Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KEBUDAYAAN SUNDA

CERITA RAKYAT
CIUNG WANARA

Disusun oleh:
Chakra Narasangga (18213035)
Dhimas Istiqfaru Adji Buwana (18213036)
Aria Sadewa (18213037)

Jurusan Seni Rupa Murni


Fakultas Seni Rupa dan Desain
INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA
BANDUNG
2018
1. Judul Cerita
Ciung Wanara

2. Tempat
Ciamis, Jawa Barat

3. Tokoh dan Penggambaran Karakter

 Raja Prabu Permana Di Kusumah


Dia awalnya merupakan seorang raja di kerajaan Galuh, namun dia menyerahkan
tahtanya kepada Aria Kebonan dan menjadi seorang pertapa yang bernama Ajar
Sukaresi. Dia memiliki sifat yang baik dan bijaksana. Selain itu, dia juga memiliki
kesaktian.

 Aria Kebonan
Sombong dan memerintah kerajaan sewenang-wenang. Aria Kebonan awalnya
merupakan seorang menteri dari Raja Prabu Permana Di Kusumah, lalu diangkat
menjadi Raja dengan nama Prabu Barma Wijaya.

 Uwa Batara Lengser


Dia merupakan pelayan yang baik dan setia di kerajaan Galuh.

 Nyimas Dewi Naganingrum


Baik dan penyayang. Dia merupakan salah satu permaisuri Raja Prabu Permana Di
Kusumah. Dia merupakan ibu kandung dari Ciung Wanara.

 Nyimas Dewi Pangrenyep


Dia merupakan salah satu permaisuri Raja Prabu Permana Di Kusumah. Dia
merupakan ibu kandung dari Hariang Banga. Dia memiliki sifat yang licik.

 Ciung Wanara
Baik, pemberani, dan sakti. Dia merupakan anak dari Dewi Naganingrum dan
merupakan Raja di Kerajaan Galuh Barat/Sunda Galuh.

 Hariang Banga
Anak dari Dewi Pangrenyep. Raja dari Kerajaan Galuh Timur. Berniat membalas
dendam kepada Ciung Wanara karena ibunya ditangkap dan dimasukan ke penjara.
 Aki dan Nini Balangantrang
Baik dan penyayang. Orang tua tiri dari Ciung Wanara.

4. Isi Cerita

Ciung Wanara adalah seorang raja yang memimpin kerajaan besar di pulau jawa yaitu
kerajaan Sunda Galuh yang beribukota di Ciamis, Jawa Barat sekarang. Konon saat itu
wilayah kerajaan Galuh membentang dari Hujung Kulon, ujung barat pulau jawa, hingga
Hujung galuh, yang saat ini merupakan muara sungai Brantas di dekat kota Surabaya
sekarang.

Ciung Wanara ini mengisahkan hubungan darah dan juga budaya antara orang sunda yang
tinggal di bagian barat pulau jawa dengan orang jawa yang tinggal di bagian tengah dan timur
pulau jawa.

Kerajaan Galuh

Alkisah pada zaman dahulu, di sebuah daerah di Jawa barat berdiri sebuah Kerajaan bernama
Kerajaan Galuh. Kerajaan Galuh di pimpin oleh seorang Raja bijaksana bernama Raja Prabu
Permana Di Kusumah. Raja memiliki dua orang Permaisuri, yang pertama bernama Nyimas
Dewi Naganingrum dan yang kedua bernama Nyimas Dewi Pangrenyep. Telah lama sang
Raja mengurus kerajaan, akhirnya sang Raja memutuskan untuk menjadi seorang pertapa.
Untuk mengurus kerajaan Galuh, Raja Prabu memilih untuk menunjuk menterinya yang
bernama Aria Kebonan.

Aria Kebonan Menjadi Raja Galuh

Dengan kemampuan supranatural yang dimilikinya, Raja Prabu mengetahui bahwa


menterinya yang bernama Aria Kebonan ingin menjadi seorang raja. Ia pun memanggil Aria
Kebonan dan menyampaikan keinginannya untuk berhenti menjadi raja dan pergi
bermeditasi. Ia lalu mengangkat Aria Kebonan menjadi raja dengan syarat harus memerintah
kerajaan dengan benar dan menjaga kedua istri Raja Prabu. Aria Juga harus berpura-pura
menjadi suami dari Raja Prabu di depan rakyat.

Setelah Aria menyanggupi keinginan Raja Prabu, Raja Prabu pun mengubah Aria menjadi
pria tampan dan mengubah namanya menjadi Prabu Barma Wijaya. Setelah itu Raja yang
baru pun mengumumkan dirinya pada rakyat dan berkata bahwa dia adalah Raja Prabu yang
berubah menjadi 10 tahun lebih muda. Semua rakyat mempercayai perkataan raja baru
tersebut kecuali Uwa Batara Lengser yang mengetahui perjanjian antara raja dan menteri Aria
Kebonan.

Setelah diangkat menjadi raja, Prabu Barma Wijaya menjadi sombong dan memerintah
kerajaan secara sewenang-wenang. Ia juga sering mengejek Uwa Batara lengser yang tidak
dapat melakukan apa-apa. Dia juga memperlakukan kedua ratu dengan kasar. Kedua
permaisuri selalu berusaha untuk menghindarinya, kecuali di depan umum ketika mereka
berperilaku seolah-olah mereka istri Prabu Barma Wijaya.

Kedua Permaisuri Hamil

Di suatu malam kedua permaisuri bermimpi bahwa bulan jatuh di atas mereka. Kedua
permaisuri kemudian melaporkan mimpi mereka kepada raja. Prabu Barma Wijaya merasa
ketakutan, karena mimpi tersebut biasanya peringatan bagi wanita yang akan hamil. Hal ini
tidak mungkin terjadi karena ia tidak pernah memperlakukan kedua permaisuri sebagai istri-
istrinya. Uwa Batara Lengser yang diberi tahu masalah ini kemudian mengusulkan untuk
meminta bantuan seorang pertapa bernama Ajar Sukaresi untuk menjelaskan mimpi yang
aneh tersebut.

Uwa Batara Lengser kemudian mendatangi kediaman si pertapa sakti untuk mengundangnya
ke istana. Sebenarnya pertapa tersebut tidak lain adalah Raja Prabu Permana Di Kusumah.
Begitu si pertapa tiba di istana, Prabu Barma Wijaya langsung bertanya tentang arti mimpi
itu. Pertapa Ajar Sukaresi berkata bahwa kedua permaisuri mengharapkan seorang anak laki-
laki.

Prabu Barma Wijaya sangat marah mendengar hal tersebut karena selama ini ia tidak pernah
menyentuh kedua permasuri. Ia mengambil kerisnya dan menusuk Ajar Sukaresi. Namun
aneh, keris itu bengkok.

"Kenapa Raja berusaha membunuh hamba? Apakah Raja ingin aku mati? Baiklah, aku akan
mati." Kemudian pertapa itu jatuh ke tanah dan mati.

Prabu Barma Wijaya kemudian menendang mayatnya begitu keras sehingga terlempar ke
dalam hutan. Di dalam hutan, tubuh pertapa Ajar Sukaresi berubah menjadi seekor naga
besar, bernama Nagawiru.

Kelahiran Hariang Banga

Beberapa hari setelah kejadian tersebut, kedua permaisuri hamil. Sembilan bulan kemudian
Dewi Pangrenyep melahirkan seorang putra yang ia beri nama Hariang Banga.

Suatu hari ketika Prabu Barma Wijaya mengunjungi Dewi Naganingrum yang tengah hamil
besar, secara ajaib janin dalam kandungan Naganingrum yang belum lahir tersebut berbicara:
"Hai Barma Wijaya, Engkau telah melupakan banyak janjimu. Semakin banyak Engkau
melakukan hal-hal kejam, kekuasaanmu akan semakin pendek."

Raja sangat marah sekaligus takut terhadap ancaman janin tersebut. Dia ingin menyingkirkan
Dewi Naganingrum beserta bayinya dengan meminta bantuan Dewi Pangrenyep.
Kelahiran Ciung Wanara

Tidak lama kemudian Permaisuri Dewi Naganingrum pun akan segera melahirkan. Dewi
Pangrenyep bergegas untuk membantunya. Akhirnya, Dewi Naganingrum melahirkan
seorang Bayi Laki-laki yang tidak kalah lucu dan tampan dari kakaknya Hariangbanga.

Tanpa sepengetahuan siapapun. Bayi Laki-laki yang baru saja di lahirkan Dewi Naganingrum
di tukarnya dengan seekor anak Anjing. Bayi yang sebenarnya di masukkan ke dalam sebuah
keranjang. Dewi Pangrenyep pun meletakkan sebutir telur ayam. Ia kemudian
menghanyutkan bayi tersebut ke sebuah sungai.

Prabu Barma Wijaya berpura-pura kaget mengetahui bahwa Dewi Naganingrum melahirkan
seekor anak anjing. Ia kemudian memerintahkan hukuman mati atas Dewi Naganingrum
karena dia telah melahirkan seekor anak anjing, yang dianggap sebagai kutukan dari para
dewa. Uwa Batara Lengser yang mendapat perintah untuk melaksanakan eksekusi tersebut
tidak mampu menolaknya. Dia membawa Dewi Naganingrum yang malang ke hutan, namun
dia tak sampai hati membunuhnya, ia bahkan membangunkan sebuah gubuk yang bagus
untuknya. Setelah gubug itu selesai di buatnya, dengan terpaksa Ki Lengser meninggalkan
Naganingrum seorang diri. Sebelum ia pergi, ia pun berjanji akan mengunjunginya kembali.

Tinggal di sebuah gubug kecil di tengah hutan seorang diri, Naganingrum sangat berharap
suatu hari nanti ia dapat bertemu dengan Putra kandungnya. Naganingrum sangat yakin
bahwa ia melahirkan seorang bayi laki-laki yang sangat lucu, bukan anak anjing. Ia pun
berharap dapat kembali ke Istana dan hidup bahagia bersama keluarganya. Ki Lengser pun
segera kembali ke istana. Ia langsung mengahadap Raja dan melaporkan bahwa tugasnya
untuk membunuh Dewi Naganingrum sudah di laksanakan dengan baik. Untuk membuktikan
bahwa ia sudah melaksanakan tugasnya, ia membasahi senjatanya dengan darah binatang
buruan yang ia temui di dalam hutan.

Ciung Wanara

Di desa Geger Sunten, tepian sungai Citanduy, hiduplah sepasang suami istri tua yang biasa
memasang bubu keramba perangkap ikan yang terbuat dari bambu di sungai untuk
menangkap ikan. Suatu pagi mereka pergi ke sungai untuk mengambil ikan yang
terperangkap di dalam bubu, dan sangat terkejut karena menemukan keranjang yang
tersangkut pada bubu tersebut. Setelah membukanya, mereka menemukan bayi yang
menggemaskan. Mereka kemudian membawa pulang bayi tersebut, merawatnya dan
menyayanginya seperti anak mereka sendiri.

Sambil membesarkan bayi malang tersebut, Aki dan Nini terus berusaha mencari informasi
mengenai siapa orang tua bayi tersebut. Mereka pun mendengar kabar mengenai kelahiran
putra Dewi Naganingrum. Akhirnya mereka mengambil kesimpulan bahwa bayi tersebut
adalah putra raja dari Kerajaan Galuh.
Tanpa terasa, bayi laki-laki yang mereka temukan sekarang telah tumbuh menjadi seorang
remaja tampan, cerdas, gagah dan pemberani. Anak tersebut di beri nama Ciung Wanara.
Mereka memberikan nama Ciung Wanara karena mereka pernah melihat seekor Monyet yang
berarti wanara. Mereka pun pernah melihat seekor Burung yang berarti Ciung. Akhirnya
keduanya sepakat nama dari ke dua binatang tersebut digabung menjadi nama anaknya.

Ciung Wanara Pergi Ke Ibukota Kerajaan Galuh

Suatu hari Ciung Wanara ingin sekali pergi ke ibukota Kerajaan Galuh untuk mengembara.
Awalnya, Aki dan Nini tidak menginzinkan. Namun akhirnya tidak bisa melarang karena
Ciung terus memaksa.

“Ayah dan ibu sangat mencintaimu Nak. Jika itu memang keinginanmu, Ayah dan Ibu tidak
bisa melarang. Ayah berharap Ciung bisa menemukan kedua orang tua kandungmu.” kata
ayahnya.

“Memangnya siapa orang tua kandung Ciung Ayah?” tanya Ciung penasaran. Sebelum ia
berangkat ke ibukota Kerajaan Galuh, ia bertanya siapa Ayah dan Ibu kandungnya.

“Ayahmu adalah raja Kerajaan Galuh, sedangkan ibumu diasingkan di tengah hutan. Pergilah
ke ibukota kerajaan Galuh untuk mencari orang tuamu.” kata Aki. Aki menjelaskan bahwa
Ayah kandungnya adalah seorang Raja dari Kerajaan Galuh. Dan Ibunya di asingkan di
dalam hutan belantara.

“Baik Ayah Ibu. Ciung mohon pamit. Ciung tetap menganggap Ayah dan Ibu sebagai orang
tua Ciung.” Mendengar penjelasan tersebut, Ciung Wanara segera berangkat ke ibukota
Kerajaan Galuh dengan membawa Ayam Jantan kesayangannya.

Setibanya di kerajaan Galuh ia bertemu dengan dua orang Patih yang bernama Purawesi dan
Puragading. Kedua Patih tersebut tertarik dengan Ciung Wanara, karena ia membawa seekor
Ayam Jantan. Kedua Patih tersebut menghampiri dan mengajaknya untuk adu Ayam. Ciung
Wanara menerima tantangan dari kedua Patih tersebut. Pertandingan sabung Ayam di
lakukan di tengah alun-alun Kota Galuh. Nasib baik berpihak kepada Ciung Wanara. Ayam
Jantan kesayangannya menang dalam pertandingan.

Kemenangan Ciung Wanara tersebut langsung tersebar ke seluruh Kerajaan. Kemenangan itu
terdengar oleh Raja, bahwa ada seorang Pemuda Tampan memiliki seekor Ayam Jantan
sangat tangguh.

Di ibukota Galuh, sabung ayam adalah sebuah acara olahraga besar, baik raja maupun rakyat
sangat menyukainya. Raja Barma Wijaya memiliki seekor ayam jago besar bernama Si
Jeling. Raja menyatakan bahwa ia akan mengabulkan keinginan apapun kepada pemilik ayam
yang bisa mengalahkan ayam juaranya.
Ciung Wanara datang ke Istana untuk bertemu dengan Raja. Baginda segera memerintahkan
para pengawal agar Ciung Wanara dibawa menghadap. Setelah berhadapan dengan Sang
Raja, Ciung Wanara pun menyembah. Setelah itu, Ciung bertaru pada Raja Galuh. Apabila
Ciung menang, dia meminta sebagian kerajaan Galuh dan apabila dia kalah, Raja Galuh
berhak membunuh Ciung.

Kerajaan Galuh Terbagi Dua

Karena Raja Galuh merasa yakin, bahwa ayam jagonya akan menang, taruhan Ciung Wanara
disetujui. Baginda segera membawa ayamnya ke halaman dan diikuti oleh Ciung Wanara.
Pertandingan sabung Ayam pun berlangsung dengan seru. Awalnya, Ayam jantan milik
Ciung Wanara terlihat kewalahan namun, tiba-tiba Ayam tersebut kembali segar dan kuat
kembali. Akhirnya, dengan mudah Ayam milik sang Raja kalah terdesak. Ciung Wanara
memenangkan pertandingan sabung Ayam.

Sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui, Ciung Wanara mendapat negara sebelah Barat.
Sedangkan sebelah Timur oleh baginda diserahkan kepada Hariang banga. Masing-masing
bergelar Prabu.

Kejahatan Dewi Pangrenyep Terbongkar

Setelah menjadi raja, Uwa Batara Lengser mengatakan pada Ciung Wanara bahwa Prabu
Barma Wijaya telah memerintahkan untuk menghanyutkan dirinya saat bayi dan menuduh
ibunya telah melahirkan seekor anjing. Akhirnya, semua rahasia tentang Ciung Wanara
terungkap dan segala kejahatan yang dilakukan Prabu Barma Wijaya dan Dewi Pangrenyep
terbongkar. Ki Lengser pun menceritakan bahwa Ibu kandungnya masih hidup dan di
asingkan di sebuah hutan. Ciung Wanara sangat bahagia dan segera menjemput ibunya, ia
pun menjemput kedua angkatnya.

Prabu Ciung Wanara setelah tahu apa yang telah dilakukan oleh Prabu Barma Wijaya dan
Dewi Pangrenyep terhadap ibunda dan dirinya sendiri, segera membentuk pasukan khusus
untuk menangkap Barma Wijaya dan Dewi Pangrenyep. Tanpa menemui kesulitan yang
berarti keduanya berhasil ditangkap dan di jebloskan kedalam penjara istana.

Perang Saudara Ciung Wanara Dengan Hariang Banga

Hariang banga sangat kaget mengetahui ibundanya tercinta telah ditangkap oleh tentara prabu
Ciung Wanara dan dijebloskan ke dalam penjara. Ia menyusun rencana perlawanan,
mengumpulkan banyak tentara dan memimpin perang melawan adiknya. Dalam pertempuran,
ia menyerang Ciung Wanara dan para pengikutnya. Ciung Wanara dan Hariang Banga adalah
Raja yang kuat dan berkeahlian tinggi dalam seni bela diri pencak silat. Namun Ciung
Wanara berhasil mendorong Hariang Banga ke tepian Sungai Brebes. Pertempuran terus
berlangsung tanpa ada yang menang atau kalah. Tiba-tiba muncullah Raja Prabu Permana Di
Kusumah didampingi oleh Ratu Dewi Naganingrum dan Uwa Batara lengser.
"Hariang Banga dan Ciung Wanara! Hentikan pertempuran ini! Pamali berperang melawan
saudara sendiri. Kalian adalah saudara, kalian berdua adalah anak-anakku yang akan
memerintah di negeri ini, Ciung Wanara di Galuh dan Hariang Banga di timur sungai Brebes,
kerajaan baru. Sungai ini menjadi batas kedua kerajaan. Aku mengubah namanya dari Sungai
Brebes menjadi Sungai pamali untuk mengingatkan kalian berdua bahwa adalah pamali
saling memerangi saudara sendiri. Biarlah Dewi Pangrenyep dan Barma Wijaya dipenjara
karena dosa mereka."

Sejak itu nama sungai Brebes dikenal sebagai Cipamali (Bahasa Sunda) atau Kali Pemali
(Bahasa Jawa) yang berarti "Sungai Pamali".

Hariang Banga selanjutnya pindah ke timur. Ia kemudian dikenal dengan nama Jaka Susuruh.
Dia mendirikan kerajaan Jawa dan menjadi raja Jawa, dan pengikutnya yang setia menjadi
nenek moyang orang Jawa. Ciung Wanara memerintah kerajaan Galuh dengan adil,
rakyatnya adalah orang Sunda. Saat kembali menuju ke barat, Ciung Wanara menyanyikan
perang saudara ini dalam bentuk Pantun Sunda, sementara kakaknya, Harian Banga, menuju
ke timur dengan menyanyikan perang saudara ini dalam bentuk tembang.

5. Situs Peninggalan

Situs Ciung Wanara


Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cijeungjing
Kabupaten Ciamis

6. Pendapat Kami Mengenai Cerita Rakyat

a. Makna dari cerita Ciung Wanara


Jadilah pemimpin yang adil dan amanah sehingga yang dipimpin menjadi makmur dan tidak
ada perpecahan di dalamnya.
b. Foto Situs Peninggalan Ciung Wanara

Sumber
info.pikiran-rakyat.com
caritasato.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai