Suatu hari di Bulan Maret 1946, dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk
mengukir sejarah dengan membakar rumah dan harta benda mereka, meninggalkan kota
Bandung menuju pegunungan di selatan.
Ultimatum agar Tentara Republik Indonesia (TRI) meninggalkan kota dan rakyat,
melahirkan politik "bumihangus". Rakyat tidak rela Kota Bandung dimanfaatkan oleh musuh.
Mereka mengungsi ke arah selatan bersama para pejuang.
Kolonel Abdul Haris Nasution selaku Komandan Divisi III, mengumumkan hasil
musyawarah tersebut dan memerintahkan rakyat untuk meninggalkan Kota Bandung. Hari itu
juga, rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota.
Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat
menggunakannya lagi. Di sana-sini asap hitam mengepul membubung tinggi di udara. Semua
listrik mati. Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang
paling seru terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat pabrik
mesiu yang besar milik Sekutu. TRI bermaksud menghancurkan gudang mesiu tersebut.
Pembumihangusan Bandung tersebut merupakan tindakan yang tepat, karena kekuatan
TRI dan rakyat tidak akan sanggup melawan pihak musuh yang berkekuatan besar. Selanjutnya
TRI bersama rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini
melahirkan lagu "Halo-Halo Bandung" yang bersemangat membakar daya juang rakyat
Indonesia.
Istilah Bandung Lautan Api muncul pula di harian Suara Merdeka tanggal 26 Maret
1946. Seorang wartawan muda saat itu, yaitu Atje Bastaman, menyaksikan pemandangan
pembakaran Bandung dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Dari puncak itu
Atje Bastaman melihat Bandung yang memerah dari Cicadas sampai dengan Cimindi.
STUKTUR TEKS SEJARAH
a. Penggunaan konjungsi
Konjungsi temporal yang digunakan pada teks cerita sejarah “ Bandung Lautan Api “
diantaranya : selanjutnya ( pada kalimat “Selanjutnya TRI bersama rakyat melakukan
perlawanan secara gerilya dari luar bandung” ),
kemudian, dan setelah ( pada kalimat “Bandung Lautan Api kemudian menjadi istilah yang
terkenal setelah peristiwa pembakaran tersebut.“).
b. Ejaan
Secara keseluruhan ejaan pada setiap kalimat sudah cukup baik, karena tidak terdapat
kesalahan penulisan kata pada teks ini.
Nama Angota :
Setiawan Budianto (15)
Sandi Hamzah (14)
Sherly Oktaria (13)
Reynita Ayu Anggraini (10)