Anda di halaman 1dari 12

KELOMPOK

BPJS

(Budget Pas pasan Jiwa Sultan)


Judul Legenda : Ciung Wanara
Sumber Web : Legenda Dongeng Ciung Wanara, Orang Sunda Wajib Tahu (theasianparent.com)

Anggota : 1. M. Amin 5. Siti Murni Dinda


2. Dede Supriatna 6. Lutvi Deviyani
3. Tanu Hidayat 7. Rina Apriyani
4. Rifan 8. Siva Nur Aini Fitri
Kegiatan Pertama (Analisis isi) :
Kapan latar waktu cerita dalam novel tersebut ?
• Jawaban : Zaman dahulu.
Dimanakah latar dalam tersebut legenda ?
• Jawaban : Kerajaan Galuh di Tatar Pasundan, Sungai Citanduy, Keraton, Kampung Gegersunten, Sungai Cipamali, Penjara Istana.
Peristiwa apa yang dikisahkan ?
• Jawaban : Legenda ini menceritakan kerajaan galuh serta asal muasal Sungai Cipamali.
Siapa saja tokoh yang terlibat dalam cerita ?
• Jawaban : Raja Prabu Permana Di Kusumah, Dewi Pangrenyep, Dewi Naganingrum, Aria Kebonan (Prabu Barma Wijaya), Ajar
Sukaresi, Nagawiru, Hariang Banga, Ki Lengser, Uwa Batara Lengser, Ciung Wanara, Hariang Banga.
Di bagian apa saja legenda tersebut termasuk cerita sejarah ?
• Jawaban : 1). Dari judulnya yaitu “Ciung Wanara”
2). Pada penggalan cerita
Ciung Wanara akan memimpin kerajaan Galuh dan Hariang Banga mendirikan kerajaan baru di timur sungai Brebes yang sekarang
menjadi Sungai Pamali.

Orientasi
Dahulu kala berdiri Kerajaan Galuh yang merupakan
sebuah kerajaan besar di Pulau Jawa, karena wilayahnya
dimulai dari Hujung Kulon di ujung Barat Jawa, hingga ke
Hujung Galuh yang merupakan muara dari Sungai Brantas di
dekat Surabaya. Berisi pengenalan cerita yang mengenalkan
tokoh utamanya serta luar cerita nya .
Kerajaan Galuh diperintah oleh Raja Prabu Permana Di
Kusumah yang bijak. Dia memiliki dua orang ratu, yaitu Dewi
Pangrenyep dan Dewi Naganingrum.

Suatu ketika, sang raja memutuskan untuk bertapa


sementara waktu dan memanggil menteri Aria Kebonan untuk
sementara menggantikan posisinya. Dengan syarat dia tidak
boleh menggauli istri-istri raja selama menjadi raja sementara.
Sang menteri bersorak girang dan menyetujui syarat tersebut.
Aria Kebonan akhirnya mengubah namanya menjadi Prabu
Barma Wijaya
Pengungkapan peristiwa

Tidak berapa lama sepeninggalan sang raja yang bertapa,


kedua ratu hamil. Prabu Barma Wijaya sontak kaget dan
memanggil seorang pertapa bernama Ajar Sukaresi yang Berisi rangkaian peristiwa yang ada di cerita
memastikan kalau kedua ratu memang hamil. Berarti ini tersebut .
adalah anak sang Raja Prabu Permana Di Kusumah, karena
Prabu Barma tidak pernah menyentuh istri raja.
Si pertapa berkata kalau anak kedua ratu adalah laki-laki
yang salah satunya akan melengserkan Prabu Barma Wijaya.
Prabu Barma tidak terima dan menghunuskan keris ke Ajar
Sukaresi, dan tubuh si pertapa dibuang ke hutan yang
kemudian berubah menjadi seekor naga bernama Nagawiru
Menuju konflik
(Peristiwa yang di ungkapkan pada bagian ini merupakan peristiwa yang akan menyebabkan terjadinya konflik – konflik berkepanjangan dalam
cerita. )

Yang pertama melahirkan adalah Dewi Pangrenyep dan dia memberi nama putranya Hariang Banga. Lalu Prabu Barma Wijaya mengunjungi Dewi Naganingrum
dan tiba-tiba keajaiban terjadi. Janin dalam kandungan Dewi Naganingrum yang belum lahir bisa berbicara dan mengatakan kalau Barma Wijaya melupakan banyak
janjinya dengan melakukan kekejaman.Prabu Barma Wijaya kaget dan meminta Dewi Naganingrum segera pergi dari istana. Tapi karena sudah dekat waktu
melahirkan, pengusiran itu pun diurungkan.
Tiba waktu persalinan, Dewi Naganingrum ditutup matanya oleh Dewi Pangrenyep dengan lilin agar tidak melihat banyak darah. Namun dia menukar bayi Dewi
Naganingrum dengan seekor anjing, sedangkan sang bayi dimasukkan ke dalam keranjang dan dibuang ke Sungai Citanduy.Prabu Barma Wijaya pun mengusir Dewi
Naganingrum dan memerintahkan Ki Lengser untuk membunuhnya.
Uwa Batara Lengser pun tidak tega melakukan hal itu, di hutan dia membuatkan sebuah gubuk agar sang ratu Dewi Naganingrum bisa beristirahat. Dia meminta
ratu agar jangan bersedih dan bersembunyi dulu di dalam hutan agar tidak dibunuh Prabu Barma Wijaya. Dia pulang dengan membawa pakaian ratu yang dilumuri
dengan darah binatang sebagai bukti sudah membunuh. Di tepian Sungai Citanduy Desa Geger Sunten, bayi yang dibuang itu ditemukan oleh pasangan suami istri
lanjut usia yang sedang menangkap ikan.
Keduanya sangat bahagia dan membawanya pulang ke rumah. Saat mulai besar, anak itu bertanya tentang monyet dan burung yang dilihatnya di hutan. Akhirnya
si anak dinamakan Ciung Wanara yang berarti Ciung artinya burung dan Wanara artinya monyet. Ciung Wanara tumbuh menjadi pemuda yang sangat tampan.
Bahkan menjadi idola di desanya, namun karena merasa berbeda dengan wajah suami istri yang mengasuhnya sejak bayi, dia bertanya dengan sopan asal usulnya.


Menuju konflik
Suami istri tersebut akhirnya menceritakan kalau dia adalah bayi yang ditemukan di tepian sungai Citanduy dan bukan berasal dari desa
tersebut. Kemungkinan arus sungai yang membawanya ke desa Geger berasal dari daerah Galuh. .
Ciung Wanara ingin mencari keberadaan orang tuanya dan hendak berangkat ke pusat kerajaan Galuh. Sebelum berangkat, suami istri
tersebut memberinya sebuah telur dan memintanya menemukan unggas agar bisa menetaskannya. Namun dalam perjalan dia tidak berjumpa
dengan unggas malah bertemu dengan Nagawiru yang tidak lain adalah jelmaan Ajar Sukaresi sang pertama.
Nagawiru pun mengerami dan menetaskannya sehingga ayam tersebut tumbuh dengan cepat nan kuat. Saat di kota, ternyata
masyarakatnya suka dengan kegiatan sabung ayam. Melihat ayamnya sehat dan kuat, Ciung Wanara mengikutkan perlombaan sabung ayam
berkali-kali. Dan hebatnya, ayam Ciung Wanara selalu menang.
Prabu Barma Wijaya memang terkenal suka sabung ayam dan memiliki ayam jagoan bernama Si Jeling. Tidak heran kalau masyarakatnya
juga senang dengan kegiatan sabung ayam. Biasanya ayam sang raja tidak pernah kalah, namun karena mendengar kalau ada pemuda yang
ayamnya selalu menang dia pun penasaran dan ingin sabung ayam dengannya. Pemuda itu tidak lain adalah Ciung Wanara.
Uwa Batara Lengser mencari Ciung Wanara karena Prabu Barma Wijaya memintanya untuk menyampaikan kalau raja ingin adu sabung
ayam dengan ayam Ciung Wanara.Saat itu Uwa Batara Lengser langsung tahu kalau dia adalah bayi Dewi Naganingrum yang sudah menjadi
pemuda dewasa tampan dan berwibawa. Uwa Batara Lengser pun menceritakan asal usul pemuda tersebut, Ciung Wanara sangat sedih dan
ingin membalas perbuatan Prabu Barma Wijaya.
Dia pun menyanggupi tantangan sabung ayam Prabu Barma Wijaya dan meminta hadiah apabila ayamnya menang maka separuh kerajaan
harus diberikan padanya. Prabu Barma Wijaya menyanggupi permintaan tersebut. Dan tibalah waktu perlombaan, ternyata si Jeling kalah
sama ayam Ciung Wanara. Prabu Barma Wijaya pun menepati janjinya untuk memberikan setengah kerajaan padanya.
Puncak Konflik

(Dimana pada bagian ini terjadi kejadian besar yang menyebabkan terjadinya pertempuran yang sangat sengit.)

Ciung Wanara ingin menghukum Prabu Barma Jaya dan Dewi Pangrenyep. Karena itu dia mengundang keduanya ke kerajaan
barunya dan melihat sel penjara yang baru dibangunnya. Ketika mereka berada di dalam penjara, Ciung Wanara langsung
menguncinya dari luar. Dan dia akhirnya membongkar semua kejahatan Prabu Barma Jaya dan Dewi Pangrenyep kepada
masyarakat.

Hariang Banga, putera Dewi Pangrenyep, sangat terkejut dengan penangkapan ibunya. Akhirnya dia dan tentara pengikut
setianya menyerang Ciung Wanara. Pertempuran sengit pun tidak terelakkan lagi. Apalagi mereka berdua adalah pangeran yang
kuat dan memiliki keahlian berperang yang tinggi. Pertempuran ini berlangsung sangat lama karena keduanya sama-sama kuat.
Resolusi
(Penyelesaian konflik utama dalam cerita legenda Ciung Wanara)

Ketika sedang bertempur di daerah sungai, Ciung Wanara mendorong tubuh Hariang Banga ke seberang sungai.
Namun tiba-tiba muncul Raja Prabu Permana Di Kusumah didampingi oleh Ratu Dewi Naganingrum dan Uwa
Batara lengser. Sang raja berteriak memarahi kedua anaknya itu karena pertempuran adalah hal yang pamali apalagi
berperang dengan saudara sendiri.

Agar adil, sang raja yang kembali dari bertapa tersebut membagi kedua wilayah kerajaan Galuh. Ciung Wanara
akan memimpin kerajaan Galuh dan Hariang Banga mendirikan kerajaan baru di timur sungai Brebes yang
sekarang menjadi Sungai Pamali.

Koda
(Pesan dari penulis yang dapat kita ambil)
Kita harus harus mengajarkan pada anak untuk selalu berbuat baik dan jangan lemah karena kekuasaan.
Unsur Kebahasaan Teks Cerita Sejarah

Kalimat Bermakna Lampau :


 Raja mengubah Aria kebonan menjadi sosoknya dan kemudian raja pergi meditasi dalam jangka waktu yang sangat lama.
Konjungsi Kronologis Dan Temporal

 Suatu ketika, sang raja memutuskan untuk betapa semestara waktu dan memanggil mentri Arya Kebonan untuk sementara
menggantikan posisinya.
Kata kerja yang menggambarkan tindakan (material)
 Prabu Barma tidak terima dan menghunuskan keris ke Ajar Sukaresi, dan tubuh si pertapa dibuang kehutan yang kemudian berubah
menjadi seekor naga bernama Nagawiru
 Namun dia menukar bayi Dewi Naga ningrum dengan seekor anjing sedangkan sang bayi dimasukkan ke dalam keranjang dibuang
kesungai citanduy
 Dua Batara Lengser pun tidak tega melakukan hal itu dihutan, dia membuatkan sebuah gubuk agar sang Ratu Dewi Naganingrum bisa
beristirahat.
 Sang raja berteriak memarahi kedua anaknya itu kerena pertempuran adalah hal yang pamali apalagi berperang dengan saudara sendiri.
 Naga Biru pun mengerami dan meneteskannya sehingga ayam tersebut tumbuh dengan cepat dan kuat..
Kata kerja yang menunjukkan kalimat tidak langsung
 Prabu Barma Wijaya sontak kaget dan memanggil “ seorang pertapa bernama Aji Sukaresi yang memastikan kalau kedua Ratu memang hamil
 Janin dalam kandungan Dewi Naganingrum yang belum lahir bisa berbicara dan mengatakan “ kalau Barma Wijaya melupakan banyak janjinya
dengan melakukan kekejaman.

Kata Kerja Yang Dipikirkan /dirasakan tokoh
 Sang mentri bersorak girang dan menyetujui syarat tersebut
 Prabu Barma Wijaya sontak kaget dan memanggil seorang pertapa
 Dewi Naganingrum pun kaget ketika anaknya yang berubah menjadi anjing
 Dia meminta ratu agar jangan bersedih dan bersembunyi dulu di dalam hutan
 Keduanya sangat bahagia dan membawanya pulang ke rumah.
Banyak menggunakan dialog
 Si Petapa berkata “ kalau anak kedua Ratu adalah laki laki yang salah satunya akan melengserkan Prabu Barma Wijaya”.
Kata Sifat
 Uwa Batara Lengser tidak tega melakukan hal itu , dihutan dia membuatkan sebuah gubug agar sang Ratu Dewi Naganingrum bisa beristirahat
Tanya Jawab
Kalau ada rasa penasaran cepat tanyakan
Kalau ada rasa saying cepat ungkapkan (Keburu diambil fajar)

Anda mungkin juga menyukai