NIM : 18213036
Versi lain menyebutkan bahwa Dewi Sri dan Sadana adalah saudara
kembar (kedhono-kedhini). Keduanya saling mencintai dan berhasrat
menikah. Namun, tidak terlaksana karena mereka sekandung. Karena putus
asa Sadana bunuh diri dengan harapan dapat reinkarnasi menjadi manusia
lain dan menikah dengan Dewi Sri. Sepeninggal Sadana, Dewi Sri hidup
mengembara dan dikejar-kejar oleh Bathara Kala. Dewi Sri kemudian
ditolong para petani. Sebagai balas jasa, dengan kesaktiannya Dewi Sri
memberi para petani hasil sawah yang melimpah. Para petani pun membalas
kebaikan Dewi Sri dengan cara mengabadikan Dewi Sri dan Raden Sadana
dalam bentuk patung pengantin duduk berdampingan.
Oleh karena itu, dalam kehidupan masyarakat petani tradisional di
seluruh pulau Jawa ditemukan peninggalan tadisi ritual dan sesajian di sawah
saat akan tanam hingga pascapanen. Konon tradisi bersih desa dan labuhan
awalnya terkait dengan ritual itu. Upacara ritual itu dimaksudkan untuk
mendapatkan panen yang berlimpah. Dan dilaksanakan di dalam atau di luar
rumah. Seiring berjalannya waktu, patung ini terus berkembang dan terbawa
hingga masa sekarang. Perkembangan seni-rupa kontemporer patung ini
pun mengalami perubahan bentuk, tak hanya dibuat dalam posisi duduk
namun juga dapat ditemui patung Loro Blonyo dalam posisi berdiri serta
beberapa tambahan aksesoris lainnya.
Bade
Bade atau juga disebut wadah adalah
sarana religius dalam upacara ngaben yang
digunakan untuk membawa sawa atau
jenasah ke setra untuk melakukan proses
sementara dalam hal upacara sawa wedana
khususnya dalam upacara ngaben di Bali.
Bentuk bangunan wadah/bade ini di hiasi oleh
beragam ornamen Bali yang dalam dominasi
ornamen patra punggel pada bangunan
wadah/bade disebutkan dibagi menjadi tiga
bagian yaitu:
Bagian kepala,
Bagian badan, dan
Bagian kaki
Hiasan patra punggel pada bangunan bade yang dapat memberikan nilai
artistik dari segi reringgitan dan kerumitan serta kesan yang angker dan
magis dalam prosesi kematian sebagai jalan yang tidak bisa kita hindari.
Secara keseluruhan disebutkan pula bahwa bangunan wadah/bade yang
dihiasi patra - patra punggel akan memberikan kesan keagungan.
Juga seperti halnya dalam pepalihan wadah, Bacem dengan tujuh bagian
dan tiap-tiap bagian terdiri atas dua pepalihan wayah.
Makna dari gambar ombak besar ini biasa diartikan sebagai simbol kekuatan.Baik dalam
kekuatan ekonomi, militer, dan juga kekuatan dari suatu bencana alam. Arti dari Gunung Fuji
yang hadir di dalam gambar melambangkan simbol keabadian yang berarti sebuah hal yang suci
dan sakti. Objek keabadian sendiri memiliki arti signifikan bagi kepercayaan masyarakat Jepang.
Di sisi lain, arti dari perahu kayu melambangkan wujud alamiah manusia yang lemah dan tak
berdaya. Hampir semua koleksi karya Hokusai banyak dijadikan objek riset baik bagi ilmuan dan
seniman di dunia barat dan Jepang.
Masyarakat Jepang percaya, bahwa teknik yang dipakai oleh Hokusai adalah campuran
dari pengetahuan seni yang ia dapat dari seni Eropa dan seni asli Jepang. Seorang seniman
pertama-tama perlu menggambar pada kertas tipis terlebih dahulu sebelum membuat karya cukil
beralas papan kayu ini. Kertas atau yang biasa disebut sebagai washi ini nanti ditempelkan ke
papan menggunakan lem. Setelah itu, seniman mulai mencukil kayu sesuai dengan bentuk
gambar lalu diberikan tinta dan kertas polos ditempel diatas kayu. Ukiran gambar yang terdapat
pada kayu yang sudah ditinta akan membuat cetakan gambar di kertas. Persis seperti printer tinta
manual (menggunakan tangan). Lalu prosesnya dikerjakan berulang agar gambar di kertas
sepenuhnya bisa berwarna-warni. Proses yang sangat rumit tapi memberikan hasil karya yang
indah.
Wayang suket