Anda di halaman 1dari 3

Pendawa Dadu

Setelah Pandawa membangun istana, banyak orang-orang Astina yang pindah


kenegeri baru yang bernama Amarta atau Indraprasta. Rakyat makmur, pertanian
maju perdagangan lancar, murah sandang murah pangan.
Prabu Suyudana dan saudara saudaranya yang seratus itupun telah datang ke
Indraprasta.Dengan diantar Prabu Pundewa dan Prabu Kresna, mereka berputar-putar
melihat keindahan dan keajaiban Istana Indraprasta.
Setelah melihat Istana Indraprasta Para Kurawa menjadi iri hati dan menjadikan
mereka ingin memiliki Istana Indraprasta. Kurawa bermaksud mencelakai Pandawa
untuk yang kesekian kalinya. Iri dengan keindahan Indraprasta, dengki andaikata
Para Pandawa mendapatkan sebagian Astinapura, dan dengki andaikata Pandawa
menguasai Astinapura, maka Kurawa ingin membuang Pandawa untuk selama-
lamanya. Salah satu cara dengan mengajak Pan dawa main dadu. Perlu kita ketahui,
Prabu Puntadewa sejak kecil suka main dadu.
Pada suatu hari yang naas bagi Pandawa, lewat kurir Kerajaan Astina, Patih Sengkuni
mengundang Para Pandawa, ke Astina. Dengan alasan untuk memperat tali persa
udaraan antara Keluarga Pandawa dan keluarga Kurawa.
Pandawapun hadir di Istana Astinapura. Pandawa lima dan Dewi Drupadi. Para
Pandawa disuguhkan berbagai hidangan bermacam macam makanan dan minuman,
yang semuanya teramat lezat dengan memper gunakan resep resep baru, yang belum
pernah tersentuh oleh juru masak manapun.
Selesai acara bersantap dan melihat tari tarian yang memukau dan memikat, Patih
Sengkuni mengajak Prabu Punta Dewa main dadu. Prabu Punta Dewa menerima
tawaran Patih Sengkuni. Pada mulanya Patih Sengkuni menawarkan taruhan
sekedarnya saja. Untuk menyenangkan hati Pandawa, Patih Sengkuni yang memimpin
permainan, beberapa kali memberikan kemenangan kepada para Pandawa.Pandawa
merasa senang dengan permainan dadu, mereka sangat menikmati.
Akhirnya Patih Sengkuni meminta agar taruhan ditingkatkan jumlahnya.
Mula-mula Yudistira mempertaruhkan harta, namun ia kalah. Kemudian ia
mempertaruhkan harta lagi, namun sekali lagi gagal. Begitu seterusnya sampai
hartanya habis dipakai sebagai taruhan. Setelah hartanya habis dipakai taruhan,
Yudistira mempertaruhkan prajuritnya, namun lagi-lagi ia gagal. Kemudian ia
mempertaruhkan kerajaannya, namun ia kalah lagi sehingga kerajaannya lenyap
ditelan dadu. Setelah tidak memiliki apa-apa lagi untuk dipertaruhkan, Yudistira
mempertaruhkan adik-adiknya. Sangkuni kaget, namun ia juga sebenarnya senang.
Berturut-turut Sadewa, Nakula, Arjuna, dan Bima dipertaruhkan, namun mereka
semua akhirnya menjadi milik Duryodana karena Yudistira kalah main dadu
Harta, istana, kerajaan, prajurit, dan saudara Yudistira akhirnya menjadi milik
Duryodana. Yudistira yang tidak memiliki apa-apa lagi, nekat mempertaruhkan
dirinya sendiri. Sekali lagi ia kalah sehingga dirinya harus menjadi milik Duryodana.
Sangkuni yang berlidah tajam membujuk Yudistira untuk mempertaruhkan Dropadi.
Karena termakan rayuan Sangkuni, Yudistira mempertaruhkan istrinya, yaitu Dewi
Dropadi. Banyak yang tidak setuju dengan tindakan Yudistira, namun mereka semua
membisu karena hak ada pada Yudistira.
Duryodana mengutus Widura untuk menjemput Dropadi, namun Widura menolak
tindakan Duryodana yang licik tersebut. karena Widura menolak, Duryodana
mengutus para pengawalnya untuk menjemput Dropadi. Namun setelah para
pengawalnya tiba di tempat peristirahatan Dropadi, Dropadi menolak untuk datang ke
arena judi. Setelah gagal, Duryodana menyuruh Dursasana, adiknya, untuk
menjemput Dropadi. Dropadi yang menolak untuk datang, diseret oleh Dursasana
yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Dropadi menangis dan menjerit-jerit karena
rambutnya ditarik sampai ke arena judi, tempat suami dan para iparnya berkumpul.
Dengan menangis terisak-isak, Dropadi berkata, "Sungguh saya tidak mengira kalau
di Hastina kini telah kehilangan banyak orang bijak. Buktinya, di antara sekian
banyak orang, tidak ada seorang pun yang melarang tindakan Dursasana yang asusila
tersebut, ataukah, memang semua orang di Hastina kini telah seperti Dursasana?",
ujar Dropadi kepada semua orang yang hadir di balairung. Para orangtua yang
mendengar perkataan Dropadi tersebut tersayat hatinya, karena tersinggung dan malu.
Wikarna, salah satu Korawa yang masih memiliki belas kasihan kepada Dropadi,
berkata, "Tuan-Tuan sekalian yang saya hormati! Karena di antara Tuan-Tuan tidak
ada yang menanggapi peristiwa ini, maka perkenankanlah saya mengutarakan isi hati
saya. Pertama, saya tahu bahwa Prabu Yudistira kalah bermain dadu karena terkena
tipu muslihat paman Sangkuni! Kedua, karena Prabu Yudistira kalah memperteruhkan
Dewi Dropadi, maka ia telah kehilangan kebebasannya. Maka dari itu, taruhan Sang
Prabu yang berupa Dewi Dropadi tidak sah!"
Para hadirin yang mendengar perkataan Wikarna merasa lega hatinya. Namun, Karna
tidak setuju dengan Wikarna. Karna berkata, "Hei Wikarna! Sungguh keterlaluan kau
ini. Di ruangan ini banyak orang-orang yang lebih tua daripada kau! Baliau semuanya
tentu tidak lebih bodoh daripada kau! Jika memang tidak sah, tentu mereka melarang.
Mengapa kau berani memberi pelajaran kepada beliau semua?
Mendengar perkataan Karna, Wikarna diam dan membisu. Karena sudah kalah,
Yudistira dan seluruh adiknya beserta istrinya diminta untuk menanggalkan bajunya,
namun hanya Dropadi yang menolak. Dursasana yang berwatak kasar, menarik kain
yang dipakai Dropadi. Dropadi berdo'a kepada para Dewa agar dirinya diselamatkan.
Sri Kresna mendengar do'a Dropadi. Secepatnya ia menolong Dropadi secara gaib. Sri
Kresna mengulur kain yang dikenakan Dropadi, sementara Dursasana yang tidak
mengetahuinya menarik kain yang dikenakan Dropadi. Hal tersebut menyebabkan
usaha Dursasana menelanjangi Dropadi tidak berhasil. Pertolongan Sri Kresna
disebabkan karena perbuatan Dropadi yang membalut luka Sri Kresna pada saat
upacara Rajasuya di Indraprastha.
Melihat perbuatan Dursasana yang asusila, Bima bersumpah kelak dalam
Bharatayuddha ia akan merobek dada Dursasana dan meminum darahnya. Setelah
bersumpah, terdengarlah lolongan anjing dan serigala, tanda bahwa malapetaka akan
terjadi. Dretarastra mengetahui firasat buruk yang akan menimpa keturunannya, maka
ia segera mengambil kebijaksanaan. Ia memanggil Pandawa beserta Dropadi.
Dretarastra berkata, "O Yudistira, engkau tidak bersalah. Karena itu, segala sesuatu
yang menjadi milikmu, kini kukembalikan lagi kepadamu. Ma’afkanlah saudara-
saudaramu yang telah berkelakuan gegabah. Sekarang, pulanglah ke Indraprastha".
Setelah mendapat pengampunan dari Dretarastra, Pandawa beserta istrinya mohon
diri. Duryodana kecewa, ia menyalahkan perbuatan ayahnya yang mengembalikan
harta Yudistira. Dengan berbagai dalih, Duryodana menghasut ayahnya. Karena
Dretarastra berhati lemah, maka dengan mudah sekali ia dihasut, maka sekali lagi ia
mengizinkan rencana jahat anaknya. Duryodana menyuruh utusan agar memanggil
kembali Pandawa ke istana untuk bermain dadu. Kali ini, taruhannya adalah siapa
yang kalah harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun, dan setelah masa
pengasingan berakhir (yaitu pada tahun ke-13), yang kalah harus menyamar selama 1
tahun. Pada tahun yang ke-14, barulah boleh kembali ke istana.
Sebagai kaum ksatria, Pandawa tidak menolak undangan Duryodana untuk yang
kedua kalinya tersebut. Sekali lagi, Pandawa kalah. Sesuai dengan perjanjian yang
sah, maka Pandawa beserta istrinya mengasingkan diri ke hutan, hidup dalam masa
pembuangan selama 12 tahun. Setelah itu menyamar selama satu tahun. Setelah masa
penyamaran, maka para Pandawa kembali lagi ke istana untuk memperoleh
kerajaannya

Anda mungkin juga menyukai