Anda di halaman 1dari 5

Nama: Adriansyah

NIM: 1210620051
Kelas: 2 SI-1/Sastra

Artikel 1
Semantik Ragam Makna Pada Judul Film Azab di Indosiar
Pada artikel ini berisi penggunaan makna bahasa yang dipakai oleh film azab yang
menerangkan klasifikasi makna mulai dari sinonim, akronim, bentuk yang diplesetkan, kata
berulang, dan kiasan. Serta faktor-faktor pendorong adanya ragam bahasa pada judul film
azab yaitu; kebutuhan kata yang baru , perubahan lingkungan, psikologis, sosial dan
kesejahteraan.
Klasifikasi makna:
1. Sinonim: sinonim berarti bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan
bentuk lain. Contoh dalam artikel tersebut seperti “Jenazah pedagang kikir dan
serakah mengambang dan hanyut terbawa banjir”, pada kata mengambang bersinonim
dengan kata mengapung yang sama-sama berarti terbawa arus air, tetapi penggunaan
makna mengapung lebih baik dari pada mengambang.
2. Akronim: akronim adalah pemendekan dua kata atau lebih menjadi satu kata. Contoh
dari artikel tersebut seperti “Jenazah pasutri penyebar fitnah susah di kuburkan karena
menempel di keranda”, kata pasutri memiliki akronim yaitu pasangan suami istri,
secara semantik pasutri adalah orang sudah menikah dan memiliki keturunan.
3. Bentuk yang diplesetkan: Gejala bentuk plesetan dapat dilihat dari segi makna, pesan
yang disampaikan. Bentuk yang diplesetkan merupakan tindak kesewenang-wenangan
pemakai bahasa untuk menggunakan lambang tertentu yang tentu saja ingin
memaksakan sesuatu (Pateda, 2001:153). Contoh dari artikel tersebut seperti “Jenazah
penjudi terbelit rantai besi”, kata terbelit bisa diplesetkan menjadi kata tertilit, dalam
kata tersebut diplesetkan dengan mengganti fonem -be- yang diubah menjadi -li-
sehingga menjadi perubahan kata dari terbelit menjadi terlilit.
4. Kata berulang: Makna kata berulang atau reduplikasi adalah pengulangan satuan
gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian baik dengan variasi fonem maupun tidak
(Ramlan dalam Pateda, 2001:143). Contoh pada artikel tersebut seperti “Akibat
menyia-nyiakan suami dan anak, istri tersiksa terkubur hidup-hidup menjelang”, kata
menyia-nyiakan termasuk dalam kata yang diulang secara sebagian, yang berarti acuh
tak acuh, tidak peduli dengan suatu hal. Sedangkan kata hidup-hidup merupakan jenis
perulangan kata yang seutuhnya dan memiliki makna secara langsung dan nyata.
5. Kiasan: Makna kiasan (transferred meaning atau figurative meaning) adalah
pemakaian kata yang maknanya tidak sebenarnya (Harimurti dalam Pateda,
2001:108). Contoh pada artikel tersebut seperti. “Akibat tak mengakui anak kandung
mata bagai ditusuk seribu jarum”, Klausa mata bagai ditusuk seribu jarum termasuk
dalam kiasan majas hiperbola yang memaknakan keadaan secara berlebihan.
Faktor-faktor pendorong:
1. Faktor Adanya Pembuatan Ragam Bahasa Judul Film, adapun faktor-faktor yang
menjadi pengaruh pendorong adanya ragam bahasa penulisan judul film azab yaitu
kebutuhan kata yang baru, perubahan lingkungan, psikologis, sosial dan kesejarahan.
2. Kebutuhan Kata yang Baru, faktor kebutuhan terhadap suatu pemikiran judul film
yang baru dapat dijelaskan dari segi kebutuhan pemakai bahasa. Oleh karena itu
penulis judul film harus menggunakan kata-kata yang sesuai dengan perkembangan
zaman dan maknanya mudah dipahami oleh masyarakat.
3. Perubahan Lingkungan, lingkungan masyarakat dapat menyebabkan perubahan
makna. . Seperti pada kata mati CARAKA, Volume 5, Nomor 2, Edisi Juni 2019
Semantik Ragam Makna pada Judul Film Azab di Indosiar 139 dan meninggal. Kata
mati digunakan untuk hewan dan tumbuhan sedangkan kata meninggal hanya
diperuntukkan untuk manusia saja.
4. Psikologis, secara psikologi dalam pembuatan judul film bisa juga disebabkan oleh
faktor emosi. Seperti kata bekas suami yang bernotasi tidak sopan sehingga harus
diganti dengan kata yang lebih berkonotasi positif seperti kata mantan suami pada
judul “Bekas Suami Tak Peduli Anak Makamnya Tak Ada Yang Tahu di mana”.
5. Sosial Pembuatan judul film juga disebabkan oleh faktor sosial yang dihubungkan
dengan perkembangan makna kata yang ada di lingkungan masyarakat seperti pada
kata mencuri pada judul “Mencuri Sumbangan Masjid Tubuh Terbelenggu Semen”
makna mencuri dianggap sangat tidak asing lagi dalam lingkungan masyarakat.
6. Kesejarahan Faktor kesejarahan sangat berkaitan dengan perkembangan kata. Dengan
begitu sama halnya dengan orang yang membuat ragam judul film. Pembuatan judul
film tentu harus memperhatikan pola perkembangan kata sesuai dengan
perkembangan zaman. Kesejarahan juga dikaitkan dengan intuisi, konsep ilmiah serta
ide dari seorang penulis judul film seperti pada judul film azab di Indosiar.

Artikel 2
Redundansi Bahasa Ragam Berita
Pada artikel tersebut membahas perbedaan antara redundansi ragam berita yang dikaji
secara pandangan normatif dan semantik. Pada redundansi pada ragam berita bila dikaji
dengan pandangan normatif dan tidak dianalisis dengan parameter berupa vonis salah-benar,
berlebihan, dan ekonomis. Contohnya:
1) Para napi berhasil menjebol besi tersebut berikut kaca setebal 5 inci … Suara pecahan kaca
sempat membangunkan warga sekitar rutan. (Jawa Pos, 8/9/2008), frase sekitar rutan pada
kalimat tersebut sebaiknya dihilangkan. Karena Tanpa frase tersebut pembaca sudah paham
bahwa kalau disebut hanya warga, pastilah yang dimaksud adalah ‘warga sekitar rutan’ dan
tidak mungkin warga sekitar pantai atau pusat pertokoan.
2) Gubernur Jawa Timur Imam Utomo dinilai telah melanggar asas-asas umum pemerintahan
yang baik. (Kompas, 4/9/2008), Pada kalimat kedua, seharusnya menggunakan kata-kata
seefisien mungkin Kalau disebut asas-asas umum pemerintahan, yang dimaksud pastilah
‘asas-asas umum pemerintahan yang baik’, semisal yang dirujuk “asas-asas pemerintahan
yang buruk” untuk apa ditambahkan, jika ditambahkan akan berkontradiktif dengan kata
sebelumnya yaitu melanggar.
3) Warga langsung membawa korban ke RSUD Bangkalan untuk diberi pertolongan medis.
(Jawa Pos, 8/9/2007). Frasa “pertolongan medis” pada kalimat ketiga semestinya dihilangkan
saja, Jika dibawa ke RSUD (di mana pun!), orang pun paham, pastilah korban akan diberi
pertolongan medis dan tentu bukan diberi pengobatan alternatif atau mantra ampuh dukun
sakti.
Sedangkan semantik tidak membuat evaluasi bahwa suatu kata berlebihan atau ekonomis
dalam menggunakan kata-kata (Palmer, 1997; Crystal, 1997). Dalam kajian semantik,
redundansi disikapi secara netral deskriptif dengan difokuskan pada dua konsep semantis
yaitu perifrase (rumusan lebih panjang) dan parafrase rumusan informasi yang sama dengan
bentuk yang berbeda) . Dengan dua konsep tersebut frase warga sekitar rutan pada contoh
pertama merupakan perifrase sekaligus parafrase dari warga, pada contoh kedua frase asas-
asas umum pemerintahan yang baik merupakan perifrase sekaligus parafrase dari asas-asas
umum pemerintahan, dan frase pertolongan medis pada contoh ketiga merupakan perifrase
sekaligus parafrase dari pertolongan. Kedua bentuk masing-masing mendukung maksud yang
sama, tetapi memuat nuansa makna yang berbeda; implisit di sini bahwa makna berbeda
dengan maksud (Verhaar, 1993: 138).

Artikel 3
Makna Leksikal Partikel
Artikel tersebut membahas tentang makna leksikal pada partikel yang biasanya dalam
buku linguistik mana pun uraian makna tentang partikel atau kata tugas antara lain merujuk
pada pemahaman bahwa partikel adalah kata-kata yang hanya memiliki makna gramatikal.
Partikel tak mempunyai makna leksikal seperti kata pada umumnya. Yang dimaksud dengan
makna gramatikal adalah makna yang terbangun dari hubungan antara unsur-unsur bahasa
dalam satuan yang lebih besar. Misalnya, hubungan antara kata dengan kata lain dalam frasa
atau klausa. Sedangkan yang dimaksud dengan makna leksikal adalah makna unsur-unsur
bahasa sebagai lambang benda, peristiwa dan lain-lain. Makna leksikal ini dipunyai unsur-
unsur bahasa lepas dari penggunaannya atau konteksnya.
Kalimat saya makan agar kenyang, sebagai contoh, terdiri atas tiga kata bermakna leksikal:
"saya", makan, dan kenyang serta satu partikel yang bermakna gramatikal, dalam hal ini
berjenis konjungsi "agar. Sebagai kata bermakna leksikal, "saya", "makan" dan "kenyang
punya makna walaupun tak digunakan dalam satu kalimat. Namun, kubermaknaan partikel
"agar” menjadi jelas ketika digunakan dalam konteks kalimat. Namun, benarkah semua kata
tugas atau partikel tak punya makna leksikal? Ternyata, ada kata tugas yang punya makna
leksikal. kata tugas tersebut punya makna leksikal hanya dalam konteks tertentu. Dia tak bisa
bermakna leksikal dalam semua konteks kalimat.
Satu-satunya partikel yang bermakna leksikal itu adalah "tentang", bila dihubungkan dengan
kata "belajar”. Jadi kebermaknaan leksikal. bisa dibuktikan dengan melakukan komparasi
makna pada dua kalimat berikut ini: "John belajar bahasa Jepang" dan "John belajar tentang
bahasa Jepang. Pada kalimat pertama, yang dilakukan John adalah belajar berbicara bahasa
Jepang sementara pada kalimat yang kedua bermakna studi mendalam tentang prinsip-prinsip
linguistik bahasa Jepang. Objek yang dipelajari bisa diganti apa saja, dan maknanya akan
mengikuti pola di atas. Misal: "Saya belajar renang, dan saya belajar tentang renang. Yang
pertama belajar praktik renang. yang kedua belajar teori, sejarah dan perkembangan renang.
Dari komparasi di atas, dapat disimpulkan bahwa ternyata partikel tentang punya potensi
pembeda makna. Namun, pemahaman seperti ini sebetulnya belum final, bagaimana dengan
kalimat dengan varian seperti ini: "John belajar teori bahasa Jepang" dan "John belajar
tentang teori bahasa Jepang"? Bagaimana perbedaan makna pada dua kalimat di atas, untuk
menunjukkan potensi makna leksikal partikel “tentang"? Rupanya, dari dua kalimat di atas,
dengan memasukkan kata "teori", kebermaknaan leksikal "tentang" menjadi hampa. Mereka
yang bersikukuh bahwa partikel tak mungkin bermakna leksikal akan berargumen bahwa
eksistensi partikel tentang dalam kalimat "John belajar tentang bahasa Jepang adalah karena
"belajar” berjenis verba taktransitif. Jika verba taktransitif itu diganti dengan verba transitif
yang punya dasar kata sama, yakni "mempelajari", kan jelaslah duduk perkaranya.
Adanya potensi partikel "tentang bermakna leksikal dalam konteks kalimat "John belajar
tentang bahasa Jepang yang mengandung makna "John mempelajari teori atau seluk-beluk
bahasa Jepang tanpa harus mengeksplisitkan frasa "teori atau seluk-beluk" sesungguh
memperkaya ekspresi linguistik.
Kaitannya dengan materi adalah partikel merupakan kelas kata tugas yang termasuk
makna nonreferensial. Makna nonreferensial adalah kata-kata yang tidak mempunyai referen.
Kata tugas tidak memiliki referen. Padahal, sebenarnya kata tugas memiliki makna namun
tidak memiliki referen sehingga tergolong dalam makna nonreferensial.
Sumber Artikel
1. Wahyu, Oktavia. (2019). Semantik Ragam Makna Pada Judul Film Azab di Indosiar.
Diakses dari https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/caraka/article/view/3179
(15/02/2022).
2. Khasanah, Umul. (2010). REDUNDANSI BAHASA RAGAM BERITA PERSPEKTIF STILISTIKA,
SEMANTIK, ANALISIS WACANA, SOSIOLINGUISTIK. Diakses dari
http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/parafrase/article/view/169 (15/02/2022).
3. https://www.antaranews.com/berita/406154/makna-leksikal-partikel (15/02/2022)

Anda mungkin juga menyukai