Berikan [Sembunyikan]
[Bantulah kami
suara
menerjemahkan!]
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Arti nama
2 Kelahiran
3 Masa muda
4 Pendidikan
5 Peristiwa di Waranawata
6 Peristiwa di Hidimbawana
7 Pembunuh Raksasa Baka
8 Bima dalam Bharatayuddha
9 Bima dalam pewayangan Jawa
o 9.1 Sifat
o 9.2 Istri dan keturunan
o 9.3 Nama lain
10 Lihat pula
[sunting] Kelahiran
Dalam wiracarita Mahabharata diceritakan bahwa karena Pandu tidak dapat membuat keturunan
(akibat kutukan dari seorang resi di hutan), maka Kunti (istri Pandu) berseru kepada Bayu, dewa
angin. Dari hubungan Kunti dengan Bayu, lahirlah Bima. Atas anugerah dari Bayu, Bima akan
menjadi orang yang paling kuat dan penuh dengan kasih sayang.
[sunting] Masa muda
Pada masa kanak-kanak Pandawa dan Korawa, kekuatan Bima tidak ada tandingannya di antara
anak-anak sebayanya. Kekuatan tersebut sering dipakai untuk menjahili para sepupunya, yaitu
Korawa. Salah satu Korawa yaitu Duryodana, menjadi sangat benci dengan sikap Bima yang
selalu jahil. Kebencian tersebut tumbuh subur sehingga Duryodana berniat untuk membunuh
Bima.
Pada suatu hari ketika para Korawa serta Pandawa pergi bertamasya di daerah sungai Gangga,
Duryodana menyuguhkan makanan dan minuman kepada Bima, yang sebelumnya telah
dicampur dengan racun. Karena Bima tidak senang mencurigai seseorang, ia memakan makanan
yang diberikan oleh Duryodana. Tak lama kemudian, Bima pingsan. Lalu tubuhnya diikat kuat-
kuat oleh Duryodana dengan menggunakan tanaman menjalar, setelah itu dihanyutkan ke sungai
Gangga dengan rakit. Saat rakit yang membawa Bima sampai di tengah sungai, ular-ular yang
hidup di sekitar sungai tersebut mematuk badan Bima. Ajaibnya, bisa ular tersebut berubah
menjadi penangkal bagi racun yang dimakan Bima. Ketika sadar, Bima langsung melepaskan
ikatan tanaman menjalar yang melilit tubuhnya, lalu ia membunuh ular-ular yang menggigit
badannya. Beberapa ular menyelamatkan diri untuk menemui rajanya, yaitu Naga Basuki.
Saat Naga Basuki mendengar kabar bahwa putera Pandu yang bernama Bima telah membunuh
anak buahnya, ia segera menyambut Bima dan memberinya minuman ilahi. Minuman tersebut
diminum beberapa mangkuk oleh Bima, sehingga tubuhnya menjadi sangat kuat. Bima tinggal di
istana Naga Basuki selama delapan hari, dan setelah itu ia pulang. Saat Bima pulang, Duryodana
kesal karena orang yang dibencinya masih hidup. Ketika para Pandawa menyadari bahwa
kebencian dalam hati Duryodana mulai bertunas, mereka mulai berhati-hati.
[sunting] Pendidikan
Pada usia remaja, Bima dan saudara-saudaranya dididik dan dilatih dalam bidang militer oleh
Drona. Dalam mempelajari senjata, Bima lebih memusatkan perhatiannya untuk menguasai ilmu
menggunakan gada, seperti Duryodana. Mereka berdua menjadi murid Baladewa, yaitu saudara
Kresna yang sangat mahir dalam menggunakan senjata gada. Dibandingkan dengan Bima,
Baladewa lebih menyayangi Duryodana, dan Duryodana juga setia kepada Baladewa.
Pada suatu malam, Kunti mengadakan pesta dan seorang wanita yang dekat dengan Purocana
turut hadir di pesta itu bersama dengan kelima orang puteranya. Ketika Purocana beserta wanita
dan kelima anaknya tersebut tertidur lelap karena makanan yang disuguhkan oleh Kunti, Bima
segera menyuruh agar ibu dan saudara-saudaranya melarikan diri dengan melewati terowongan
yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian, Bima mulai membakar rumah lilin yang ditinggalkan
mereka. Oleh karena ibu dan saudara-saudaranya merasa mengantuk dan lelah, Bima membawa
mereka sekaligus dengan kekuatannya yang dahsyat. Kunti digendong di punggungnya, Nakula
dan Sadewa berada di pahanya, sedangkan Yudistira dan Arjuna berada di lengannya.
Ketika keluar dari ujung terowongan, Bima dan saudaranya tiba di sungai Gangga. Di sana
mereka diantar menyeberangi sungai oleh pesuruh Widura, yaitu menteri Hastinapura yang
mengkhwatirkan keadaan mereka. Setelah menyeberangi sungai Gangga, mereka melewati
Sidawata sampai Hidimbawana. Dalam perjalanan tersebut, Bima memikul semua saudaranya
dan ibunya melewati jarak kurang lebih tujuh puluh dua mil.
Pada hari yang telah ditentukan, Bima membawa segerobak makanan ke gua Bakasura. Di sana
ia menghabiskan makanan yang seharusnya dipersembahkan kepada sang raksasa. Setelah itu,
Bima memanggil-manggil raksasa tersebut untuk berduel dengannya. Bakasura yang merasa
dihina, marah lalu menerjang Bima. Seketika terjadilah pertarungan sengit. Setelah pertempuran
berlangsung lama, Bima meremukkan tubuh Bakasura seperti memotong sebatang tebu. Lalu ia
menyeret tubuh Bakasura sampai di pintu gerbang Ekacakra. Atas pertolongan dari Bima, kota
Ekacakra tenang kembali. Ia tinggal di sana selama beberapa lama, sampai akhirnya Pandawa
memutuskan untuk pergi ke Kampilya, ibukota Kerajaan Panchala, karena mendengar cerita
mengenai Dropadi dari seorang brahmana.
Pada hari terakhir Bharatayuddha, Bima berkelahi melawan Duryodana dengan menggunakan
senjata gada. Pertarungan berlangsung dengan sengit dan lama, sampai akhirnya Kresna
mengingatkan Bima bahwa ia telah bersumpah akan mematahkan paha Duryodana. Seketika
Bima mengayunkan gadanya ke arah paha Duryodana. Setelah pahanya diremukkan, Duryodana
jatuh ke tanah, dan beberapa lama kemudian ia mati.
Bima adalah seorang tokoh yang populer dalam khazanah pewayangan Jawa. Suatu saat mantan
presiden Indonesia, Ir. Soekarno pernah menyatakan bahwa ia sangat senang dan
mengidentifikasikan dirinya mirip dengan karakter Bima.
[sunting] Sifat
Bima memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur, serta menganggap semua
orang sama derajatnya, sehingga dia digambarkan tidak pernah menggunakan bahasa halus
(krama inggil) atau pun duduk di depan lawan bicaranya. Bima melakukan kedua hal ini (bicara
dengan bahasa krama inggil dan duduk) hanya ketika menjadi seorang resi dalam lakon Bima
Suci, dan ketika dia bertemu dengan Dewa Ruci. Ia memiliki keistimewaan dan ahli bermain
gada, serta memiliki berbagai macam senjata, antara lain: Kuku Pancanaka, Gada Rujakpala,
Alugara, Bargawa (kapak besar) dan Bargawasta. Sedangkan jenis ajian yang dimilikinya antara
lain: Aji Bandungbandawasa, Aji Ketuklindu, Aji Bayubraja dan Aji Blabak Pangantol-antol.
Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu: Gelung Pudaksategal, Pupuk
Jarot Asem, Sumping Surengpati, Kelatbahu Candrakirana, ikat pinggang Nagabanda dan Celana
Cinde Udaraga. Sedangkan beberapa anugerah Dewata yang diterimanya antara lain: Kampuh
atau Kain Poleng Bintuluaji, Gelang Candrakirana, Kalung Nagasasra, Sumping Surengpati dan
Pupuk Pudak Jarot Asem.
Bima tinggal di kadipaten Jodipati, wilayah Indraprastha. Ia mempunyai tiga orang isteri dan 3
orang anak, yaitu:
Menurut versi Banyumas, Bima mempunyai satu istri lagi, yaitu Dewi Rekatawati, berputera
Srenggini.
Bratasena
Balawa
Birawa
Dandungwacana
Nagata
Kusumayuda
Kowara
Kusumadilaga
Pandusiwi
Bayusuta
Sena
Wijasena
Jagal Abilowo
Tampilan
Halaman
Pembicaraan
Sunting
↑
Versi terdahulu
Peralatan pribadi
Coba Beta
Masuk log / buat akun
Cari
Navigasi
Halaman Utama
Perubahan terbaru
Peristiwa terkini
Halaman sembarang
Komunitas
Warung Kopi
Portal komunitas
Bantuan
wikipedia
Tentang Wikipedia
Pancapilar
Kebijakan
Menyumbang
Cetak/ekspor
Buat buku
Unduh sebagai PDF
Versi cetak
Kotak peralatan
Pranala balik
Perubahan terkait
Halaman istimewa
Pranala permanen
Kutip halaman ini
Bahasa lain
বাংলা
English
हिन्दी
Italiano
日本語
Basa Jawa
ಕನ್ನಡ
മലയാളം
Polski
Svenska
தமிழ்
తెలుగు
ไทย
اردو
Halaman ini terakhir diubah pada 10:17, 18 Februari 2010.
Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons; ketentuan
tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.
Kebijakan privasi
Tentang Wikipedia
Penyangkalan