BAB I
1. PENDAHULUAN
Selain dari pada itu media diharapkan dapat lebih mengkongkritkan apa yang
dijelaskan komunikator kepada komunikan (sasaran), sehingga sasaran lebih
mudah dan lebih cepat menangkap materi, apa yang dilihat sasaran akan terkesan
lebih lama dibandingkan dengan didengar dan media mampu memotivasi dan
mampu memusatkan perhatian.
2. TUJUAN
3. PERMASALAHAN
BAB II
1. TINJAUAN PUSTAKA
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”,
“perantara”, atau “pengantar”, yaitu perantara atau pengantar pesan dari pengirim
pesan kepada penerima pesan. The Association for Educational Communications
Technology (AECT), menyebutkan media sebagai bentuk dan saluran yang
digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Gagne (1970),
mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan
sasaran yang dapat merangsang untuk belajar. Sedangkan ”penyuluhan” berasal
dari kata ”suluh” yaitu sesuatu yang digunakan untuk memberi penerang. Jadi
media penyuluhan adalah suatu benda yang dikemas sedemikian rupa untuk
memudahkan penyampaian materi kepada sasaran, agar sasaran dapat menyerap
pesan dengan mudah dan jelas. Beragamnya media memiliki karakteristik yang
berbeda pula. Karena itu untuk setiap tujuan yang berbeda diperlukan media yang
berbeda pula. Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan penyuluhan ataupun
pelajaran tadi sangat penting sebagai saluran, penyampaian pesan. Kemajuan
tehnologi pertanian saat ini semakin pesat, baik tehnologi produksi maupun
tehnologi sosial ekonomi. Persaingan dalam berusaha dibidang pertanian semakin
meningkat pula. Tuntutan untuk meningkatkan kualitas produksi tidak dapat
ditawar lagi. Tehnologi dan informasi yang berkaitan dengan hal-hal tersebut
perlu disalurkan dengan cepat dari sumber pesan kepada sasaran, yakni petani dan
keluarganya serta masyarakat pertanian lainnya. Oleh karena itu peranan media
penyuluhan pertanian semakin penting. Disamping itu kegiatan penyuluhan
pertanian berhadapan dengan keterbatasan-keterbatasan antara lain keterbatasan
jumlah penyuluh, keterbatasan dipihak sasaran , misalnya tingkat pendidikan
formal petani yang sangat bervariasi, keterbatasan sarana dan waktu belajar bagi
petani. Untuk itu perlu diimbangi dengan meningkatkan peranan dan penggunaan
media penyuluhan pertanian. Melalui media Penyuluhan Pertanian petani dapat
meningkatkan interaksi dengan lingkungan sehingga proses belajar berjalan terus
walaupun tidak berhadapan langsung dengan sumber komunikasi. Peranan media
penyuluhan pertanian dapat ditinjau dari beberapa segi yakni dari proses
komunikasi, segi proses belajar dan segi peragaan dalam proses komunikasi, segi
proses belajar dan dari peragaan dalam proses belajar.dan dari peragaan. Sebelum
menggunakan media penyuluhan pertanian, maka terlebih dahulu dilakukan
pemilihan. Tujuan pemilihan adalah supaya media penyuluhan yang dipakai
efektif dan efisiensi dalam mencapai tujuan penyuluhan pertanian, yakni
perubahan perilaku petani.
2. PEMBAHASAN
Sketsa adalah gambar yang sederhana, atau draft kasar yang melukiskan bagian-
bagian pokoknya tanpa detail. Karena setiap orang yang normal bisa belajar
menggambar,seorang penyuluh haruslah dapat menuangkan ide-idenya kedalam
bentuk sketsa. Sketsa selain dapat menarik perhatian sasaran, menghindari
verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan, harganya pun tak perlu
dipersoalkan sebab media ini langsung dibuat penyuluh.
Sketsa dibuat berdasarkan tema dan tujuan dari Penyuluhan. Untuk memudahkan
mencari ide penyuluh menggunakan cara mind maping dan menuliskan semua hal
yang berhubungan dengan Materi Penyuluhan. Hasil dari mind mapping disaring
kembali dan divisualisasikan kedalam suatu bentuk rancangan visual, seperti
tampilan karakter, tipografi, layout, warna, ilustrasi maupun format desain, secara
manual. Selain dibuat manual, jenis visual seperti apa yang memadai dengan tema
dan target audiens, maka rancangan visual itu juga dapat diolah melalui teknis
komputerisasi.
BAB III
1. KESIMPULAN
2. DAFTAR PUSTAKA
JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-
BAGJA_WALUYA/MEDIA_PEMBEL.GEOGRAFI/Bahan_Ajar_Media_Pembe
lajaran.pdf
A. Latar Belakang
Grierson sangat percaya bahwa “Sinema bukanlah seni atau hiburan, melainkan
suatu bentuk publikasi dan dapat dipublikasikan dengan 100 cara berbeda untuk
100 penonton yang berbeda pula.” Oleh karena itu dokumenter pun termasuk
didalamnya sebagai suatu metode publikasi sinematik, yang dalam istilahnya
disebut “creative treatment of actuality”(perlakuan kreatif atas keaktualitasan).
Karena ada perlakuan kreatif, sama seperti dalam film fiksi lainnya, dokumenter
dibangun dan bisa dilihat bukan sebagai suatu rekaman realitas, tetapi sebagai
jenis representasi lain dari realitas itu sendiri. Kebanyakan penonton dokumenter
di layar kaca sudah begitu terbiasa dengan kode dan bentuk yang dominan
sehingga mereka tak lagi mempertanyakan lebih jauh tentang isi dari dokumenter
tersebut. Misalnya penonton sering menyaksikan dokumenter yang dipandu oleh
voiceover, wawancara dari para ahli, saksi dan pendapat anggota masyarakat, set
lokasi yang terlihat nyata, potongan-potongan kejadian langsung dan materi yang
berasal dari arsip yang ditemukan. Semua elemen khas tersebut memiliki sejarah
dan tempat tertentu dalam perkembangan dan perluasan dokumenter sebagai
sebuah bentuk sinematik.Ini penting ditekankan, karena dalam berbagai hal,
bentuk dokumenter sering diabaikan dan kurang dianggap di kalangan film seni
karena seakan-akan dokumenter cenderung menjadi bersifat jurnalistik dalam
dunia pertelevisian. Bukti-bukti menunjukkan bahwa, bagaimanapun, dengan
pesatnya perkembangan dokumenter dalam bentuk pemberitaan, terdapat
perubahan. kembali ke arah pendekatan yang lebih sinematik oleh para pembuat
film dokumenter akhir-akhir ini.
Dan kini perdebatannya berpindah pada segi estetik dokumenter karena ide
kebenaran dan keaslian suatu dokumenter mulai dipertanyakan, diputarbalikkan
dan diubah sehubungan dengan pendekatan segi estetik dokumenter dan film-film
non-fiksi lainnya. Satu titik awal yang berguna adalah daftar kategori Richard
Barsam yang ia sebut sebagai “film non-fiksi” Daftar ini secara efektif
menunjukkan jenis-jenis film yang dipandang sebagai dokumenter dan dengan
jelas memiliki ide dan kode etik tentang dokumenter yang sama.
C, Manfaat Dokumenter
Dokumenter adalah sebutan untuk film pertama kali karya lumiere bersaudara
yang mengisahkan tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun
1890an. Tiga puluh tahun kemudian kata “Dokumenter” kembali digunakan oleh
pembuat film krikikus film asal Inggris yaitu Jhon Gierson untuk film Moana
(1926) karya Robert Flaherty. Gierson berpendapat bahwa dokumenter
merupakan cara kreatif mempresentasikan realitas ( Susan Hayward:Key
Concentsin cinema Studiesn yang, 1996:72). Film dokumenter menyajikan realita
berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan penyebaran informasi dan
pendidikan (Heru Effendy, 2002:12). Bentuk dokumenter sendiri terpecah
menjadi dua kategori, yang pertama dokumenter festival, dan yang kedua adalah
dokumenter televisi. Film dokumenter berdurasi panjang umumnya diputar di
bioskop atau festival dan lebih bebas menggunakan semua type shot. Sedangkan
untuk jenis dokumenter televisi berdurasi pendek, dan terbatas dalaam
menggunakan tipe shot. Film dokumenter di Indonesia saat ini masih dianggap
anak tiri, hal ini disebabkan oleh para pembuat film lebih tertarik membuat film
yang lebih komersil, belum lagi perhatian masyarakat lebih tertuju pada film
cerita (Peransi,2004:45) seperti kita ketahui, dalam dokumenter televisi maupun
film, gaya penuturan yang terdapat dalam dokumenter ada beberapa macam antara
lain, potret (biography), sejarah, perbandingan, kontradiksi,laporan perjaalanan (
travel doc), ilmu pengetahuan (edukasi dan instruksional), nostalgia, rekonstraksi,
investigasi, association picture story, doku drama, buku harian (diary) dan
reportase (Gerzon R.Ayawaila,2007:7-12).
Ada empat kriteria yang menerangkan bahwa dokumenter adalah film non fiksi
menurut Fajar Nugroho:
1. Setiap adegan dalam dokumenter merupakan kejadian yang sebenarnya,
tanpa interprentasi imajinatif seperti halnya dalam film fiksi. Bila pada film fiksi
latar belakang (setting) adegan dirancang, pada dokumenter latar belakang harus
spontan otentik dengan situasi dan kondisi asli ( apa adanya).
3. Sebagai sebuah film non fiksi, sutradara melakukan observasi pada suatu
peristiwa nyata, lalu melakukan perekaman gambar sesuai apa adanya, ini
merupakan bagian dari riset.
4. Apabila struktur cerita pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot,
dalam dokumenter konsentrasinya lebih pada isi dan pemaparan.
o Pertama,
kita harus memiliki gambar (footage) yang baik. Yakni, sebuah bukti visual yang
mengajukan pernyataan tentang film dokumenter tersebut dalam bahasa visual.
Gambar tentang Tsunami yang melanda kota Banda Aceh itu memang bagus,
namun belum cukup. Sebuah dokumenter mungkin saja memprofilkan warga
Aceh, yang memilih bertahan hidup di pinggir pantai, meski tahu bahwa sewaktu-
waktu Tsunami bisa saja melanda daerahnya lagi.
o Kedua,
kita harus memiliki ide atau konsep, yang mengekspresikan sudut pandang karya
dokumenter tersebut.Wawancara mungkin bisa membantu merumuskan suatu
sudut pandang. Namun, wawancara itu biasanya merupakan cara yang terlalu
berat dan merepotkan dalam sebuah dokumenter, untuk menyampaikan suatu
gagasan. Wawancara semata-mata tidak lantas menjadikannya sebuah
dokumenter. Hal ini karena wawancara tidak menunjukkan topik, tetapi
wawancara hanya menunjukkan orang yang sedang bicaratentang suatu topik.
o Ketiga,
kita harus memiliki sebuah struktur. Yaitu, progresi gambar dan suara secara
teratur, yang akan menarik minat audiens, dan menghadirkan sudut pandang dari
karya dokumenter tersebut, sebagai sebuah argumen visual. Misalnya, film
dokumenter The War Room, karya Chris Hegedus dan D.A. Pennebaker, tentang
kampanye Bill Clinton tahun 1992, sebelum menjadi Presiden AS. Film ini dibuka
dengan serangkaian gambar di daerah pemilihan New Hampshire, yang
menunjukkan problem-problem yang dihadapi Clinton selaku kandidat presiden.
Tidak ada wawancara dalam film itu. Yang terlihat adalah interaksi-interaksi,
yang menunjukkan apa yang terjadi pada kampanye Clinton saat itu. Ketika
menonton film itu, secara bertahap audiens melihat kampanye Clinton akhirnya
berhasil mengatasi berbagai hambatan, dalam proses menuju kemenangan.
Membuat film dokumenter, atau feature, diawali dengan ide atau gagasan, dan
berakhir dengan paket yang siap ditayangkan untuk audiens. Kita sepatutnya
memandang, pembuatan sebuah dokumenter pada dasarnya lebih merupakan
problem komunikasi, yakni bagaimana menyampaikan suatu pesan kepada
audiens. Bukan sebuah problem teknis (peralatan).
Istilah "dokumenter" atau documentary (bahasa Inggris), adalah turunan dari kata
Perancis, documentaire. Yang artinya, sebuah film atau pembicaraan yang
menggambarkan perjalanan di suatu negeri tertentu. Artinya film dokumenter
merupakan film yang menampilkan fakta yang ada dalam kehidupan atau film
yang menampilkan tentang kenyataan.
Seperti halnya pembuatan film fiksi, pada pembuatan film dokumenter akan
melewati tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh pembuatnya. Tahapan tersebut
terdiri atas : pre production, production, post production. Dalam pre production
pembuatan dokumenter termasuk di dalamnya, pemilihan subyek atau tema,
melakukan riset, menentukan kru, memilih peralatan yang akan digunakan,
menentukan metode yang akan dipakai, serta membuat skedul shooting. Dalam
tahap production, ini gak kalah seru juga dalam tahap akhir aliaspre-production.
Ø Ciri -ciri
1.Ada Data-data berupa tanggal
2.Berbentuk Peristiwa
III PEMBAHASAN
Dokumenter
Ø Fiksi
· Interpretasi imajinatif
Dokumenter Televisi
Menceritakan dari sebab hungga akibat sebuah proses kejadian atau pristiwa
yang diketengahkan sebagai isi materi
Ø Reportase
Features
Magazine
Dokumenter Televisi
Ø Magazine
Merupakan gabungan dari uraian fakta dan opini yang dirangkai dalam suatu
mata acara
Ø Semi Dokumenter
Gabungan fakta dan fiksi. Beberapa adegan direkayasa, disesuaikan dengan tema,
umumnnya interpretasi imajinatif, bertujuan menambahkan cerita menarik.
Ø Dokudrama
Peristiwa yang pernah terjadi di rekontruksi kembali dalam bentuk drama baru.
Menggunakan artis, bertujuan komersial.
Ø Dokumenter Televisi
Ø Cirri-ciri Dokumenter
Sudut pandang jelas dan objektif
Fakta factual
Tidak direkayasa
Ø Tipe-tipe Dokumenter
Dokumenter Dokumen
Dokumenter Sosial
Dokumenter Berseri
Dokumenter Alam
Ø Dokumenter Dokumen
Ø Dokumenter Berseri
Ø Dokumenter Alam
IV KESIMPULAN
Melalui penyampaian pandangan yang sederhana ini, penulis hanya dapat berbagi
untuk mengembangkan suatu kegiatan pembelajaran melalui sebuah rancangan
materi otentik dan kontemporer dengan sentuhan media pembelajaran berbasis
audio visual, berupa film dokumenter.
V DAFTAR PUSTAKA
http://www.ialf.edu/bipa/buletinpengajaranbipa.html
http://www.in-docs.com/
Imaji MM. Workshop Film Dokumenter. 2006. “Teknologi Dasar Film, Ide dan
Teknologi, Gaya dalam Film Dokumenter, dan Elemen Artistik dalam Film
Dokumenter”. Serang.
AB I
PENDAHULUAN
Selain dari pada itu media diharapkan dapat lebih mengkongkritkan apa
yang dijelaskan komunikator kepada komunikan (sasaran), sehingga sasaran lebih
mudah dan lebih cepat menangkap materi, apa yang dilihat sasaran akan terkesan
lebih lama dibandingkan dengan didengar dan media mampu memotivasi dan
mampu memusatkan perhatian.
BAB II
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”,
“perantara”, atau “pengantar”, yaitu perantara atau pengantar pesan dari pengirim
pesan kepada penerima pesan. The Association for Educational Communications
Technology (AECT), menyebutkan media sebagai bentuk dan saluran yang
digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Gagne (1970),
mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan
sasaran yang dapat merangsang untuk belajar. Sedangkan ”penyuluhan” berasal
dari kata ”suluh” yaitu sesuatu yang digunakan untuk memberi penerang. Jadi
media penyuluhan adalah suatu benda yang dikemas sedemikian rupa untuk
memudahkan penyampaian materi kepada sasaran, agar sasaran dapat menyerap
pesan dengan mudah dan jelas.
Pada tahap awal peranan penyuluh pertanian sangat dominan dalam kegiatan
belajar petani, lama kelamaan berubah petani menjadi lebih dinamis mulai banyak
belajar, melalui pengalaman. Melalui interaksi dengan lingkungannya dan
memanfaatkan media penyuluhan pertanian. Sekarang penyuluh pertanian
berperan sebagai mitra kerja petani, mendampingi dan membantu petani dalam
memecahkan masalah yang dihadapi dilapangan bersama dengan petani lainnya
melalui kegiatan kelompok tani.
Petani belajar dimulai dari situasi nyata dilapangan melalui pengalam langsung
sebagai contoh, kegiatan sekolah lapangan (SL) dalam rangka memasyarakatkan
Pengendalian hama terpadu (PHT) tanaman padi.Petani secara berkelompok
belajar mengamati hama/penyakit tanaman langsung dari runpun padi sawah. Cara
belajar tersebut disebut cara belajar Lewat pengalaman (CBLP). Hasil
pengamatan dicatat oleh petani, kemudian didiskusikan bersama secara priodik.
Pendapat para ahli dan hasil penelitian sepertitersebut diatas penting artinya dalam
kegiatan penyuluhan pertanian. Media harus berperan pula sebagai peragaan
petani belajar lebih efektif bila ia belajar dengan melihat, mendengar dan
sekaligus mengerjakannya (learning by doing).
Penentuan jenis media visual yang efektif untuk suatu proses belajar mengajar
merupakan langkah awal yang perlu dilakukan dalam perencanaan suatu pelatihan
atau penyuluhan.
Paling tidak ada 6 (enam) pertanyaan yang perlu diajukan berkaitan dengan
penentuan jenis media yang digunakan, antara lain :
contoh-contohnya.
No.
Jenis Media
Contoh-Contoh
1.
Gambar, Skets, Foto, Poster, Leaflet, Folder, Peta singkap, Kartu kilat, Diagram,
Grafik, bagan, peta, Brosur, majalah, buku
2.
Kelemahannya : Bila terlalu lama akan membosankan, perbaikan atau revisi harus
memproduksi master baru.
3.
Slide film, Movie film, Film strip, Video (VCD,DVD) film, Televisi, Komputer
(Interaktif,Presentasi)
Kelebihannya : dapat memberikan gambaran yang lebih kongkrit, baik dari unsur
gambar maupun geraknya, lebih atraktif dan komunikatif.
4.
Menunjukan benda hidup secara nyata, berbentuk tiga dimensi dan alat peraga.
A. Dasar-dasar Pengelompokan.
Teori tingkah laku (behavior theory) ajaran B.H Skinner memandang agar lebih
memperhatikan perubahan tingkah laku dalam proses belajar.
3. Media Visual, melalui indera penglihatan antara lain : film, slide, foto, poster.
1. Media Massal antara lain : siaran radio, siaran televisi dan media cetak.
4. Media yang memberi pengalam belajar melalui kata-kata baik lisan atau
tertulis antara lain : buku, majalah, ceramah.
BAB III
b. Tidak semua media penyuluhan yang diperlukan selalu tersedia atau mudah
disediakan oleh penyuluh pada setiap tempat dan waktu.
e. Harus ada kesesuaian antara media penyuluhan yang dipilih dengan metode
penyuluhan yang digunakan.
Klasifikasi Media
Sikap
Pengetahuan
Keterampilan
- Benda Sesungguhnya
Percontohan
- Maket
- Spesimen
- Sample/moster
Percontohan
- Spesimen
- Model
- Sample/moster
Percontohan
- Model
- Media Tercetak
- Poster
- Liptan
- Foto
- Peta Singkap
- Brosur
- Folder
- Leaflet
- Peta Singkap
- Peta Singkap
- Folder
- Leaflet
- Liptan
- Media Terproyeksi
- Video TV
- LCD Film
- Film Strip
- Presentasi
- Transparansi
- Film Slide
- Film strip
- Video TV
- Presentasi
- Film slide
- Film strip
- Video
- TV
- Presentasi
- Media Terekam
- Rekaman siaran
- Radio
- CD,DVD,Rekaman
- CD,DVD Rekaman
- Rekaman Siaran
Radio
- CD,DVD Rekaman
b. Tahap adopsi sasaran
Pemilihan media disesuaikan dengan tahap adopsi petani. Tahap kesadaran, minat
penilaian, mencoba dan menerapkan, masing-masing memerlukan media yang
efektif misalnya untuk tahap adopsi penilaian dan mencoba, dipilih media
sesungguhnya melalui metode demonstrasi.
d. Karakteristik
Sedapat mungkin dipilih media yang biayanya tidak mahal tapi efektivitasnya
tinggi. Pemilihan media sesungguhnya yang dapat dibuat sendiri dengan harga
relative murah merupakan alternative yang perlu di tempuh apabila dana yang
tersedia sangat terbatas. Sering terlupakan bahwa benda sesungguhnya di
lingkungan petani dapat dimanfaatkan sebagai media asalkan persyaratan
terpenuhi.
Berbeda alternatif dapat dipilih antara beberapa kelompok media : misalnya media
tercetak dikombinasikan dengan media terekam dan media terproyeksi. Pemilihan
kombinasi media tersebut tetap mengacu pada penggunaan yang efektif dan
efisien.
Media tidak dapat dipilih dan digunakan asal saja, tetapi harus dipilih dengan
seksama dan digunakan dengan benar. Tidak ada suatu mediapun yang dapat
dipakai untuk mencapai semua tujuan, sehingga tidak mungkin semua
diperlakukan dengan media yang sama. Dalam penyelenggaraan penyuluhan,
pemilihan jenis media yang digunakan perlu dipertimbangkan pada kebersamaan
antara metode belajar mengajar, tujuan dan situasi pelatihan. Berikut ini gambaran
penggunaan media penyuluhan yang sesuai untuk berbagai kelompok sasaran
Banyak ragam media atau jenis media yang dapat kita pilih dan kiat
gunakan tergantung pada materi yang disajikan, keadaan/kebutuhan sasaran,
situasi tempat pembelajaran dan tentunya tergantung tujuan yang ingin dicapai.
Ragam media penyuluhan yang kerap digunakan dapat dikelompokkan ke dalam
empat kelompok besar, yaitu media penyuluhan tercetak, media penyuluhan
audio, media penyuluhan audio visual dan objek fisik atau benda nyata.
Dari sekian banyak media dalam penggunaannya tidak ada satu mediapun
yang terbaik, karena setiap jenis media mempunyai kelemahan. Yang terbaik
tentunya menggunakan kombinasi beberapa jenis media, sehingga dapat menutupi
kelemahan media tersebut.
Rangkuman
Tujuan pemilihan adalah supaya media penyuluhan yang dipakai efektif dan
efisiensi dalam mencapai tujuan penyuluhan pertanian, yakni perubahan perilaku
petani. Kriteria yang digunakan dalam memilih media penyuluhan Tujuan
kegiatan penyuluhan yang hendak dicapai, tahap adopsi inovasi sasaran,
jangkauan media, karakteristik media, dana yang tersedia dan penggunaan media
secara terpadu.
Ragam media atau jenis media yang dapat kita pilih dan kiat gunakan tergantung
pada materi yang disajikan, keadaan/kebutuhan sasaran, situasi tempat
pembelajaran dan tentunya tergantung tujuan yang ingin dicapai. Ragam media
penyuluhan yang kerap digunakan dapat dikelompokkan ke dalam empat
kelompok besar, yaitu media penyuluhan tercetak, media penyuluhan audio,
media penyuluhan audio visual dan objek fisik atau benda nyata.
BAB IV
Misalnya pohon mangga jenis ungul dikebu petani yang telah memenuhi syarat
untuk menjadi pohon induk dan telah memperoleh sertifikat dari instansi terkait,
begitu pula jenis unggul ternak milik petani yang memenuhi syarat dijadikan
petani sebagai induk dan percontohan penyuluh Pertanian dapat memanfaatkan
sebagai media penyuluhan pertanian dan mendorong petani untuk
mengembangkan menjadi penangkar benih
b. Partisipasi petani dalam pembuatan media Penyuluhan Pertanian misalnya
petani yang senang mengumpulkan berbagai hama tanaman dapat dimanfaatkan
dalam membuat insektarium.
d. Bahwa tidak semua media penyuluhan pertanian dapat dibuat sendiri oleh
penyuluh, namun pembuatan media penyuluhan pertanian yang sederhana dan
praktis untuk digunakan adalah perlu. Untuk itu Penyuluh Pertanian harus kreatif,
mempunyai kemampuan dan keterampilan membuat media penyuluhan pertanian
tersebut.
- Keserasian/harmonis.
- Alat gambar
- Alat pembuat huruf, alat dan bahan khusus menurut jenis media yang akan
dibuat.
Siaran Radio adalah Media Audio yang hanya mengandalkan bunyi dan
suara untuk menyampaikan informasi dan pesan. Program audio akan sangat
efektif bila dengan menggunakan bunyi dan suara kita dapat merangsang
pendengar untuk menggunakan daya imajinasinya sehingga ia dapat menvisualkan
pesan-pesan yang ingin disampaikan.
- uraian - reportase
- dialog - wawancara
- produser - sutradara
e. pengumpulan data
2.Tahap Produksi
a. pengolahan data
a. Editing
b. Packing
4. Tindak lanjut
PENUTUP
Setelah memahami media dan cara pembuatanya, buatlah rancangan yang sesuai
dengan kebutuhan sasaran.
DAFTAR PUSTAKA
-----------. 2001. Buku 1 Media Visual dalam Pelatihan dan Penyuluhan. Pusat
Manajemen Pengembangan SDM Pertanian. Ciawi.
-----------. 2001. Buku 2 Media Visual dalam Pelatihan dan Penyuluhan. Pusat
Manajemen Pengembangan SDM Pertanian. Ciawi.