Anda di halaman 1dari 17

KEHADIRAN PERJANJIAN LINGGARJATI SEBAGAI BENTUK UPAYA

DIPLOMASI INDONESIA PASCA KEMERDEKAAN

Makalah Sejarah Indonesia pada Masa Pergerakan


Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Indonesia Masa Pergerakan Kebangsaan

Yang diampu oleh Bapak Dewa Agung Gede Agung, Drs., M.Hum

Oleh:

Kelompok 7

Adi Santoso 170731637545

Alay Indriani 170731637600

Hendra Aldi Perdana 170731637594

Okta Mawarni 170731637543

Yasinta Puji Kristanti 170731637510

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN SEJARAH

PROGAM STUDI PENDIDKAN SEJARAH

SEPTEMBER 2019
Daftar Isi

Daftar Isi...............................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

1.1 Latar Belakang...........................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................

2.1 Jalannya Perundingan Linggarjati.............................................................

2.2 Isi Perjanjian Linggarjati...........................................................................

2.3 Dampak yang Ditimbulkan dari Perjanjian Linggarjati............................

2.4 Pelanggaran Terhadap Perjanjian Linggarjati…………………………...

BAB III PENUTUP...............................................................................................

3.1 Kesimpulan................................................................................................

Daftar Rujukan......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha Indonesia untuk memproklamirkan diri sebagai negara merdeka
mendapat banyak tantangan nyata, utamanya lewat kepentingan Belanda yang ingin
menguasai kembali wilayah Indonesia dengan berbagai cara. Selepas proklamasi pada
17 Agustus 1945 pihak Belanda datang dengan kekuatan militernya beserta pasukan
sekutu sebagai pendukungnya, melihat keadaan tersebut maka pemerintah dan rakyat
Indonesia mulai khawatir dan curiga akan adanya upaya kolonialisasi kembali. Oleh
sebab itu banyak daerah yang bergolak dengan berbagai pertempuran seperti di
Surabaya, Semarang, Ambarawa dan Medan. (Saldiman, 2018)
Pertempuran yang terjadi diberbagai daerah menimbulkan dampak kerugian
yang cukup besar kepada dua pihak baik dari segi materi maupun non materi.
Berangkat dari kerugian yang berdampak cukup besar maka kedua belah pihak
mencoba untuk menyusun sebuah jalan tengah yang adapat dijadikan sebuah solusi
nyata bagi permasalahan ini, setelah sekian lama terjadi kontak fisik antara kedua
belah pihak baik Indonesia maupun Belanda maka untuk pertama kalinya diplomasi
dipilih sebagai upaya dari penyelesaian konflik. Walaupun didalam diplomasi ini
masih sarat akan kepentingan yang tinggi dari kedua pihak sehingga jalan tengah
menjadi sebuah hal yang tidak diutamakan. (Saldiman, 2018)
Diplomasi sendiri merupakan sebuah upaya negosiasi yang dilakukan oleh
perwakilan dari sebuah negara atau organisasi tertentu yang bertujuan untuk
menyelesaiakan sebuah permasalahan seperti ekonomi, budaya, politik maupun
wilayah. Upaya perundingan sendiri dilakukan antara pihak Indonesia dengan pihak
Belanda dan menggunakan Inggris sebagai penengah, upaya perundingan ini sendriri
disebut dengan “Perjanjian Linggarjati”. Pemberian nama tersebut lantaran tempat
dilaksanakannya perjanjian ini berada di daerah Linggarjati yakni sebuah desa
diantara Cirebon dan Kuningan yang terletak di kaki Gunung Ciremai. Pemilihan
lokasi ini lantaran sifatnya yang dianggap netral sebab pada saat itu kekuasaan pihak
Indonesia berpusat di Yogyakarta sedangkan pusat kekuasaan Belanda di Jakarta.
(Soedjatmiko, 2010: 8)
Perundingan Linggarjati sendiri dilaksanakan pada 11-13 November 1946
dengan memilih rumah milik salah satu warga Belanda, perundingan ini berjalan
dengan masing-masing tokoh yang berperan sebagai diplomat ditambah dengan
beberapa saksi yang hadir. Perjanjian Linggarjati kemudian ditanda tangani dalam
upacara kenegaraan pada 25 Maret di Istana Negara, untuk substansi isi dari
perjanjian Linggarjati terdiri atas 17 pasal yang berada dalam satu lingkup
pembahasan. (Soedjatmiko, 2010: 11)
1.2 Rumusan Masalah
Penulisan ini dilatar belakangi oleh beberapa rumusan masalah:
1. Bagaimana jalannya perundingan Linggarjati serta Tokoh yang ada
didalamnya ?
2. Bagaiamana isi dari perjanjian Linggarjati ?
3. Bagaimana dampak dari perjanjian Linggarjati ?
4. Bagaimana pelanggaran yang terjadi terhadap perjanjian Linggarjati ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui jalannya perundingan Linggarjati serta tokoh yang ada
didalamnya.
2. Memahami bagaimana isi dari perjanjian Linggarjati.
3. Memahami dampak dari perjanjian Linggarjati.
4. Mengetahui pelanggaran yang terjadi terhadap pelanggran Linggarjati.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jalannya Perundingan Linggarjati dan Tokoh yang Ada Didalmnya
Tanggal 13 November 1946 pukul 10.00 pagi kemudian dilangsungkannya
sebuah rapat di Linggarjati antara delegasi Indonesia dan Belanda. Van Mook tidak
dapat hadir karena beliau harus berada di Jakarta. Perudingan berjalan lancar, tidak
timbul banyak kesulitan dalam kesepahaman antar pasal. Demikian pula pada
pembahasan pasal krusial, Pasal 7 dan 9 ayat 2 tidak menimbulkan perdebatan alot.
Pihak Indonesia dapat menerima redaksi dari kedua pasal yang dirumuskan oleh
pihak Belanda. Misalnya mengenai ayat 1, pasal 15 pihak Belanda menyetujui redaksi
yang diusulkan oleh Syahrir. Belanda-Indonesia menyepakati bahwa ayat 1 sudah
cukup semua mewadahi persoalan yang disetujui bersama. Kedua pihak menyetujui
pula untuk menghapus ayat 2 dan 3 pasal 15 sebagaimana dirumuskan oleh pihak
Belanda (Alfidatul, 2014). Untuk mengubah sifat pemerintah Hindia, sehingga
susunannya dan cara bekerjanya sesuai dengan pengakuan Republik Indonesia dan
dengan bentuk susunan menurut hukum negara yang di pemerintah Belanda akan
mengupayakan supaya dengan segera dilakukan aturanaturan sesuai undang-undang.
Agar segera terwujudnya negara Indonesia. Serikat dan persekutuan Belanda-
Indonesia itu kedudukan negara dan hukum bangsa-bangsa disesuaikan dengan
keadaan ini.

Dapat dikatakan bahwa perundingan Linggarjati sudah berhasil mewujudkan


suatu naskah persetujuan antara pihak Indonesia dengan Belanda. Sekalipun masih
ada masalah-masalah yang akan dirundingkan di Jakarta nanti, perundingan
Linggarjati selesai. Komisi Jenderal menuju Cirebon untuk bertolak ke Jakarta
dengan menumpang pesawat amphibie Catalina, kemudiaan rombongan Syahrir
kembali ke Jakarta dengan mobil. Sekembalinya Komisi Jendral dari Linggarjati,
persetujuan itu ditanda tangani oleh kedua orang ketua delegasi di rumah kediaman
Syahrir di Jakarta pada tanggal 15 November 1946 (Alfidatul, 2014).. Akhirnya
naskah persetujuan Linggarjati dapat di tanda tangani kedua pihak pada rapat
penututupan, pada pukul 13.30 Delegasi Belanda-Indonesia dan sepakat bahwa sore
hari pukul 17.00 akan dilangsungkan upacara penandatanganan naskah persetujuan
Linggarjati di kediaman PM Sutan Syahrir Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.

Perkembangan politik di Indonesia pada saat Komisi Jenderal tiba di Jakarta


berbeda dibandingkan dengan saat naskah persetujuan Linggarjati ditandatangani
pada 15 November 1946. Dengan ini pekerjaan kedua delegasi telah selesai dan
menjadi tugas masing-masing parlemen untuk disetujui, baik di negeri Belanda
Majelis Tinggi dan Majelis Rendah Parlemen Belanda dan KNIP (Komisi Nasional
Indonesia Pusat) bagi pihak Republik Indonesia. Baik di pihak Republik ataupun di
pihak Belanda timbul kritik tajam terhadap persetujuan yang telah tercapai. Di Negeri
Belanda kecaman muncul terutama dari partai-partai Kristen Protestan dan dari VVD
(Volkspartij voor Vrijheid en Democratie, Partai Rakyat untuk Kemerdekaan dan
Demokrasi), bahkan partai pemerintah seperti Partai Rakyat Katolik (KVP) ada
keraguan tentang keefektifan politik Persetujuan Linggarjati. Di Indonesia sendiri
kecaman pedas muncul dari pihak PNI dan Masyumi.14 Belum satu hari, tindak
tanduk Pemerintah Belanda membuat rusaknya kepercayaan rakyat Indonesia dengan
menduduki Bogor pada tanggal 16 November 1946. Tentara KNIL dibawah
Leeneman mengadakan penahanan-penahanan di kalangan rakyat, walaupun Mr.
Mohamad Roem yang segera menemui tentara Inggris, berhasil memulihkan
pemerintahan sipil di Bogor dengan bantuan Lord Killearn dan delegasi Belanda
sehingga rusaknya kepercayaan rakyat atas perjanjian Linggarjati. (Alfidatul, 2014).

Tokoh-tokoh dalam Perundingan Linggarjati

Delegasi dari kedua belah pihak yang mewakili Indonesia, Belanda dan Inggris
sebagai penengah diantaranya.Inggris sebagai pihak penengah diwakili oleh Lord
Killearn. Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir (Ketua) Muhammad Roem, Dr.A.K
Gani dan Mr. Susanto Tirtoprojo, S.H. Belanda diwakili oleh Prof. Schermerhorn
(Ketua), Van Pool dan De Boer (Salamadian. 2018). Terdapat juga beberapa saksi
atau tamu yang hadir dalam pertemuan tersebut seperti, Amir Syarifudin, dr.
Leimena, dr. Sudarsono, Ali Budiharjo, Presiden Sukarno dan Hatta. Perjanjian
Linggarjati kemudian ditandatangani dalam suatu upacara kenegaraan di Istana
Negara Jakarata pada tanggal 25 Maret 1947.

Sorotan untuk delegasi Indonesia utamanya sosok Roem sangat terasa sebab ia
dinilai sebagai salah satu tokoh yang berperan sebagai pejuang sekaligus diplomat
yang diharapkan mampu merepresentasikan keinginan kuat dari bangsa Indonesia.
Peranan Roem dalam menegakan kedaulatan RI lewat meja diplomasi sudah sangat
terasa begitu kuat sebab berawal dari perjanjian gencatan senjata dengan sekutu, ia
terus aktif dalmam berbagai upaya diplomasi lain seperti Perjanjian Linggarjati,
Roem-Royen, Renvile hingga pada Meja Bundar. Oleh sebab itu diharapkan pada
perundingan Linggarjati ini dia dapat menjadi figure yang mempunyai kredibelitas
serta kapasitas yang mumpuni sebagai bagian dari perwakilan Indonesia walaupun
disamping itu Sutan syahrir juga berperan vital sebagi pemimpin delegasi yang
diharapkan mampu mengambil keputusan terbaik dari berbagai pertimbangan untuk
mencapai keberhasilan yang diharapkan oleh bangsa Indonesia. (Ibrahim, 2015: 10)

2.2 Isi Perundingan Linggarjati


Perundingan Linggarjati yang diadakan di Kuningan, Jawa Barat melahirkan
kesepakatan berbentuk naskah persetujuan pada tanggal 15 November 1946. Bagi
delegasi Indonesia, kesepakatan itu merupakan titik awal pengharapan rakyat
Indonesia yang benar-benar berharap perdamaian telah tercapai. Belakangan
diketahui bahwa ternyata Soekarno-Hatta tidak memahami pasal-pasal kesepakatan
tersebut karena dalam perundingan Hoge Veluwe mereka tidak dihadirkan. (Alfidatu,
2014). Hasil pokok Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda, 1. Belanda
mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang
meliputi Sumatra, Jawa dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah de facto
paling lambat 1 Januari 1949. 2. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama
dalam membentuk Negara Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia
Serikat, yang salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia 3. Republik Indonesia
Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia - Belanda dengan Ratu Belanda
sebagai ketuanya (Binhakim, 2011: 1 dalam DI Sari, 2014).

Daerah-daerah yang diduduki oleh tentara Sekutu atau Belanda secara


berangsur-angsur dan dengan kerjasama kedua pihak akan dimasukkan ke dalam
daerah RI (Pasal 1) Pemerintah Belanda dan Pemerintah RI akan bekerjasama untuk
membentuk NIS yang meliputi seluruh wilayah Hindia Belanda sebagai negara
berdaulat, dengan mengingat cara-cara yang demokratis dan hak menentukan nasib
sendiri (pasal 2, 3 dan 5 ayat 2) Pemerintah Belanda dan RI akan membentuk Uni
Indonesia Belanda. Adapun negeri Belanda dalam pengertian ini meliputi juga
Suriname dan Curacao, sedangkan yang dimaksud dengan Indonesia ialah NIS. Uni
dipimpin oleh raja Belanda dan bertujuan untuk mengurus penyelenggaraan
kepentingan bersama (pasal 6 dan 8) Pemerintah Belanda dan RI akan
mengusahakan agar pembentukan NIS dan Uni bisa diselesaikan sebelum 1 Januari
1949. (pasal 12) Pemerintah RI mengakui, memulihkan dan melindungi hak milik
orang asing (pasal 14) . Pemerintah Belanda dan Pemerintah RI setuju untuk
mengadakan pengurangan tentara dan kerjasama dalam hal ketentaraan (pasal 16,
lihat juga pasal 1). Jika terjadi perselisihan antara Pemerintah Belanda dan
Pemerintah RI perihal pelaksanaan persetujuan ini, maka kedua pihak akan
menyerahkan persoalnya kepada sebuah komisi arbritase untuk memecahkannya
(pasal 17) (G.Moedjianto, 1988: 181-182 dalam DI Sari, 2014).

Pada prosesnya perundingan Linggarjati, Indonesia diwakili oleh Sutan


Syahrir, sedangkan Belanda diwakili oleh Prof. Schermerhorn dan sebagai penengah
yaitu Lord Killearn dari Inggris karena merasa bahwa Inggris yang bertanggungjawab
atas masuknya Belanda ke Indonesia. (Tarjani, 2014). Mengapa Indonesia diwakili
oleh Sutan Syahrir karena menurut Van Mook, pandangan politik Syahrir lebih
santun dan mengutamakan diplomasi. Dalam hal ini Soekarno tidak merasa kecewa
justru malah mendukung jalannya perundingan lebih lanjut dibuktikanya dukungan
pada februari 1946 saat pemerintah mengahadapi sidang pleno di Malang.
Selanjutnya Soekarno- Hatta mengkampanyaekan Linggarjati ke seluruh Jawa.
(Rushdy H, 2010). Isi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda dapat
berjalan dengan baik, terutama mengenai pengakuann de facto Belanda terhadap
kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra, maka perlu adanya upaya dari kedua
belah pihak untuk mencapai kesepakatan yang telah dibuat bersama. Upaya yang
dilakukan Belanda setelah ditandatanganinya Perjanjian Linggarjati antara Indonesia
dan Belanda adalah dengan menghentikan aksi tembak menembak yang sebelumnya
marak terjadi di wilayah RI yang tentunya menimbulkan keresahan dan kekacauan.
Selain menginstruksikan pasukan militer untuk menghentikan aksi tembak
menembak, para pejuang Indonesia terus berupaya untuk menjalin kerjasama dengan
negaranegara lain hingga diperolehnya pengakuan de facto RI ( DI Sari, 2014)

2.3 Dampak dari Perjanjian Linggarjati


Perjanjian Linggarjati banyak menimbulkan pro dan kontra. Dalam proses
berlangsungnya perjanjian Linggarjati sebagai kelanjutan dari perundingan
sebelumnya yang berlangsung sejak tanggal 10 November 1946 di Linggarjati,
Cirebon, antara pihak pemerintahan RI dan komisi Belanda. Perundingan di
Linggarjari dihadiri oleh beberapa tokoh juru runding yaitu, Lord Killearn sebagai
pihak penengah dari Inggris, kemudian dari pihak Indonesia (RI) ada Sultan Syahrir
(ketua), Mohammaad Roem (anggota), Mr. Susanto Tirtoproto (anggota) Dr. A.K
Gani (anggota), dan perwakilan dari Belanda yaitu ProF. Schermerhorn (ketua) De
Boer (anggota) dan Van Pool sebagai anggota. (Hamidah, 4:2019)
Ketika proses perundingan ini banyak sekali kesulitan yang dihadapi oleh
pihak Indonesia, banyak sekali keterbatasan sangat berdampak antaranya adalah
kendaraan alat komunikasi dan perumahan yang mengakibatkan hampir mustahil bagi
gubernur Jawa Barat, Residen Cirebon, Bupati Kuningan. Bupati Cirebon dan
Komandan Militer daerah menjalankan tugasnya menjaga keamanan para pejabat
tinggi Indonesia dan asing. Kenyataannya selama perundingan tidak terjadi insiden
hal yang patut dikagumi dan dipuji tentu saja dengan disiplin rakyat dan
pengertiannya tentang pentingnya perundingan yang sangat membantu para pejabat
dalam menjalankan tugas. (Hamidah, 5:2019).
Selanjutnya hasil keputusan yang di dapat dari perundingan Linggarjati ini
yaitu:
1. Belanda menggakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah
kekuasaan meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura. Belanda harus
meninggalkan daerah de facto selambatnya pada tanggal 1 Januari 1949.
Namun sebelum mendapatkan kesepakatan dengan pinak Belanda, dalam soal
pertama di dalam isi perundingan kedua Sjahrir, mendesak supaya Belanda
menerima usul bahwa Republik Indonesia mempunyai wakil wakilnya sendiri
diluar negeri. Ia berusaha meyakinkan pihak Belanda bahwa perwakilan ini
terkait pada diakuinya Republik de facto yang sudah di setujui oleh pihak
Belanda. Pihak Belanda sangat keras menolak tuntutan dengan alasan bahwa
dengarn demikian Republik dan Belanda dalam hubungan Internasional akan
sama derajattnya.
2. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara
serikat dengan nama RIS. Negara Indonesia Serikat terdiri dari RI,
Kalimantan dan Timur Besar. Pembentukan RIS akan diadakan sebelum
tanggal 1 Januari 1949.
3. RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia - Belanda dengan Ratu
Belanda sebagai ketua.
Wilayah RI) dalam kesepakatan tersebut mencakup daerah bekas Hindia
Belanda yang terdiri atas, Republik Indonesia, Kalimantan, dan Timur Besar.
Persetujuan tersebut dilaksanakan pada 15 November 1946 dan baru memperoleh
ratitikasi dari komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada tanggal 25 1947 yang
ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947 di Istana Negara, Jakarta. Hasil
Perjanjian Linggarjati memiliki kelemahan dan keuntungan bagi Indonesia
kelemahannya, bila ditinjau dari segi wilayah kekuasaan, daerah RI menjadi sempit.
Tetapi apabila ditinjau dari segi keuangan, kedudukan Indonesia dimata Internasional
semakin kuat karena banyak negara seperti Inggris, Amerika, dan negara-negara Arab
mengakui kedaulatan negara RI. Hal ini tidak terlepas dari peran politik diplomasi
Indonesia yang dilakukan oleh Sultan Syahrir, H.Agus Salim, Sujatmoko, dan Dr. S
umitro Joyohadikusumo dalam sidang Perserikatan Bangs-Bangsa (PBB). (Hamidah,
10:2019)
Perjanjian linggarjati memberikan dampak positif dan negatif bagi Indonesia.
Semenjak ditandatanggani oleh Belanda dan Indonesia pada tanggal 25 Maret 1947,
berikut diantara dampak negatif atau efek dari perjanjian tersebut:

1. Citra Indonesia di mata dunia Internasional semakin kuat, dengan pengakuan


Belanda terhadap kemerdekaan Indonesia, mendorong negara-negara lain
untuk mengakui kemerdekaan Republik Indonesia secara sah.
2. Belanda mengakui negara Republik Indonesia yang memiliki kuasa atas Jawa,
Madura dan juga Sumatera. Dengan demikian secara de facto Indonesia
berkuasa atas wilayah tersebut.

Dampak Positif dari perjanjian Linggarjati, yaitu:


1. Selesainya konflik antara Belanda dan Indonesia (walaupun setelahnya
Belanda melanggar perjanjian). pada saat itu dikhawatirkan apabila
konfrontasi rakyat Indonesia dan kekuatan Belanda terus berlanjut. Maka akan
semakin banyak korban jiwa dari kalangan rakyat. Hal ini tentu saja
dikarenakan kekuatan militer Belanda yang canggih dan kekuatan rakyat
Indonesia yang apa adanya.
2. Perjanjian ini juga ditentang dari dalam negara Indonesia. Masyarakat dan
kalangan tertentu yang dimulai dari Partai Masyumi, PNI, Partai Rakyat
Indonesia dan Partai Rakyat Jelata
3. Dalam perundingan tersebut diketahui bahwa pemimpin yang ditunjuk yaitu
Sutan Syahrir telah dianggap memberikan dukungan pada Belanda. Sehingga
membuat anggota dari Partai Sosialis yang berada dalam Kabinet tersebut dan
KNIP mengambil langkah penarikan dukungan kepada pemimpin
perundingan tersebut. Penarikan dukungan tersebut terjadi kepada Syahrir
pada tanggal 26 Juni 1947. (Salamdian, 2018)
2.4 Pelanggaran Terhadap Perjanjian Linggarjati
Perjanjian resmi yang dilakukan oleh Indonesia dan Belanda pasca
kemerdekaan adalah perjanjian Linggarjati yang dilakukan pada 11-13 November
1946. Pada perundingan ini langsung datang dari perwakilan dua belah pihak antara
Indonesia dan Belanda yaitu Van Mook yang bertindak sebagai wakil Belanda,
sedangkan dari Indonesia sendiri diwakili Sultan Sjahrir, Mohammad Roem, Susanto
Tirtoprojo, dan A.K. Gani ( Raditya, 2018). Bukan hanya dari Indonesia dan Belanda
saja namun juga ada dari pihak Inggris yang dijadikan sebagai pihak penengah dan di
wakili oleh Lord killearn ( Salamadian, 2018). Sebenarnya isi dari perundingan
tersebut ada 17 pasal dan telah berisi paraf antar delegasi yang ada, namun kedua
Negara tetap membahas dan mengulas isi perjanjian tersebut dengan parlemennya
masing-masing ( Dwi ika, Iskandar S, Muhammad Basri:2014). Isi perjanjian yang
berisi 17 pasal tersebut berisi pro-kontra antar kedua belah pihak, namun ada isi
pokok mengenai naskah perjanjian linggarjati tersebut. Raditya(2018) dalam Ide
Anak Agung Gde Agung perjanjian tersebut menghasilkan kesepakatan yang berisi:
(1) Belanda mengakui kedaulatan Jawa dan Madura sebagai wilayah RI secara de
facto; (2) Belanda meninggalkan wilayah RI paling lambat pada tanggal 1 Januari
1949; (3) Belanda dan Indonesia sepakat membentuk Negara RIS; (4) RIS menjadi
Negara persemakmuran di bawah naungan Belanda.
Perjanjian Linggarjati diharapkan mampu diimplementasikan dengan bak dan
mampu menyelesaikan berbagai macam masalah yang ada antara Indonesia dan
Belanda (Dwi ika, Iskandar S, Muhammad Basri:2014). Selain itu perjanjian ini juga
diharapkan mampu untuk membuat kedaulatan Indonesia untuk diakui di
internasional, dengan berhubungan secara internasional diharapkan kedaulatan
Indonesia mampu diakui secara internasional. Pada hubungan internasional yang
dilakukan Indonesia salah satunya adalah setelah penandatangan perjanjian linggarjati
Sjahrirberangkat ke New Delhi untuk berpidato di depan Inter Asia Relations
Conference dengan melakukan hubungan internasional Indonesia berharap agar
mampu mendapatkan pengakuan kedaulatan dari Negara-negara lainnya. Setelah
penandatangaan perjanjian tersebut pasukan militer antara Indonesia dan Belanda
saling menghentikan tembak-menembak dan menarik mundur pasukannya, namun
perjanjian linggarjati tersebut tidak teus berjalan dengan baik. Beberapa kali pasukan
Belanda tetap berulah dan memicu bentrokan di beberapa daerah, hingga pada
tanggal 15 Juli 1947 Van Mook mengeluarkan ultimatum agar RI menarik mundur
pasukan pasukan sejauh 10 kilometer dari garis yang telah disepakati ( Radity, 2018).
Karena pemerintah RI tidak mengubris pernyataan dari Van Mook tersebut membuat
Van Mook murka dan sekitar tanggal 20 Juli 1947 Van Mook menyatakan tidak lagi
terikat oleh perjanjian tersebut ( Irfandi Cahyanto, 2017). Terjadinya pemberontakan
tersebut terjadi akibat dari ketidak puasan pihak Belanda dan menyebabkan terjadinya
Agresi Militer Belanda I yang terjadi pada tanggal 21 Juli 1947, adapun faktor
penyebab terjadinya Agresi Militer Belanda I tersebut adalah karena Belanda terus
melakukan pelanggaran-pelanggaran mengenai isi perjanjian linggarjati yaitu: (1)
adanya tuntutan pembubaran TNI oleh Belanda yang berarti ini melanggar dari
kedaulatan RI itu sendiri, (2) mengendahki untuk mengapuskan hubungan
internasional – Indonesia ( Dewa Agung, 2016:166).
Adanya Agresi Militer yang dilakukan oleh Belanda membuat RI
meelaporkannya kepada PBB yang berisi bahwa Belanda telah melanggar perjanjian
Linggarjati ( Raditya, 2018). Dalam Dewa Agung (2016:166) Peristiwa tersebut
mendapatkan pehatian dari dunia internasional sehingga dewan keamanan PBB
mengirimkan resolusi pada tanggal 1 Agustus 1947 yaitu: (1) seruan untuk
menghentikan tembak-menembak; (2) seruan kepada pihak RI untuk mengirimkan
wakilnya ke Dewan Keamanan PBB guna mengadakan menelahaan. Berbagai upaya
yang dilakukan RI untuk menghentikan Agresi Militer yang dilakukan Belanda akibat
dari pelanggaran dari perjanjian linggarjati, dengan mengadunya RI ke PBB dan telah
dikeluarkannya resolusi maka dibentuklah komisi enam konsul yang memiliki nama
Komisi Konsuler. Adapun isi anggota dari para konsul tersebut terdiri dari Jendral
yang ada di Indonesia, keenam konsul tersebut adalah terdiri dari beberapa
perwakilan Negara yaitu Inggris oleh Lombaert, Australia oleh Charles Easton,
Perancis oleh Ranx, Cina oleh Toing Tjia Tong, Belgia oleh Van Stichelen, dan
Amerika oleh Livingood ( Dewa Agung, 2016:166). Komisi ini memiliki tujuan
untuk mampu mengawasi jalannya proses gencatan senjata dan untuk terus berupaya
mendamaikan antara kedua belah pihak yang sedang konflik yaitu Indonesia dan
Belanda ( Dewa Agung, 2016:166). Dengan tugas yang cukup berat tersebut
dibentuklah sebuah komisi tiga Negara untuk memperlanacar jalannya tugas dari
komisi konsuler tersebut, komisi tiga Negara sendiri memiliki tugas untuk
melancarkan jalannya perundingan antara Indonesia dan Belanda yang sedang terjadi
konflik. Pembentukan komisi tiga Negara dipilih oleh Indonesia dan Belanda sebagai
perwakilannya, disini Indonesia memilih Australia sedangkan Belanda memilih
Belgia untuk Amerika dan Belgia memilihi Australia untuk menjadi anggota KTN
( Dewa Agung, 2016:166). Berdirinya KTN tersebut bertujuan untuk mengentikan
konflik yang ada, dalam rangka untuk mengakhiri konflik yang terjadi akibat dari
Agresi Militer Belanda I yaitu dilakukan perundingan Renville yang dilakukan pada
tanggal 17 Januari 1947 dan pada dasarnya perundingan ini masih sama isinya yaitu
untuk mengajukan pengakuan de facto untuk Republik Indonesia.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Peristiwa proklamasi menjadi awal dari pendirian Negara Indonesia mendapat


banyak ujian dari berbagai pihak yang berkepentingan, dalam hal ini adalah Belanda
didukung sekutu yang ingin kembali untuk menguasai wilayah Indonesia. Berawal
dari hal tersebut tentunya pemerintah bersama rakyat berusaha untuk mencegah
keinginan Belanda sehingga berbagai pertempuran diberbagai wilayah tidak bisa
dihindari. Akibat dari pertempuran tersebut mengakibatkan banyak kerugian diantara
dua pihak, untuk itu jalan dipomasi dirasa perlu dicoba untuk meminimalisasi
kerugian yang diterima untuk mencapai sebuah tujuan. Wujud diploasi tersebut
adalah perundingan Linnggarjati yang dimana berawal dari perundingan ini juga
banyak melahirkan masalah baru. Sebab posisi Indonesia menjadi pihak yang tidak
diuntungkan karena wilayah kekuasaan yang semakin mengecil.
Isi dari perjanjian Linggarjati berdampak cukup besar terhadap Indonesia
sebab dengan adanya perundingan ini dapat menjadi awal citra positif Indonesia
sebagai Negara yanag baru merdeka dimata dunia. Sutan syahrir memegang peranan
penting dalam jalannya proses perundingan sebab ia adalah wakil dari Indonesia yang
diharapak membawa harapan bangsa Indonesia untuk lepas dari bayang-bayang
pemerintahan Belanda. Walaupun isi perjanjian ini sarat akan kepentingan Belanda
namun hasil yang diharapkan belum bias dicapai lantaran pihak Belanda melakukan
agresi milter yang sekaligus menandakan tidak berlakunya Perjanjian Linggarjati.
Sebab dalam realitanya Belanda tetap menginginkan hak penuh dalam menguasai dan
mengelola wilayah Indonesia yang digunakan untuk kepentingannya sendiri.
DAFTAR RUJUKAN

Alfidatu P.B. 2014. Perjuangan Diplomasi Dalam Mempertahankan Kemerdekaan


Indonesia Masa Revolusi (1946-1949). Online (http://eprints.uny.ac.id)
dikases 21 Sep. 19 pukul 11.10

Agung, D,G,A. 2016. SEAJARAH INDONESIA MODERN 1908-1949: dalam


perspektif Teori Sosiologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Cahyanto, I. 2017. UPAYA PASUKAN SUB-WEHRKREISE 106 KULONPROGO


DALAM PERTEMPURAN MEMPERTAHANKAN JEMBATAN BANTAR
SENTOLO 1948-1949. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Dari
http://eprints.uny.ac.id/53206/6/E-JURNAL%2013406241048.pdf.

DI Sari.dkk 2014. Tinjauan Historis Implementasi Isi Perjanjian Linggarjati


Indonesia Dan Belanda Tahun 1946-1947.Online (
http://jurnal.fkip.unila.ac.id ) diakses 2 Oktober 2019 pukul 22.00

H, Rushdy. 2010. Terobosan Soekarno Dalam Perundingan Linggarjati.Jakarta: PT.


Kompas Media Nusantara

Hamidah, T. 12 Januari 2019. PERJANJIAN LINGGARJATI. Dari


https://www.academia.edu/29773453/Perjanjian_Linggarjati diakses 2
Oktober 2019 pukul 20:00

Ibrahim, J. 2014. Dinamika Sosial dan Poitik Masa Revolusi Indonesia. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press

Raditya, I,N. (21 Juli 2018). Agresi Militer I: Saat Belanda Mengingkari Perjanjian
Linggarjati. Dari https://tirto.id/agresi-militer-i-saat-belanda-mengingkari-
perjanjian-linggarjati-cs8T

Salamdian. 15 Februari 2018. PERJANJIAN LINGGARJATI: Latar Belakang, Isi


Perjanjian, Tokoh, Dampak dan Hasil Perundingan. Dari (
https://salamadian.com/perjanjian-perundingan-linggarjati/ ) diakses 2
Oktober 2019 pukul 20:00

Soedjatmiko, 2010. Mengenang Sjahrir: SeorangNegarawan dan Pejuang


Kemerdekaan Yang Tersisih dan Terlupakan. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka.

Tarjani. 2014. Sejarah Gedung Linggarjati Dan Perundingan Linggarjati. Online


(http://pintarjatengprov.go.id) diakses 19 Sep. 19 pukul 11.17

Anda mungkin juga menyukai