Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian tidak dapat dilaksanakan hanya oleh petani. Untuk
meningkatkan produktivitas, petani akan semakin tergantung pada sumber-sumber
dari luar lingkungan, jika pertanian kita ingin berubah. Pembangunan pertanian
pada dasarnya merupakan upaya sadar yang sengaja direncanakan undtuk
melakukan perubahan-perubahan yang dikehendaki, dengan mengunakan inovasi
dan teknologi tertentu sesuai dengan potensi agroekosistem setempat agar dapat
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan hidup petani.
Faktor utama yang ditekan oleh pemerintah adalah penerapan inovasi
teknologi panca usaha pertanian dan sapta usaha pertanian, dengan dibangunnya
prasarana transportasi dan pengairan, penyediaan sarana produksi termasuk
peralatan pertanian, kelencaran pemasaran hasil usaha tani melalui KUD, dan
intensif produksi bagi petani. Dibidang peternakan diperkenalkan Panca Usaha
Ternak Sapi Potong (PUTP), dibidang ternak kerja ada Intensifikasi Ternak Kerja
(INTEK), di bidang ayam buras ada Intensifikasi Ayam Buras (INTAB), di
bidang ternak ayam ras ada bimas ayam, dll (Suparta,2006)
Salah satu teknologi dan inovasi dibidang peternakan yang digalakkan oleh
pemerintah adalah Panca Usaha Ternak Sapi Potong. Untuk menyebarluaskan
inovasi ini kepada peternak, maka peranan penyuluh adalah sangat besar.
Kelompok ternak mekar sari adalah salah satu kelompok ternak yang bergerak
dibidang sapi penggemukan. Namun, kelompok ternak ini masih menerapkan
peternakan sapi penggemukan yang sangat tradisional, terutama dalam hal tata
cara perkandangan. Dengan tata cara perkandangan yang baik, ternak akan merasa
lebih nyaman, kesehatan ternak juga lebih terjamin, sehingga produktivitas ternak
dapat dimaksimalkan.
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimanakah rencana program kerja penyuluhan tentang
perkandangan pada sapi Bali penggemukan di kelompok Ternak Mekar Sari,
Br Delod Uma, Ds. Buwit, Kec. Kediri, Kab. Tabanan.
b. Bagaimanakah evaluasi penyuluhan sebelum dan sesudah diadakan
penyuluhan tentang perkandangan pada sapi penggemukan.
c. Tatalaksana kandang bagi sapi penggemukan yang baik dan
memenuhi persyaratan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Program Penyuluhan


Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan
cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk dan sistemaatika yang teratur.
Program dapat dihasilkan melalui proses perncanaan program yang
diorganisasikan secara sadar dan terus menerus, untuk memilih alternatif yang
terbaik dalam mencapai tujuan (Suparta,2003). Rencana kerja adalah pernyataan
tertulis yang memuat secara lengkap tentang apa, mengapa, bagiamana, siapa,
bilamana, dimana, dan berapa biaya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan
penyuluhan. Rencana kerja merupakan bentuk kegiatan yang disusun sedemikian
rupa (dalam bentuk tabel) sehingga lebih mudah dapat dipahami serta dapat
memberikan dasar pertimbangan bagi pelaksanaan kegiatan secara efesie, sebab
didalam rencana kerja dirumuskan secara jelas mengenai masalah umum, masalah
khusus, tujuan kegiatan, metode pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan,
tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan orang yang akan melaksanakan kegiatan,
sasaran kegiatan yang akan dilakukan, dan sarana prasarana yang diperlukan
untuk menunjang kegiatan, serta rencana evaluasi yang selanjutnya disusun dalam
bentuk rencana kerja

2.2 Macam – Macam Rencana


Darmojuwono (dalam Sri Rejeki, 1998) mengemukakan bahwa
perencanaan dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan kreteria
keluarannya (output) dan kreteria jangkuannya sebagai berikut ini.
1. Menurut kreteria nilai keluaranny, perencanaan dapat dibedakan
menjadi : (a) perencanaan fisik, jika kreteria yang dipakai mengutamakan
nilai teknis fisik keluaran seperti : mempermudah, memperlancar,
memperkuat, dan sebagainya, (b) perencanaan ekonomis, yaitu jika kreteria
yang dipakai mengutamakan nilai ekonomis keluarannya, seperti: efektif,
efesien, awet, dan sebagainya, dan (c) perencanaan sosial, yaitu jika kreteria
yang dipakai mengutamakan nilai sosial keluarannya, seperti: memuaskan,
meningkatkan solidaritas, mensejahterakan masyarakat, dan sebagainya.
2. Menurut kreteria jangkuannya, maka perencanaan dapat dibedakan
atas dasar: (a) lingkup materi, yang meliputi: perencanaan proyek, bila
lingkup materinya khusus dan jangkuannya terbatas; perencanaan program,
jika lingkup materinya terkait secara khusus dengan terget dan tujuan;
perencanaan sektorial, bila lingkup diambil dari salah satu aspek bidang
garapan; perencanaan nasional, bila lingkup materinya meliputi cakupan
nasional; (b) lingkup wilayah, yakni: perencanaan lokal, bila lingkup wilayah
garapannya meliputi wilayah tertentu; dan (c) kurun waktu, yakni:
perencanaan jangka panjang (10 – 25 tahun), perencanaan jangkan menengah
(5 – 10 tahun), perencanaan jangka pendek (2 – 3 tahun), perencanaan
operasional tahunan, bila kurun waktunya satu tahun. Atas dasar kategori
perncanaan tersebut diatas, maka perencanaan program penyuluhan termasuk
dalam katagori perncanaan berdasarkan kriteria jangkuannya, yang lingkup
materinya terkait secara khusus dengan terget dan tujuan. Perencanaan
program dibuat untuk mendapatkan arah pedoman dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.

2.3 Manfaat Program dan Rencana Kerja Penyuluhan


Berdasarkan kajian beberapa sumber pustaka dapat dirumuskan bahwa
manfaat dari disusunnya program dan rencana kerja penyuluhan adalah sebagai
berikut ini.
1. Menjamin adanya pertimbangan yang mantap tentang apa dan mengapa
hal itu harus dilakukan.
2. Adanya pernyataan tertulis (dokumen) yang dapat digunakan setiap saat
sebagai pedoman kerja bagi pelaksana penyuluhan, sehingga dapat
mencegah terjadinya salah pengertian, serta memberikan pedoman bagi
evaluator bagi pelaksanaan wvaluasi penyuluhan.
3. Memberikan pedoman dalam pengambilan keputusan terhadap adanya
usul atau saran penyempurnaan. Dengan adanya tujuan yang dapat
digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kemajuan, maka dapat
dikaji seberapa jauh saran penyempurnaan dapat diterima atau ditolak agar
tujuan yang diinginkan tetap dapar tercapai.
4. Memantapkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dan harus dicapai yang
perkembangannya dapat diukur dan dievaluasi.
5. Memberikan jaminan kelangsungan pelaksanaan program meskipun ada
pergantian personalia.
6. Ikut sertanya petani dalam kegiatan perencanaan akan membantu
meningkatkan kepercayaan diri petani dan kepemimpinannya.
7. Ikut sertanya petani dalam kegiatan perencanaan penyuluhan merupakan
pengalaman yang bersifat pendidikan.
8. Membantu mengembangkan kepemimpinan, yakitu dalam menggerakan
semua pihak yang terlibat untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
9. Meningkatakan efesiensi pelaksanaan penyuluhan secara keseluruhan,
seperti sumber daya, biaya, waktu dan tenaga.

2.4 Model – Model proses penyusunan program penyuluhan


Ada beberapa model proses penyusunan program penyuluhan, yaitu :
1) Model Proses Penyusunan Program Penyuluhan Menurut Leagans:
Model Leagans merupakan salah satu dari beberapa model proses
program penyuluhan. Sebagaimana model-model lainnya, model ini pada
hakekatnya berupa model instruksional yang memuat komponen-komponen
situasi, masalah, tujuan, dan cara untuk mencapai tujuan (S-M-T-C).
Secara rinci model proses penyusunan program penyuluhan menurut
Leagans menggambarkan kegiatan penyuluhan, yaitu perumusan keadaan dan
masalahnya, pemecahan masalah dan tujuan, perencanaan pendidikan,
Qvaluasi dan rekomendasi.
Mengutip Leagans (1971: 178-179), lima langkah dalam proses
perencanaan program penyuluhan itu dapat diuraikan -Sebagai berikut:
(a) Perumusan keadaan dan masalahnya. Pada tahap ini dilakukan analisis
terhadap situasi. Untuk itu diperlukan fakta-fakta yang menyangkut
seluruh aspek dari situasi dalam jumlah yang besar. lnformasi yang
diperlukan adalah berkaitan dengan sasaran penyuluhan seperti minat,
pendidikan, kebutuhan, adat-istiadat, kebiasaan dan tradisinya. Kemudian
diperlukan pula fakta mengenai situasi fisik seperti keadaan tanah, tipe
usahatani, pemasaran, skala usahatani, pola tanaih, kondisi rumah,
pelayanan masyarakat, dan saluran komunikasi.
(b) Pemecahan masalah dan tujuan. Pada tahap kedua ini, pemecahan masalah
dan perumusan tujuan ditetapkan. Untuk kepentingan psikologis sasaran
penyuluhan itu harus dilibatkan dalam penetapan tujuan dan sasaran
penyuluhan. Sasaran dalam perencanaan penyuluhan paling tidak harus
mengkondisikan perubahan perilaku orang sebagaimana keluaran sosial
maupun ekonoini yang diinginkan.
(c) Perencanaan pendidikan. Pada tahap yang ketiga ini merupakan tahap
mengajar yang meliputi:
1. Mated yang perlu diajarkan.
2. Cara yang harus dilakukan untuk mengajar.
Pada dua tahap pertama, secara inherent menciptakan kesempatan
mengajar, pada tahap ini tugasnya adalah menciptakan situasi belajar.
Penggunaan beberapa metode komunikasi yang berbeda disengaja untuk
merangsang tindakan belajar. Dapat dipilih berbagai metode seperti media
massa, kelompok dan interpersonal. Kemampuan untuk memilih dan
menggunakan metode yang paJing baik untuk tujuan-tujuan khusus
merupakan ukuran keberhasilan seorang penyuluh.
(d) Evaluasi. Tahap keempat ini adalah mengevaluasi tindakan mengajar
tersebut. Hal ini juga akan menjadi ujian mengenai cara yang secara akurat
dan jelas tujuan dipilih dan dikondisikan. Perencanaan untuk evaluasi
perlu dibangun menjadi perencanaan kerja selama tahap-tahap
sebelumnya. Perbedaan dibuat antara prestasi yang hanya dicatat saja dan
perbandingan hasil dengan tujuan asli. Proses evaluasi dapat dilakukan
secara sederhana dan informal atau dapat pula secara formal dan
kompleks.
(e) Rekonsiderasi. Tahap kelima adalah mempertimbangkan perencanaan
penyuluhan setelah evaluasi dilakukan. Tahap ini memuat suatu tinjauan
upaya-upaya yang dilakukan sebelumnya dan hasil-hasil yang
menampakkan situasi baru. Apabila situasi baru menunjukkan kebutuhan
akan kegiatan lebih lanjut, selanjutnya proses keseluruhan akan dimulai
lagi dengan tujuan baru maupun tujuan yang dimodifikasi, maka proses
tersebut akan bersambung. Situasi baru mungkin berbeda, hal ini dapat
disebabkan karena:
1. Orang-orang telah berubah.
2. Telah terjadi perubahan secara fisik, ekonomis dan sosial.
3. Penyuluh disiapkan dengan lebih baik daripada sebelumnya dalam
menyadari adanya kebutuhan maupun minat yang baru dari kliennya.
2) Model Proses Penyusunan Program Penyuluhan Menurut Kelsey dan
hearne (1962) :
Model Kelsey dan Hearne menggambarkan kegiatan penyuluhan sebagai
suatu siklus yang terdiri atas tujuh tahapan, yaitu (1) analisis situasi, (2)
organisasi perencanaan, (3) proses perencanaan program, (4) program yang
telah direncanakan, (5) rencana kerja, (6) pelaksanaan rencana kerja, dan (7)
evaluasi. Mengutip dari Mardikanto (1993: 303).
3) Model Proses Penyusunan Program Penyuluhan Menurut KOK(1962)
Model KOK ini didasarkan atas kenyataan yang terjadi di lapangan.
Terdiri atas sembilan tahapan, yaitu (1) survai, (2) analisis situasi, (3)
identifikasi masalah, (4) penetapan aUfirnatif pemecahan masalah, (5)
penentuan tujuan dan ruang lingkup peTmasalahan, (6) penyusunan rencana
kerja, (7) pelaksanaan rencana kerja, (8) evaluasi, dan (9) rekonsiderasi.
Berdasarkan tulisan Buana (1995: 34) yang dikutip dari Sri Rejeki (1998).
4) Model Proses Penyusunan Program Penyuluhan Menurut
Raudabaugh(1967):
Model perencanaan ini terdiri atas lima tahapan kegiatan yang berupa
suatu siklus. Lima tahapan ini adalah (1) 'dentifikasi masalah, (2) penentuan
tujuan, (3) pe-ngembangan rencana kerja, (4) penetapan rencana kerja, dan (5)
penentuan kemajuan. Mengutip dari Mardikanto (1993:305).
5) Model Proses Penyusunan Program Penyuluhan Menurut Passon (1966):
Model ini dibedakan ke dalam dua area kegiatan, yaitu area perencanaan
program, yang terdiri atas empat tahap kegi'atan, yakni (1) pengumpulan
fakta, (2) analisis situasi, (3) identifikasi masalah, dan (4) penetapan tujuan.
Dalam pada itu area pelaksanaan program, meliputi (5) penyusunan rencana
kerja, (6) pelaksanaan rencana kerja, dan (7) .penentuan kemajuan. Kegiatan
(8) rekonsiderasi merupakan tahap antara yang menghubungkan area kegiatan
perencanaan dan area kegiatan pelaksanaan program. Mengutip dari
Mardikanto (1993: 304).

2.5 Perencanaan evaluasi


Evaluasi penyuluhan merupakan proses untuk menentukan sejauh mana
perubahan perilaku sasaran yang diinginkan telah terjadi sabagai akibat
dilancarkannya kegiatan penyuluhan. Para penyelenggara penyuluhan perlu
mengetahui tingkat perubahan perilaku yang sedang terjadi sehingga dapat
disebutkan efektivitas pencapaian tujuan penyuluhannya. Makin cepat dapat
diketahui tingkat perubahan prilaku oleh penyuluh akan makin baik evaluasi
merupakan bagian akhir dari tahap-tahap rencana kerja penyuluhan program
penyuluhan sama pentingnya, sehingga keduanya perlu dilakukan secara
bersama-sama.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi
penyuluhan adalah proses penentuan kualitas perubahan perilaku warga belajar
penyuluhan akibat dilaksanakannya program penyuluhan dengan berpedoman
kepada kriteria atau nilai pengukuran tertentu.
Maksud diadakannya evaluasi adalah:
1. untuk menentukan arah penyempurnaan kegiatan,
2. untuk memberikan gambaran kemajuan kegiatan guna mencapai tujuan,
3. hasil penilaian digunakan untuk memperbaiki program dan rencana kerja
lebih lanjut,
4. untuk mengukur efektivitas metode penyuluhan yang digunakan,
5. untuk membuktikan pentingnya suatu program,
6. untuk memberikan kepuasan kepada teman sekerja dan pemimpin setempat
tentang sesuatu kemajuan yang telah berhasil dicapai, dan
7. untuk memberi kesempatan belajar tentang seluruh aspek program dan
rencana kerja penyuluhan.
Tujuan Evaluasi adalah untuk menentukan relevansi, efisiensi,, efektivitas,
dan dampak dari kegiatan serta menyempumakan kegiatan yang sedang berjalan,
membantu perencanaan, penyusunan program, dan pengambilan keputusan di
masa depan. Menurut Boyle (1981), tujuan evaluasi adalah: (1) memberikan
keyakinan bahwa sesuatu tujuan telah dapat dicapai, (2) membantu menemukan
jawaban dan keterangan terhadap pertanyaan yang sering muncul dalam
pemrograman, (3) membantu kita memusatkan perhatian pada tujuan tertentu, dan
(4) menyediakan kesempatan pembelajaran bagi evaluator untuk mempelajari
situasi sasaran.

2.6 Kandang Sapi Penggemukan


Iklim tropis yang panas serta lembap, merupakan masalah lingkungan yang
dapat bersifat nutrisional, manajerial, dan klimatologis. Interaksi antara ketiga
faktor tersebut akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi temak.
Di antara ketiga variabel lingkungan, faktor klimatologis merupakan unsur
yang paling menonjol, karena keadaan iklim tropis yang panas dan kelembapan
relatif tinggi akhirnya berpengaruh terhadap tata laksana pemeliharaan, dan
manajemen pemberian makanan.
Iklim sendiri dapat digolongkan menjadi dua, yakni iklim yang berpengaruh
langsung dan tidak langsung, serta iklim yang pengaruhnya di luar jangkauan
manusia.
1) Iklim mikro merupakan faktor-faktor iklim yang memiliki pengaruh
langsung, yaitu: suhu lingkungan, radiasi matahari, kelembapan udara dan
gerakan udara.
Unsur yang paling penting dari empat faktor iklim tersebut, adalah suhu
lingkungan dan kelembapan udara.
Antara suhu lingkungan dan suhu tubuh ternak senantiasa terjadi suatu
keseimbangan yang memungkinkan setiap reaksi biokimiawi dalam tubuh
berlangsung dengan semestinya. Terjadinya perubahan suhu lingkungan akan
mengubah keseimbangan tersebut, dan pada akhirnya dapat mengubah suhu
tubuh ternak.
Suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap aktivitas organ-organ kegiatan
merumput, pertumbuhan, dan reproduksi pada ternak. Suhu lingkungan yang
tinggi ternyata menurunkan nafsu makan, serta mengurangi konsumsi rumput,
dan sebaliknya kebutuhan akan air minum bertambah. Bila hal ini berlangsung
terus, akan menghambat pertu buhan dan menurunkan reproduksi ternak.
Kegiatan organ-organ terhadap perubahan suhu lingkungan memungkinkan
reaksi fisiologis ternak mengarah pada proses penyesuaian. Proses ini akan
tampak dengan jelas pada bentuk dan ukuran tubuh yang erat hubungannya
dengan vegetasi di daerah iklim yang bersangkutan.
Reaksi fisiologis ternak terhadap suhu lingkungan sebagai salah satu unsur
iklim menentukan toleransinya, atau daya tahan panas pada ternak akan
tergantung pada jenis bangsa, dan faktor individu ternak sapi potong. Sapi Bali,
Ongole, Madura, dan Grati, relatif lebih tahan terhadap pengaruh iklim tropis,
tetapi sebaliknya sapi potong asal Eropa akan mengalami proses adaptasi
cukup berat, sehingga performancenya tidak sebaik kalau dipelihara di daerah
asalnya.
Perubahan temperatur tubuh dan frekuensi pernafasan dapat dijadikan tolok
ukur tinggi rendahnya toleransi panas seekor sapi ternak. Individu ternak yang
mengalami kenaikan temperatur menjadi sangat peka; frekuensi pernafasannya
menjadi tinggi jika berada di tempat yang panas.
2) Iklim makro merupakan faktor-faktor iklim yang memiliki pengaruh tidak
langsung, yakni interaksi tanah dan tumbuh-tumbuhan.
Lahan sebagai basis ekologi sumber makanan ternak menuntut perlakuan
yang tepat. Iklim tropis sendiri membuat pertumbuhan relatif lebih cepat dan
maturitas tanaman lebih awal dibanding dengan pengaruh iklim subtropis,
sehingga tanaman pada usia yang sama akan memiliki kadar gizi yang berbeda.
Yang jelas tanaman tropis memiliki daya cerna relatif rendah, dan serat
kasarnya tinggi. Kenyataan ini berarti bahwa apabila ternak dipelihara di
lingkungan tropis, cenderung mencerna lebih banyak serat kasar, dan pada
akhirnya menuntut perlunya panas tambahan untuk metabolisme tubuh ternak.
Tentu saja hal ini sangat merugikan. Bilamana proses semacam ini
berlangsung cukup panjang dan dapat tercerna, maka pertumbuhan dan
pertambahan berat tubuh ternak berjalan lamban.
Dari pengaruh iklim makro dan mikro, dapat disimpulkan bahwa iklim tropis
dan pengaruhnya sangat kompleks. Pendekatan melalui teknologi sangat penting
dalam usaha pengendalian. Dengan demikian ternak tidak mengalami hambatan
yang kronis.
Kandang Sapi Potong
Kandang bagi ternak sapi potong merupakan sarana yang diperlukan, meski
ternak sapi tanpa kandang pun tidak banyak mengalami kesulitan. Kandang
berfungsi tidak hanya sekedar sebagai tempat berteduh atau berlindung dari hujan,
melainkan bagi ternak sapi sebagai tempat istirahat yang nyaman.
Kandang untuk sapi potong bisa dibuat dari bahan-bahan sederhana dan
murah, tetapi harus dibuat dengan konstruksi yang cukup kuat.
Adapun persyaratan teknis yang diperlukan dalam pembuatan kandang:
1) Konstruksi
Diusahakan konstruksi kandang cukup kuat, terutama tiang-tiang utama
bangunan kandang, meski dengan bahan bangunan sederhana.
2) Atap
Diusahakan bahan atap yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif
kecil, untuk kandang di lokasi/daerah panas. Tetapi di lokasi/daerah dingin, bisa
dipergunakan bahan atap yang memiliki daya serap panas besar.
3) Binding
Diusahakan bahan bangunan dinding papan yang baik. Perlu diperhitungkan
ventilasi yang menjamin pertukaran udara secara teratur. Tetapi diusahakan
agar angin yang keras terhindarkan.
4) Lantai
Diusahakan lantai berlubang-lubang kecil. Hal ini dimaksudkan untuk
menjaga kekeringan lantai kandang, dan mempermudah pembersihan.
Disain Kandang
Kandang sapi potong menurut konstruksinya, sebaiknya dibuat cukup efisien,
dalam artian bahwa kandang menjadi tempat istirahat sapi dan sekaligus berfungsi
sebagai gudang, dan tempat mengawinkan sapi.
Dalam contoh ada dua alternatif disain kandang sapi potong.
1) Kandang sapi potong bentuk tunggal.
2) Kandang sapi potong bentuk ganda.
3) Kandang sapi pemacak.

Penampang kandang tunggal


Denah kandang tunggal
BAB III
PENYUSUNAN PROGRAM PENYULUHAN

III.1. Tahap Pengumpulan Data Situasi / Keadaan


Data situasi adalah fakta yang ditunjukkan oleh data yang terdapat pada
saat akan disusunnya suatu program. Seorang penyuluh, sebelum melakukan
penyuluhan hendaknya harus mengetahui data keadaan daerah yang akan disuluh.
Berikut ini akan disajikan data dari Kelompok Ternak Mekar Sari yang beralamat
di Banjar Delo Umo, Desa Buwit, Kecamatan kediri Kabupaten Tabanan
kelompok ternak ini akan menjadi sasaran penyuluh.
1. Data Geografis
Daerah ini merupakandaerah dataran rendah yang basah, sehingga sangat
cocok sebagai lahan pertanian.
2. Data Sarana Prasarana
Untuk mencapai daerah ini, tidaklah begitu sulit, karena telah dihubungkan
dengan jalan yang telah diaspal. Selain itu listerik dan air bersih (PDAM)
telah masuk daerah ini.
3. Data Keadaan Kelompok
Kelompok ternak Mekar Sari, terdiri dari 20 kk yang tersebar secara merata di
Banjar
4. Data Perumahan
Setiap kk, dari anggota kelompok ternak ini telah memiliki rumah masing-
masing. Kategori rumahnya adalah rata-rata termasuk rumah tipe sederhana.
5. Data Pendidikan
Tingkat pendidikan dari anggota kelompok ternak ini adalah sebagai berikut :
10% lulusan SMA, 50% lulusan SLTP, dan sisinya 40% lulusan SD.
6. Data Pekerjaan
Mata pencaharian utama dari anggota kelompok ternak ini adalah sebagai
petani lahan basah (padi). Sedangkan beternak adalah pekerja sambilan,
setelah pekerjaan pokok.

7. Data Pemilihan Dan Jenis Ternak


Ternak pokok yang dipelihara oleh anggota kelompok ternak ini adlah Sapi
Bali. Rata-rata abggota kelompok ini memelihara sapi 2-3 ekor perkepala
keluarga. Selain sapi, ternak yang dipelihara lainnya seperti ayam kampung,
itik, dan babi.
8. Data Penerapan Panca Usaha Peternakan
Khusus untuk perkandangan, peteani ternak ini masih menerapkan tata cara
perkandangan yang sangat teraditional yaitu lantai belum dibeton, sanitasinya
kurang dan beberapa dari anggota kelompok ternak belum mempunyai
kandang yang permanen
Data-data diatas didapatkan melalui pengamatan secara langsung dan
wawancara pada kelompok ternak Mekar Sari

III.2. Tahap Analisis Data


Baerdasarkan data diatas, maka system peternakan pada kelompok ternak
mekar sari adalah sebagai berikut yaitu peternakannya masih sangat traditional,
dan masih mempertahankan metode-metode lama yang kurang efektif. Dalam hal
perkandangan, anggota keluarga ternak ini belum mempunyai pengetahuan
tentang tatacara perkandangan yang baik kandang-kandang masih sangat
traditional dengan sanitasi yang kurang baik lantai kandangnya pun belum
dibeton, sehaingga pada musim hujan kandangnya menjadi becek dan tidak layak
ditempati oleh ternak. Kandang yang kurang baik ini berakibat pada kesehatan
sapi penggemukan dan pada penampilan ternak yang tidak optimal.
III.3. Tahap Penetapan Kebutuhan
Petani ternak anggota kelompok ternak mekar sari, belum mampu
menerapkan salah satu panca usaha penggemukan sapi potong yaitu mengenai tata
laksana perkandangan yang baik. Padahal dengan manajemen kandang yang baik
produktivitas ternak dapat ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena dapat hidup
nyaman serta kesehatan dapat lebih terjamin.

III.4. Tahap Perumusan Masalah


Petani ternak anggota kelompok ternak mekar sari belum mampu
menerapkan panca usaha peternakan sapi penggemukan hal ini disebabkan oleh :
- Petani ternak anggota kelompok ternak mekar sari
belum mengetahui tata cara perkandangan seperti pada peternakan sapi
penggemukan.

III.5. Tahap Penetapan Tujuan


Tujuan penyuluhan tentang peternakan sapi penggemukan kelompok
ternak mekar sari ini adalah anggota kelompok mekar sari diharapkan dapat
memahami tentang tata cara peternakan sapi penggemukan khususnya tentang tata
laksana perkandangan pada sapi penggemukan.

III.6. Tahap Penetapan Alternatif Untuk Mencapai Tujuan


Untuk mencapai tujuan diatas, kita dapat menempuh beberapa metode
penyuluhan yang dapat dipilih, diantaranya:
1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan, seperti
kunjungan ke rumah, kunjungan ke lahan usaha tani, kontak
informal, dan magang.
2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok yakni, ceramah,
diskusi, demonstrasi, kursus tani, pemutaran slide, dll
3. Metode massal, meliputi rapat umum, siaran melalui radio dan
televisi maupun penyebaran karya-karya tulisan.
Namun, dalam dalam kesempatan ini, metode penyuluhan yang paling
tepat adalah metode berdasarkan pendekatan kelompok, yakni metode diskusi
demonstrasi
III.7. bvcb

III.8. Tahap Pelaksanaan Rencana Kerja


Untuk melaksanakan rencana kerja dan kalender kerja yang telah dibuat
agar berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan dan sesuai dengan tujuan
utama dalam memberikan penyuluhan terhadap kelompok ternak Mekar Sari, oleh
karena itu pelaksanaan program penyuluhan dilakukan langsung oleh pembuat
program. Pelaksanaan program ini juga melibatkan banyak pihak yang terdapat
didalam suatu sistem masyarakat setempat.
Tujuan dari diadakan program ini adalah terjadinya perubahan pada diri
sasaran yakni perubahan prilaku, didalam perubahan prilaku ini diharapkan pada
kelompok ternak Mekar Sari mendapatkan tambahan pengetahuan tentang
kandang sapi pengemukan yang baik dan benar, sehingga dari pengetahuan yang
didapat diharapkan dapat merubah sikap dan ketrampilannya untuk
menerapakannya didalam usaha ternaknya.

III.9. Tahap Evaluasi


Keadaan pada kelompok ternak Mekar Sari rata-rata keadaan ekonominya
menengah kebawah dan tingkat pendidikannya sebagian besar masih rendah serta
tatalaksana kendang sapi pengemukan di kelompok ternak tersebut masih belum
baik dan banyak yang belum memenuhi persayratan kandang yang baik.
Fasilitas, tempat, waktu dan alat cukup mendukung untuk mengadakan
penyuluhan karena waktu dalam memberikan penyuluhan dilakukan pada waktu
istirahat sehingga tidak menyita waktu aktivitas mereka.
Pelaksanaan rencana kegiatan dilaksanakan secara bertahap dengan
metode pengajaran memberikan pengetahuan tentang kontruksi kandang yang
memenuhi persyaratan kandang yang baik serta memberikan sketsa gambar-
gambar tentang kandang yang memenuhi persyaratan untuk memudahkan dalam
menyampaikan informasi dan agar mudah dimengerti.

BAB IV
PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Tahap tahap dalam penyusunan program dan rencana kerja
yaitu tahap mengumpulkan data situasi atau keadaan, tahap analisis data,
tahap menetapkan kebutuhan, tahap perumusan masalah, tahap
menetapkan tujuan, tahap menetapkan alternatif untuk mencapi
tujuan,tahap menetapkan rencana kerja dan kalender kerja, tahap
pelaksanaan rencana kerja, dan tahap evaluasi.
2. Tujuan diadakan penyuluhan tentang kandang sapi
pengemukan adalah untuk merubah pengetahuan tentang kandang yaitu
yang tidak tau tentang kontruksi kandang yang memenuhi persyaratan
menjadi tau, sehingga bisa berubah sikap dan ketrampilannya untuk
menerapkannya dalam usaha ternaknya.

IV.2 SARAN
Disarankan untuk memberikan penyuluhan yang berkelanjutan tentang
sistem pemeliharaan sapi pengemukan pada kelompok ternak Mekar Sari agar
dapat beternak dengan baik sehingga dapat mengembangkan usaha peternakanya
dan dapat meningkatkan taraf hidup bagi masyarakat petani peternak atau
kelompok ternak Mekar Sari.
DAFTAR PUSTAKA

- Bambang A, M. Beternak Sapi Potong, Kanisius,


Yogyakarta,1990.
- Sosroamidjoyo, Samad M, Drs, Peternakan Umum,
Yasaguna, Jakarta, 1978
- Suparta, N. DKK, Penyuluhan Peternakan,
Universitas Udayana, Denpasar 2002
TUGAS PENYULUHAN

PROGRAM DAN RENCANA KERJA PENYULUHAN DI


BANJAR DELO UMO, DESA BUWIT, KECAMATAN
KEDIRI KABUPATEN TABANAN MENGENAI
KANDANG SAPI PENGEMUKAN

diawasi dandidukung dengan

Oleh :
Ibnu Wijaya 0207105014
Maria Sofio Hegemur 0207105015
JURUSAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2007

Anda mungkin juga menyukai