NIM : 160731614946
Guinea Bissau
Negara yang terletak di sebelah barat benua eropa ini memang tidak dikenal banyak
orang. Pertama, mungkin faktor wilayah. Wilayah Negara Guinea Bissau dapat dikatakan
sangat kecil, keberadaannya di ujung pulau pun semakin tidak terlihat karena dihimpit oleh
Negara-negara yang lebih besar di sekitarnya, seperti Senagal dan Guinea. Untungnya,
Guinea-Bissau memiliki akses keSamudra Atlantik di sebelah barat wilayahnya yang
merupakan anugrah yang belum tentu didapatkan sebagian Negara di benua Afrika lainnya.
Meski wilayahnya cenderung sempit di ujung barat benua Afrika, Negara Guinea-Bissau
memiliki kekayaan alam tersendiri. Kekayaan tersebut selayaknya menjadi pemegang peran
penting dalam perekonomiannya. Guinea-Bissau adalah salah satu Negara paling kaya
dibenua Afrika dalam hal kekayaan alam (Natural Resource). Tidak hanya yang tenar seperti
kacang mete, Guinea-Bissau bahkan punya beberapa potensi kekayaan alam lainnya yang
belum dijamah investor lokal mau pun asing.
Berikut beberapa sumber kekayaan alam yang dimiliki Guinea Bissau, yaitu :
A. Kacang Mete
Kacang Mete (Cashew Nuts) yang berasal dari Guinea-Bissau adalah salah
satu kacang mete yang disebut terbaik di dunia. Tentu saja berbagai industri makanan
mau pun bakery membutuhkan kacang satu ini sebagai bahan baku. Sehingga tidaklah
mengeherankan jika kacang mete dikatakan sebagai komoditas sumber ekspor
terbesar milik GuineaBissau yang mempunyai angka peminat tinggi.
B. Rosewood
C. Perikanan
Persepsi Cabral tentang berakhirnya pemerintahan kolonial tetap luar biasa jika tidak
bersifat profetik. Analisisnya tentang perjuangan pembebasan Afrika, di mana ia sangat
terlibat, muncul dari keterlibatan aktifnya dalam revolusi bersenjata di negara asalnya Guinea
Bissau dan masyarakat terjajah lainnya. Dia menuduh kolonialisme Eropa dan
neokolonialisme yang baru muncul, di mana ada pengabadian matriks kekuasaan kolonial
meskipun ada perubahan. Cabral memimpin perang melawan kekuasaan kolonial Portugis di
Guinea-Bissau dan kepulauan Tanjung Verde, tetapi dia dibunuh pada 1973, setahun sebelum
Guinea-Bissau merdeka.
Setelah penaklukan kolonial bersenjata, ada penghancuran total struktur ekonomi dan
sosial di masyarakat Afrika. Perkembangan ini adalah hasil dari diskriminasi rasial dan
penghinaan bagi orang Afrika, dipaksa bekerja dengan upah rendah atau tidak sama sekali
dan diperlakukan seperti sapi (Cabral 1969, 1980). Kolonialisme merampas hak-hak dasar,
kebebasan esensial dan martabat manusia dan menyebabkan keresahan sosial lainnya.
Kondisi internal dan realitas sehari-hari dalam kehidupan manusia sudah cukup untuk
membuat mereka bercita-cita untuk pembebasan nasional dan untuk mencari p ollikuidasi
kolonialisme. Namun, perjuangan ini adalah bagian dari perjuangan yang lebih besar yang
teleologinya adalah penghapusan dominasi kolonial di seluruh Afrika dan pemotongan
kolonialisme dan imperialisme. Perjuangan pembebasan pada akhirnya menghasilkan hasil-
hasil positif karena ia mempercepat kesadaran politik, kesadaran nasional, pemikiran politik,
dan tindakan massa. Ini juga memperkuat perasaan persatuan bagi semua orang Afrika,
sehingga menghapus perbedaan yang dipromosikan dan dipupuk oleh penjajah.
Prinsip perjuangan adalah bahwa orang-orang dan untuk orang-orang yang harus
memimpinnya, pantas dan menuai manfaatnya. Dasar dari perjuangan adalah realisasi impian
dan aspirasi mereka, keadilan dan kemajuan integral dan tidak hanya untuk beberapa
kelompok atau individu. Pada akhirnya, perjuangan pembebasan memungkinkan subhumans,
yang ditimbulkan oleh kolonialisme, menjadi sepenuhnya manusia. Ini adalah janji
perjuangan pembebasan. Namun, karena kesal Cabral dan kaum revolusioner Dunia Ketiga
lainnya yang berkomitmen, harapan akan kemanusiaan total dikhianati oleh elit Afrika yang
telah memimpin perjuangan. Masyarakat egaliter di mana penindasan dan eksploitasi
manusia dihapuskan tidak akan tercapai. Cabral memahami dengan analisis ilmiahnya bahwa,
apa pun cacat atau cacat yang jatuh pada era pascakolonial, ini berakar pada kurangnya
kejelasan dan koherensi ideologis, teoritis dan politis. Nyerere (1968), Cabral (1979) dan
Fanon (1961), semuanya berpendapat bahwa ini adalah hasil dari kurangnya konten ideologis
selama perjuangan untuk kemerdekaan. Kelemahan terbesar dalam perjuangan melawan
imperialisme dan "pribadi" adalah defisiensi ideologis dan ketiadaan ideologi dalam gerakan
kemerdekaan nasional, dijelaskan oleh ketidaktahuan akan realitas historis yang ingin diubah
oleh gerakan-gerakan ini. sampai saat ini revolusi tanpa teori revolusioner belum berhasil. "
(Cabral 1979: 123).
Kurangnya momentum ideologis dari gerakan pembebasan berarti bahwa mereka
tidak dapat menggabungkan teori dan praktik dengan membayangkan jenis masyarakat
pascakolonial yang mereka inginkan. Mantan pemimpin pembebasan menjadi, pada akhir era
kolonial, macet dalam kekejaman dan ekstraksi ganas dari sumber daya negara mereka. Ini
berkolusi dengan bekas penjajah. Kaum borjuis Afrika yang baru mulai khawatir dengan cara
mengisi kantong mereka lebih banyak dan mayoritas penduduk tetap terjebak dalam
kelangkaan, kebutuhan dan kesengsaraan. Jadi era postkolonial adalah cerminan dari sistem
yang ingin diganti. Pengaturan yang goyah ini berarti bahwa kekuatan politik ada di tangan
elit Afrika sementara kekuatan ekonomi terjerat dalam sistem keuangan global, kutukan
kesepakatan dicapai dengan kesepakatan yang dinegosiasikan bahkan dalam masyarakat di
mana kolonialisme dihadapkan dengan prospek. dari total kekalahan militer. Elit ini, yang
memuji pasifisme pada titik balik, tidak dapat mengalahkan imperialisme. Alih-alih, ia
menjadi mitra minor pasukan imperialis dalam pengaturan neokolonial. Kesepakatan yang
dibuat para pemimpin pembebasan dengan kolonialisme akan memiliki konsekuensi jangka
panjang, jangka panjang: mengurangi orang Afrika menjadi kehidupan yang tidak manusiawi,
korupsi para elit, kediktatoran yang didukung oleh imperialisme dan kerusuhan sosial
lainnya.
Daftar Pustaka
Cabral, Amilcar 1979. Unity and Struggle : Speeches and Writings. London : Heinemann.
1973
Return to Source : Selected Speeches of Amilcar Cabral. Africa Information Service, ed. New
York : Monthly Review Press.1969
Revolution in Guinea : An African People’s Struggle. London : Stage 1.Fanon, Frantz 1961.
Les damnés de la terre
Nyerere, Julius Kambarage. 1968 Freedom and Socialism. Uhuru na Ujamaa. Selection from
Writings and Speeches 1965 – 1967. Nairobi : Oxford University Press.
pertanyaan:
1. Fidella: Pemilu tahun 1997, terjadi kecurangan yang tampak sekali, salah satunya di
Madura. Akibat kecurangan tersebut terjadi protes besar2an hingga mereka
merusak toko orang Cina. Adakah alasan tersendiri mengapa toko China yg mereka
rusak? Padahal Soeharto sendiri telah memiliki kebijakan dimana etnis China
dinasionalisasikan. Terimakasih atas kesempatannya 🙏🏻
2. Biya
Seperti yg sudah diketahui bersama, sepanjang orde baru setiap pemilu selalu di menangkan
oleh Partai Golkar. Dan beredar isu bahwa yg setiap Pemilu partai Golkar
melakukan tindakan-tindakan yg tergoling sbg kecurangan. Nah, apakah pada saat
itu lembaga semacam KPU atau Bawaslu tidak memproses kasus tersebut ?
3. Irsa: bagaimana pengaruh perpolitikan partai PDI pada akhir pemilu orde baru di
Indonesia, serta adakah dampak kepada partai politik lain setelah PDI memberi
kritik pada pemerintah? misalnya seperti partai lain ikut tergerak untuk mengkritik
[10/4 12:42] Hendra Aldi Perdana: Selanjutnya saya akan menjawab pertanyaan dari mbak
biya. Terkait praktik kecurangan dari partai Golkar ini sendiri memang telah
mendapat kesan bahwa ada dukungan dari pemerintah, maka banyak pihak yang
menyebut bahwa golkar merupakan mesin politik pemerintahan orde baru. Selain
itu para pegawai negara yang bertugas saat pemilu sendiri memang sudah memiliki
tugas untuk memenangkan partai golkar. Tugas ini biasanya dijalankan oleh
petugas pemungutan suara untuk melakukan berbagai cara agar perolehan suara
golkar tetap berada di posisi pertama, hal tersebut juga ditambah oleh pejabat
daerah yang berkewajiban memenangkan golkar disetiap daerah yang dipimpinnya
dengan jaminan jabatannya sendiri. Oleh sebab itu peran pihak seperti bawaslu
memang sudah dikontrol oleh pemerintahan dalam setiap gelaran pemilu
[10/4 12:42] Hendra Aldi Perdana: Yang terakhir saya akan menjawab pertanyaan dari mbak
irsa. Untuk kritikan dari parpol sendiri memang menguat saat akan dilaksanakan
pemilu, biasanya partai non pemerintahan akan mengkritisi praktik kkn yang
banyak terjadi ditambah kebijakan pemerintah orde baru yabg dianggap kurang pro
terhadap rakyat. Dalam pemilu 1997 sendiri partai PDI ini mengalami
permasalahan internal yakni dualisme kekuasaan yang berpuncak pada
menurunnya perolehan suara partai ini. Sebenarnya dalam pemilu sebelumnya
yakni 1992 PDI dapat dikatakan mulai menyaingi perolehan suara Golkar namun
saat munas digelar dan menetapkan Megawati sebagai pimpinan maka ada
kekhawatiran bahwa partai ini dapat menjadi ancaman bagi pemerintah oleh sebab
itu dihembuskan isu perpecah internal partai. Sebab pada pemilu 1997 ini sendiri
akhirnya PDI yang sebenarnya sah dibawah pimpinan Megawati ditetapkan
menjadi partai ilegal. Dan akhirnya untuk menyiasati hal tersebut PDI dibawah
megawati berusaha membentuk partai baru yakni PDI-P namun tetap dilarang
pemerintah. Hingga akhirnya banyak pendukung PDI yang beralih mendukung
PPP di pemilu 1997 ini sendiri.
[10/4 12:42] Hendra Aldi Perdana: Terima kasih atas waktu yang diberikan moderator. Yang
pertama saya akan menjawab pertanyaan dari mbak fidella, sebenarnya perusakan
toko-toko yang dimiliki orang cina saat kerusuhan di Sampang ini sendiri kan
berawal dari rasa sentimen terhadap cina. Sebab penduduk lokal disana merasa
kondisi perekonomian warga cina yang merupakan pendatang itu lebih baik jika
dibandingkan penduduk asli disana. Oleh sebab itu saat kerusuhan ini dijadikan
momen oleh sebagian pihak untuk memprovokasi masyarakat agar melakukan aksi
pembakaran tersebut. Sentimen terhadap warga cina ini sendiri kan juga banyak
terjadi diberbagai daerah lain
[10/4 12:42] Hendra Aldi Perdana: Pdi versi mega menjadi oposisi pada saat itu, kemudian
pergerakan yang dilakukan pdi mega mendapatkan dukungan, seperti halnya dari
partai rakyat demokratik (bukan partai resmi orba), solidaritas mahasiswa yang
tergabung pada SMID, dan serikat buruh yaitu SBSi. Bahkan lebih detailnya saat
PRD sudah terbentuk, kaum Anarko yang masuk melalui skena punk turut andil
untuk mendukung pdi Megawati melalalui PRD. Gabungan tersebut terbentuk atas
keresahan masyarakat atas kepemimpinan suharto yang dinilai sudah keluar jalur
demokrasi dan korup.
[10/4 12:42] Hendra Aldi Perdana: Jadi banyak pendukung PDI yang akhirnya mendukung
PPP sebab PDI dibawah merawat dianggap partai terlarang saat itu sehingga
perolehan suara PPP naik cukup signifikan