Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SEJARAH SASTRA LAMA

Wiracerita/Epos: Cerita Mahabarata Dan Ramayana


Diampu oleh Dr. Sumartini, S.S., M.A.

Kelompok 2-Rombel 3

Disusun oleh :

Adinda Rizka Aulia Putri (2302030062)

Aulia Indira Pramesti (2302030063)

Firdha Anggita Sefiani (2302030068)

Najma Fauzia Rahmah (2302030085)

Program Studi S1 Sastra Indonesia

Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Semarang

2023
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu castra yang merupakan
gabungan dari cas 'ajaran/pedoman' dan tra 'alat'. Dalam penggunaannya, awalan
kata sastra biasanya diimbuhi su 'baik atau indah' yang berasal dari bahasa Jawa,
sehingga menjadi "susastra". Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kata
susastra merujuk pada karya sastra yang memiliki kualitas baik dan indah.

Menurut Plato, sastra merupakan hasil tiruan atau gambaran dari kenyataan
(mimesis). Artinya, sebuah karya sastra harus mencerminkan bentuk teladan alam
semesta sekaligus menjadi model dari kenyataan kehidupan sehari-hari manusia.

Tujuan dari sastra adalah menciptakan keindahan, mengajarkan nilai-nilai moral,


menghibur pembaca, dan menjaga identitas budaya bangsa.

Jenis sastra sendiri dibagi menjadi dua jika berdasarkan zaman pembuatannya,
yaitu sastra lama dan sastra modern. Sastra lama Indonesia telah berakar dari
tradisi turun-temurun di masyarakat. Biasanya, karya-karya sastra ini berisi
nasihat, ajaran agama, dan nilai-nilai moral yang diwariskan para leluhur dan
disebarluaskan secara anonim.

Salah satu jenis dari karya sastra lama adalah wiracarita, terutama kisah
Ramayana dan Mahabarata yang sudah sangat dikenal masyarakat Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang melatarbelakangi lahirnya wiracerita?
2. Apa perbedaan Wiracarita Ramayana dan Mahabarata?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1.

D. Manfaat Penulisan Makalah


Dapat memahami materi wiracarita, terutama pengertian, sejarah, contoh,
dan lain sebagainya.
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Wiracerita
Wiracerita atau epos merupakan sejenis karya sastra lama yang
menceritakan kisah kepahlawanan. Wiracerita sendiri berasal dari kata
wira 'pahlawan', dan cerita 'kisah'. Wiracarita biasanya dituturkan dalam
bentuk syair panjang dan sering ditemui dalam cerita pewayangan.

B. Sejarah Wiracerita
Masuknya kebudayaan dan agama Hindu-Buddha di Indonesia
menyebabkan akulturasi dengan kebudayaan lokal. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau
lebih yang saling bertemu dan saling memengaruhi. Peradaban Hindu-
Buddha pada masa itu sangat berpengaruh terhadap bidang seni, sastra,
dan aksara di Nusantara.

Dalam buku Kehidupan Masyarakat Pada Masa Praaksara, Masa


Hindu Buddha, dan Masa Islam (2019) karya Tri Worosetyaningsih,
pengaruh India membawa perkembangan sastra di Indonesia yang
berbentuk prosa dan puisi. Berdasarkan isinya, kesusasteraan dapat
dikelompokkan menjadi tutur, kitab hukum, dan wiracerita. Wiracerita
yang terkenal sampai saat ini adalah cerita Ramayana dan Mahabarata. Di
mana cerita tersebut juga dijadikan sebagai seni pertunjukan wayang kulit.
Setelah masuknya kebudayaan Hindu-Buddha, muncul wiracarita hasil
gubahan dari pujangga Indonesia. Salah satunya adalah Kitab Baratayudha
karangan Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.

C. Contoh Wiracerita
Ramayana ditulis oleh Walmiki. Isinya menceritakan tentang Rama, anak raja
Ayodya, demi kepentingan adiknya dia bersedia dibuang selama 14 tahun. Dalam
pengembaraan, istrinya diculik oleh Rahwana, raja di Langka. Dengan bantuan
bala tentara kera akhirnya Sinta, istri Rama, dapat diselamatkan. Ternyata, Rama
sendiri adalah titisan Wisnu dalam usaha memerangi kejahatan.

Kemudian, ada kitab Mahabharata yang bagian pertamanya ditulis oleh Wyasa.
Ceritanya mengisahkan perang besar antara Korawa dan Pandawa. Mereka
memperebutkan negara Hastina. Berkat pertolongan Kresna, yang ternyata
merupakan titisan Wisnu, Pandawa memenangi perang dan mewarisi Hastina.
D. Sinopsis Ramayana dan Mahabarata
Ramayana

Cerita diawali dengan pengorbanan oleh raja Ayodhya, Dasarata untuk


para dewa karena tidak memiliki putra. Di sisi lain, para dewa di kayangan
diresahkan oleh gangguan Rawana yang hanya bisa dibinasakan oleh
manusia. Wisnu pun dimintai para dewa untuk menjelma menjadi manusia
dan mengalahkan Rawana. Wisnu setuju dan menjelmalah Ia menjadi
putra Dasarata. Tak lama setelah pengorbanan, ketiga permaisuri Dasarata
hamil. Kausalya melahirkan Rama, Kaikeyi melahirkan Bharata,
sedangkan Sumitra melahirkan Laksmana dan Satrughna. Kemudian
diciptakanlah para kera gagah berani oleh para dewa demi membantu
mengalahkan Rawana.

Suatu hari ketika usia Rama genap 16 tahun, datanglah pertapa


Wiswamitra ke Ayodhya meminta Rama menolongnya membunuh para
raksasa yang mengganggu pertapaannya. Diturutilah permintaan itu oleh
Rama dan Laksmana dan berakhir dengan kemenangan mereka. Kemudian
singgahlah mereka di Mithila yang kebetulan rajanya, Janaka sedang
mengadakan sayembara untuk mencarikan putrinya (Sitha) suami. Tak ada
yang sanggup memenangkan sayembara itu kecuali Rama. Diterimalah
Rama menjadi suami Sitha, bahkan adik-adiknya dinikahkan dengan
saudari-saudari Shita.

Suatu hari, Dasarata ingin menyerahkan tahta pada Rama karena dialah
yang menurutnya paling layak dan dicintai rakyatnya. Tapi dayang
Kaikeyi menentang hal tersebut dan menghasut Kaikeyi untuk membujuk
suaminya agar Bharata anaknya yang menjadi raja. Dasarata rupanya
pernah berjanji pada Kaikeyi untuk memenuhi 2 keinginannya sebagai
balasan karena telah menyembuhkannya di masa lalu. Kaikeyi pun
meminta pengasingan Rama selama 14 tahun dan penobatan Bharata
sebagai raja Ayodhya. Dipenuhilah keinginan Kaikeyi dengan berat hati,
dengan senang hati Rama memenuhi permintaan tersebut didampingi Shita
dan Laksmana.

Dasarata teringat dengan kutukannya di masa lalu akibat membunuh anak


dari seorang pertapa buta, bahwa ia akan mati karena kehilangan anaknya.
Mangkatlah Dasarata karena terlalu merindukan Rama. Kemudian
kembalilah Strughna dan Bharata dari rumah neneknya. Bharata
menentang tahta yang diberikan padanya dan menyusul Rama untuk
memintanya kembali. Rama menolak, Bhrata pun hanya setuju menjadi
raja selama masa pengasingan Rama dan memerintah atas namanya.

Dalam pengasingannya di hutan Dandaka, Suparnakha, adik perempuan


Rawana jatuh cinta pada Rama. Namun tertolak dan berujung pada
kemarahannya hingga berniat membunuh Shita. Dipotonglah telinga dan
hidung Suparnakha oleh Laksmana. Raksasa itu pun mengadukannya pada
saudaranya, Khara dan Dusana, namun berujung pada kekalahan mereka
dan diadukanlah hal itu pada Rawana dan diceritakanlah soal kecantikan
Shita. Rawana yang terpincut memutuskan untuk merampas Shita dengan
meminta bantuan Marica yang dapat berubah wujud menjadi hewan.
Pergilah Marica dengan wujud kijang emas untuk memikat Shita. Shita
yang terpikat menginginlannya dan meminta Rama untuk menangkapnya.
Beberapa waktu setelah kepergian Rama, terdengarlah teriakan minta
tolong yang terdengar seperti suaranya. Shita meminta Laksmana
menyusul Rama dan dengan berat hati, ditinggallah Shita. Shita yang
sendirian didatangi Rawana yang menyamar sebagai pertapa dan berakhir
diculik. Dalam perjalanan ke Alengka, Jatayu yang yeng menyaksikan
penculikan tersdebut mencoba menghentikannya tetapi berakhir gugur.
Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Jatayu menyampaikan
kesaksiannya pada Rama saat ia kebingungan mencari keberadaan Shita.

Dalam perjalan ke Langka, Rama dan Laksmana bertemu Kebandha, anak


dewa yang dikutuk dewa lain menjadi raksasa tanpa kepala. Rama
membunuhnya dan membebaskannya dari kutukan itu, sehingga Kebandha
bertrtima kasih dengan menyarankannya meminta bantuan Sugruwa.
Diikutilah saran tersebut dan Sugriwa menyetuujuinya dengan syarat
Rama membatunya mengambil alih kembali kerajaan yayng telah direbut
darinya. Seusai memenuhi syarat tersbut, dibantulah Rama mencari Shita
oleh pasukan keranya. Hanoman berhasil menemukan Shita.

Mahabarata

cerita Mahabarata bercerita mengenai kehidupan Prabu Santanu atau


Sentanu (Çantanu). Dia adalah seorang raja keturunan keluarga Kuru yang
menjadi raja kerajaan Barata. Dia mempunyai permaisuri bernama Dewi
Gangga, dan berputra Bisma.
Isi epos Mahabarata secara garis besar mengisahkan kehidupan Santanu
(Çantanu) seorang raja yang perkasa keturunan keluarga Kuru dan
bertakhta di kerajaan Barata. Bersama permaisurinya Dewi Gangga,
mereka dikaruniai seorang putra bernama Bisma.

Pada suatu hari Çantanu jatuh cinta pada seorang anak raja nelayan
bernama Setyawati. Namun ayahanda Setyawati hanya mau memberikan
putrinya jika Çantanu kelak mau menobatkan anaknya dari Setyawati
sebagai putra mahkota pewaris takhta dan bukannya Bisma. Karena syarat
yang berat ini Çantanu terus bersedih. Melihat hal ini, Bisma yang tahu
mengapa ayahnya demikian, merelakan haknya atas takhta di Barata
diserahkan kepada putra yang kelak lahir dari Setyawati. Bahkan Bisma
berjanji tidak akan menuntut itu kapan pun dan berjanji tidak akan
menikah agar kelak tidak mendapat anak untuk mewarisi takhta Çantanu.

Perkawinan Çantanu dan Setyawati melahirkan dua orang putra masing-


masing Citranggada dan Wicitrawirya. Namun kedua putra ini meninggal
dalam pertempuran tanpa meninggalkan keturunan. Karena takut
punahnya keturunan raja, Setyawati memohon kepada Bisma agar
menikah dengan dua mantan menantunya yang ditinggal mati oleh
Wicitrawirya, masing-masing Ambika dan Ambalika. Namun permintaan
ini ditolak Bisma mengingat sumpahnya untuk tidak menikah.

Akhirnya Setyawati meminta kepada Wiyasa, anaknya dari perkawinan


yang lain, untuk menikah dengan Ambika dan Ambalika. Perkawinan
dengan Ambika melahirkan Destarasta dan dengan Ambalika melahirkan
Pandu.

Destarasta lalu menikah dengan Gandari dan melahirkan seratus orang


anak, sedangkan Pandu menikahi Kunti dan Madrim tapi tidak mendapat
anak. Nanti ketika Kunti dan Madrim kawin dengan dewa-dewa, Kunti
melahirkan 3 orang anak masing dengan dewa Darma lahirlah Yudistira,
dengan dewa Bayu lahir Werkodara atau Bima dan dengan dewa Surya
lahirlah Arjuna. Sedangkan Madrim yang menikah dengan dewa kembar
Aҫwin, lahir anak kembar bernama Nakula dan Sadewa.

Setelah itu, keturunan-keturuan itu dibagi dua yakni keturunan Destarasta


disebut Kaum Kurawa sedangkan keturunan Pandu disebut kaum
Pandawa.

Sebenarnya Destarasta berhak mewarisi takhta ayahnya, tapi karena ia


buta sejak lahir, maka takhta itu kemudian diberikan kepada Pandu. Hal
ini pada kemudian hari menjadi sumber bencana antara kaum Pandawa
dan Kurawa dalam memperebutkan takhta sampai berlarut-larut, hingga
akhirnya pecah perang dahsyat yang disebut Baratayuda yang berarti
peperangan memperebutkan kerajaan Barata.

Peperangan diawali dengan aksi judi dimana kaum Pandawa kalah.


Kekalahan ini menyebabkan mereka harus mengembara di hutan belantara
selama dua belas tahun. Setelah itu, pada tahun ke-13 sesuai perjanjian
dengan Kurawa, para Pandawa harus menyembunyikan diri di tempat
tertentu. Namun para Pandawa memutuskan untuk bersembunyi di istana
raja Matsyapati. Pada tahun berikutnya, para Pandawa keluar dari
persembunyian dan memperlihatkan diri di muka umum lalu menuntut hak
mereka kepada Kurawa. Namun tuntutan mereka tidak dipenuhi Kurawa
hingga terjadi perang 18 hari yang menyebabkan lenyapnya kaum
Kurawa. Dengan demikian, kaum Pandawa dengan leluasa mengambil alih
kekuasaan di Barata.

Mahabarata

E. Perbedaan Cerita Ramayana dan Mahabarata

F. Pesan Moral
Kisah Ramayana mengandung pesan moral yang sangat tinggi dan ingin
disampaikan kepada para penikmat seni. pesan moral tersebut bahwa kebenaran
akan selalu menang mengalahkan kejahatan / kebatilan. Pada cerita disana Shinta
membuktikan kesuciannya lewat membakar diri juga memiliki pesan moral
tersendiri, yaitu bahwa kita harus selalu memegang kejujuran dan tidak mudah
tergoda oleh bujukan yang jahat. Selain itu Shinta juga menunjukan kesetiaannya
pada Rama seperti halnya kita harus setia kepada sesama dalam hal kebaikan.
Sebagai sesama manusia kita juga harus saling membantu seperti yang dikisahkan
saat Rama dan Sugriwa saling membantu satu sama lain.
BAB III PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5505159/wiracarita-atau-epos-drama-
tentang-kepahlawanan

Gischa, S. (25 April 2022). Pengaruh Hindu-Buddha dalam Bidang Kesenian.


Retrieved from
https://www.kompas.com/skola/read/2022/04/25/181134969/pengaruh-
hindu-buddha-dalam-bidang-kesenian?
page=all&_gl=1*16s26ze*_ga*YW1wLTFrM2pfUUVoekZHcXFDRThw
MXFJUjFUTk05TjlLeTFWUF9hNFhFbUcyLWwyQmZBTzFjS2FjVVZ
Bc2h3T25XTE0._ga_77DJNQ0227*MTY5NzUxMjc4My41LjEuMTY5N
zUxMjc4NC4wLjAuMA.._ga_7KGEC8EBBM*MTY5NzUxMjc4My41L
jEuMTY5NzUx

Anda mungkin juga menyukai