Anda di halaman 1dari 5

Nama: Adriansyah

NIM: 1210620051

Kelas: 2 SI-1/Sastra

Bab 3 Cerita Panji dari Jawa

Cerita Panji adalah hasil sastra Jawa yang sangat digemari orang Indonesia maupun Malayu.
Orang Melayu sangat menggemari cerita ini dibuktikan dengan banyaknya nasakh cerita panji yang
masih tersimpan diperpustakaan di London, Leiden, Jakarta, dan Kuala Lumpur. Cerita Panji memiliki
sifat yang mirip dengan cerita pelipur lara yang menceritakan kisah pengembaraan dan peperangan.
Satu hal yang tidak ada di cerita pelipur lara adalah kisah percintaan yang erotis serta cerita
punakawan yang lucu, kadang-kadang lucah. Penyebaran cerita panji merupakan usaha dari orang
Jawa sendiri. Menurut Dr. Rassers cerita panji berasal dari mitos bulan dan matahari dalam cerita
Kalangi dan Manimporok yang berasal dari daerah Minahasa. Cerita tersebut bercerita bahwa
Kalangi dan Manimporok adalah dua dewa yang bersahabat. Suatu hari, Manimporok mengunjungi
sahabatnya Kalangi yang kebetulan tidak ada di rumahnya. Kalangkopan, istri Kalangi dilarikan oleh
Manimporok. Kalangi sedaih dan membuat sebuah patung yang menyerupai istrinya. Akhirnya
patung itu mempunyai nyawa dan menjadi istri Kalangi. Rassers menerangkan bahwa Kalangi adalah
lambang bulan yang membesar, Manimporok adalah bulan susut, dan Kalangkopon adalah bulan
purnama. Rassers menjelaskan bahwa mitos bulan dan matahari itu membayangkan susunan
struktur masyarakat zaman purba. Pada masa itu, masyarakat Jawa terbagi menjadi dua golongan
dan yang diceritakan dalam cerita Panji. Pengalaman yang dialami oleh wira dan wirawati bukanlah
pengalaman biasa, melainkan inisiasi (upacara yang dijalani sebelum mereka kawin. Dalam
perkawinan , kedua holongan ini bersifat eksogam, artinya kedua golongan ini mesti mencari istri di
luar golongan sendiri. Mereka bekerjasama dan saling bersaing. Kedua golongan ini dibagi lagi
mnejadi subgolongan dan dibagi lagi menjadi empat kelompok dalam masyarakat. Keempat
kelompok ini masing-masing diidentifikasi dengan satu jenis binatang atau tumbuh-tumbuhan yang
merupakan bagian dari totemisme. Berhubungan dengan totemisme, upacara inisiasi diadakan bagi
calon yang hendak menjadi anggota dari salah satu kelompok menurut kelahirannya. Inisiasi ini
biasanya diadakan di dalam sebuah rumah haram (forbidden) yang terletak di hutan rimba. Rumah
haram itulah yang dianggap sebagai pusat seluruh masyarakat. Dari inisiasi dan perkawinan tokoh-
tokoh ini lahirlah kedua golongan dalam masyarakat Jawa. Susunan masyarakat yang demikian juga
mempengaruhi hasil sastranya, misal cerita Rama dan Mahabharata di Jawa. Rama dan Dasaratha
adalah bulan susut, Sita adalah bulan purnama, sedangkan Rawana adalah bulan yang membesar.
Dengan memperoleh Sita, Rama juga memperoleh kekuasaan di dunia. Dan peperangan yang
berlaku antara para Pandawa dan Kurawa tidak lain adalah perjuangan antara bulan susut dan bulan
yang kian membesar.

A. HIkayat Galuh Digantung

Hikayat Galuh Digantung termasuk ke dalam cersi cerita Panji yang tua. Hikayat ini disusun pada
tahun 1300 H (1882) di Palembang. Tetapi menurut sebuah syair pada pendahuluannya, hikayat ini
disusun pada tahun 1283 H(1866). Hikayat ini mulai dengan mengisahkan keturunan Pandu Dewata,
dari Raden Arjuna sampai kepada Bambang Selaka. Cerita dimulai ketika Bambang Selaka Kembali ke
kayangan dan menjadi dewa Kembali. Ia pun kawin dengan bidadari yang bernama Batara Naya
Kesuma. Batara Kala dan Batara Narada merasa dunia terlalu sunyi dan tidak ada peristiwa besar.
Mereka lalu mengirim Batara Naya Kesuma suami istri turun ke dunia. Batara Naya Kusuma tidak
boleh Kembali ke kayangan sebelum anaknya menjadi raja-raja yang besar. Maka Naya Kesuma
menjadi ratu di Kuripan dan mengembangkannya menjadi kerajaan besar. Ia juga mempunyai lima
orang anak; anak sulungnya menjadi ratu di Kuripan, anak yang kedua menjadi ratu di Daha, anak
ketiga menjadi ratu di Gagelang, anak ke empat menjadi ratu di Singasari dan anak bungsunya
seorang putri yang tinggal bersama kakangnya di Daha. Ratu Kuripan dan Daha pergi ke Pulau Nusa
Sari untuk meminta anak. Mereka berjanji bila dikabulkan permintaanya, mereka akan
mempertunangkan anak mereka. Dari permohonan mereka lahirlah Inu Kertapati dan Candra Kirana
dari permaisuri yang berbeda. Inu dan Candra Kirana ditunangkan. Akibat keburukan sifat Inu,
ayahandanya tidak rela menjadikan dia raja. Inu pun mengetahui hal tersebut dan pergi
meninggalkan istana bertapa di Gunung Sila Merju. Beruta kehilangan Inu segera diberi tahu ke
Daha. Sepeninggalan Inu, Candra Kirana di lamar oleh banyak orang namun ditolaknya. Inu sudah
selesai pertapaannya. Batara guru merubah Inu menjadi perempuan dan disuruh pergi ke Daha. Inu
menjawab teka-teki yang diberikan Kelana Janderi dan diubah menjadi laki-laki lagi. Di Daha, Candra
Kirana jatuh sakit dan hanya bisa disembuhkan oleh daun gandapuraloka. Ratu Daha memberikan
pengumuman, siapapun yang bisa menemukan daun tersebut akan dinikahkan dengan Candra
Kirana. Singkat cerita Inu mendapatkan daun tersebut. Inu dinamai juga Adipati Tambak Baya.
Candra Kirana kemudian sembuh. Inu pun dinikahi dengan Candra Kirana. Dating banyak pinangan
untuk Candra Kirana. Candra Kirana menolak dan terjadi banyak pertempuran yang berhasil
dimenangkan Inu. Identitas Adipati Tambak Baya diketahui sebagai Inu dari Kuripan. Candra Kirana
yang mengetahui hal itu malu dan menderita akibat celaan. Candra Kirana pun meningglakan Kraton
dan mencari Inu yang meninggalkan Daha akibat penghinaan Candra Kirana. Candra Kirana bertemu
Inu Kembali. Inu teringat penghinaan yang diterimanya dan menyuruh punakawannya mengikat
Candra Kirana dan dayangnya serta menggantungnya di atas pohon Randu. Batara Kala
yangmelihatany mengubah mereka menjadi laki-laki. Mereka menjadi pahlawan yang tak
terkalahkan. Sampai di suatu pertempuran mereka diubah Kembali menjadi perempuan. Inu dan
Cadra Kirana dan Inu pun menikah.

B. Hikayat Cengkel Waneng Pati

Hikayat Cengkel Waneng Pati adalah sebuah certain Panji yang terkenal. Naskah hikayt ini
banyak sekali di Leiden 7 buah, Di perpusatakaan Inggris 11 buah, dan di Museum Jakarta 12 buah.
Hanya di Museum Jakarta yang disebutkan dalangnya yaitu Sumirada. Naskah di Leiden dengan kode
Cos.1709, Cerita dimulai ketika Batara Naya Kusum memiliki istri bernama Dewi Nila utama yang
kemudian hamil serta melahirkan dua orang anak, yang laki-laki bernama Dewa Kusuma Indra
Kamajaya dan yang perempuan diberi nama Dewi Nila Kencana. Setelah besar mereka saling jatuh
cinta. Batara Naya Kusuma menyuruh putri dan putranya turun ke bumi dan menjelma menjadi
manusia. Indra Kamajaya menjelma menjadi Ino Kertapati. Nila Kencana menjelma menjadi seorang
perempuan bernama Raden Galuh Candra Kirana Lemi ning Puri (Putri?). Raden Ino dan Candra
Kirana ditunangkan. Ratu Soca Windu memilki kerajaan yang besar di Jawa dan diramalakan akan
dikalahkan oleh Putra Kuripan. Ratu Soca WIndu menyuruh patihnya menculik Ino. Raden Ino
dipaksa kawin dengan Putri Soca Windu. Raden Ino menolak dan disiksa hampir seteangah mati dan
dibuang kedalam sungai. Raden inu hidup Kembali dan berubah nama menjadi Cekel Waneng Pati.
Cekel Waneng Pati mendengar bahwa Candra Kirana diculik oleh raksasa. Cekel Winang Pti
membunuh raksasa yang merupakan jelmaan dari Dewa Siva. Dewa Siva berterima kasih dan
memberikan kesaktian kepada Cekel Waneng Pati. Cekel Waneng Pati kemabali Ke Daha namun
tidak diterima dan disangka adalah orang biasa. Sampai suatu saat Ratu Manggada ingin meminang
Candra Kirana. Ratu Daha menghibur Candra Kirana dengan bersama-sama pergi berburu. Candra
Kirana menginginkan Kijang Emas. Ratu Daha menjajikan Candra Kirana bagi orang yang menangkap
kijang itu hidup-hiudp. Ratu manggada tidak bisa menangkap kijang tersebut. Cekel Waneng Pati
berhasil menangkap kijang tersebut namun ia tetap tidak mendapat hadiah yang telah dijanjikan.
C. Hikayat Panji Kuda Semirang

Hikayat Panji Kuda Semirang (Cohen Stuart 125), naskah nikaya ini ada di Perpustakaan
Museum Pusat di Jakarta. Hikayat ini sebenarnya berjudul Kuda Semirang Panji Pandai Rupa.
Menurut Poerbatjaraka, hikayat ini berasal dari satu cerita Panji yang sudah tua usianya . hikayat ini
mulai dengan menceritakan Arjuna dan Samba menitis ke dunia dan dalam hikayat ini Panji
mempunyai dua orang kekasih. Ada kecenderungan untuk mempertinggi kedudukan kekasih Panji
yang pertama sehingga akahirnya disamakan dengan putri Daha, Candra Kirana. Poerbatjaraka
percaya bahwa hikayat ini memang langsung disalin dari bahsa Jawa. Banyak kata, ungkapan, dan
ayat Jawa yang terdapat dalam hikayat ini. Menurut Poerbatjaraka bahasa jawa yang digunakan
dama hikaya ini ialah bahasa Jawa Pertengahan. Hikayat Panji Kuda Semirang (Poerbatjaraka, 1962:
3-34). Cerita dimulai ketika Ratu Kuripan memuja para dewa untuk meminta anak. Batara Kala yang
melihatnya mengabarkan kepada Batara Guru. Batara Guru mengutus Arjuna dan Sambada
bersama-sama dengan istri mereka turun ke dunia. Arjuna dan Januwati (Istri Samba) di Kuripan
sedangkan Sambada dan Subadra (Istri Arjuna) di Daha. Ratu Kuripan kemudian mendaptkan
seorang putra bernama Inu Kertapati dengan gelar Kuda Rawisregga. Ratu Kuripan dianugerahi pula
seorang anak yang bernama Carang Tinangluh dengan gelar Pangeran Anom. Kemudian lahir pula
seorang putri bernama Ratna Wilis. Ratu Daha juga memohon anak. Maka lahirlah seorang putri
bernama Galuh Candra Kirana. Beberapa lama kemudian, Inu besar ditunangkan dengan Candra
Kirana. Lalu keramaian diadakan di Kuripan dan Daha, siang malam. Sampai Ratu Kuripan dan Ratu
Daha lupa memuja dewa. Batara Kala murka dan mendapat izin untuk menghukum dua keluarga
ratu tersebut dengan memisahkan Inu dari Candra Kirana. Dewi Anggar Mayang jatuh cinta pada
Dewa Jaya Kusuma yang juga membalas cintanya. Perbuatan tersebut merupakan dosa dan mereka
dikutuk turun ke dunia. Anggar Mayang baru boleh kelmbali ke kayangan sesudah dibunuh.
Demikian juga Jaya Kusuma. Di dunia, Anggar Mayang adalah anak perempuan seorang kepala desa
Pengapiran yang bernama Marta Langu. Jaya Kusuma adalah seorang raksasa bernama Kumbakarna.
Pada suatu hari Inu bertemu dengan Marta Langu dan jatuh cinta dengannya sampai di bawa pulang
ke istana. Karena kesibukannya bersama Marta Langu, Inu tidak mau ke Daha untuk kawin dengan
Candra Kirana. Candra Kirana dengan tipu muslihatnya membunuh Marta Langu. Inu yang
mengetahui hal tersebut sangat sedih dan pergi bertapa di gunung. Batara Kala meniupkan angin
kencang sampai Candra Kirana beserta dayang-dayangnya ke gunung Jambangan. Menetaplah
Candra Kirana digunung tersebut dengan memakai nama Endang Sangu Lara. Dayangnya beranama
Sangit dan Maya Branti. Hilangnya Candra Kirana diberitahukan ke negeri Kuripan. Inu menerima
berita tersebut dengan tenang. Malam hari, Inu berserta punakawannya pergi ke puncak Gunung
Danu Raja dan bertapa. Seorang petapa memberi tahu bahwa Candra Kirana masih hidup. Inu
belajar ilmu-ilmu dari petapa tersebut. Inu pun mengembara memakai nama Mesa Angulati Sira
Panji.

Carang Tinangluh juga pergi bertapa di Gunung Lewihijau dab menyebut diriiny Wirpati. Di
puncak gunung Carang Tinangluh melakukan pertapaan sehingga dianugerhai sehelai rambut yang
menjadi anak panah. Carang Tinangluh meneruskan pengembaraannya. Di sebuah gunung, dia
membunuh seorang raksasa yang merupakan jelmaan dewa kayangan. Raksasa itu berterimakasih
dan mengembalikan Ratna Wilis yang dahulu di culiknya. Carang Tinangluh dan Ratna Wilis
melakukan perjalanan. Di Kerajaan Madiun dikalahkan Carang Tinangluh dan diambilnya putri
Madiun sebagai istri.
Perbata Sari pergi mencari Candra Kirana dan berhasil ditemukan. Panda Salas ditaklukannya
dan Candra Kirana dibiarkan tinggal di situ. Inu sudah sampai di Panda Salas dan negeri itu
ditaklukan Inu. Inu bertemu dengan Candra Kirana. Perbata Sari yang sedang dalam perjalanan
Kembali ke negerinya dan bertempur dengan Inu. Perbata Sari mati dan inu mnegetahui bahwa
Perbata Sari adalah saudara dari andra Kirana. Mayat Perbata Sari berserta istrinya dihanyutkan ke
sungai da dihidupkan Kembali oleh Batara Kala. Inu dan Candra Kirana jatuh pingsan. Candra Kirana
diterbangkan Batara Kala ke kerajaan dan diubah menjadi laki-laki dengan anam Kuda Semirang Sira
Panji Pandai Rupa. Inu sudah sadarakan diri dan tidak mendapati Candra Kirana. Ia meneruskan
perjalannya dan merubah nama menajdi Kelana Edan Sebanjar Sira Panji Marga Asmara, banyak
kerajaan dikalahkannya dan banyak putri dikawininya. Akhirnya ia sampai di Galegang. Ratu
Galegang mengangkat anak dirinya. Di DGalegang Inu bertemu kembal dengan Carang Tinangluhu
dan Ratna Wilis, mereka saling berbagi cerita. Candra Kirana berada di Tumasik. Ia meneruskan
perjalan ke Galegang. Ia pun bertemu Inu namun tidak memperdulikannya. Perbata Sari di Galegeng
menyamar sebagai dalang. Karena kepandaiannya banyaklah orang mengundangnya untuk
memainkan lakon.

` Pada suatu hari, Raja Soca Windu ingin meminang putri Galegang untuk putrinya. Pinangan
itu ditolek dan terjadi pertempuran. Pertempuran ini dimenangkan oleh Inu dan saudara-
saudaranya. Candra Kirana pergi ke Gunung Dana raja dan berubah menjadi perempua kembali. Inu
pergi mengembara dari Galegang. Ia bertapa di sebuha gunung selama 40 hari agar bertemu lagi
dengan kekasihnya.

Ratu Panggala Jawa meminang Ratu Danu Raja, yaitu Candra Kirana. Ratu Danu Raja
mengajukan syarat-syarat namun Ratu Pangala Jawa tidak bisa memenuhinya. Sehingga ia
menyerang Ratu Danu Raja. Dengan bantuan Inu berhasil mengalahkan Ratu Panggala Jawa. Inu
mencoba melamar Ratu Danu Raja. Ratu Danu Raja mengajukan syarat yang sama. Pergilan Carang
Tinaluh dan Semar untuk memenuhi syarat tersebut. Di perjalanan Carang Tinaluh membunuh
seorang raksasa yang merupakan peri dan diberinya dua ekor gajah putih. Sampai di keindraan,
Semar mengamuk dan Batara Guru terpaksa menyuruh membukakan pintu langit. Dengan balai
Tenjo Maya dan tujuh orang bidadari, Carang Tinaluh pun Kembali ke dunia. Inu sangat gembira
mengetahui Ratu Danu Raja adalah Candra Kirana. Pernikahan dilakukan. Inu menjadi raja di kuripan
dan memerintah sangat adil.

D. Hikayat Panji Semirang

Hikayat Panji Semirang merupakan hikayat yang paling muda. Hikayat ini bercerita tentang
Ratu Kuripan yang dicintai oleh rakyatnya karena adil mempunyai seorang anak laki-laki yang
bernama Raden Inu Kertapati. Tetapi penduduk menyebutnya Randen Asmara Ningrat. Sesudah
cukup umur, Raden Inu berlajar ilmu kesaktian. Ratu Daha mempunyai permaisuru dan dua orang
gundik. Permaisuri bernama Tuan Putri Puspa Ningrat dan gundik bernama Maha Dewi dan Paduka
Liku. Anak dari permaisuri bernama Galuh Candra Kirana dan dari Paduka Liku bernama Galuh Ajeng.
Galuh Ajeng sangat dengki kepada Galuh Candra Kirana, karena dia sering menangis karena hal
sepele. Berselang beberapa lama, Candra Kirana dipinang oleh Raden Inu Kertapati. Pertunangan
tersebut membuat Galuh Ajeng sakit hati dan Paduka Liku pun juga sakit hati melihat ratu yang
terlalu menaruh perhatian kepada Candra Kirana. Timbullah tipu muslihat yang membuat ratu
menjadi gila-gila kepadanya, permaisuri mati diracun. Candra Kirana pun menjadi sedih. Raja Kuripan
yang mendengar berita tersebut, mengirim dua anak-anakkan. Ada anak-anakkan emas dibungkus
kain buruk dan ada anak-anakkan perak yang dibungkus kain sutra. Galuh Ajeng memilih anak-
anakkan kain sutra dan Candra Kirana memilih anak-anakkan dari kain buruk. Galuh Ajeng meminta
anak-anakkan Candra Kirana. Tapi Candra Kirana tidak mau berpisah dengan anak-anakkannya. Ratu
pun meminta namun ia tidak kasih. Akhirnya rambut Candra Kirana digunting dan jatuh pingsan. Dan
terjadi peringatan alam kepada ratu. Candra kirana tidak betah lagi dan pergi meninggalkan istana.
Sampai ia ke Kuripan. Di situ Candra Kirana membuat kota dan menjadi raja. Ia berpakaian laki-laki
dan mengganti namanya menjadi Panji Semirang. Asmara Taka. Negeri baru tersebut ramai, siang
dan malam tiada sunyi. Pada suatu hari Ratu kuripan mengirim harta benda yang banyak ke negeri
Daha. Harta benda dirampas oleh Panji Semirang dengan pesan, Jikalau Raden Inu sendiri dating
mengambilnya maka akan dikembalikan. Raden Inu datang dan menjadi sahabat dengan Panji
Semirang. Raden Inu melanjutkan perjalanannya ke Daha dan mengawini putri Daha yang ternyata
Galuh Ajeng. Raden Inu tidak betah dan pergi meninggalkan Galuh Ajeng. Raden Inu Kembali ke
negeri Candra Kirana. Namun tidak dijumpainya dan didapatinya bahwa Panji Semirang adalah
Candra Kirana. Raden Inu mengganti namanya menjadi Pangeran Panji Kesuma, lalu meneruskan
pengembaraan mencari Candra Kirana. Candra Kirana pergi menuju Galegang dan menyamar
sebagai Gambuh Warga Asmara. Tatkala Gambuh memainkan lakon Raden Cekel Waneng Pati
Berahi Ken Sila Beranti atau lakon Panji Semirang. Semua orang tertarik. Raden Inu dan Raden Panji
tertarik kepada Gambuh dan mengajaknya pergi bejalan-jalan. Suatu malam selesai lakon Panji
Semirang, Raden Panji menyelidiki perbuatan Gambuh dibalik tirai peraduan. Dilihatnnya Gambuh
sedang menimang anak-anakkannya. Raden Panji langsung mencium tangan Gambuh dan mereka
berdua bersuka ria. Suatu saat, Raden Panji mengajak Candra Kirana Kembali ke negeri Kuipan. Ratu
Kuripan tidak lagi manjur guna-guna Paduka Liku dan Galuh Ajeng. Disuruhlah Menteri mencari
guna-guna namun tersambar petir. Paduka Liku mengidap sakit keras dan mati. Galuh Ajeng
terpaksa kawin dengan Raden Singa Menteri yang jelak rupanya. Raden Inu dating kambali ke
negerinya disambut meriah oleh Ratu Kuripan. Raden Inu dinobatkan menjadi raja dan diberi gelar
Sang Ratu Prabu Anom. Candra Kirana menjadi permaisuri. Maka Ratu Kuripan berangkat ke Gunung
Wilis dan hidup sebagai begawan. Gunung Wilis menjadi ramai, karena banyak pelajar, guru,
brahmana, pertapa, dan pendeta yang dating mengahadp dan mengunjungi beliau.

E. Nilai kebudayaan

Pada Hikayat Galuh Digantung terdapat nilai kebudayaan pada adegan-adegan yang berada di
kraton dan adegan-adegan yang melukiskan keramaian pesta atau keindahan pakaian. Sampai teka-
teki atau wangsalan yang dikemukakan juga dalam bahasa Jawa. Ada juga Candra Kirana bertindak
sebagai dalang untuk bermain wayang kulit.

Pada Hikayat Cekel Waneng Pati terdapat pertunangan Raden Inu dengan Candra Kirana
dirayakan secara besar-besaran. Orang Kuripan dan Daha sepanjang hari bersuka-suka, bermain
wayang topeng dan segala permainan.

Anda mungkin juga menyukai