Anda di halaman 1dari 13

Diceritakan di sebuah Kerajaan yang bernama Hastina Pura sudah tidak memiliki

raja atau penerus tahta selama 25 tahun lamanya. Sekarang para petinggi
kerajaan melakukan perbincangan untuk menentukan solusi dan menemukan cara
agar bisa mendapatkan pewaris tahta kerajaan Hastina Pura.Maka diputuskanlah
untuk menikahkan putra mahkota dengan putri dari kerajaan Gandara

Scene 1
Satyawati : “Sudah lama kerajaan ini tidak ada yang menduduki tahtahnya. Dan
sekarang putra nya Vicitra Wirya sudah dewasa, kita harus memikirkan
masa depan kerajaan ini.” “ Detrarastra adalah putra tertua dari dinasti ini,
tapi dia adalah orang yang buta”

Ambika : “Kita harus mencarikan Dretrarastra seorang istri.”

Ambalika : “Ya!, kita harus mencarikan istri untuk pangeran Detrarastra, seorang istri
yang bisa menjadi mata bagi Detrarastra.” “Tapi dimana kita bisa
menemukan seorang wanita seperti itu?”

Ambika : “Di kerajaan Gandara, putri dari kerajaan gandara sangat terkenal akan
kecantikan dan kecerdasannya, menurutku dia sangat cocok menjadi istri
Detrarastra, dan juga menjadi ratu bagi Astina Pura”

Bhisma : “Yang aku dengar putri Gandari telah di beri anugrah oleh dewa siwa
untuk melahirkan 100 orang anak laki~laki”

Satyawati : “Yaaaa… jika demikian aku memerintahkan kau Bhisma untuk pergi ke
kerajaan Gandara”

Bhisma : “Baiklah ibu ratu.”

Setelah menerima perintah dari Ibu Ratu Satyawati, Bhisma pun bergegas hendak
pergi bersama dengan pasukan Astina Pura menuju kerajaan Gandara untuk
melamar Putri dari Kerajaan Gandara yaitu Putri Gandari. Dengan gagah berani
Bhisma memimpin pasukan menuju kerajaan Gandara. Sesampainya di Kerajaan
Gandara, Bhisma disambut dengan baik oleh Raja Gandara dan perbincangan
pun di mulai…..

Scene 2
Sukdha : “Salam tuanku ada pasukan besar dari Hastina Pura dengan Bhisma
sebagai pemimpinnya”

Raja Subala : “Apa Bhisma yang agung datang ? Permaisuriku kemarilah mari kita
sambut Bhisma yang agung dari Hastina Pura”

Ratu Sudarma : “Baiklah tuanku”


Bhisma : “Salam hyang mulia raja” (dengan hormat Bhisma member salam kepada
Raja Gandara)

1
Raja Subala : “Salam Bhisma hyang agung, ada apakah engkau mendatangi kerajaan
kami?” (setelah membalas salam dari Bhisma, raja Gandara mulai
bertanya-tanya mengenai kedatangan Bhisma ke Gandara. Beliau
tersenyum heran melihat Bhisma)

Bhisma : “Hamba kemari untuk mengajukan lamaran kepada putri Gandari”


(percaya diri dan tersenyum pada raja gandara)

Ratu Sudarma : “Tapi Bhisma hyang agung, bukankah kau sudah bersumpah untuk
melajang seumur hidup?” (Heran mendengar ucapan Bhisma)

Bhisma : (Bhisma tertawa) “Lamaran pernikahan putri gandari adalah untuk


pangeran kuru,bukan untukku, aku sudah menganggap putri gandari
sebagai putri ku”

Ratu Sudarma : (Dengan bangga) “Aku juga setuju untuk itu, siapa lagi mempelai pria
yang lebih baik dari pangeran Pandu”

Raja Subala : “Kemampuan dari pangeran Pandu sudah diketahui oleh semua orang.”
(Raja Gandara setuju dengan perkataan permaisuri)

Bhisma : (Bhisma terkejut dan melanjutkan perkataannya)


“Detrarastra,,,,,,pangeran Detrarastra. Bagaimana kau bisa mengira itu
ditujukan pada pangeran Pandu, dia adalah yang termuda. Sedangkan
yang tertua adalah Pangeran Detrarastra. Hyang mulia aku sedang
membicarakan tentang pangeran Detrarastra, pikirkan baik-baik hyang
mulia.”
Ratu Sudarma :
“Hyang mulia Gandari adalah putri tercantik didunia dan dia sudah
diajarkan banyak kedisiplinan, tapi pangeran Detrarastra? Kau? Sudah tau
tentang dia.” (Sangat kecewa)
Bhisma :
“Pangeran Detrarastra mampu dalam setiap hal , dan itu tidak diragukan
lagi. Kau tidak tau tentang kecerdasan Detrarastra ratu Sudarma.
Pangeran Detrarastra begitu tangguhnya hingga dengan satu pukulan saja
dia bisa menjatuhkan banyak gajah sekaligus. Dengan menjadi ratu bagi
Detrarastra maka putri Gandari akan menjadi wanita paling kaya dari
peradaban arya. Menyatukan kerajaan ini dengan hastina pura maka kau
akan berubah dari raja subala menjadi kaisar Subala.”
Ratu Sudarma :
“Itu artinya kau memamerkan kekuatanmu untuk sebuah tujuan, benarkan
Bhisma?”
Bhisma :
“Aku disini untuk membujuk keluarga dari istana Gandara agar menjadi
keluarga kami. Dan bersama keluarga tidak akan ada pertanyaan lagi yang
ada hanyalah kerja sama. Dan aku tidaklah bermaksud untuk memaksa,
hanya setelah semua keraguanmu menghilang maka barulah akan tercipta
keputusanmu hyang mulia.”
Bhisma :
“Aku menunggu keputusanmu hyang mulia.”
Raja Subala :
“Aku setuju Bhisma.”
Bhisma :
2
“Terimakasih hyang mulia, aku mohon pamit.”

Disisi lain, di sebuah taman kerajaan Gandara, Putri Gandari bersama dengan
Kakak Iparnya sedang bercakap-cakap mengenai lamaran dari kerajaan Astina
Pura. Putrid Gandari merasa senang mendengar segala kehebatan dan pujian
mengenai calon suaminya, dan semakin membuatnya penasaran untuk segera
mengetahui sosok calon suaminya.

Scene 3
Sukdha : “Kau mau kemana putri Gandari?”

Kakak Ipar : “Biarkan saja dia Sukdha, memang sudah diduga bahwa dia akan jadi
sombong sekarang, karena ada lamaran untuknya dari kerajaan yang
sangat besar.”
Gandari : “Bukan karena itu juga kakak ipar!”

Sukdha : “Meskipun begitu, itu masih bisa dimengerti Gandari. Tidak ada satupun
kerajaan di dunia ini yang lebih besar dan lebih hebat dari Hastina Pura.”

Gandari : “Hastina Pura.” (menghayalkan Astina Pura) “Itu mungkin kerajaan yang
besar, tapi kerajaan Gandara tidaklah selemah itu. Tapi sebuah
pernikahan memerlukan pangeran bukan sebuah kerajaan.”

Kakak Ipar : “Ohoo…Jadi tuan putri kita sedang memimpikan calon suaminya.

Gandari : “Aaa…Kakak ipar.” (Sambil tertawa malu)

Sukdha : “Dibanding manusia biasa, pangeran dari Hastina Pura seperti dewa
Indra. Rakyat dari dinasti Kuru menempatkan mereka di sebelah dewanya
dan memuja mereka dengan segenap hati.”

Kakak Ipar : “Kau sangat beruntung Gandari.”

Gandari : “Kakak ipar, siapa nama orangnya?”


Kakak Ipar : “Kenapa kau sangat ingin tau namanya? Lagipula seorang istri tidak
pernah memusingkan nama suaminya.”

Gandari : “Kakak ipar beritahu aku siapa namanya!”

Kakak Ipar : “Namanya adalah Detrarastra…. Pangeran Detrarastra…”

Gandari : “Pangeran Detrarastra…, dia pasti pangeran yang sangat tampan.”

Sukdha : “Tentu saja tuan putri, dan setelah kau menikah dengannya kau akan
menjadi Ratu Astina Pura.”

Gandari : “Kuharap yang kau bicarakan itu benar,aku sangat menantikan hari-hari
pernikahanku.”

3
Sedangkan di kerajaan Hastina pura di sebuah ruangan pandu dan
detrarastra juga sedang bercakap cakap mengenai pernikahannya
Scene 4
Detrarastra : “Pandu, apa kau tahu apa yang sedang aku pikirkan saat ini.”

Pandu : “Tidak kak.”

Detrarastra : “Hari-hari yang ku nantikan akan segera tiba Pandu, sebentar lagi aku
akan menjadi seorang raja. Dan ketika aku sudah menjadi seorang raja
kebahagiaan ku akan lengkap dan kesepian ku akan hilang.”

Pandu : “Sebuah kerajaan dibuat untuk melayani rakyatnya dan itu tidak bisa
dijalankan dengan keegoisan kak, selain itu kesepian bukan disembuhkan
dengan memiliki sebuah kerajaan tapi dengan mendapatkan cinta, kau
butuh seorang istri yang akan menjadi matamu dan menghilangkan
kesepianmu.”

Detrarastra : “Aku tidak punya waktu untuk memikirkan pernikahan itu Pandu.”

Pandu : “Kau tidak perlu memikirkannya kak, paman dan ibu ratu sudah mengatur
pernikahanmu dengan tuan putri dari kerajaan Gandara.”

Detrarastra : “Aku tahu.”

Pandu : “Aku dengar tuan putri dari kerajaan Gandara memiliki kecantikan dan
kecerdasan yang luar biasa dan dia juga diberkati oleh dewa siwa akan
melahirkan seratus orang putra, kau benar-benar beruntung kak.”

Detrarastra : “Putri dari kerajaan gandara lah yang seharusnya beruntung karna dia
akan menjadi ratu di Hastina Pura.”

4
Setelah kerajaan gandara menerima lamaran yang dibawa oleh Bhisma. Bhisma
pun kembali kekerajaan hastina pura untuk memberikan kabar baik
tersebut,setelah disampaikan kabar tersebut atas pernikahanpun segera
dipersiapkan

Scene 5

Bhisma : “Salam hyang mulia ratu.”

Satyawati : “Aku harus memberkatimu apa Bhisma? Sebuah anugrah untuk berumur
panjang? Tapi kau sendiri yang bisa menentukan kematianmu sendiri.”

Bhisma : “Seorang ibu pasti mendoakan kebahagian bagi anaknya.”

Satyawati : “Selama tahta Hastina Pura masih kosong, bagaimana aku bisa benar-
benar bahagia? Sebuah kebun yang penuh dengan pepohonan dan sebuah
tahta yang kosong tanpa seorang raja penderitaannya sama saja Bhisma,
orang yang menanggung tugas mengawalnya selamanya tidak akan bisa
tidur, maka ku kirim kau untuk menemukan kebahagian kita Bhisma.”
“Apa raja dari kerajaan gandara sudah tiba dengan putri Gandari?”

Bhisma : “Hyang mulia ratu, mereka tidak bisa ikut, raja Subala memohon bahwa
dia akan membuat pernikahan Gandari luar biasa dan mengagumkan, dia
akan membawa keluarganya bersama Gandari, dan tiba di Hastina Pura
nanti malam sebelum malam aksatritia, selain itu setelah bertahun-tahun
ini akan menjadi pernikahan pertama dari bangsa kita, bahkan kita juga
harus mengundang para raja dari kerajaan lain.”

Satyawati : “Kalau kau ajak mereka juga aku akan lebih bahagia lagi tapi ku harap
yang kau rasakan itu benar.”

Bhisma : (memberi hormat kepada ratu )

Bhisma : “Ambika lanjutkan persiapan pernikahan untuk anak tertuamu


Detrarastra.”

Ambika : “Baiklah Bhisma yang agung kami akan mulai persiapannya.”

Satyawati : “Menantuku sebelum raja Subala sampai disini ambillah lambang dari
ornamen dan hadiah untuk dikirimkan ke kerajaan Gandara.”

Ambalika : “Baikalah ibu mertua, kami akan dengan senang hati mempersiapkan
ornamen dan hadiah itu.”

Ambika dan Ambalika pun pergi untuk mempersiapkan acaranya


Satyawati : “Aku merasa senang sekali Bhisma, mulai sekarang tahta dari Hastina
Pura selamanya akan aman, aku bisa membayangkan kerajaan kita seperti

5
apa nanti 100 anak Gandari akan meramaikan bangsa kuru. Bhisma
umumkan lah pernikahan Detrarastra dan Gandari keseluruh daerah kuru
dan setelah itu Detrarastra akan menjadi raja Hastina Pura.”

Bhisma : “Baiklah ibu ratu.”

Di sebuah ruangan kerajaan pandu bertemu dengan detrarasta disana detrarasta


sangat senang karna selain mendapatkan istri yang nantinya akan menjadi matanya
dan dia akan duduk di tahta kerajaan sebagai raja dari hastina pura. Dan di
kerajaan gandara ornamen dan hadiah telah datang dan disambut bahagia oleh
gandari .

Scene 6
Detrarastra : “Pandu ”

Pandu : “Salam kakak.”

Detrarastra : “Taukah kau berapa langkah yang perlu kau lakukan untuk mencapai
tahta ini?”

Pandu : “Tidak kakak”

Detrarastra : “ 21” “1,2,3,4,5. Aku sudah mengukur jarak ke tahta mulai dari setiap
pintu dalam diruangan ini. 6,7,8,9,10 taukah kau kenapa karna tepat
setelah lahir aku sudah menuju ke tahta ini 20,21 “ tapi sekarang sejauh
apakah?”

Pandu : “ 21 langkah ?”
Detrarastra :
6
“ Bukan, hanya satu langkah, dan nama dari satu langkah itu ialah
pernikahan, lalu aku akan duduk disana, diatas tahtaku. Dan kemudian
dia akan duduk disana sebagai mataku, ratuku.”
Pandu :
“ Aku senang mendengarnya kak,akhirnya kau mendapatkan matamu,
mari kak kita persiapkan pernikahan ini.”

Scene 7
Kakak Ipar : “Gandari, lihatlah ini.”

Gandari : “Ada apa kakak?”

Kakak Ipar : “Lambang ornamen dan hadiah~hadiah sudah datang dari hastina pura
untukmu Gandari.” “Lihatlah Gandari semua itu perhiasan yang indah.”

Gandari : “Benar, ini sangat indah.”

Kakak Ipar : “Ini menunjukan status dari ratu Hastina Pura, dan saat kau memakai ini
dan duduk di tahta Hastina Pura, kecantikanmu akan semakin luar biasa
Gandari.”

Gandari : “Ah tidak begitu kakak.”

Kakak Ipar : “Kau pasti sangat bahagia Gandari, aku tidak sabar melihat mu
mengenakan semua ini. Pasti kau akan terlihat sangat sangat cantik.”

Gandari : “Kau benar kakak, ayo kita beri tau ibu dan yang lainnya kalau hadiah
dari Hastina Pura sudah tiba di sini.”

Namun di satu sisi hal yang ditakutkan raja subala terjadi. Sangkuni datang dan
tidak menyetujui pernikahan tersebut. Di tengah perdebatan itu gandari datang
dan mendengar percakapan itu dia terkejut dan berlali

Scene 8
Ratu Sudarma : “Hyang mulia…Setelah mengambil suatu keputusan, rasa khawatir hanya
akan memberikan penderitaan dan kesedihan.”

Raja Subala : “Aku bukannya sedih atau khawatir Sudarma` hatiku hanya terbeban
dengan perasaan bersalah, aku merasa punya beban besar di hatiku.”

Ratu Sudarma : “Rajaku…Waktu kau menerima lamaran dari Bhisma, aku pun penuh
dengan kemaharan tapi setelah memikirkannya kembali, aku merasa
bahagia bahwa keputusan itu benar.”

Raja Subala : “Keputusan ini dibuat sebagai seorang raja, tapi sebagai seorang ayah
masih merasa keputusan ini salah.”
Ratu Sudarma :

7
“Hyang mulia…seorang ayah terikat pada perasaan dan juga kasih sayang
yang melemahkan. Gandari adalah seorang tuan putri, kalau dia harus
membuat pengorbanan demi rakyatnya sendiri, dia harus melakukannya
dengan senyuman.”
Raja Subala :
“Tapi bagaimana aku bisa katakan pada putriku tentang ini ratu, bahwa
demi kebahagian rakyat Gandara aku telah memberi kesedihan seumur
hidup untuknya.”
Ratu Sudarma :
“Tidak untuk saat ini hyang mulia, saat ini Gandari sedang diberkati dan
aku tidak mau melihat semua ini berubah menjadi penderitaan biarlah
takdirnya nanti yang akan mengungkapkan dirinya sendiri didepannya.”
Raja Subala :
“Tapi saat Sangkuni kembali dari perburuannya apa yang akan terjadi
nanti? Dia sangat sayang pada adiknya dia tidak akan bisa menerima
kenyataan bahwa adiknya menikah dengan seseorang yang buta.”
Ratu Sudarma :
“Sangkuni, kami sudah menunggumu.”
Sangkuni :
“Kenapa kita harus menunggu lagi ibu.”
Ratu Sudarma :
“Tolong kendalikan amarahmu itu, sebuah pasukan besar telah datang
dari Hastina Pura dengan lamarannya dan Bhisma sendiri yang
mengawasi mereka ,kita tidak ada pilihan lain selain menerima lamaran
itu, ayahmu pasti akan menjeaskan keadaan ini kepadamu.”
Sangkuni :
“Siapa yang akan menjelaskan saat ini, seorang ayah atau seorang raja
ibu?”
Raja Subala :
“Sangkuni seorang raja tidak boleh mengabaikan kewajibannya di
Sangkuni : istana.”

“Yang kau katakan itu benar sekali ayah, itu adalah tugas keistanaanmu
untuk menikahkan Gandari dengan Detrarastra, itu merupakan tugas
keistnaanmu. Dia adalah seorang putri yang memberimu begitu banyak
rasa cinta juga rasa hormat, tapi kau sudah bersikap tidak adil padanya.
Apa gunanya tugas keistanaanmu itu, dimana kau harus mengorbankan
keluarga kerajaan, dimanakah kehebatanmu itu ayah, dimana
kekuatanmu sekarang, raja Subala!!! atau apa kau telah termakan oleh
ketamakan mu untuk mengembangkan kerajaan mu dengan bantuan dari
astinapura dan apa ketamakan mu itu juga telah mengalahkan cintamu
Raja Subala : pada putrimu. Jawab aku ayah.”

“Aku mencintai putriku Gandari juga nak dan aku harus ambil keputusan
ini dengan hati yang sangat berat. Karna emosi telah membuatmu buta,
kau harus lupakan emosimu dan pikirkanlah keadaanya, besok kau akan
menjadi raja dari Gandara dan sebagai raja Gandara kau tidak boleh buta
Sangkuni : pada masa depan Gandara.”

“Aku tidak takut dengan Bhisma ayah, saat kekuatan gagal berarti kita
harus bisa menggunakan tipuan, aku bisa menyerang kerajaan Hastina
Pura dengan menggunakan kecerdasanku hingga seluruh kerajaan akan
hancur berkeping keeping. Aku tidak menghargai apapun juga yang akan
membahayakan masa depan adik kesayangan ku, aku tidak akan pernah
8
membiarkan Gandari menikah dengan pria yang sudah buta sejak lahir.
Sangkuni : Tidak akan pernah.”

Sangkuni : “Gandari, Gandari berhenti Gandari…?

“Lihat lah ayah, itu artinya adik kesayangku telah tenggelam dalam
kegelapan. Keteguhan dan tidak punya perasaan itu punya garis tipis dari
perbedaannya , tapi perbedaannya itu tersembunyi cukup dalam, seorang
ayah dengan keteguhan yang tidak punya perasaan itu adalah musuh,
musuh ayah.”

Sangkuni pergi mengejar gandari yang mendengar kenyataan tentang


Sangkuni : calon suaminya

“Tidak Gandari, ini bukan saatnya kau menangis. Aku masih hidup, aku
kakakmu, aku tidak akan membiarkanmu berduka, itu sumpahku.”
“Mereka boleh punya kekuatan, mereka boleh punya kekayaan yang
berlimpah, tapi kau dan masa depanmu, adalah hal yang tidak bisa mereka
miliki begitu saja, selama aku masih hidup, aku tidak akan
Gandari : membiarkanmu menikah dengannya,tidak akan pernah ”

“Kenapa ayah melakukan ini, kenapa? Kenapa dia tidak memberi tahuku
kalau calon suamiku terlahir buta. Kalau tau, aku tidak akan bermimpi
Sangkuni : terlalu besar.” (sedih)

“Gandari, dia belum jadi suamimu, dia itu bukan suamimu.” Aku akan
segera mengirim pesan ke hastina pura, bahwa kita tidak bisa menerima
Gandari : lamaran mereka.”

“Kakak, jangan lakukan itu!” “Mungkin ayah melakukan hal ini karena
dia sedang dilema, dia pasti berharap banyak, aku sebagai tuan putri harus
Sangkuni : melakukan pengorbanan.

Gandari : “Tapi Gandari….”

“Jika ini dilakukan demi kebahagian rakyat Gandara, aku bersedia


melakukannya.” “Pernikahan ini masih bisa ku terima.”
“Bersiap-siaplah untuk pergi ke Hastina Pura.”

Setelah mengambil keputusan untuk tetap menikah dengan pangeran detrarastra


gandari pergi kekamarnya dengan rasa kecewa dan sedih dia mematikan semua
lilin yang ada.
Scene 9
Gandari : (Menangis)

Sukdha : “Tuan putri kenapa kau matikan lilinnya?”

Gandari : “Aku berusaha agar terbiasa pada kegelapan.”


Sukdha : “Tapi tuan putri bukannya kau takut pada kegelapan?”

9
Gandari : “Memang benar , aku sangat takut pada kegelapan tapi kegelapan akan
menjadi bagian hidupku nanti. Dan aku harus melawan ketakutan”

Sukdha : “Tuan putri kau akan menikahi seorang pria buta dan bukan kegelapan”

Gandari : “Untuk mengerti seseorang dengan kegelapan dimatanya harus ada yang
mengerti soal kegelapan , bagaimana seorang pangeran hidup dengan
kegelapan seumur hidupnya , saat kita terjatuh waktu sedang berjalan kita
akan berhati hati agar tidak terjatuh lagi ,tetapi sang pangeran mungkin
sudah jatuh berulang kali.”

Sukdha : “Tuan putri aku tidak punya jawaban dari setiap pertanyaanmu “

Gandhari : “Tapi aku harus temukan jawaban untuk semua pertanyaan ini mulai dari
sekarang aku harus berhenti bergantung dengan cahaya dan berteman
dengan kegelapan ,pergilah Sukdha.”

Di Hastina Pura sendiri, persiapan pernikahan Detrarastra dan Gandari sudah


dilaksanakan dengan sangat meriah. Lampu-lampu menyala dengan indahnya,
hiasan ruangan penuh dengan bunga-bunga, para penari menari dengan
gemulainya , seluruh rakyat menyambut pernikahan ini dengan suka cita. Begitu
juga dengan lingkungan kerajaan yang sudah menanti pernikahan ini. Detrarastra
yang sedang berias di kamarnya, tiba-tiba di datangi oleh ibunya….
Scene 10
Detrarastra : (Termenung, memikirkan saat dia jadi raja).

Ambika : “Rupanya kau disini anaku”

Detrarastra : “Ibu ,, salam ibu”

Ambika : “Semoga panjang umur nak,, aku sudah melihat gandari kemarin ternyata
dia sangat cantik. Ayo ibu ratu sudah ingin membawa mu ketenda
pernikahan”

Detrarastra : “Baik ibu”


Ambalika : “Dimana pandu?”

Pandu : “Aku disini ibu”

Detrarastra : “Pandu aku tidak bisa melihat diriku sendiri kau harus memberi tahu aku
bagaimana penampilanku? Hari ini adalah pertemuanku dengan gandari”

Pandu : “Keberanianmu kak, sudah terkenal dikerajaan gandara penampilanmu


ini dimata sang tuan putri sudah diketahui bahkan sebelum pertemuan
nanti”
Ambalika :
“Ayo nak saat-saat menjelang pernikahan sudah dekat”
Detrarastra :
“Baiklah”

10
Mereka semua lalu pergi ke aula istana.
Pandu :
“ Salam ibu ratu “
Satyawati :
“ Kau harus pergi ke wisma tamu sampaikan pesan kepada raja gandara
untuk segera datang bersama gandari saatnya pernikahan sudah tiba”
Pandu :
“ Ibu ratu utusan mereka sudah memberikan pesan bahwa putri gandari
sedang dirias ,satu jam lagi mereka akan sampai”

Di kerajaan Gandara setelah selesai dirias Gandari terdiam dan merenung


hingga akhirnya dia mengambil keputusan untuk bersumpah

Scene 11
Gandari : “ Kau sudah selesai dengan riasannya Sukdha”

Sukdha : “ Sudah tuan putri”

Gandari : “Kalian boleh pergi”

Setelah semua pergi gandari mengucapkan sumpah.

Gandari : “Untuk mengerti arti kegelapan dalam hidupnya aku bersumpah akan
menutup mataku seumur hidup”

Gandaripun menuntup mata.

Kerajaan Hastina Pura telah menanti nanti kedatangan dari kerajaan Gandara.
Setelah menunggu beberapa saat datanglah kerajaan Gandara bersama putri
Gandari dan disambut gembira oleh kerajaan Hastina Pura namun betapa
terkejutnya mereka melihat apa yang dilakukan oleh Gandari. Ibu Ratu sangat
tersinggung dan pangeran Detrarasta sangat marah hingga menolak Gandari dan
tidak melanjutkan pernikahan itu.Namun karna kecerdasan yang dimiliki oleh
Gandari ia mampu menjelaskan maksud dirinya mengambil sumpah. Dan akhirnya
pun mereka menikah.
Scene 12

11
Detrarastra : “Pandu kapan mempelai wanita akan datang?”

Pandu : “Kau akan mendengar gelang kakinya saat dia tiba disini”

Detrarastra : “Pandu aku bisa mendengar gelang kakinya, tapi kenapa semuanya tiba-
tiba diam.”

Satyawati : “Berhenti, lelucon apa ini?”

Ambika : “Kenapa kau menutup matamu putrid gandari ?”

Detrarastra : “Apa maksudnya ibu itu ?”

Pandu : “Itu benar kakak putri gandari telah menutup matanya dengan kain”

Ratu Sudarma : “Maafkan aku hyang mulia ratu,tapi dia telah mengucapkan sumpah
bahwa dia akan menutup matanya seumur hidupnya.”
Satyawati : “Apa maksud dia menutup matanya seumur hidupnya?. Raja dari
gandara apa maksud dari semua ini?”

Raja Subala : “Yang mulia ratu kami sudah membujuknya ,tapi dia menolak melanggar
sumpahnya.”

Satyawati : “Beraninya kau menghina keturunan dinasti kuru,kami mendatangimu


dengan lamaran dan sebagai balasan kau menghina kami.”

Ambalika : “Kau tidak pernah mengatakan, akan mengambil sumpah seperti itu”

Ambika : “Kalau dia tidak bisa menjadi mata Detrarastra maka dia tidak ada
gunanya disini.”

Raja Subala : “Kumohon maafkan putriku hyang mulia ratu,tetapi……”

Detrarastra : “Seorang wanita yang berani menghina kebutaanku tidak akan pernah
bisa menjadi istriku,,, AKU MENOLAK WANITA INI!!”

Gandari : “Aku telah meninggalkan istana ayahku tuanku untuk menjadi separuh
dari dirimu kalau kini kau menolakku maka berarti aku harus masuk ke
api suci.”

Ambika : “Putri,, jika kau disini untuk menikah kenapa kau mengambil sumpah
seperti itu ?”
Ambalika :
“Sesungguhnya perlu kau ketahui pangeran detrarasta mmbutuhkan
seorang istri untuk menjadi matanya,seorang istri yang sejati yang bisa
melengkapi suaminya”
Gandari :
“Terimalah salam ku ibu,aku tidak menganggap tuanku tidak mampu dan
soal saling melengkapi itu tidak akan menjadi masalah disini,bagiku
disini tuanku bukalah tidak lengkap tetapi berbeda dengan yang lain,dan
demi menjadi pasangan sejatinya aku harus menerima gaya hidup yang
berbeda ini.”
Satyawati :
12
“Apa kau tidak tau tugas untuk memperkenalkan suami pada dunia adalah
tugasmu Gandari.”
Gandari :
“Salam hyang mulia ratu bahkan seorang pelayanpun bisa menjalankan
tugas itu tapi perasaan dari seorang yang buta hanya bisa dimengerti oleh
sesamanya, bagaimana hidup pernikahan bisa lengkap kalau suami istri
tidak bisa berbagi kebahagian dan penderitaanya, selama pengliatan ku
masih mengatur hidupku aku tidak akan pernah merasakan emosi dari
tuanku karna itulah aku putuskan menutup mataku untuk selamanya”
Bhisma :
“Sebelum mengambil sumpah yang seperti itu. Harusnya kau memikirkan
ini terlebih dulu putri”
Gandari :
“Tapi pemikiran hanya menghasilkan keputusan,sebuah sumpah lahir
dari perasaan murni dari sebuah hati. Maaf kan kelancanganku tuan tapi
siapa yang mengerti tentang sumpah selain dirimu. Berikan aku doa kala
suamiku terluka maka aku yang akan menanggung penderitaanya.aku
berdoa agar kau menerimaku sebagai menantumu, dan doakan aku
memberikan dinasti kuru 100 orang putra dariku. Dan setelah mendengar
ini apakah keputusan tuan?”
Satyawati :
“Bagaimanakah keputusanmu Bhisma?”
Bhisma :
“Ini keadaan yang sangat suram ibu ratu, tindakan yang dilakukan putri
Gandari tidak ada dalam kitab suci kita dan secara normal. Pangeran
Detrarastra tidak suka dengan hal ini, Tapi karena putri Gandari sudah
melakukan sumpahnya maka menurutku pangeran Detrarastra harus
menerima putri Gandari sepenuh hatinya. ”
Satyawati :
“ Baiklah jika menurutmu itu yang terbaik maka aku akan menerimanya.
Kita akan melangsungkan pernikahan putri Gandari sekarang juga.”

Setelah mendengar keputusan dari ratu satyawati akhirnya pangeran detrarasta pun
menerima putri gandari. Kemudian dilangsukanlah pernikahan dan di meriahkan
dengan tari tarian yang di bawakan oleh keluarga kerajaan Hastina Pura dengan
kerajan Gandara
~sekian dan trimakasih~

13

Anda mungkin juga menyukai