.2003.Mahabarata.Paramita.Surabaya.

https://images.app.goo.gl/JaSYp23uYe1usVBN

https://images.app.goo.gl/qSPsHNpJBiZTARZq8

https://images.app.goo.gl/Lim8WEwHqNzFmxf26

Sauptika Parwa Page 21

Anda mungkin juga menyukai