Anda di halaman 1dari 8

Nama: Adriansyah

NIM: 1210620051

Kelas: 2 SI-1/Sastra

Ringkasan Bab 2 Epos India dan Wayang dalam Kesusastraan Melayu

Timbul pertanyaan, siapakah yang meluasakan kebudayaan India di Asia Tenggara?.


Bermacam-macam teori telah dikemukakan. Ada sarjana yang berpendapat bahwa kaum pedagang,
yaitu kaum Waisalah yang memancarkan kebudayaan India ke Asia Tenggara. Namun, teori ini
bertentangan dengan kenyataan. Pusat kebudayaan ada tidak di pesisir tetapi di pedalaman yang
tidak dikunjungi oleh kaum Waisa. Ada juga yang berpendapat kaum ksatrialah yang menyiarkan
kebudayaan Hindu karena pemindahan ramai-ramai akibat diserang bangsa utara. Namun hal ini
juga bertentangan dengan kondisi bahwa pemindahan tersebut melalui media laut yang cukup sulit
bila diarungi ramai-ramai. Ada juga yang berpendapat bahwa kaum Brahmanalah yang meluaskan
kebudayaan India. Kaum Brahmana dating karena undangan dari raja-raja setempat demi
meresmikan mereka sebagai ksatria untuk tujuan mengkukuhkan kedudukan mereka. Dan ada juga
yang berpendapat kaum pelajar yang belajar Ke Indialah yang meluaskan kebudayaan India di negara
asalnya. Berdasarkan teori-teori tersebut walaupun belum terjawab siapa yang sebenarnya
mendatangkan kebudayaan India. Tapi hasil dari kebudayaan India sudah terasa baik di Asia
Tenggara maupun di Indonesia.

Ramayana, merupakan epos India yang terkenal. Ramayana adalah kayva, yaitu puisi-puisi
yang dipakai untuk memberikan ajaran moral kepada muda-mudi. Ajaran yang diberikan meliputi;
dharmasastra yaitu ajaran moral, arthasastra yaitu ajaran politik dan peperangan, dan nitisastra
yaitu ajaran tentang cara hidup yang mulia. Ramayana juga merupakan cerminan hidup orang Arya
yang idealis. Rama adalah lambang anak yang taat, saudara yang ramah, dan suami yang penuh kasih
sayang. Rama juga merupakan lambang ksatria yang gagah berani dan raja yang adil dan idealis. Sita
adalah lambang istri yang setia. Saudara-saudara Rama semuanya adalah lambang saudara-saudara
yang diinginkan umat manusia. Dasarata adalah lambang manusia yang lemah, yang tidak dapat
menahan godaan wanita. Pada umumnya para sarjana berpendapat bahwa Walmiki lah orang dibalik
penyusunan Ramayana. Tetapi, tentang asal-usul Ramayana masih belum ada penjelasan. Ada yang
menyebut Ramayana sebagaia alegoris penaklukan bangsa Arya terhadap bangsa-bangsa lain di India
selatan dan ada juga yang menyebutkan Ramayana sebagai hasil campuran sejarah dan dongeng.
Setidaknya menurut D. C. Sen, Ramayana dalam bahasa Benggali terdapat tiga sumber, yaitu:
Dasarata Jataka, Dongeng-dongeng Rawana yang berasal dari India Selatan, dan Pemujaan Kera.
walmiki mencampurkan ketiganya menjadi satu cerita yang mempunyai kesatuan plot. Selain cerita
Ramayana Walmiki ada juga ketiga cerita Ramayana yaitu Yoga-Vasistha-Ramayana, Adhyatma-
Ramayana, dan Adbhuta-Ramayana. Pada Adbhuta-Ramayana melengkapi cerita Ramayana yang
dimana dijelaskan perkara yang belum lengkap, semisal asal-usul Sita dan Rama yang dianggap
sebagai penjelmaan Wisnu seperti yang terdapat dalam beberapa versi.

Ringkasan Ramayan versi Walmiki, Dasarata raja Ayodhya dari Kusala tidak mempunyai anak.
Sehingga ia menggelar korban kuda kepada dewa-dewa untuk meminta putra. Pada saat yang sama
para dewa juga sedang berunding di kayangan akibat Rawana yang sering menggangu dan tidak
dapat dibinasakan oleh para dewa. Syarat untuk membinasakan Rawana adalah menjelma menjadi
manusia. Oleh karena itu, Wisnu menjelma menjadi anak Dasarata. Akibat korban kudanya, ketiga
permaisuri Dasarata pun hamil. Kausalya melahirkan Rama yang merupakan jelmaan dari dewa
Wisnu, Kaikeyi melahirkan Brata, dan Sumitra melahirkan anak kembar Laksamana dan Satrughna.
Sementara itu, para dewa menciptakan kera-kera untuk membantu Rama mengalahkan Rawana.
Diantara kera-kera tersebut ada Walin, Sugriwa, dan Honoman. Zaman beredar, putra-putra
Dasarata sudah menjadi besar. Rama merupakan anak yang paling dicintai oleh ayahnya sekaligus
rakyatnya. Pada suatu hari datanglah seorang petap menemui raja dan meminta Rama
membantunya membunuh para raksasa. Selesai berperang melawan raksasa pada perjalanan pulang
mereka singgah di istana Janakan, Raja Mithila. Pada saat itu, raja sedang mengadakan sayembara
melenturkan busur panah yang besar. Bila ada orang yang bisa melakukannya akan menjadi suami
dari Sita. Rama mecoba sayembara tersebut dan berhasil sehingga menjadi suami Sita. Berselang
beberapa tahun, Dasarata merasa dirinya sudah terlalu tua dan mau menyerahkan kerajaan kepada
Rama yang merupakan anak tertua dan terbaik. Semua orang setuju akan hal itu namun tidak
dengan dayang Kaikeyi yang mau Bharata anaknya menjadi raja. Pada masa dahulu Kaikeyi
merupakan orang yang menyembuhkan penyakit raja dan diberi dua permintaan yang akan
dikabulkan oleh raja. Kaikeyi meminta dua hal kepada raja, yang pertama Rama dibuang ke hutan
selama 14 tahun dan yang kedua Bharata dijadikan raja. Dasarata tidak bisa menolak permintaan itu
dan pada esoknya permintaan itu dilaksanakan. Dasarata pun mangkat. Bhrata dan Satrughna yang
sedang tinggal dengan neneknya dipanggil ke istana. Bhrata marah kepada ibunya dan ia tidak mau
menjadi raja. Bhrata mencari Rama kehutan belantara dan diajaknya menjadi raja. Namun, Rama
menolak karena perintah ayahnya yang 14 tahun belum selesai. Dari peristiwa tersebut Bhrata
Kembali ke istana dan sendal Rama ditaruh di atas tahta sebagai symbol bahwa Bhrata memerintah
atas nama Rama. Sekali peristiwa seorang raksasa Bernama Wirada mencoba melarikan Sita. Raksasa
tersebut langsung dibunuh oleh Rama dan Laksamana. Sekali lagi Rama bertemu dengan burung
Jatayu yang segera menjadi teman baik. Suparnakha, adik perempuan Rawana jatuh cinta pada
Rama. Rama menolak cintanya demikian pula Laksamana. Suparnakha mengadukan hal tersebut
kepada Khara dan Dusana yang segera datang menyerang Rama dengan pasukan raksasa. Serangan
tersebut dihancurkan oleh Rama. Khara lari dan Dusana mati. Suparnakha yang marah melarikan diri
ke Langka dan mengadukannya ke Rawana, ia juga menceritakan kecantikan Sita, bahwa siapapun
orang yang memilikinya akan menguasai dunia. Rawana berkeinginan untuk merampas Sita. Rawana
meminta bantuan sakti Marica yang bisa menjelma menjadi berbagai macam binatang. Pergilah
mereka menculik Sita. Marica merubah dirinya menjadi kijang emas. Sita menginginkan kijang itu
dan meminta Rama menangkapnya. Rama pergi mengejar kijang tersebut. Tidak lama terdengar
suara minta tolong dari Rama. Sita menyuruh Laksamana untuk membantu Rama. Sita dan
Laksamana sempat berdebat yang pada akhirnya Laksamana pergi menolong Rama. Setelah
Laksamana pergi, Rawana mendekati Sita dan ingin menculiknya. Sita meminta tolong dan datanglah
Jatayu. Jatayu bertarung melawan Rawana. Jatayu tewas. Rawana membawa Sita ke istana Langka
untuk dijadikan istrinya. Ketika Rama dan Laksamana Kembali tidak dapat menemukan Sita. Akhirnya
mereka berjumpa dengan Jatayu yang mengatakan apa yang terjadi kepada Rama dan Laksamana.
Rama dan Laksamana segera menuju Langksa. Di tengah jalan, mereka bertemu dengan seorang
raksasa yang tidak berkepala, Kabadha Namanya. Kabadha dibunuh oleh mereka. Kabadha
merupakan anak dewa yang dikutuk. Kabadha berterima kasih kepada Rama dan menyarankan
meminta bantuan Sugriwa. Mereka pergi ke satu gunung tempat tinggal Sugriwa. Mereka mengikat
janji persahabatan dengan Sugriwa. Rama membantu Sugriwa mengalahkan Balin dan Sugriwa
membantu Rama merebut istrinya. Balin dikalahkan oleh mereka dan Sugriwa menjadi raja kera.
segala kera dikerahkan untuk mencari Sita ke empat penjuru angin. Hanoman dengan membawa
cincin Rama menuju kearah selatan. Untuk mencari Sita. Ia bertemu dengan Sampati, kakak burung
Jatayu yang memberitahunya tempat tinggal Rawana. Hanoman bertemu Sita di istana Langka.
Hanoman menunjukkan cincin Rama agar Sita percaya kepadanya. Sita memberikan cincinnya untuk
diberikan kepada Rama. Sebelum pergi Hanoman menguji kekuatan musuh. Hanoman sempat
tertangkap namun bisa melepaskan diri dan kembali ke tempat Rama. Berita tentang Rama bersiap-
siap menyerang Langka terdengar di kuping saudara Rawana yaitu Wibhisana yang pada akhirnya
memihak Rama. Ia menganjurkan Rama meminta nasihat dewa laut. Dewa laut berkata ada seekor
kera, yaitu Nala yang dapat membangun jembatan ke Langka. Nala pun diperintah membangun
jembatan. Dalam lima hari saja jembatan sudah siap. Tantara Rama sudah mengepung istana
Rawana. Adik Rawana yang kedua, Kumbakarna tidak setuju atas ide Rawana namun tetap
berperang di sisi Rawana dan hanya anak Rawana Indrajit yang tidak mencela perbuatan Rawana.
Peperangan hebat pun terjadi. Saudara Rawana satu persatu mati termasuk Indrajit. Rawana
akhirnya berperang sendiri dan terjadi perkelahian dengan Rama. Rama kesusahan mengalahkan
Rawana dan menyadari bahwa Rawana tidak bisa dibunuh dengan senjata biasa. Ia lalu memanah
Rawana dengan panah pemberian Dewa Indra dan Rawana pun mati. Dunia pun damai. Tidak ada
lagi raksasa yang mengganggu manusia. Wibhisana menjadi raja di Langka. Rama bertemu kembali
dengan Sita. Rama pun kembali ke Ayodhya dan naik tahta sebagai raja. Rama mencurigai Sita
karena Sita telah tinggal di istana Rawana. Sita membersihkan dirinya dengan berjalan di atas api.
Sita selamat. Hal tersebut membuktikan bahwa Sita adalah perempuan yang setia lagi suci. Rama
menjadi raja selama seribu tahun. Rama mendengar seruan rakyat bahwa Sita yang tinggal di istana
Rawana merupakan perempuan yang tidak suci. Rama memerintahkan Laksamana mengantar Sita
ke pengasingannya yang letaknya di sebelah sungai Gangga. Di sana Sita bertemu dengan penyusun
Ramayana yaitu Walmiki dan tinggal di rumahnya. Tidak lama Sita melahirkan dua orang anak. Kusa
dan Lawa. Walmiki mengajar anak tersebut menyanyi dan termasuk Ramayana. Pada suatu hari
Rama melakukan asmaweda (korban kuda). Raja-raja, Brahmana, penyanyi, semua berkumpul di
Ayodhya. Kedua anak Rama menyanyikan Rama. Mendengar nyanyian tersebut, Rama teringat
istrinya. Rama mengirim utusan untuk menjemput Sita dan Walmiki ke Ayodhya. Walmiki
menerangkan bahwa Sita tidak berdosa, ia tetap suci dan kedua anak itu adalah anak Rama sendiri.
Tapi ajal Sita sudah sampai. Rama sedih, menangis. Wisnu memperingati Rama supaya tidak
menangis karena ia sendiri merupakan jelmaan Wisnu dan Rama akan bertemu istrinya kembali di
kayangan. Rama Bersama tiga orang saudaranya bersatu kembali dan menjelma menjadi Wisnu.
Para dewa mengeluh-eluhkan kedatangan mereka. Dengan demikian berakhirlah Ramayana.

Cerita Rama di luar India juga popular di Thailand, enam dari rajanya Bernama Rama dan raja
juta dianggap titisan Wisnu. Ibu kota Thailand Ayuthia juga merupakan replica Ayodhya. Di laos,
cerita Rama diceritakan dalam Rama Jataka yang sudah dipengaruhi oleh Dasarata Jataka. Rama
Jataka agak aneh jalan ceritanya karena Rama dalam cerita tersebut merupakan sepupu Rawana.
Akhirnya Rama dan Rawana berdamai dan Sita (di sini Bernama Cantha) di berikan kepada Rawana
sebagai istri. Di Cama (Sekarang Vietnam selatan), cerita Rama sudah menjadi semacam epos rakyat
dan semua peristiwa dianggap berlaku di Campa. Di Burma cerita Rama juga terkenal. Dan akhirnya
cerita Rama juga menjadi sumber wayang lakon di berbagai daerah di Asia Tenggara, di Thailand,
Laos, dan Juga Indonesia.

Cerita Rama di nusantara sudah dikenal kurang lebih seribu tahun yang lalu. Pada
pemerintahan Raja Daksya (910-919) cerita Rama terdapat pada relief-relief di Candi Loro Jonggrang,
di Prambanan Yogya. Tahun 925 seorang penyair tidak bernama menyalin cerita Rama dalam bentuk
puisi Jawa kuno, yaitu Kakawin Ramayana. Kakawin jalan ceritanya hamper sama dengan Ramayana
Walmiki. Para sarjana berpendapat bahwa sumber Kakawin Ramayana ialah sebuah syair Sanskerta
yang berjudul Ravana-vadha (Pembunuhan Rawana) yang dikarang oleh Batti. Ravana-vadha dikenal
juga dengan nama Bhattikayva. Lima ratus tahun kemudian, cerita Rama dipahat pada relief-relief
candi Phanataran. Kakawin Ramayana juga berkali-kali disalin atau diterjemahkan ke dalam bahasa
yang lebih muda. Pada paruh abad ke-18 seorang penyair istana yang bernama Yasadipura I telah
menggubahnya dalam kawi miring, puisi Jawa baru dalam bentuk macapat. Gubahan Yasadipura I
ialah Serat Rama, yang menurut Poerbatjaraka adalah hasil sastra Jawa yang penting dan sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa Bali dan Madura. Ada juga Serat Kanda Ning Ringgit Purwa yang
ceritanya jauh menyimpang dan lebih tua dari Serat Rama. Cerita ini juga sering dipentaskan dalam
wayang purwa. Ada juga serat Kanda yang merupakan cerita Rama khas Jawa yang di dalamnya juga
disisipkan cerita Islam, Pandawa, dan cerita Jawa. Ada juga cerita Rama yang diberi nama Raja
Keliling jalan ceritanya hampir sama dengan Hikayat Melayu.

Cerita Rama dalam bahasa Melayu terkenal dengan nama Hikayat Sri Rama. Hikayat Sri
Rama dikenal ada dua versi yang berbeda. Versi Roorda Van Eysinga pada tahun 1843 dan versi W.
G. Shellabear pada tahun 1915. Versi Rooeda diduga merupakan yang tertua dan plotnya masih
mendekati Ramayana Walmiki, meskipun ada beberapa episode yang tidak terdapat dalam Walmiki.
Versi Shellabear Nampak pengaruh Islam yang kuat dan sudah agak jauh menyimpang dari
Ramayana Walmikib kalua dibandingkan dengan versi Roorda. Ceritanya dimulai dengan masa muda
Rawana ketika dibuang ke Bukit Serendib. Ia bertapa dengan sungguh-sungguh; Nabi Adam merasa
kasihan kepadanya dan menjanjikannya kekuasaan empat kerajaan alam kepadanya dengan syarat
Rawana harus menghukum dengan adil. Cerita Rawana tersebut tidak terdapat dalam versi Roorda.
Versi Roorda dan Shellabear dianggap versi sastra. Disamping kedua versi tersebut ada juga versi
yang dianggap pelipur lara, yaitu cerita Sri Rama yang diterbitkan oleh Maxwell (1886) dan
Ramayana-Patani (Windstedt, 1929). Cerita Rama versi Maxwell dituturkan oleh seorang tukang
cerita Mir Hassan yang berasal dari Kampar, Perak. Baik plot maupun tokohnya sudah berganti
nama. Sita disebut Sekuntum Bunga Setangkai, Hanoman disebut Kera Kecil Imam Tergangga,
Rawana menjadi Buana. Sedangkan untuk versi yang satunya pengaruh Miangkabau dan Arab terasa
sekali. Ramayan-Patani disalin untuk Tuan G. M. Laidlaw. Naskah ini tidak lengkap dan isinya juga
sudah sangat menyimpang dari cerita Rama yang dikenal. Terutama pada bagian pertamanya.
Windstedt juga pernah membuat ringkasannya dalam bahasa Inggris. Dewan Bahasa dan Pustaka
juga ada menerbitkan suatu naskah cerita Sri Rama. Permulaan ceritanya sama dengan cerita Rama,
tetapi akhirnya berbeda.

Di samping itu, masih ada beberapa versi lagi yang tidak begitu dikenal. Salah satunya ialah
Hikayat Maharaja Rawana yang tersimpan pada perpustakaan di Berlin. Naskah ini disalin dari
naskah lain oleh seorang penyalin yang tidak begitu fasih bahasa Melayu sehingga terdapat banyak
kesalahan bahasa di dalamnya. Terdapat kata Jawa seperti anom, likur, ilat, siwalan, ratu mas, raden,
dan lain-lain. Ejaanya kadang-kandang dipengaruhi Minangkabau, beri ditulis bari. Ceritanya sama
dengan Hikayat Sri Rama. Yang aneh pada akhir hikayat diakhiri oleh pemberontakan Anggada, anak
Maharaja Bali yang tidak bisa dikalahkan oleh siapapun sehingga Maharaja Bali terpaksa dihidupkan
Kembali. Akhirnya Anggada Kembali ke Likur menjadi Raja. Ada juga naskah Raffles 22 yang memiliki
persamaan dengan naskah Wilkinson. Ceritanya dimulai dengan cerita Si Rancak. Hanya saja, versi
Raffles 22 agak rusak sedangkan versi Wilkinson masih sempurna keadaannya. Veris Raffles dan
Wilkinson mempermudahkan pembacaan permulaan tentang muda masa muda Rawana yang
kurang lancer jalur ceritanya. Naskah Raffles mungkin lebih tua dari versi Roorda dan Shellabear.
Seringkali ia membetulkan bacaan yang salah dalam versi Roorda dan Shellabear dan mengandung
cerita-cerita pengalaman Wisnu sebagai Rama yang tidak terdapat dalam versi Shellabear.

Menurut Achadiat yang telah menyelidiki 17 naskah Hikayat Sri Rama, ada empat versi
Hikayat Sri Rama yaitu; versi 1 yang dimulai cerita Dasara membuat negeri, versi 2 dimulai dengan
kisah asal-usul Rawana, versi 3 dimulai dengan cerita Rawana dibuang ke Bukit Serindib, dan versi 4
dimulai dengan cerita yang hamper menjelang akhirnya, yaitu Hanoman pergi ke gunung Indrakila.
Ada juga dua naskah Wilkinson dan Raffles 22, naskah tersebut digolongkan sebagai versi campuran
yang cenderung kepada versi 1. Tentang akhir cerita tidak ada perbedaan yang besar antara satu
naskah dengan naskah yang lain. Namun pada naskah Serat Kanda di perpustakaan Museum Pusat
sudah ditambah dengan berbagai cerita Jawa.

Berdasarkan asal-usul Hikayat Sri Rama ada dua pendapat yang berbeda pendapat pertama
menurut Juynboll yaitu cerita Rama yang sampai di Indonesia melalui dua jalan, yang mula-mula
dating ialah Ramayana Walmiki yang kemudian digubah Kembali dalam Kakawin Ramayana. Dan ada
juga pendapat W. Stutterheim yang berpendapat perbedaan Hikayat Sri Rama sudah berasal dari
Indianya sendiri.

Dalam Asia Tenggara, kedudukan Rawana lebih diutamakan. Dalam cerita Rama di Thailand,
Rawana diceritakan rela mengorbankan segala yang ia punya demi Sita. Dalam Sastra Melayu,
dimulai dengan kisah Rawana sampai ada cerita yang berjudul Hikayat Maharaja Rawana. Dalam
Hikayar Sri Rama, Rama diceritakan sebagai cicit Nabi Adam yang kebal terhadapa semua senjata.
Disamping itu Rama juga digambarkan sebagai anak yang nakal, miskin, hina, bukan anak raja yang
berani dan tidak dapat menjaga istrinya. Rama juga jatuh pingsan ketika mendengar Sita diculik dan
berita bohong Sita mati. Bahkan Rama bersedia menjadi hulubalang Rawana, jika Rawana tidak
mengambil istrinya. Menurut H. Overbeck yang menjadi hiro dalam sastra melayu bukanlah Rama
melainkan Laksamana. Hal tersebut menyebabkan dalam kesultanan Malaka. Laksamana merupakan
gelar seorang panglima laut, sedangkan Sri Rama menjadi gelar seorang tukang gajah yang selalu
mabauk. Hang Tuah, Wira Malayu Sejati, juga dianugerahi gelar Laksamana oleh Sultan Malaka.

Mahabharata ialah sejarah bangsa Bharata yang terdiri dari 24.000 seloka. Seiring dengan
perkembangan zaman, berbagai macam dongeng-dongeng tentang Brahmana, Wisnu, dan Siwa.
Ditambah juga dengan filsafat, undang-undang kaum Brahmana, dongeng didaktis, dan syari petapa
sehingga membuat epos yang maha luas. Mahabharata bukan hanya sekedar epos lagi melainkan
kitab suci bagi orang Hindu. Mereka menganggap bahwa Mahabharata adalah buku suci yang
menerangkan cara hidup, susunan masyarakat dan politiknya, serta pemikiran dan kebudayaan
orang Hindu. Menurut tradisi, Vyasa adalah penyair dan penyusun Mahabharata. Sesudah disusun
Mahabharata diajarkan kepada anaknya yaitu Suka dan murid-muridnya. Mahabharata sudah
berbentuk seperti sekarang ini terjadi pada abad kelima belas. Para sarjana yang menyelidiki
Mahabharata membuat beberapa teori. Ada yang berpendapat bahwa Mahabharata ada dasar
sejarahnya hal ini terlihat dari menceritakan orang-orang yang sempurna dan peperangan yang
banyak meminta korban jiwa. Dan ada pula yang berpendapat bahwa Mahabharata adalah syair
simbolis yang melambangkan perjuangan surya dengan kegelapan malam. Dan ada juga yang
mengatakan Mahabharata adalah perjuangan dua dasar, yaitu dharma dan adharma, baik buruk, adil
dan zalim. Kemenangan ada di pihak dharma.

Ringkasan Mahabharata dimulai dari menceritakan ada dua bersaudara putra seorang
maharaja, yaitu Dritarastra dan Pandu. Dritarastra, si putra sulung, terlahir buta. Karena cacat,
menurut kepercayaan Hindu ia tidak bisa dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahnya. Sebagai
gantinya, Pandu si putra bungsu dinobatkan menjadi raja. Dritarastra mempunyai 100 putra yang
dikenal sebagai Kaurawa, sedangkan Pandu mempunyai lima putra yang dikenal sebagai Pandawa.
Kelima Pandawa itu adalah Yudhistira, Bhima, Arjuna, Nakula dan Sahadewa. Raja Pandu meninggal
dalam usia yang masih muda, ketika anak-anaknya belum dewasa. Oleh sebab itu, meskipun buta,
Dritarastra diangkat menjadi raja, mewakili putra putra Pandu. Dritarastra membesarkan anak-
anaknya sendiri dan Pandawa, kemenakannya. Ia dibantu Bhisma, paman tirinya. Ketika anak-anak
itu sudah cukup besar, Bhisma menyerahkan mereka semua kepada Mahaguru Drona untuk dididik
dan diberi ajaran berbagai ilmu pengetahuan dan ilmu keprajuritan yang harus dikuasai putra-putra
bangsawan atau kesatria. Setelah para kesatria itu selesai belajar dan menginjak usia dewasa,
Dritarastra menobatkan Yudhistira, Pandawa yang sulung, sebagai raja. Kebijaksanaan dan kebajikan
Yudhistira dalam memerintah kerajaan membuat anak anak Dritarastra, terutama Duryodhana putra
sulungnya, dengki dan iri hati. Duryodhana bersahabat dengan Karna, anak sais kereta yang
sebenarnya putra sulung Kunti, ibu Pandawa, yang terlahir sebelum putri itu menjadi permaisuri
Pandu. Sejak semula Karna selalu memusuhi Arjuna. Permusuhan Karna dengan Pandawa
diperuncing karena persekutuannya dengan Sakuni. Kedengkian dan iri hati Kaurawa terhadap
Pandawa makin mendalam. Kaurawa menyusun rencana untuk membunuh Pandawa dengan
membakar mereka hidup-hidup ketika para sepupu mereka sedang beristirahat dalam istana yang
sengaja dibuat dari papan kayu. Pandawa berhasil menyelamatkan diri dan lari ke hutan berkat
pesan rahasia Widura kepada Yudhistira, jauh sebelum peristiwa pembakaran terjadi. Kehidupan
yang berat selama mengembara di hutan membuat Pandawa menjadi kesatria-kesatria yang tahan
uji dan kuat menghadapi segala marabahaya dan kepahitan hidup. Pada suatu hari, mereka
mendengar tentang sayembara yang diadakan oleh Raja Drupada dari Negeri Panchala untuk
mencarikan suami bagi Dewi Draupadi, putrinya yang terkenal cantik, bijaksana dan berbudi halus.
Sayembara itu diselenggarakan dengan megah dan meriah. Banyak sekali putra mahkota dari
berbagai negeri datang untuk mengadu nasib. Tak satu pun dari para putra mahkota yang semuanya
gagah perkasa itu berhasil memenangkan sayembara. Tak satu pun kesatria yang mampu memanah
sasaran berupa satu titik kecil di dalam lubang sempit di pusat cakra yang terus-menerus diputar.
Arjuna yang saat itu menyamar sebagai brahmana maju ke tengah gelanggang. Semula sayembara
itu hanya boleh diikuti oleh golongan kesatria, tetapi karena tidak ada kesatria yang mampu
memenangkannya, Raja Drupada mempersilakan para pria dari golongan lain untuk ikut. Panah
Arjuna tepat mengenai sasaran, ia memenangkan sayembara dan berhak mempersunting Draupadi.
Pandawa membawa Draupadi menghadap Dewi Kunti, ibu mereka. Sesuai nasihat Dewi Kunti dan
sumpah mereka untuk selalu berbagi adil dalam segala hal, Pandawa menjadikan Dewi Draupadi
sebagai istri mereka bersama. Munculnya Pandawa di muka umum membuat orang tahu bahwa
mereka masih hidup. Dritarastra memanggil mereka pulang dan membagi kerajaan menjadi dua,
untuk Kaurawa dan Pandawa. Kaurawa mendapat Hastinapura dan Pandawa mendapat
Indraprastha. Di bawah pemerintahan Yudhistira, Indraprastha menjadi negeri yang makmur
sejahtera dan selalu menegakkan keadilan. Duryodhana iri melihat kemakmuran negeri yang
diperintah Pandawa. Ia menyusun rencana untuk merebut Indraprastha dengan mengundang
Yudhistira bermain dadu. Dalam tradisi kaum kesatria, undangan bermain judi tidak boleh ditolak.
Dengan licik Kaurawa membuat Yudhistira terpaksa bermain dadu melawan Sakuni yang tak segan-
segan bermain curang hingga Yudhistira tak pernah bisa menang. Yudhistira kalah dengan
mempertaruhkan kekayaannya, istananya, kerajaannya, saudara-saudaranya, bahkan dirinya sendiri.
Setelah semua yang bisa dipertaruhkannya habis, Yudhistira yang tak kuasa mengendalikan diri
mempertaruhkan Dewi Draupadi, istri Pandawa. Karena kalah berjudi, Yudhistira dan saudara-
saudaranya serta Dewi Draupadi diusir dari kerajaan. Mereka diharuskan hidup mengembara di
hutan selama 12 tahun, lalu pada tahun ketiga belas harus hidup dalam penyamaran selama satu
tahun. Setelah 12 tahun hidup dalam pembuangan, Pandawa hidup menyamar di negeri Raja Wirata.
Yudhistira menyamar sebagai brahmana dengan nama Jaya atau Kanka, Bhima sebagai juru masak
dengan nama Jayanta atau Ballawa atau Walala, Arjuna sebagai guru tari yang seperti wanita dengan
nama Wijaya atau Brihanala, Nakula sebagai tukang kuda dengan nama Jayasena atau Granthika
atau Dharmagranthi, Sadewa sebagai gembala sapi dengan nama Jayadbala atau Tantripala atau
Aistanemi dan Draupadi sebagai dayang-dayang permaisuri raja dengan nama Sairandhri. Setelah
tiga belas tahun mereka jalani dengan penuh penderitaan, Pandawa memutuskan untuk meminta
kembali kerajaan mereka. Perundingan dilakukan dengan Kaurawa untuk mendapatkan kembali
Indraprastha secara damai. Sayang, perundingan itu gagal karena Duryodhana menolak semua
syarat yang diajukan Yudhistira. Kemudian kedua belah pihak berusaha mencari sekutu sebanyak-
banyaknya. Raja Wirata dan Krishna menjadi sekutu Pandawa, sedangkan Bhisma, Drona, dan Salya
memihak Kaurawa. Setelah semua usaha mencari jalan damai gagal, perang tidak bisa dihindarkan.
Dalam pertempuran di padang Kurukshetra, Arjuna sedih melihat bagaimana sanak saudaranya
tewas di hadapannya. Arjuna ingin tidak berperang. Ia ingin meletakkan senjata. Untuk
membangkitkan semangat Arjuna dan mengingatkan dia akan tugasnya sebagai kesatria, Krishna,
sebagai pengemudi keretanya, memberi nasihat mengenai tugas dan kewajiban seorang kesatria
sesuai panggilan dharma-nya. Percakapan antara Krishna dan Arjuna itu dimuat dalam Bhagavadgita.
Pertempuran dahsyat antara Pandawa dan Kaurawa berlangsung selama delapan belas hari. Darah
para pahlawan bangsa Bharata membasahi bumi padang pertempuran. Bhisma, Drona, Salya,
Duryodhana dan pahlawan pahlawan besar lainnya, juga bala tentara Kurawa musnah di medan
perang itu. Ashwathama, anak Drona, membalas kematian ayahnya dengan masuk ke perkemahan
Pandawa di malam hari. Ia membunuh anak-anak Draupadi dan membakar habis perkemahan
Pandawa. Pada akhirnya Pandawa memang menang, tetapi mereka mewarisi janda-janda dan anak-
anak yatim piatu karena seluruh balatentara musnah. Aswatthama berusaha memusnahkan
Pandawa dengan membunuh bayi dalam kandungan istri Abhimanyu. Berkat kewaspadaan Krishna,
bayi itu dapat diselamatkan. Bayi itu lahir dan diberi nama Parikeshi. Setelah perang berakhir,
Yudhistira melangsungkan upacara aswamedha dan ia dinobatkan menjadi raja. Dritarastra yang
sudah tua tidak dapat melupakan anak anaknya yang tewas di medan perang, terutama Duryodhana.
Walaupun Dritarastra tinggal bersama Yudhistira dan selalu dilayani dengan sangat baik, namun
pertentangan batinnya dengan Bhima tidak dapat dielakkan. Akhirnya Dritarastra minta diri untuk
pergi ke hutan dan bertapa bersama istrinya, Dewi Gandhari. Sesuai janji mereka untuk selalu
bersama, Kunti menemani Gandhari pergi ke hutan. Dalam sebuah kebakaran hebat yang terjadi di
hutan, mereka musnah dimakan api. Kedukaan yang mendalam atas kematian sanak saudara mereka
dalam perang membuat hati Pandawa tidak bisa tenang. Akhirnya, setelah menyerahkan takhta
kerajaan kepada Parikeshit, cucu mereka, Pandawa meninggalkan ibukota dan pergi mendaki
Gunung Himalaya. Seekor anjing menyertai mereka. Dalam perjalanan ke puncak Gunung Himalaya,
satu per satu Pandawa gugur. Roh mereka segera disambut Indra, Hyang Tunggal di surga.

Mahabharata dalam sastra Jawa sesungguhnya sudah darah-daging dalam kehidupan orang
Jawa. Pertunjukan wayang Purwa mengambil cerita dari epos India, khususnya Mahabharata. Dalam
cerita-cerita Jawa asli, misalnya Suda Mala (cerita Durga diruwat oleh Sadewa) dan Nawa Ruci (cerita
Bima mencari air hayat), tokoh-tokoh eposnya juga mengambil peranan. Epos India ini juga sudah
menjadi mitologi Jawa. Pengaruh Mahabharata yang paling besar tampak pada cerita wayang.
Seperti Hikayat Pandawa Lima dan Hikayat Sang Boma.

Mahabharata dalam Sastra Melayu yang terkenal adalah hikayat Pandawa. Hikayat Pandawa
sangat popular yang dibuktikan banyak naskah yang berjudul Hikayat Pandawa, Hikayat Pandawa
Lima, Hikayat Pandawa Jawa, Pandawa Panca Kelima. Ada juga yang jalan ceritanya menyimpang
seperti Hikayat Pandawa Lebur, Hikayat Dharmawangsa, dan Hikayat Angkawijaya.

Wayang kulit merupakan hasil sastra Jawa yang besar pengaruhnya dalam sastra Melayu
lama. Berdasarkan isinya wayang kulit terbagi menjadi empat jenis yaitu; wayang purwa. Jenis yang
paling tua dan ceritanya berdasarkan mitos dan cerita yang berasal dari India, wayang gedog, jenis
wayang ini diciptakan oleh Sunan Giri pada tahun 1553 dan ceritanya berkisar cerita panji, wayang
klitik atau kerucil. Wayang ini menggunakan boneka pipih. Ceritanya Darma Wulan dan sejarah
Majapahit. Dan wayang golek. Jenis wayang yang diciptakan Sunan Kudus pada tahun 1584.
Bonekanya Panjang Bulat, memakai jubah, serban, dan kasut. Wanitanya memakai kebaya, sangat
mirip dengan manusia dalam bentuk miniature. Ceritanya diambil dari Menak, cerita Amir Hamzah
yang digubah dalam bahasa Jawa.

Asal-usul dari wayang adalah Wayang Purwa yang merupakan jenis wayang yang paling tua
dan paling besar pengaruhnya. Tentang istilah purwa ada beberapa tafsiran. Ada yang berpendapat
purwa berarti permulaan atau kuno karena wayang purwa mengambil cerita dari zaman permulaan
atau zaman purwa (kuno). Ada juga yang mengatakan bahwa purwa adalah bagian, karena wayang
purwa mengambil cerita Mahabharata yang terdiri dari 18 parwa (bagian). Wayang purwa sudah ada
sejak abad ke-11. Jauh sebelum itu terdapat dua prasasti. Yang pertama dikeluarkan oleh Raja
Lokapala pada tahun 840 ada dicatat tentang orang-orang yang aringgit, mengambil bagian dalam
pertunjukan wayang. Dalam prasasti kedua dibuat atas perintah Raja Balitung pada tahun 907. Lakon
dalam wayang purwa terbagi menjadi empat golongan, yaitu; golongan pertama 7 lakon yang
bercerita tentang keindraan Batara guru, golongan kedua 5 lakon yang berisi pembunuhan Damauka
yang kemudian menitis Rawana, golongan ketiga 18 lakon yang berisi siklus Rama, golongan
keempat 150 lakon yang berisi siklus Pandawa.

Peranan sosial dalam wayang diperlihatkan dari pemilihan lakon. Bila ingin anak yang lemah
lembut maka memilih Lakon Arjuna Lahir. Bila ingin anak yang jantan, kuat, dan berani maka
memilih Lakon Bima Bungkus. Wayang juga menggambarkan perkembangan batin dan jiwa
seseorang dalam masyarakat. Pertentangan terdapat dalam wayang itu adalah perjuangan kebaikan
dan kejahatan. Dan perlawanan senantiasa ada. Satu kejahatan akan dimusnahkan, akan timbul pula
kejahatan yang lain sehingga dunia terganggu keseimbangannya.

Wayang kulit sangat popular di daerah yang sudah dipengaruhi kebudayaan Melayu,
misalnya Palembang, Jakarta, dan Banjarmasin yang ada di Indonesia serta Kelantan yang ada di
Malaysia. Sumber cerita dari wayang Jawa adalah wayang Melayu seperti Wayang Pandu yang
menceritakan sejarah nenek moyang para Pandawa. Di Kelantan ada dua jenis wayang yang
terkenal, yaitu Wayang Jawa dan Wayang Siam. Wayang Jawa yang melakonkan cerita dari Panji dan
Pandawa sudah jarang dipertunjukkan lagi sebab kemunduran kaum bangsawan yang gemar wayang
Jawa. Sedangkan Wayang Siam sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai