Anda di halaman 1dari 12

DINAMIKA KEBUDAYAAN MASYARAKAT AGRARIS

Disusun oleh : 1. Agustina Puji .L 2. Laurencia Agnes 3. Annisa Dian Safira 4. Alana Amoretta 5. Sofiari Falianda Fitri 6. Vela Oceanindi 7. Hana Nurjannah 8. Remi Apriliandi 9. Clearani Luh. Y.I 10. M. Akbar Dimas Mahardika (121311233053) (121311233048) (121311233051) (121311233050) (121311233029) (121311233044) (121311233002) (121311233023) (121311233054) (121311233017)

SASTRA INGGRIS 2013 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal dengan Negara agraris karena sejak jaman VOC Indonesia menjadi supplier rempah-rempah untuk Negara eropa. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan memiliki banyak pulau, salah satu pulau tersebut ialah Pulau Jawa. Pulau jawa dapat terlihat berbeda dengan pulau lainnya salah satunya dapat terlihat dari penggunaan tanah. Hampir 70% Pulau Jawa ditanami setiap tahun dengan cara perladangan, bercocok tanam berpindah-pindah dan tebang bakar. Bahkan Pulau Jawa hampir seluruhnya ditanami 2 kali setahun dengan cara sawah beririgasi. Perjalanan sejarah pertanian Indonesia dihiasi dengan serangkaian keberhasilan yang patut disyukuri. Setelah kemerdekaan Indonesia produksi beras dapat mengirimkan sebagian berasnya pada India yang ketika itu tengah mengalami bencana. Indonesia juga dikenal sebagai eksportir gula yang utama. Setelah melewati krisis politik pada pertengahan tahun 1960, Indonesia berhasil menerapkan paket teknologi kelembagaan hingga mampu menjadi negara yang dikenal mampu menjadi negara berswasembada. Berbicara tentang Indonesia yang memiliki banyak sumber daya alam yang melimpah salah satunya dengan cara pertanian, pertanian muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Pertanian memaksa suatu kelompok orang untuk menetap dan dengan demikian mendorong kemunculan peradaban. Terjadi perubahan dalam sistem kepercayaan, pengembangan alat-alat pendukung kehidupan, dan juga kesenian akibat diadopsinya teknologi pertanian. Kebudayaan masyarakat yang tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan agraris. Masyarakat awam banyak yang tidak mengetahui dengan benar, bagaimana sebenarnya kebudayaan agraris itu. Masyarakat awam hanya melihat dari luar saja tentang dunia pertanian Indonesia yang mulai gencar melakukan import berbagai hasil pertanian dari luar negeri.

Tanpa mengetahui secara benar bagaiamana kehidupan masyarakat Agraris yang melakukan kegiatan pertanian tersebut, sebagai sumber ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk dinamika kebudayaan masyarakat agraris? 2. Faktor apa saja yang dapat merubah dinamika kebudayaan masyarakat agraris?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dinamika kebudayaan masyarakat agraris. 2. Agar pembaca mengetahui faktor-faktor yang dapat merubah dinamika kebudayaan masyarakat agraris.

BAB II PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN SISTEM PERTANIAN

Sejak zaman penjajahan, Indonesia sudah terkenal dengan hasil pertaniannya. Masyarakat agraris sebenarnya tidak stagnan, mereka berkembang dan berubah seperti kita namun pada tingkatan laju yang lebih rendah. Perubahan lambat yang menjadi nyata selama berpuluh-puluh atau beratus-ratus tahun dan selama periode yang demikian kita dapat mencirikan kecenderungan jangka-panjang dari proses siklik dan kejutan acaknya. Kecederungan untuk menjadi sederhana didalam kehidupan masyarakat agraris selalu saja terjadi dan telah mengakar kuat. Masyarakat agraris mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana menjalin hubungannya dengan alam tempat mereka hidup secara turun-temurun. Asal mula manusia bisa bertani tentu melalui tahapan demi tahapan karena manusia bertahan hidup dengan mencari makanan diawali dengan berburu.

Berburu dan Meramu Berburu dan meramu merupakan salah satu mata pencaharian yang paling tua dan tak banyak orang yang masih melakukannya dan hanya kurang lebih setengah juta dari 300juta (?) kira-kira 0,01%. Di Indonesia, sebagiand ari mereka kini tinggal di daerah rawa-rawa di pantai-pantai Irian Jaya. Namun di dalam hal berburu dan meramu ini para ahli antropologi menaruh perhatian terhadap permasalahan seperti hak wayat dan milik atas wilayah berburu sumber-sumber airnya, hak milik atas alat-alat berburu, senjata-senjata, perangkap-perangkap. Masalah ini sama dengan masalah sumber alam dan modal dalam ilmu ekonomi. Para ahli juga menaruh perhatian terhadap persoalan seperti susunan kelompok-kelompok manusia dan hubungan antara mereka dalam hal berburu, masalah bantuan tenaga dalam pemburuan, masalah kepemimpinan dalam aktivitas berburu dan sebagainya, dalam hal ini sama dengan masalah tenaga kerja dalam ilmu ekonomi. Hal-hal seperti teknik-teknik dan cara berburu, cara-cara yang berdasarkan ilmu gaib ini juga sama dengan masalah produksi

dalam ilmu ekonomi, kemudian hal-hal seperti cara hasil pemburuan atau ramuan itu diproses hingga cara-cara penjualannya dan hal itu termasuk masalah konsumsi distribusi dan pemasaran dalam hal ekonomi. Berternak Berternak secara tradisional dikerjakan dengan cara besar besaran Karen lebih kurang 7 juta manusia yang melakukan ini untuk memenuhi kebutuhan hidup. biasanya orang yang melakukan kegiatan ini hidup didaerah gurun, sabana dan stepa. Para

peternak menunjukan sifat agresif karena harus terus menerus menjaga keamanan ratusan binatang dari pencurian . selain itu makanan untuk hewan ternaknya tak hanya daging, susu dan keju saja tetapi juga gandum , sayur mayor dan mereka memperolehnya dari hidup bercocok tanam , maka terkadang mereka melakukan barter untuk memenuhi kebutuhan hidup. Di Afrika Timur juga para peternak hidup dalam kombinasidengan bercocok tanam. Bangsa-bangsa peternak biasanya hidup sepanjang musim. dalammusim dingin pun biasanya mereka mentap di suatu perkemahan utama atau desa utama yang tetap. Bercocok Tanam di Ladang Bercocok tanam diladang biasanya dilakukan didaerah rimba tropis , seperti Asia Tenggara . Beberapa ahli antropologi menaruh perhatian terhadap persoalan bercocok tanam , diantaranya ; 1. Persoalan tanah dan modal , banyak sekali masyarakat Indonesia khususnya yang ingin melakukan cocok tanam namun saat ini terhambat karena area, sudah banyak sekali area area yang di pada dasarnya menjadi sumber alam Indonesia untuk bercocok tanam, namun saat ini beralih fungsi menjadi fungsi bisnis, yang dipakai beberapa investor untuk membuka usaha, dengan demikian lambat laun banyak sekali masyarakat yang ingin bercocok tanam terhalang karene minimnya lahan, dengan minimnya lahan banyak sekali investor yang memanfaatkan kesempatan ini untuk dijadikan kegiatan ekonomi dengan kembali menjual lahan itu dengan harga yang tinggi 2. Masalah susunan kelompok manusianya dan struktur kepemimpinannya dalam hal berladang

3. Teknologi dalam produksi bercocok tanam diladang, tak jarang para petani susah untuk menggunakan alat modern dikarenakan dari aspek ekonomi yag tidak memadahi untuk mendapatkannya dan juga dari aspek pengetahuan yang minim dalam penggunaan alat tersebut. 4. Masalah distribusi dan penjualan hasil ladang , berbagai tempat di Indonesia bercocok tanam diladang banyak mengahasilkan barang untuk ekspor . Menangkap Ikan Manusia yang kebetulan hidup di dekat sungai , danau atau laut, memanfaatkan hal itu untuk sumber kehidupan seperti menagkap ikan. Namun beberapa ahli antropologi menaruh perhatiaan dala hal : 1. sumber alam dan modal dalam usaha mencari ikan , dalam hal ini menyangkut hal hal ulayat terhadap daerah-daerah tertentu seperti sungai, danau atau binatang air lainnya. selain itu aa masalah yang menyangkut hak atas tempat berlabuh perahu dan sebagainya. hal terpenting dalam modal adalah hak milik atas alat mengkap ikan, jerat jala dan sebagainya , dan tentu soal hak milik atas perhatu dan alat berlayar 2. masalah tenaga kerja menyangkut usaha gotong royong dan cara mengerahkan tenaga untuk mengkap ikan, cara untuk mengarahkan awak kapal dan sebaginya, selain itu juga menyagkut upah, bagi hasil dan sebaginya 3. masalah teknologi produksi ini mengenai cara membuat, memelihara perahu dan cara berlayar dan mengemudikan perahu 4. masalah distribusi berkaitan dengan cara pengawetan ikan dan penjualan kepada tengkulak atau masyarakat.

Bercocok Tanam Menetap dengan Irigasi Becocok tanam timbul di beberapa daerah yang terletak didaerah periran dan sungai besar, banyak suku bangsa yang melakukan cocok tanam diladang dan skrng berubah menjadi petani menetap. hal ini dapat dimengerti karena bercocok tanam sangat banyak memerlukan tanah bagi tiap keluarga yang selalu berpindah ladang setiap satu-dua tahun. sebaliknya pada bercocok tanam menetap suatu keluarga dapat menggunakan suatu bidang

tanah yang terbatas secara tetap, karena kesuburan tanah dapat dijaga dengan irigasi pengolahan tanah dan pemupukan. Setelah masyarakat sudah mampu untuk bertani secara tradisional serta menjadikan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama masyarakat Indonesia, sektor pertanian benarbenar mengalami kemajuan yang sangat pesat. Apalagi masa pemerintahan Soeharto, beliau mengeluarkan Repelita ( Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang didalamnya terdapat salah satunya strategi untuk memajukan sektor pertanian dengan Revolusi Hijau. Sektor pertanian tersebut yang kemudian dapat meningkatkan perekonomian. Revolusi hijau di Indonesia Gerakan Revolusi Hijau yang dijalankan di negara negara berkembang dan Indonesia dijalankan sejak rezim Orde Baru berkuasa. Gerakan Revolusi Hijau sebagaimana telah umum diketahui di Indonesia tidak mampu untuk menghantarkan Indonesia menjadi sebuah negara yang berswasembada pangan secara tetap, tetapi hanya mampu dalam waktu lima tahun, yakni antara tahun 1984 1989. Disamping itu, Revolusi Hijau juga telah menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi dan sosial pedesaan karena ternyata Revolusi Hijau hanyalah menguntungkan petani yang memiliki tanah lebih dari setengah hektar, dan petani kaya di pedesaan, serta penyelenggara negara di tingkat pedesaan. Sebab sebelum Revolusi Hijau dilaksanakan, keadaan penguasaan dan pemilikan tanah di Indonesia sudah timpang, akibat dari gagalnya pelaksanaan Pembaruan Agraria yang telah mulai dilaksanakan pada tahun 1960 sampai dengan tahun 1965. Revolusi hijau mendasarkan diri pada empat pilar penting penyediaan air melalui sistem irigasi, pemakaian pupuk kimia secara optimal, penerapan pestisida sesuai dengan tingkat serangan organisme pengganggu, dan penggunaan varietas unggul sebagai bahan tanam berkualitas. Melalui penerapan teknologi non-tradisional ini, terjadi peningkatan hasil tanaman pangan berlipat ganda dan memungkinkan penanaman tiga kali dalam setahun untuk padi pada tempattempat tertentu, suatu hal yang sebelumnya tidak mungkin terjadi. Revolusi hijau mendapat kritik sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan karena mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah. Oleh para pendukungnya,

kerusakan dipandang bukan karena Revolusi Hijau tetapi karena ekses dalam penggunaan teknologi yang tidak memandang kaidah-kaidah yang sudah ditentukan. Kritik lain yang muncul adalah bahwa Revolusi Hijau tidak dapat menjangkau seluruh strata negara berkembang karena ia tidak memberi dampak nyata di Afrika. Dampak positif revolusi hijau Produksi padi dan gandum meningkat sehingga pemenuhan pangan (karbohidrat) meningkat. Sebagai contoh: Indonesia dari pengimpor beras mampu swasembada dan bisa mengekspor beras ke India. Permasalahan dan dampak negatif 1. Penurunan produksi protein, dikarenakan pengembangan serealia (sebagai sumber karbohidrat) tidak diimbangi pengembangan pangan sumber protein dan lahan peternakan diubah menjadi sawah. 2. Penurunan keanekaragaman hayati. 3. Penggunaan pupuk terus menerus menyebabkan ketergantungan tanaman pada pupuk. 4. Penggunaan pestisida menyebabkan munculnya hama strain baru yang resisten B. CIRI-CIRI MASYARAKAT AGRARIS Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama anggota warga desa sehingga seseorang merasa dirinya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat tempat ia hidup, serta rela berkorban demi masyarakatnya, saling menghormati, serta mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama di dalam masyarakat terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama. Adapun ciriciri masyarakat pedesaan antara lain; Setiap warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan warga masyarakat di luar batas-batas wilayahnya. Sistem kehidupan pada umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Masyarakatnya homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat dan sebagainya. Masyarakat itu sering disankut pautkan dengan petani biasanya mereka menggunakan

alat-alat manual misalnya, menggunakan tenaga hewan untuk membajak sawah, cangkul, sabit dan sebagainya. Adapun mode produksi dalam bidang ekonomi biasanya berupa Pertanian, pertambangan, perikanan, peternakan dengan cara tradisional. Sumber daya alamnya berupa angin, air, tanah, manusia,yang pada akhirnya mereka membutuhkan bahan mentah atau alam sebagai penunjang kehidupan.

KEGIATAN MASYARAKAT AGRARIS Salah satu ciri khas dalam kehidupan masyarakat desa adalah adanya semangat gotong-royong yang tinggi. Misalnya pada saat mendirikan rumah, memperbaiki jalan desa, membuat saluran air dan sebagainya. Gotong royong semacam ini lebih dikenal dengan sebutan kerja bakti, terutama menangani hal-hal yang bersifat kepentingan umum. Ada juga gotong-royong untuk kepentingan pribadi, misalnya mendirikan rumah, pesta perkawinan dan kelahiran. Pekerjaan gotong royong terdiri atas dua macam, yaitu :

Kerja sama yang timbulnya dari inisiatif warga masyarakat itu sendiri (diistilahkan dari bawah, tanpa ada paksaan dari luar)

Kerja sama dari masyarakat itu sendiri, tapi berasal dari luar (biasa berasal dari atas, misalnya atas perintah aparat desa) Lebih dari 82 % masyarakat Indonesia tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian

agraris. Masyarakat pedesaan mempunyai penilaian yang tinggi terhadap mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi, mereka bukanlah masyarakat yang senang berdiam diri tanpa aktivitas, tanpa ada suatu kegiatan, tetapi sebaliknya. Pada umumnya masyarakat desa sudah bekerja keras, namun mereka perlu diberikan pendorong yang dapat menarik aktivitas mereka, sehingga cara dan irama bekerjanya menjadi efektif, efisien dan berkelanjutan. Di Indonesia, aktivitas gotong royong biasanya tidak hanya menyangkut lapangan bercocok tanam saja, tapi juga menyangkut lapangan kehidupan social lainnya seperti: a. Dalam hal bencanya atau musibah, contohnya: kematian, sakit atau kecelakaan.

b. Dalam hal pekerjaan rumah tangga, contohnya: memperbaiki atap rumah, menggali sumur, dll. c. Dalam hal pesta, contohnya: pernikahan, kitanan, dll.

d. Dalam hal kepentingan umum, misalnya: membuat irigasi, jembatan, jalan, dll.

C. Sebab Menurunnya Sektor Pertanian di Indonesia Indonesia terkenal dengan Negara agraris, namun mengapa sekarang sektor pertanian di Indonesia tidak berkembang? Faktor penyebab kurang berkembangnya sektor pertaian di Indonesia 1. Pola kehidupan masyarakat lebih mengacu pada sektor industri. 2. Negara agraris kini hanya merupakan simbol namun lahan untuk pertanian tidak ada. 3. Pola kehidupan masyarakat modern yang cenderung instan, sedangkan pertanian membutuhkan minimal 3 bulan untuk bisa mendapat hasilnya. Selain itu sektor pertanian kurang menjanjikan karena bergantung pada alam. 4. Sektor pertanian menurun sejak akhir masa orde baru. 5. Masyarakat tidak tertarik karena pemerintah sendiri kurang memperhatikan sektor petanian. D.SEBAB KURANG TARTARIKNYA MASYARAKAT PADA SEKTOR PERTANIAN Tenaga pembajak yang lebih memilih pekerjaan lain, hal tersebut juga dipengaruhi oleh kemajuan ternologi (mesin pembajak sawah). Harga pupuk yang mahal. Sektor pertanian dianggap kurang menguntungkan bagi petani. Tingginya resiko gagal panen dan rendahnya hasil pertanian yang didapat. Produk pertanian kalah saing dengan produk impor.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Indonesia mempunyai peluang yang sangat besar di bidang pertanian, ini dibuktikan saat Indonesia mendapat julukan sebagai Lumbung Padi Asia pada masa orde lama hingga orde baru. Namun semakin lama sektor pertanian di Indonesia semakin menurun dikarenakan berbagai hal. Salah satunya tidak konsistennya pemerintah dalam mengolah potensi yang dimiliki, misalnya, ketika sektor pertanian kurang berhasil, pemerintah tidak berusaha memperbaiki sektor tersebut namun malah beralih pada sektor yang lain ( industri ). Selain itu Indonesia tidak mengembangkan potensi di sektor pertanian yang dimiliki, sehingga julukan Lumbung Padi tersebut tidak bisa bertahan sampai sekarang. Dan pada masa ini, sektor pertanian kurang memberikan keuntungan bagi bangsa ini, terbukti dengan impor yang semakin lama semikin dijadikan satu-satunya alternatif untuk permasalahan pangan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

http://valkauts.wordpress.com/2012/04/19/sejarah-perkembangan-pertanian-indonesia. Diakses pada tanggal 19 November 2013 Pukul 11:12.

http://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_hijau. Diakses pada tanggal 19 November 2013 Pukul 11:16.

http://dwisetiyono23.blogspot.com/2013/04/kebudayaan-masyarakat-agraris.html. Diakses pada taggal 19 November 2013 Pukul 11:44.

Koentjaraningrat, 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Kesembilan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai