Anda di halaman 1dari 48

PENERAPAN PROGRAM SWASEMBADA PANGAN

MELALUI KEGIATAN PENYULUHAN


PERTANIAN DI DESA SIDODADI
KECAMATAN TEMPUREJO
KABUPATEN JEMBER

LAPORAN PRAKTEK LAPANG


Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan mata praktikum
Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember

Asisten Pembimbing
Hadi Hidayatul F.

Oleh
Golongan J / Kelompok 1

LABORATURIUM KOMUNIKASI DAN PENYULUHAN PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

PENERAPAN PROGRAM SWASEMBADA PANGAN


MELALUI KEGIATAN PENYULUHAN
PERTANIAN DI DESA SIDODADI
KECAMATAN TEMPUREJO
KABUPATEN JEMBER

LAPORAN PRAKTEK LAPANG


Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan mata praktikum
Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember

Asisten Pembimbing
Hadi Hidayatul F.

Oleh
Golongan J / Kelompok 1

LABORATURIUM KOMUNIKASI DAN PENYULUHAN PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK


GOLONGAN J / KELOMPOK 1
Koordinator
Annggota :

: Akhmad Ismail Akbar

(141510601161)

1. Galuh Eko Susanto

(121510601075)

2. Yuan Ardiansyah

(121510601109)

3. Maratus Sholikhah

(121510601127)

4. Intania Yuni Lestari

(141510601002)

5. Ambar Asri Candra P.

(141510601080)

6. Septi Lusyana Putri

(141510601085)

7. Nanda Rusti

(141510601148)

8. Amilia Arofatul Faiqoh

(141510601151)

9. Maulida Farrah Sandy

(141510601159)

PENGESAHAN
Laporan Praktikum Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian dengan judul telah
diperiksa dan disahkan oleh Laboraturium Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian
pada :
Hari

Tanggal :

Koordinator Praktikum
Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian

Asisten Pembimbing

Riza Meilina Putri R.


NIM. 121510601023

Hadi Hidayatul Falah


NIM. 121510601029

Mengesahkan
Ketua Laboraturium Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian

Sudarko, SP., M.Si


NIP. 198002032005011001

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga Laporan Praktek Lapang Praktikum Komunikasi dan
Penyuluhan Pertanian dengan judul dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.
Penyusunan laporan praktek lapang ini tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan berbgai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Jani Januar, MT., selaku dekan Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
2. Dr. Ir. Joni Murti Mulyo Aji, M.Rur.M selaku Ketua Jurusan Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3. Tim dosen pembina mata kuliah Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian.
4. Sudarko, SP. M.Si selaku Ketua Laboraturium Komunikasi dan
Penyuluhan Pertanian.
5. Tim asisten Laboraturium Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian yang
telah memberikan bimbingan mulai awal hingga akhir.
6. Bapak Rachmat Darmawan selaku Penyuluh Pertanian Desa Sidodadi
Kecamatan Ambulu.
7. Kelompok tani serta seluruh warga Desa Sidodadi Kecamatan Ambulu.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan semangat dari awal
hingga terselesaikannya laporan akhir praktikum ini.
Kami menyadari bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Penyusunan
laporan praktek lapang ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan
kritik yang sifatnya membangun selalu kamu harapkan demi penyempurnaan
laporan ini.
Jember, 30 November 2015
Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK...................................................................ii
PENGESAHAN.....................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vi
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................4
1.3 Manfaat...........................................................................................................4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Penyuluhan Pertanian.....................................................................................5
2.2 Perencanaan Penyuluhan Pertanian................................................................6
2.3 Materi Penyuluhan Pertanian.........................................................................8
2.4 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian................................................................9
2.5 Evaluasi Penyuluhan Pertanian....................................................................20
2.6 Model Komunikasi Penyuluhan Pertanian...................................................21
BAB 3. GAMBARAN UMUM............................................................................24
3.1. Gambaran Umum Desa Sidodadi................................................................24
3.2. Gambaran Umum Kelompok Tani Margo Utomo.......................................26
BAB 4. PEMBAHASAN......................................................................................29
4.1 Perencanaan Penyuluhan Pertanian..............................................................29
4.2 Materi Penyuluhan Pertanian.......................................................................31
4.3 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian..............................................................34
4.4 Evaluasi Penyuluhan Pertanian....................................................................36
4.5 Model Penyuluhan Pertanian........................................................................37
BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................40
5.1 Simpulan.......................................................................................................40
5.2 Saran.............................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................42
LAMPIRAN

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki penduduk yang sebagian besar menggantungkan
hidupnya dari sektor pertanian. Kenyataan ini menunjukkan demikian besar
peranan sektor pertanian dalam menopang perekonomian dan memiliki implikasi
penting dalam pembangunan ekonomi ke depan. Pembangunan pertanian
membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Tersedianya sumber daya
manusia yang berkualitas merupakan modal utama bagi daerah untuk menjadi
pelaku penggerak pembangunan di daerah. Pembangunan pada hakekatnya
merupakan upaya mencapai taraf hidup rakyat yang lebih baik sesuai dengan
nilai-nilai yang berlaku. Pembangunan pertanian merupakan bagian dari
pembangunan nasional yang menitik beratkan pada peningkatan kesejahteraan
petani dan keluarganya yang berperan penting di dalam pencapaian tujuan
pembangunan bidang pertanian. Pembangunan pertanian harus memperhatikan
sumber daya manusianya, agar kemampuan dan kompetensi kerja masyarakat
pertanian dapat meningkat karena masyarakatlah yang melaksanakan segala
kegiatan usaha pertanian di lahan usahanya. Upaya pembangunan pertanian dapat
dilaksanakan melalui proses belajar dan mengajar dengan mengembangkan sistem
pendidikan non formal di luar sekolah secara efektif dan efisien di antaranya
adalah melalui Penyuluhan Pertanian (Hanafiah dkk., 2013).
Penyuluhan Pertanian didefinisikan sebagai suatu sistem pendidikan di
luar sekolah untuk keluarga-keluarga tani di pedesaan, di mana mereka belajar
sambil berbuat untuk menjadi mau, tahu dan bisa menyelesaikan sendiri masalahmasalah yang dihadapinya secara baik, menguntungkan dan memuaskan.
Kegiatan

penyuluhan

merupakan

aktivitas

dari

suatu

kegiatan

proses

pembelajaran, maka keberhasilannya akan sangat bergantung kepada proses


pembelajaran tersebut dapat berlangsung dengan sebaik-baiknysa. Pada dasarnya
teknik penyuluhan sama dibidang ilmu manapun, hanya saja perbedaannya
terdapat pada materi yang disampaikan. Keberhasilan sebuah penyuluhan tidak
hanya tergantung kepada materi yang disajikan, tapi bagaimana cara penyampaian
1

materi tersebut bisa memunculkan pemahaman dan perubahan yang diinginkan


pada masyarakat. Melalui Penyuluhan Pertanian, masyarakat pertanian dibekali
dengan ilmu, pengetahuan, keterampilan, pengenalan paket teknologi dan inovasi
baru di bidang pertanian dengan sapta usaha taninya, penanaman nilai-nilai atau
prinsip agribisnis, mengkreasi sumber daya manusia dengan konsep dasar filosofi
rajin, kooperatif, inovatif, kreatif dan sebagainya. Penyuluh Pertanian dapat dan
harus menggunakan teknik-teknik komunikasi yang paling efektif agar sasaran
mau menerapkan pengetahuan barunya itu. Melalui komunikasi yang efektif dapat
menunujang keberhasilan Penyuluhan Pertanian (Yunasaf dkk., 2011).
Kegiatan berinteraksi dengan orang lain memerlukan suatu komunikasi
yang efektif. Sehingga informasi apa yang ingin kita sampaikan dapat diterima
oleh mereka. Sebuah komunikasi efektif merupakan salah satu indikator penting
dalam kegiatan penyuluhan. Seorang penyuluh harus mampu mengkomunikasikan
dengan baik dan benar materi penyuluhan sehingga mampu mencapai tujuan dari
penyuluhan itu sendiri. Komunikasi menjadi sebuah faktor penting yang dapat
menunjang tercapainya tujuan-tujuan penyuluhan. Seorang komunikan dituntut
untuk memiliki sebuah strategi komunikasi agar objek penyuluhan dapat
menerima pesan dengan baik dan tidak terjadi misunderstanding dalam proses
penyuluhan.
Komunikasi diperlukan dalam suatu kegiatan organisasi, hal ini
bertujuan untuk memudahkan penyampaian informasi dari satu individu ke
individu lain. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka komunikasi sangat
diperlukan dalam kegiatan kelompok tani untuk mencapai tujuan yang hendak
dicapai. Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk
atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi
dan sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggotanya. Kelompoktani ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk petani
yang saling mengenal, akrab, saling percaya, mempunyai kepentingan yang sama
dalam berusahatani, kesamaan dalam tradisi/pemukiman/ hamparan usahatani dan
lain-lain. Kelompok tani memiliki tiga fungsi yaitu sebagai kelas belajar, wadah
kerjasama dan unit produksi. Kelompok tani sebagai kelas belajar merupakan

suatu wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan,


keterampilan dan sikap, serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam
berusaha tani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah
serta kehidupan yang lebih sejahtera. Pengembangan kelompok tani sebagai kelas
belajar merupakan tugas penyuluh pertanian melalui bimbingan secara
berkelanjutan. Berdasarakan hal tersebut, diperlukan materi penyuluhan pertanian
yang berkaitan dengan penguatan kelompok tani sebagai kelas belajar (Rusmono,
2012).
Kelompok tani merupakan suatu wadah berkumpulnya para petani yang
ada di suatu daerah tertentu. Ambulu merupakan salah satu kecamatan di
Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur. Kecamatan Ambulu terdiri dari: Desa
Sumberrejo, Desa Andongsari, Desa Sabrang, Desa Tegalsari, Desa Ambulu, Desa
Pontang, dan Desa Karanganyar. Seluruh Desa berkualifikasi Desa Swakarya.
Kecamatan Ambulu memiliki jumlah dusun 27 buah, RW 193 dan RT 608 RT.
Jumlah penduduk di desa Ambulu ini terdapat sekitar 15.784 jiwa dan 4.556 KK.
Wilayah kerja desa meliputi 3 dusun yaitu Krajan, Sumberan, dan Langon yang
terdiri dari 33 RW dan 84 RT. Desa Ambulu merupakan desa yang memiliki
produk unggulan serta desa yang berprestasi di Kabupaten Jember, banyak
kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kehidupan dan memberdayakan
peran serta masyarakat yang mandiri di desa tersebut.
Permasalahan pertanian yang muncul di Desa Ambulu membuat para
penyuluh pertanian melakukan penyuluhan di Desa Ambulu. Tugas dan fungsi
Penyuluh Pertanian secara garis besar adalah melaksanakan fungsi sebagai
fasilitator dalam kegiatan penyuluhan pertanian. Fungsi penyuluhan pertanian
terutama adalah memfasilitasi dan memotivasi proses pembelajaran pelaku utama
dan pelaku usaha

agar tercapai tujuan pengembangan sumberdaya manusia

(SDM) dan peningkatan modal sosial, sehingga

mereka mau dan mampu

menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,


teknologi,

permodalan,

dan sumberdaya

lainnya,

sebagai upaya

untuk

meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya,


serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Fungsi

penyuluhan pertanian memfasilitasi dalam bimbingan, pendampingan dan


advokasi pengelolaan usaha agribisnis di perdesaan, memfasilitasi dan memotivasi
penumbuhan dan pengembangan kelompok tani serta gabungan kelompok tani.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui perencanaan penyuluhan pertanian di Desa Ambulu Kabupaten
Jember.
2. Mengetahui materi penyuluhan pertanian di Desa Ambulu Kabupaten Jember.
3. Mengetahui pelaksanaan penyuluhan pertanian di Desa Ambulu Kabupaten
Jember.
4. Mengetahui evaluasi penyuluhan pertanian di Desa Ambulu Kabupaten
Jember.
5. Mengetahui model komunikasi yang digunakan di lokasi penyuluhan.
1.3 Manfaat
1. Bagi mahasiswa, dapat menjadi pedoman dalam kegiatan penelitian
selanjutnya.
2. Bagi penyuluh, dapat menjadi acuan dalam kegiatan komunikasi penyuluhan
pertanian selanjutnya.
3. Bagi pemerintah, sebagai acuan di dalam penentuan kebijakan tentang
penyuluhan pertanian ke depannya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penyuluhan Pertanian
Peran utama penyuluh pertanian di banyak negara pada masa lalu
dipandang sebagai alih teknologi dari peneliti ke petani. Kini peranan penyuluhan
lebih dipandang sebagai proses membantu petani untuk mengambil keputusan
sendiri dengan cara menambah pilihan bagi mereka, dan menolong mereka
mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi masing-masing pilihan itu.
Tujuan program penyuluhan adalah untuk mengubah petani yang kemudian dapat
membuat keputusan untuk mengubah usaha lainnya. Perubahan inilah yang
menjadi tujuan terpenting pendidikan penyuluhan (Ban dan Hawkins, 2006).
Penyuluhan (extention education) merupakan upaya untuk mengubah
perilaku klien ke arah yang lebih baik dalam meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat. Kegiatan penyuluhan (pendidikan nonformal) ini
diperlukan dalam berbagai kehidupan masyarakat, mulai dari penyuluhan
pertanian, perikanan, kehutanan, kesehatan, keluarga berencana, hukum,
pendidikan, dan aspek penyuluhan lainnya. Dalam perkembangannya, kegiatan
penyuluhan terutama dalam penyuluhan pertanian mengalami berbagai tuntutan
perubahan. Hal ini disebabkan oleh perubahan sistem pemerintahan dari
sentralisasi menjadi desentralisasi (otonomi daerah) dan lahirnya Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan (Anwas, 2013).
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian,

Perikanan

dan

Kehutanan

(SP3K)

mengamanatkan

bahwa

penyelenggaraan penyuluhan menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah


dan Pemerintah Daerah. Wewenang dan tanggung jawab pemerintah tersebut
diwujudkan antara lain dengan menyelenggarakan Revitalisasi Penyuluhan
Pertanian

yang

meliputi

aspek

penataan

kelembagaan,

ketenagaan,

penyelenggaraan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan penyuluhan. Agar


revitalisasi penyuluhan pertanian dapat berjalan secara produktif, efektif dan
efisien, perlu dilakukan identifikasi sumberdaya dan program pembangunan
pertanian, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,


Perikanan dan Kehutanan (SP3K) juga mengamanatkan bahwa program
penyuluhan pertanian terdiri atas program penyuluhan desa/kelurahan atau unit
kerja

lapangan,

program

penyuluhan

kecamatan,

program

penyuluhan

kabupaten/kota, program penyuluhan provinsi dan program penyuluhan nasional.


Agar program penyuluhan ini dapat merespon secara lebih baik aspirasi pelaku
utama dan pelaku usaha di pedesaan, penyusunan program penyuluhan diawali
dari tingkat desa/kelurahan (Sigit, 2014).
2.2 Perencanaan Penyuluhan Pertanian
Menurut Sigit (2014), perencanaan penyuluhan adalah kegiatan yang
disusun oleh penyuluh berdasarkan program penyuluhan setempat yang
dilengkapi dengan hal-hal yang dianggap perlu untuk berinteraksi dengan pelaku
utama dan pelaku usaha. Rencana kegiatan menggambarkan apa yang dilakukan
untuk mencapai tujuan, bagaimana caranya, siapa yang melakukan, siapa
sasarannya, dimana, kapan, berapa biayanya, dan apa hasil yang akan dicapai
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan merespon peluang yang ada.
Perumusan rencana kegiatan perlu perlu memerhatikan beberapa tahapan yaitu:
1. Rencana kegiatan penyuluhan yang meliputi data dan informasi mengenai
tujuan, masalah, sasaran, lokasi, metode/kegiatan, waktu, lokasi, biaya dan
penanggung jawab serta pelaksana. Masalah dalam rencana kegiatan
penyuluhan berupa masalah-masalah yang bersifat perilaku, yang antara lain
bisa disidik (identifikasi) berdasarkan teknik faktor penentu.
2. Rencana kegiatan untuk membantu mengikhtiarkan pelayanan dan pengaturan
yang meliputi data dan informasi mengenai tujuan, sasaran, lokasi, jenis
kegiatan, waktu, penanggungjawab serta pelaksana. Masalah petani yang
bersifat non perilaku antara lain masalah-masalah yang berkaitan dengan
kondisi sarana dan prasarana usaha tani, pembiayaan, pengaturan, pelayanan
dan kebijakan pemerintah/iklim usaha yang kurang kondusif.

3. Rencana monitoring dan evaluasi disusun oleh para penyuluh yang berada di
pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/ desa bersama para
pelaku utama dan pelaku usaha.
Menurut Zakaria dalam Thomas (2005), penyuluhan pertanian mempunyai
dua tujuan yang akan dicapai yaitu tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Tujuan jangka pendek adalah menumbuhkan perubahan-perubahan yang
lebih terarah pada usahatani yang meliputi: perubahan pengetahuan, kecakapan,
sikap, dan tindakan petani keluarganya melalui peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Berubahnya perilaku petani dan keluarganya diharapkan
dapat mengelola usahataninya dengan produktif, efektif, dan efisien. Tujuan
jangka panjang yaitu meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraan
petani yang diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis bertani, usahatani, dan
kehidupan petani dan masyarakatnya.
Fungsi penyuluhan pertanian paling utama adalah memfasilitasi dan
memotivasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha agar tercapai
tujuan pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan peningkatan modal
sosial, sehingga mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber
daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup. Adanya program Pengembangan Usaha
Agribisnis di Perdesaan (PUAP), fungsi penyuluhan pertanian memfalisitasi
dalam bimbingan, pendampingan dan advokasi pengelolaan usaha agribisnis di
perdesaan, memfalisitasi dan memotivasi penumbuhan dan pengembangan
kelompok tani serta gabungan kelompok tani. Pelaksanaan tugas tersebut
penyuluh juga berperan sebagai fasilitator (Pradiana dan Haryanto, 2011).
Menurut Roep dalam Leeuwis (2009), inovasi didefinisikan dengan lebih
pragmatis, dalam hal penerapan yang berhasil. Sebuah inovasi dipahami sebagai
keseluruhan kerja baru atau yang ditata kembali. Hal itu dapat merupakan cara
baru melakukan sesuatu atau bahkan melakukan hal-hal baru, tetapi hal tersebut
baru dianggap inovasi jika betul-betul dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-

hari. Inovasi tidak hanya terdiri atas peralatan teknis atau prosedur baru, namun
juga praktik-praktik baru atau yang diadaptasi manusia, termasuk kondisi-kondisi
dari praktik-praktik ysng dirancang untuk terjadi.
2.3 Materi Penyuluhan Pertanian
Diseminasi pada hakekatnya adalah suatu kegiatan menyampaikan materi
berupa informasi maupun teknologi yang ditujukan kepada seseorang atau
sekelompok target agar mereka memperoleh, timbul kesadaran menerima, dan
akhirnya memanfaatkan informasi dan teknologi tersebut.hal ini merupakan
sebuah proses komunikasi yang bertujuan dan terarah, yang melibatkan pihak
pengirim pesan (sender), saluran (channel), dan penerima (receiver). Teori
sederhana ini telah berkembang menjadi berbagai varian, tergantung kepada
komponen dan materi informasi yang disampaikan, serta lingkungan sosial
ekonomi dimana kegiatan dijalankan (Syahyuti, 2014).
Materi yang akan disampaikan nantinya disesuaikan dengan permasalahan
yang terjadi dilapangan. Materi juga harus sesuai dengan kebutuhan para petani
pada saat itu, misalnya apabila mereka kurang mengetahui tentang cara
pemupukan pada tanaman dengan 5 T (tepat guna, tepat waktu, tepat jenis, tepat
dosis, dan tepat cara), maka penyuluh akan menyaampaikan materi tersebut
kepada petani karena petani lebih membutuhkan pengetahuan tentang pemupukan
tanaman. Hal tersebut walaupun sudah sesuai kebutuhan petani, penyuluh juga
harus menuangkan semuanya kedalam topic of visit (Rasyid, 2012).
Menurut

Yahya

(2013),

sumber

materi

penyuluhan

pertanian

dikelompokkan menjadi beberapa sumber diantaranya:


1. Sumber resmi dari instansi pemerintah, seperti: kementrian atau dinas terkait,
lembaga penelitian dan pengembangan, pusat-pusat pengkajian, pusat-pusat
informasi, dan pengujian lokal yang dilaksanakan oleh penyuluh.
2. Sumber resmi dari lembaga swasta /lembaga swadaya masyarakat yang
bergerak dibidang penelitian, pengkajian, dan penyebaran informasi.
3. Pengalaman petani, baik itu pengalaman usahataninya sendiri atau hasil dari
petak pengalaman yang dilakukan secara khusus dengan atau tanpa
bimbingan penyuluhannya.

4. Sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya: informasi pasar dari para
pedagang, perguruan tinggi, dan lain-lain.
Jenis-jenis materi penyluhan pertanian yang akan disampaikan penyuluh
kepada sasaran dikelompokkan menjadi:
1. Materi Pokok (vital), merupakan materi yang benar-benar dibutuhkan dan
harus diketahui oleh sasaran utamanya. Materi pokok sedikitnya mencakup
50% dari seluruh materi yang disampaikan.
2. Materi Penting (important), berisi dasar pemahaman tentang segala sesuatu
yang berkaitan dengan kebutuhan yang dirasakan oleh sasarannya. Materi
penting diberikan sekitar 30% dari seluruh materi yang disampaikan.
3. Materi Penunjang (helpful), masih berkaitan dengan kebutuhan yang
dirasakan yang sebaiknya diketahui oleh sasaran untuk memperluas
cakrawala pemahamannya tentang kebutuhan yang dirasakannya itu. Materi
ini maksimal disampaikan 20% dari seluruh materi yang akan disampaikan.
4. Materi Mubazir (super flous), materi ini sebenarnya tidak perlu dan tidak ada
kaitannya dengan kebutuhan yang dirasakan oleh sasaran. Karena itu dalam
setiap kegiatan penyuluhan sebaiknya justru dihindari penyampaian materi
seperti ini (Yahya, 2013).
2.4 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian
Menurut Sigit (2013), pelaksanaan penyuluhan pertanian akan berjalan
baik jika metode yang diterapkan sesuai dengan ruang lingkup perencanaan
penyuluhan. Penyuluhan pertanian terdiri dari beberapa penerapan metode,
diantaranya: metode dengan pendekatan massal, pendekatan kelompok, dan
pendekatan perorangan. Ketiga metode tersebut jika dijabarkan lagi akan menjadi
beberapa penerapan dalam penyuluhan pertanian yaitu seperti: ceramah, kaji
terap, karya wisata, kunjungan rumah dan tempat usaha, kursus tani, magang,
mimbar sarasehan, obrolan sore, pameran, pemberian penghargaan, pemutaran
film, penempelan poster, penyebaran brosur, folder, leaflet dan majalah,
perlombaan/unjuk ketangkasan, pertemuan diskusi, pertemuan umum, rembug
paripurna, rembug utama, siaran pedesaan melalui radio dan televisi, temu akrab,
temu karya, temu lapang, temu tugas, temu usaha, temu wicara, dan widya wisata.

10

1. Ceramah adalah penyampaian materi tanpa banyak partisipasi dalam bentuk


pertanyaan atau diskusi dari pihak peserta. Tujuannya menyampaikan fakta/
kenyataan dan untuk menyimpulkan pokok-pokok yang penting dan baru.
a) Kelemahannya bersifat verbalisme sehingga sulit untuk menangkap
pesan, dan terlalu lama bisa membosankan.
b) Keunggulannya kelas mudah dikuasai.
c) Faktor lain yang mendukung kelancaran komunikasi yaitu akan mudah
diterima apabila pembicara orang bersemangat.
2. Demonstrasi merupakan suatu metode penyuluhan di lapangan untuk
memperlihatkan secara nyata tentang hasil penerapan teknologi pertanian
yang telah terbukti menguntungkan bagi petani. Berdasarkan sasaran yang
akan dicapai, maka demonstrasi dibedakan atas:
Petak percontohan (dem plot), yaitu demonstrasi yang dilakukan
secara perorangan (petani) dengan mengusahakan komoditas tertentu

dengan areal 0,10,5 hektar untuk komoditas yang diusahakannya.


Demonstrasi usaha tani (dem farm) merupakan demonstrasi yang
dilakukan dengan cara kerjasama oleh petani dalam suatu kelompok

tani, dengan areal > 5 hektar untuk komoditas yang diusahakannya.


Demonstrasi usaha tani gabungan kelompok (dem area) merupakan
demonstrasi yang dilakukan secara kerja sama antar kelompok tani
dalam satu wilayah yang tergabung dalam satu gabungan kelompok

tani, dengan areal > 50 hektar untuk komoditas yang diusahakannya.


a) Tujuan pelaksanaan adalah untuk memberikan contoh bagi petani di
sekitarnya untuk menerapkan teknologi baru di bidang pertanian.
b) Keunggulannya teknologi spesifik lokal.
c) Kelemahannya memakan waktu lama dan sumberdaya yang dipakai
besar.
3. Kaji Terap adalah metode untuk meningkatkan kemampuan petani nelayan
dalam memilih paket teknologi usaha tani yang telah direkomendasikan
sebelum didemonstrasikan dan atau dianjurkan.
a) Tujuannya meyakinkan paket teknologi usaha tani yang paling sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan serta kondisi usaha tani-nelayan dan
sosial ekonomi petani.
b) Kegunaannya mengurangi resiko kegagalan usaha tani melalui pemilihan
teknologi yang paling sesuai dengan usaha tani terpadu.

11

c) Keunggulannya dapat merangsang kontak tani.


d) Kelemahannya kurang cepat dapat menyerap peserta, dan biaya besar.
4. Karya Wisata adalah kegiatan perjalanan secara bersama yang dilakukan oleh
sejumlah petani untuk mempraktikkan hasil suatu pengajaran.
a) Tujuannya meyakinkan para petani dengan memberikan kesempatan
kepada mereka untuk melihat sendiri hasil penerapan teknologi baru.
b) Keunggulannya memberikan motivasi kepada petani untuk melakukan
suatu kegiatan.
c) Kelemahannya biayanya relatif mahal.
5. Kunjungan rumah (anjangsana) dan tempat usaha (anjang karya) adalah suatu
kunjungan terencana yang dilakukan oleh penyuluh ke rumah/tempat usaha
petani dengan suatu tujuan tertentu.
a) Tujuannya menumbuhkan kepercayaan diri petani dan keluarganya.
b) Keunggulannya masalah-masalah yang timbul dapat dipecahkan secara
langsung dan mempercepat proses adopsi.
c) Kelemahannya metode ini relatif mahal dan memakan banyak waktu.
6. Kursus tani adalah kursus atau proses belajar mengajar yang khusus
diperuntukkan bagi petani dan keluarganya yang diselenggarakan secara
sistematis, teratur, dan dalam jangka waktu tertentu.
a) Tujuannya meningkatkan pengetahuan dan kecakapan petani dalam
memecahkan masalah dan menumbuhkembangkan kepentingan keluarga
tani.
b) Keunggulannya sangat efektif untuk mengajarkan pengetahuan dan
keterampilan secara mendalam dan sistematis.
c) Kelemahannya metode ini relatif mahal serta memerlukan persiapan dan
pelaksanaan yang cermat.
7. Magang di bidang pertanian adalah suatu proses belajar mengajar antar
petani, dimana seorang petani belajar dari pengalaman kerjanya.
a) Tujuannya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani.
b) Persyaratan pemagang yaitu: bersedia untuk mengajar, bersedia bekerja
di lingkungan usaha petani pengajar dan tinggal bersama keluarga petani
pengajar bila berasal dari daerah lain, dan bersedia menanggung biaya
selama magang.
c) Prinsip-prinsip penyelenggaraan belajar mengajar sebagai berikut:
1) Pemagang mempunyai minat terhadap bidang yang akan dipelajari,
2) Pemagang menghayati tujuan belajar dan merasakan kegunaannya,
3) Pemagang mendapat kesempatan yang cukup untuk berlatih selama
magang, terutama dalam memecahkan masalah yang dihadapi,

12

4) Pemagang merasa senang dan puas terhadap lingkungan belajar,


pengajar, dan hasil belajarnya,
5) Materi yang dipelajari harus merupakan peningkatan dan tambahan
pengetahuan dan pengalaman bagi pemagang.
8. Mimbar sarasehan merupakan forum konsultasi antara kelompok andalan
(KTNA) dengan pihak pemerintah yang diselenggarakan secara periodik dan
berkesinambungan dalam rangka pembangunan pertanian.
a) Tujuannya memahami keadaan dan masalah-masalah yang dihadapi
dalam pembangunan pertanian di lapangan.
9. Obrolan sore adalah suatu proses percakapan antar petani ataupun antar
wanita tani, yang dilakukan dengan santai dan akrab. Waktu yang dianggap
paling santai adalah sore hari, ketika petani sudah tidak kerja.
b) Tujuannya meningkatkan dan memperluas pengertian dan pengetahuan
tentang pertanian.
c) Keunggulannya membuat perluasan anjuran teknologi pertanian oleh
penyuluh pertanian terhadap petani.
10. Pameran adalah usaha memperlihatkan atau mempertunjukkan model, contoh,
barang, peta, grafik, gambar, poster, benda hidup dan sebagainya secara
sistematis pada suatu tempat tertentu. Suatu pameran melingkupi tiga tahap
usaha

komunikasi,

yaitu

menarik

perhatian,

menggugah

hati

dan

membangkitkan keinginan, serta bila mungkin tahap meyakinkan diharapkan


dapat juga tercapai.
a) Tujuannya membiasakan orang-orang dengan norma-norma yang lebih
baik dan menumbuhkan pengertian dan apresiasi terhadap pembangunan
pertanian.
b) Keunggulannya dapat menjangkau sasaran yang buta huruf, mempunyai
efek publisitas, dan menarik perhatian macam-macam golongan
masyarakat.
c) Kelemahannya memerlukan banyak persiapan dan biaya.
11. Pemberian penghargaan adalah kegiatan sebagai tanda ucapan terima
kasih/penghargaan kepada petani atas jasa-jasa/prestasinya khususnya dalam
bidang pertanian dalam kurun waktu tertentu.
a) Tujuannya meningkatkan gairah kerja dan prestasi dalam pembangunan
di bidang pertanian.

13

b) Keunggulannya merangsang peserta untuk meningkatkan prestasi dalam


kegiatan tertentu, mengefektifkan kegiatan, dan memberikan pengaruh
yang luas dan melibatkan lembaga/badan lain.
c) Kelemahannya membutuhkan biaya tambahan pelaksanaan, dan hanya
melibatkan beberapa orang peserta.
12. Pemutaran film adalah metode penyuluhan dengan menggunakan alat film
yang bersifat visual dan massal, serta menggambarkan proses sesuatu
kegiatan.
a) Tujuannya menumbuhkan dan mengembangkan perhatian dan minat
petani.
b) Keunggulannya metode pemutaran film akan lebih menarik dan berkesan
bagi petani.
c) Kelemahannya tidak terdapat komunikasi dua arah.
13. Penempelan poster adalah metode menggunakan gambar dan sedikit kata-kata
yang dicetak pada sehelai kertas/bahan lain yang berukuran tidak kurang dari
45 cm x 60 cm, dan ditempelkan pada tempat-tempat yang sering dilalui
orang.
a) Tujuannya melengkapi dan memperkuat metode penyuluhan yang lain.
b) Keunggulannya mendorong orang untuk berbuat mengikuti ide dalam
poster tersebut.
c) Kelemahannya kurang lengkap memberikan keterangan.
14. Penyebaran brosur, folder, leaflet dan majalah adalah metode penyuluhan
yang menggunakan brosur, folder, leaflet dan majalah yang dibagikan kepada
masyarakat pada saat tertentu.
a) Tujuannya mempublikasikan atau menyebarluaskan informasi pertanian.
b) Keunggulannya materi penyuluhan dapat diberikan secara lebih lengkap
dan jelas.
c) Kelemahannya kesulitan dalam menyusun kalimat yang sesuai dengan
bahasa komunikasi petani.
15. Perlombaan/unjuk ketangkasan adalah suatu kegiatan dengan aturan tertentu
untuk menumbuhkan persaingan yang sehat antar petani.
a) Tujuannya menarik perhatian petani terhadap suatu hal dalam usaha tani.
b) Berdasarkan jumlah peserta dan pendekatan penyuluhan, yaitu:
1) Perlombaan perorangan.
2) Perlombaan kelompok.
3) Perlombaan massal.
c) Keunggulannya secara swadaya meningkatkan mental.

14

d) Kelemahannya apabila perencanaannya kurang baik akan sangat


mempengaruhi tercapainya tujuan perlombaan.
16. Pertemuan diskusi adalah suatu pertemuan yang jumlah pesertanya tidak lebih
dari 20 orang.
a) Tujuannya mengajak petani untuk membicarakan dan memecahkan
masalah yang berkaitan dengan penerapan teknologi baru dan lainnya.
b) Keunggulannya menumbuhkan kreativitas.
c) Kelemahannya kemungkinan sulit untuk mendapat orang-orang yang
dapat berpartisipasi dengan baik dalam diskusi.
17. Pertemuan umum adalah suatu rapat atau pertemuan yang melibatkan instansi
pemerintah terkait.
a) Tujuannya melayani kepentingan orang banyak secara efektif dan efisien.
b) Keunggulannya mengetahui reaksi dan pendapat masyarakat terhadap
sesuatu gagasan.
c) Kelemahannya pembahasan masalah tidak dapat mendalam.
18. Rembug paripurna merupakan pertemuan/musyawarah kontak tani andalan
yang dihadiri oleh utusan/wakil KTNA.
a) Tujuannya melakukan konsolidasi kepengurusan dan kegiatan KTNA.
b) Keunggulannya merupakan wadah pertukaran informasi.
c) Kelemahannya tidak dapat menyerap peserta lebih banyak.
19. Rembug utama merupakan pertemuan kelompok kontak tani andalan dalam
rangka menilai, memperbaiki, mengembangkan kontak tani-nelayan dalam
kegiatan pembangunan pertanian.
a) Tujuannya mengevaluasi perkembangan pelaksanaan hasil pertemuan.
b) Keunggulannya keterpaduan KTNA dengan instansi terkait dapat terjalin.
c) Kelemahannya tidak dapat dipakai untuk topik yang lain.
20. Siaran pedesaan melalui radio adalah siaran khusus yang ditujukan bagi para
petani dan keluarganya dengan maksud menyebarkan secara cepat informasiinformasi dan pengetahuan baru di bidang pertanian seluas-luasnya. Siaran
pedesaan selain melalui radio juga dapat dilakukan melalui televisi.
a) Tujuannya membangkitkan kesadaran dan perhatianpetani.
b) Keunggulannya metode ini relatif murah, sangat cepat dan meluas.
c) Kelemahannya tidak langsung, tidak spesifik dan tidak dapat
mengajarkan keterampilan.
21. Surat menyurat kepada perorangan merupakan metode yang bermanfaat
untuk:
1) Menyampaikan dan memperoleh informasi.
2) Memperoleh dukungan kerja sama.
3) Memberikan penghargaan atas prestasi kerja.

15

4) Memberikan saran, misalnya tentang pelaksanaan demonstrasi hasil.


5) Menghindarkan salah pengertian.
6) Surat menyurat sebaiknya pendek, menggunakan bahasa yang jelas.
22. Temu akrab adalah ramah tamah antara peserta suatu pertemuan dari tingkat
desa, kecamatan, provinsi atau nasional.
a) Tujuannya untuk saling mengenal secara pribadi.
b) Keunggulannya dapat lebih mempererat hubungan sesama peserta
pertemuan.
23. Temu karya adalah pertemuan antar petani untuk bertukar pikiran.
a) Tujuannya membuka kesempatan tukar-menukar pengalaman.
b) Keunggulannya untuk menumbuhkan keyakinan petani dalam penerapan
teknologi pertanian.
24. Temu lapang adalah pertemuan antara para petani dengan peneliti.
a) Tujuannya membuka kesempatan bagi petani untuk mendapatkan
informasi teknologi hasil pertanian.
b) Keunggulannya jumlah sasaran dapat lebih besar.
c) Kelemahannya tidak dapat digunakan untuk membahas masalah secara
mendalam.
25. Temu tugas adalah pertemuan berkala antara pengemban fungsi penyuluhan,
penelitian, pengaturan dan pelayanan dalam SKPD (Satuan Kerja Perangkat
Daerah) lingkup pertanian.
a) Tujuannya mencapai suatu kesatuan pandangan.
b) Keunggulannya merupakan tempat tukar-menukar.
c) Kelemahannya tidak dapat dipakai untuk membahas masalah secara
mendalam, waktu tukar pikiran terbatas.
26. Temu usaha adalah pertemuan antara petani dengan pengusaha di bidang
pertanian.
a) Tujuannya menumbuhkan rangsangan ke arah usaha tani komersial.
b) Keunggulannya menumbuhkan kegiatan usaha tani yang berorientasi
kepada pasar, sehingga keuntungan yang diperoleh petani meningkat.
27. Temu wicara adalah pertemuan antara petani dengan pemerintah.
a) Tujuannya meningkatkan pengetahuan dan pengertian petani tentang
pembangunan pertanian pada khususnya serta pembangunan nasional
pada umumnya.
b) Keunggulannya dapat menumbuhkan komunikasi tatap muka dan saluran
umpan balik yang sehat, antara penentu kebijakan pembangunan
pertanian dengan petani.
28. Widyawisata adalah suatu perjalanan bersama yang dilakukan oleh kelompok
tani.

16

a) Tujuannya meyakinkan peserta dengan memberikan kesempatan kepada


mereka untuk melihat sendiri hasil penerapan suatu teknologi.
b) Keunggulannya membina keakraban di antara peserta dan antara peserta
dengan petani/kelompok yang dikunjungi.
Menurut Sigit (2014), penerapan salah satu metode yang akan digunakan
oleh penyuluh pertanian dari beberapa metode membutuhkan media. Media
merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa Latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti
perantara yaitu perantara sumber pesan (source) dengan penerima pesan
(receiver). NEA (National Education Association) memaknai media sebagai
segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau
dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Berikut
ini beberapa klasifikasi media penyuluhan, yaitu:
1. Klasifikasi media penyuluhan pertanian berdasarkan panca indera:
a. Media benda sesungguhnya, rangsangan melalui seluruh pancaindera
antara lain: spesimen, monster, sample.
b. Media audio-visual rangsangan melalui indera pendengaran dan indera
penglihatan antara lain : film, siaran televisi, video.
c. Media Visual, melalui indera penglihatan antara lain : film, slide, foto,
poster.
d. Media Audio, rangsangan melalui indera pendengaran antara lain : kaset
rekaman, siaran radio.
2. Klasifikasi media penyuluhan pertanian berdasarkan daya liput/jumlah
sasaran.
a. Media Massal antara lain: siaran radio, siaran televisi dan media cetak.
b. Media Kelompok antara lain: film, slide, kaset rekaman, transparansi.
c. Media individual antara lain : benda sesungguhnya, specimen.
3. Klasifikasi media penyuluhan pertanian berdasarkan tingkat pengalam belajar
terdiri dari :

17

a. Media yang memberikan pengalaman belajar secara kongkrit melalui


kehidupan

masyarakat

antara

lain

benda

sesunguhnya,

petak

percontohan, spesimen.
b. Media yang memberi pengalaman belajar melalui benda/situasi tiruan
antara lain: simulasi, permainan, model.
c. Media yang memberi pengalaman belajar melalui audio-visual aids
(AVA) antara lain : film,slide, kaset dan rekaman.
d. Media yang memberi pengalam belajar melalui kata-kata baik lisan atau
tertulis antara lain : buku, majalah, ceramah.
4. Klasifikasi media penyuluhan pertanian berdasarkan bentuk/karakteristik
media :
a. Media

benda/situasi

sesungguhnya

antara

lain

percontohan

tanaman/ternak.
b. Media berupa/situasi tiruan antara lain: model, simulasi, permainan
simulasi.
c. Media terproyeksi antara lain : film, siaran TV, film slide.
d. Media tercetak misalnya poster, leaflet, folder, liptan.
e. Media terekam misalnya : kaset, siaran radio, CD, VCD, DVD.
5. Klasifikasi media penyuluhan pertanian berdasarkan fungsinya sebagai
penyaluran pesan pada penyuluhan pertanian, media penyuluhan dibagi
menjadi 3 yakni :
a. Media cetak.
b. Media elektronik.
c. Media luar ruangan.
Menjadikan kelompok tani sebagai kelas belajar merupakan tugas
penyuluh pertanian melalui bimbingan secara berkelanjutan. Materi penyuluhan
pertanian yang berkaitan dengan penguatan kelompok tani sebagai kelas belajar.
Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas
dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi dan
sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggotanya (Permentan Nomor: 273/Kpts/OT.160/4/2007). Kelompok tani
ditumbuh kembangkan dari, oleh dan untuk petani yang saling mengenal, akrab,
saling percaya, mempunyai kepentingan yang sama dalam berusahatani, kesamaan

18

dalam tradisi/pemukiman/ hamparan usahatani dan lain-lain. Pengembangan


kelompok tani memiliki tiga fungsi yaitu sebagai kelas belajar, wadah kerjasama
dan unit produksi. Kelas belajar kelompok tani merupakan wadah belajar
mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani
sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan
yang lebih sejahtera (Rusmono, 2012).
Menurut Coser dalam Ekasari (2014), penyelenggaraan penyuluhan
pertanian dengan berbagai pendekatan dan metode melibatkan pelaku yang
beragam.

Keberagaman

ini

pada

akhirnya

menimbulkan

kompleksitas

didalamnya. Kompleksitas yang akan muncul pada saat penyelenggaraan


penyuluhan pertanian antara lain kompleksitas program, kompleksitas pelaku, dan
kompleksitas interaksi antar pelaku yang terlibat dalam kegiatan penyuluhan
pertanian. Kompleksitas yang tidak terkoordinasi dengan baik akan menyebabkan
terjadinya disharmoni yang berpotensi konflik. Konflik pasti selalu ada dalam
berbagai bentuk kehidupan manusia, namun konflik yang sering ada konflik
fungsional dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendampingan penyuluhan kepada penerima manfaat (Poktan, Gapoktan,
GP3A, dan UPJA) dilakukan oleh Penyuluh Pertanian PNS dan THL-TBPP
berkoordinasi dengan petugas lapang/ perangkat UPTD yang menangani tanaman
pangan di lapang. Kerjasama pemantauan ini meliputi pemantauan penyaluran
benih, pupuk dan alsintan kepada kelompok penerima manfaat, pendampingan
pelaksanaan kegiatan (pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan dan panen),
penyusunan dan penyampaian laporan. Pendampingan lapang dilakukan secara
intensif oleh penyuluh (Wibawa, 2014).
2.5 Evaluasi Penyuluhan Pertanian
Program/kegiatan yang sudah terlaksana seharusnya diakhiri dengan
evaluasi kegiatan sebelumnya. Evaluasi yang dilakukan dimaksudkan untuk
melihat kembali apakah suatu proses/kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan dan tujuan yang diharapkan. Berdasarkan hasil evaluasi itu kemudian

19

diambil keputusan, apakah suatu program akan diteruskan , direvisi, atau bahkan
diganti. Evaluasi merupakan suatu proses pengumpulan informasi melalui
pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tertentu untuk mengambil
suatu keputusan. Dasarnya evaluasi suatu kegiatan menguji atau menilai
pelaksanaan suatu program (Yulianto, 2011).
Keberhasilan belajar mengajar dikelompok tani perlu dilakukan evaluasi
hasil belajar. Evaluasi ini dilakukan dengan mengamati beberapa anggota
kelompok tani yang menerapkan inovasi teknologi dan berhasil. Perlu dianalisis
penyebab ketidakberhasilan, serta penyebab anggota kelompok tani yang tidak
menerapkan hasil belajar mengajar. Penyebab yang sudah diketahui dilakukan
pengevaluasian bersama penyuluh lainnya. Hal tersebut bertujuan agar
penyuluhan selanjutnya dapat diterima dengan mudah oleh petani serta kelompok
tani (Rusmono, 2012).
Menurut Soedijanto dalam Yulianto (2011), menyatakan bahwa evaluasi
adalah sebuah proses yang terdiri dari urutan rangkaian kegiatan mengukur dan
menilai. Evaluasi program penyuluhan/pelatihan perlu dilakukan, apakah kegiatan
tersebut dapat menghasilkan perubahan dan perbaikan serta meningkatkan
kemampuan pesertanya. Evaluasi mengalami implikasi pada takaran praktis yaitu
diabaikan atau tidak dilakukan, diperhatikan namun dilakukan secara tidak benar,
tidak dipahami secara komprehensif, dan mengalami reduksi makna.
2.6 Model Komunikasi Penyuluhan Pertanian
Gerad E. Miler mengemukakan dalam Pradiana dan Haryanto (2011),
bahwa

komunikasi

sebagai

situasi

yang

memungkinkan

suatu

sumber

mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk


mempengaruhi perilaku penerima. Proses komunikasi minimal terdiri dari tiga
unsur utama yaitu pengirim pesan, pesan itu sendiri dan target penerima pesan.
Salah satu jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi adalah
komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi. Kata komunikasi
berasal dari bahasa Latin, Communis, yang berarti membuat kebersamaan atau
membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih, jadi tujuan dari komunikasi

20

agar antar pngirim dan penerima memiliki satu makna untuk saling memahami
makna pesan.
Komunikasi merupakan proses pengiriman pesan atau informasi oleh
komunikator atau penyuluh kepada komunikan atau petani, tetapi dalam proses
pengiriman tersebut dibutuhkan suatu keterampilan dalam memaknai pesan, baik
oleh komunikator ataupun komunikan sehingga dapat membuat sukses pertukaran
informasi. Komunikasi dan metode penyuluhan yang dipakai merupakan hal
terpenting dalam suatu kegiatan penyuluhan agar terciptanya kondisi yang
diharapkan dari kegiatan penyuluhan tersebut. Proses penyuluhan dibutuhkan
keahlian dan keterampilan berkomuikasi bagi seorang penyuluh dalam
mensosialisasikan program-program yang ingin dijalankan (Rasyid, 2012).
Menurut Mulyana dalam Aminah, dkk (2014), perkembangan komunikasi
meliputi tiga kerangka konsep yaitu komunikasi sebagai tindakan satu arah
(linier), interaksional dan transaksional.
a. Proses komunikasi linier adalah pesan dari pengirim kepada penerima dengan
tujuan agar terjadinya perubahan perilaku.

Pengirim
pesan

Penerima
pesan

Gambar 2. 1. Proses Komunikasi Linier

b. Proses komunikasi interaksional adalah adanya umpan balik dimana pesan


yang disampaikan penerima pesan kepada pengirim pesan atau sumber pesan
sebagai petunjuk mengenai efektivitas komunikasi yang disampaikan
sebelumnya.
Pengirim
pesan

Penerima
pesan

Gambar 2. 2. Proses Komunikasi Interaksional

c. Proses komunikasi transaksional, komunikasi dianggap berlangsung bila


seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain baik verbal maupun non
verbal.
Pengirim
pesan

Penerima
pesan

21

Penerima
Pengirim
pesan
pesan
Gambar 2. 3. Proses Komunikasi Transaksional
Menurut Wiriatmadja dan Hamilton dalam Ekasari (2014), pergeseran
paradigma penyuluhan dari sistem transfer teknologi menjadi penyuluhan
partisipatif telah terjadi seiring dengan perkembangan model dan sistem
komunikasi persuasif dialogis. Petani dan keluarganya mulai dapat mengelola
usaha taninya dengan penuh kesadaran dan mampu melakukan piihan-pilihan
yang tepat dari alternatif yang ada. Keikutsertaan petani secara aktif merupakan
proses

pembelajaran

untuk

meghasilkan

dan

memanfaatkan

informasi,

membangun jaringan kerjasama dengan memperkuat sistem kelembagaan


masyarakat lokal yang merupakan bekal untuk mengubah pandangan hidup petani
dan pendapatannya.

BAB 3. GAMBARAN UMUM


3.1. Gambaran Umum Desa Sidodadi
Desa Sidodadi merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Tempurejo Kabupaten Jember. Desa Sidodadi terletak berada di sebelah selatan
dari ibu kota Kecamatan Tempurejo dengan jarak 9 km dan jarak dari ibu kota
kabupaten 30 km. Desa Sidodadi termasuk dalam desa swadaya yang sebagian
besar penduduknya mampu menghidupi keluarganya dengan usaha sendiri. Desa
Sidodadi mempunyai luasan wilayan yang berbatasan dengan beberapa daerah.
Sebelah utara Desa Sidodadi berbatasan dengan Desa Jatimulyo, dan Desa
Pondokrejo, sebelah selatan berbatasan dengan Desan Wonoasri dan Desa
Andongsari sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Desa Curahtakir dan
Desa Pondokrejo dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Pontang.
Desa Sidodadi memiliki luas wilayah 26,80 km 2 (atau 2.680 ha) dengan
ketinggian tempat hingga 200 meter di atas permukaan laut. Desa Sidodadi terdiri
dari 3 dusun yaitu Dusun Krajan, Dusun Jatirejo, dan Dusun Mandikku. Wilayah
Sidodadi sebagian besar merupakan hutan seluas 1.785,52 ha. Luas lahan
pertanian menurut jaringan irigasinya yang dibentuk dari tahun 1960, dengan
pembagian lahan sebagai lahan teknis sebanyak 270 ha sedangkan lahan non
teknis sebesar 36 ha. Perkembangan jumlah penduduk tersebut berkaitan erat
dengan program peningkatan ketahanan pangan dengan salah satu indikatornya
adalah terpenuhinya pangan baik dalam jumlah, mutu, keamanan yang dapat
dijangkau secara fisik maupun ekonomi. Jumlah penduduk di Desa Sidodadi
mencapai 10.150 jiwa dengan rincian jumlah penduduk laki-laki sejumlah 5.138
jiwa dan penduduk perempuan sejumlah 5.012 jiwa. Penduduk Desa Sidodadi
berprofesi sebagai buruh angkut, pekerja konstruksi, industri kerajinan dan
wiraswasta. Mayoritas penduduk Desa Sidodadi yang bekerja sebagai petani
mencapai 1.989 orang dengan penghasilan petani tersebut sebagian besar berasal
dari pembudidayaan tanaman tembakau.
Desa Sidodadi memiliki bentuk tipologi berupa persawahan. Komoditas
pangan unggulan di desa tersebut yaitu padi, jagung dan palawija dengan jenis
22

23

kacang kedelai sedangkan komoditas perkebunan unggulan berupa tembakau.


Sumberdaya manusia di Desa Sidodadi tergolong sudah maju, hal tersebut dapat
terlihat dari mayoritas penduduk desa yang berpendudukan SMK sederajat serta
terdapat beberapa penduduk yang berpendidikan strata 2 di perguruan tinggi.
Tingkat kemakmuran penduduk Desa Sidodadi juga sudah terbilang baik karena
didominasi oleh kelarga sejahtera tingkat pendidikan tinggi.
Desa Sidodadi memiliki saran dan prasarana berupa kantor desa atau
kelurahan, sarana pendidikan dan sarana kesehatan. Jumlah fasilitas sarana
pendidikan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK. Jumlah lembaga pendidikan
negeri di desa tersebut sebanyak 6 lembaga yang terdiri dari SDN Sidodadi 01,
SDN Sidodadi 02, SDN sidodadi 03, SDN sidodadi 04, SDN sidodadi 05 dan
SDN sidodadi 06 sedangkan lembaga pendidikan swasta terdiri dari 7 lembaga
yang terdiri dari MIS Al Qodiri Asro, MIS Hidayatul Mubtadiin, MIS Sunan Giri,
MTSS Hidayatul Mubtadiin, SMKS Hidayatul Mubtadiin, SMPS PGRI 2
Tempurejo dan SMPS Al Maufi Tempurejo. Fasilitas kesehatan di Desa Sidodadi
terdiri dari 1 gedung puskesmas pembantu dengan tenaga kesehatan meliputi
seorang bidan, mantri kesehatan, 8 dukun bayi dan tenaga medis lainnya sebanyak
2 orang. Infrastruktur yang terdapat di Desa Sidodadi Kecamatan Tempurejo
Kabupaten Jember tergolong sudah bagus terlihat dari tidak adanya lubang pada
jalanan. Infrastruktur lainnya adalah masjid yang terdapat di Desa Sidodadi
Kecamatan Tempurejo. Banyaknya jumlah masjid yang ada di Desa Sidodadi
mencirikan bahwa masyarakatnya mayoritas beragama Islam.
Mayoritas masyarakat Desa Sidodadi Kecamatan Tempurejo menggunakan
Bahasa Jawa, sebagian kecil masyarakat menggunakan Bahasa Madura, karena
mayoritas masyarakat Desa Tempurejo merupakan masyarakat asli Jawa.
Mayoritas keluarga disana menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa keseharian
namun penggunaan Bahasa Indonesia tetap digunakan apabila berbicara dengan
orang dari luar daerah. Penciri masyarakat di sebagian atau mungkin di seluruh
desa Indonesia yaitu memiliki tradisi. Masyarakat Desa Tempurejo yang
mayoritas berkebudayaan jawa memiliki tradisi yang masih dipertahankan dan
dilaksanakan hingga saat ini yaitu tradisi slamatan sebelum penanaman dan

24

setelah panen. Masyarakat Desa Sidodadi juga menjunjung tinggi sikap gotong
royong seperti ketika ada masyarakat setempat yang ingin membangun sarana dan
prasarana desa. Masyarakat Desa Sidodadi melaksanakan pengajian setiap malam
jumat dengan tujuan mempererat tali silaturahmi antar sesama warga desa.
Pengajian dilakukan secara bergiliran di setiap rumah warga Desa Sidodadi.
3.2. Gambaran Umum Kelompok Tani Margo Utomo
Desa Sidodadi merupakan salah satu desa yang memiliki suatu lembaga
yang berupa kelompok tani. Kelompok tani yang ada di Desa Sidodadi tersebut
merupakan kelompok yang masih aktif dalam bidang pertanian. Kelompok tani
merupakan fasilisator atau penghubung antara petani dengan seorang penyuluh.
Desa Sidodadi terdiri dari 9 kelompok tani yakni kelompok tani Karya Tani,
Margo Utomo, Sumber Urip, Taruna Tani, Moro Seneng, Tani Makmur, Ngudi
rejeki, Sakera dan Ngudi Rahayu. Kelompok tani Margo Utomo merupakan salah
satu kelompok tani yang tergabung dalam GAPOKTAN di Dusun Krajan Desa
Sidodadi yang berdiri pada tahun 1996. Kelompok tani tersebut didirikan oleh
penyuluh dan ketua kelompok tani pertama bernama Bapak Boimin. Kelompok
tani Margo Utomo memiliki arti yakni sesuatu yang diutamakan dan sebuah
kesepakatan bersama anggota.
Pembentukan kelompok tani Margo Utomo awalnya dilakukan oleh PPL
(Penyuluh Pertanian Lapang) dengan cara mengumpulkan para petani di Desa
Sidodadi. Tujuan dibentuknya kelompok tani tersebut yaitu pemerintah daerah
ingin meningkatkan swasembada pangan. Perkembangan kelompok tani Margo
Utomo sejak awal terbentuk hingga saat ini semakin baik. Perkembangan
kelompok tani yang semakin baik tersebut terlihat dengan peningkatan jumlah
anggota yang pada awalnya hanya berjumlah 36 orang menjadi 59 orang.
Kelompok tani tersebut aktif dalam kegiatan pertanian.
Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) merupakan fasilisator antara petani
dengan pemerintah yang dapat diterima oleh masyarakat setempat terutama
petani. Adanya PPL membuat petani dapat bertukar pendapat dengan penyuluh
dan memudahkan untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah. Program

25

penyuluhan yang diberikan penyuluh tersebut telah sebagian besar diterapkan oleh
anggota kelompok tani Margo Utomo, sebab anggota kelompok tani tersebut
beranggapan bahwa penyuluh sebagai seorang yang mempunyai pengerahuan
lebih yang dapat memberikan arahan, maka kelompok tani berkeinginan
melaksanakan informasi yang diberikan oleh penyuluh tersebut. Petani sangat
percaya bahwa program dari penyuluh sagat bagus untuk dilaksanakan dan hal
tersebut telah terukti dengan usahatani yang meningkat dari sebelumnya, sehingga
para petani yang ada di Desa Sidodadi ini sangat antusias dengan adanya
penyuluh yang dilakukan oleh dinas terkait.
Pemilihan pengurus pada kelompok tani Margo Utomo dilakukan dengan
cara meunjuk orang yang dianggap kompeten dalam bidangnya. Pemilihan
pengurus dilakukan secara musyawarah mufakat dan atas persetujuan pihak yang
bersangkutan. Pengurus kelompok tani Margo Utomo pada umumnya sama
dengan dengan kelompok tani yang lain. struktur organisasi pada kelompok tani
Margo Utomo. Dapat dilihat pada gambar 3.1.
KETUA
(BAPAK BOIMIN)

SEKRETARIS
(SODIONO YON P)

BENDAHARA
(SUJONO)

ANGGOTA

Gambar 3.1 Bagan Susunan Kepengurusan Kelompok Tani Margo Utomo


Berdasarkan gambat diatas, ketua kelompok tani Margo Utomo di Desa
Sidodadi dijabat oleh Bapak Boimin. Ketua kelompok tani tersebut membantu

26

penyuluh dalam mengarahkan dan memimpin jalannya rapat atau penyuluhan


serta melakukan koordinasi antar anggoota dan mengambil keputusan berdasarkan
kesepakatan bersama. Bendahara kelompok tani Margo Utomo dijabat oleh Bapak
Sujono, tugas bendahara tersebut yakni bertuhas untuk mengelola dana yang
masuk pada kelompok tani tersebut. Sekretaris kelompok tani Margo Utomo
dijabat oleh Bapak Soediono Yon, yang memiliki tugas yakni untuk menyediakan
absensi ketika penyuluhan berlangsung, sebagai notulen ketika penyuluhan dan
mengatur keluar masuknya surat-menyurat seperti proposal maupun undangan.
Kelompok tani Margo Utomo termasuk dalam kelas madya. Penggolongan kelas
madaya merupakan penggolongan setelah kelas lanjut di mana kemampuan
kelompok tani lebih tinggi dari kelas lanjut yaitu dengan nilai 501 750.
Penggolongan kelas madya pada Kelompok Tani Margo Utomo tersebut
berdasarkan kemampuan kelompok tani dalam memahami, melaksanakan, dan
menerapkan konsep atau materi yang diberikan oleh penyuluh sehingga kelompok
tani mampu bekerja secara sinergis. Nilai yang diberikan oleh penyuluh kepada
Kelompok Tani Margo Utomo adalah 563.
Prestasi yang telah dicapai oleh Kelompok Tani Margo Utomo berupa
peningkatan kinerja kelompok tani dalam melaksanakan fungsi program yang
diberikan pada penyuluh, mampu menghitung dan menekan kehilangan hasil
selama panen dan pasca panen, mampu menerapkan teknologi pertanian spesifik
lokalita serta mampu mengembangkan mekanisasi pasca panen. Kelompok tani
juga mampu memenuhi alat dan mesin pertanian untuk areal kelompok taninya
secara swadaya. Pemahaman kelompok tani terhadap materi yang diberikan oleh
penyuluh telah sebagian besar dapat diterapkan dengan baik.

BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Perencanaan Penyuluhan Pertanian
Perencanaan program penyuluhan pertanian merupakan upaya perumusan,
pengembangan dan pelaksanaan program-program pertanian guna tercapainya
tujuan dari pelaksanaan program penyuluhan. Perencanaan program penyuluhan
pertanian di Desa Sidodadi Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember meliputi
proses perancangan program dan penulisan perencanaan program. Perencanaan
program penyuluhan pertanian dinyatakan secara tertulis dan dilakukan secara
bersama-sama antara penyuluh dengan masyarakat. Perencanaan penyuluhan
pertanian dilakukan secara bertahap. Perencanaan dimulai dari melihat keadaan
dan permasalahan yang ada di kelompok tani. Perencanaan dimulai dari
identifikasi permasalahan yang muncul di kelompok tani dilalui dengan cara
melakukan pengamatan terhadap kondisi desa menggunakan data sekunder dan
data primer. Data sekunder adalah data yang diambil dari pihak penyuluh melalui
beberapa sumber seperti buku yang berisi tentang materi yang didalamnya
terdapat data-data yang akan diteliti oleh penyuluh seperti jenis tanah dan curah
hujan. Data primer adalah data yang diambil oleh penyuluh dengan mendatangi
lahan milik petani. Permasalahan yang didapat dari lapang tersebut disusun
menjadi data primer.
Penyuluh menyampaikan permasalahan tersebut kepada lembaga yang
lebih tinggi seperti pemerintah yang memutuskan kebijakan untuk mengatasi
permasalahan tersebut melalui penyuluh. Identifikasi permasalahan yang ada di
areal lahan petani kemudian dilakukan tinjauan ulang atau dilakukan dengan cara
pengamatan monev (monitoring evaluasi) yakni dengan cara hasil identifikasi
permasalahan kemudian dinilai dievaluasi dengan cara pembuatan data secara
tertulis seistematis sehingga penyuluh mampu mengenal dan memahami kondisi
atau permasalahan yang harus diselesaikan secara bersama lewat materi
penyulihan. Data tertulis tersebut berupa RDKK (Rencana Definitive Kebutuhan
Kelompok), data tersebut berisi daftar nama-nama anggota kelompok tani yang
membutuhkan sarana produksi pertanian seperti benih, pupuk, dan pestisida yang
27

28

kemudian diserahkan ke pihak terkait yaitu UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah)
dan kemudian dimusyawarahkan bersama dengan para penyuluh agar bisa
membuat keputusan dan kebijakan yang diambil guna menindak lanjuti kinerja
penyuluh. Tujuan dibuatnya RDKK adalah untuk mengetahui daftar nama-nama
anggota kelompok tani yang membutuhkan sarana produksi pertanian seperti
benih, pupuk, dan pestisida agar pihak terkait dapat menindak lanjuti. RDKK
merupakan data tertulis yang didalamnya mencakup nama petani, luas lahan
tanam (ha), kebutuhan pupuk (Urea, SP 36, KCL, ZA, NPK, organic) per kg,
pestisida (liter/kg), benih dan waktu tanam. Setiap anggota membutuhkan jumlah
pupuk yang berbeda tergantung luas lahan. Pemberian kebijakan dan keputusan
tersebut selanjutnya dievaluasi lagi dari awal perencanaan sampai akhir tahap
perencanaan untuk menghindari kesalahan teknis. Kebijakan dan keputusan
tersebut selanjutnya dikoordinasikan oleh penyuluh kepada pihak aparat desa yang
selanjutnya bisa langsung ditindaklanjuti ke ketua gabungan kelompok tani
kemudian ke keketua kelompok tani dan bisa langsung melakukan penyuluhan
bersama.
Perencanaan program penyuluhan pertanian di Desa Sidodadi meliputi
perumusan tentang keadaan pertanian, masalah pertanian, tujuan dilakukannya
penyuluhan dan cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penyuluh
pertanian di Desa Sidodadi Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember sebelum
melakukan penyuluhan pertanian mereka terlebih dahulu menganalisis keadaan
dari Desa Sidodadi. Penyuluh melakukan pengumpulan data dan informasi
mengenai potensi desa, sarana prasarana, keadaan sosial masyarakat, jenis
komoditas unggulan desa dan tingkat produktivitas komoditas tersebut. Penyuluh
juga mencari informasi tentang keberadaan kelompok tani atau kelembagaan
pertanian lainnya di Desa Sidodadi. Kegiatan menganalisis keadaan Desa
Sidodadi bertujuan agar para penyuluh lebih matang dalam penyampaian materi
karena sudah memahami kondisi desa, masalah yang sedang dihadapi petani serta
bagaimana cara menghadapi permasalahan tersebut. Penilaian penyuluh terhadap
Kelompok Tani Margo Utomo tergolong aktif dalam kegiatan penyuluha.

29

Pengumpulan data dilakukan dengan menghubungi beberapa pihak seperti


lembaga desa dan tokoh-tokoh masyarakat. Setelah mengetahui tentang keadaan
desa, pihak penyuluh pertanian melakukan koordinasi dengan petani dengan
tujuan agar petani merasa antusias dan turut berpartisipasi dalam program
penyuluhan pertanian. Petani diberi kesempatan untuk belajar mengumpulkan
fakta dan keadaan tentang kondisi pertanian di Desa Sidodadi lalu mereka
diajarkan untuk merumuskan masalah yang sedang terjadi dan mencari solusi dari
pemecahan masalahnya.
Perencanaan program penyuluhan adalah kegiatan untuk menyusun materi,
menentukan tempat dan siapa saja pihak yang terlibat dalam penyuluhan. Proses
penyusunan materi dilakukan sebelum kegiatan penyuluhan. Penentuan tempat
yang dilakukan oleh penyuluh yaitu dengan melakukan koordinasi dengan ketua
kelompok tani. Tempat untuk melakukan penyuluhan dengan memilih rumah
warga. Pihak yang terlibat dalam penyuluhan yaitu peserta penyuluhan yang
meliputi penyuluh dan kelompok tani.
Kendala yang dihadapi dalam perencanaan kegiatan penyuluhan yaitu
ketika penyuluh menganalisis permalasahan pertanian di Desa Sidodadi karena
setiap melakukan pengamatan, penyuluh menemukan lebih dari satu masalah.
Sehingga, untuk menentukan materi yang disampaikan, penyuluh harus benarbenar memilih masalah yang paling utama untuk diatasi terlebih dahulu oleh
petani. Data yang diambil untuk referensi dalam menentukan materi harus dipilih
yang paling sesuai dengan masalah terberat.
4.2 Materi Penyuluhan Pertanian
Materi penyuluhan pertanian adalah bahan yang akan disampaikan oleh
para penyuluh kepada petani dalam bentuk informasi maupun teknologi. Materi
penyuluhan yang disampaikan penyuluh kepada petani diharapkan dapat memberi
dampak yang positif terhadap kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, memilih
materi penyuluhan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan atau masalah yang
sedang dihadapi oleh petani di Desa Sidodadi. Penentuan materi penyuluhan
pertanian harus berdasarkan pada sasaran kegiatan penyuluhan. Sasaran yang

30

dimaksud yaitu masalah yang dihadapi oleh petani itu sendiri. Setiap petani
memiliki permasalahan yang berbeda-beda dan harus diidentifikasi terlebih
dahulu sebelum pemberian materi.
Bahan untuk penyusunan materi penyuluhan pada dasarnya harus sesuai
dengan kebutuhan petani. Tujuannya agar materi yang tersusun menjadi efektif
dan mampu menyelesaikan permasalahan aktual yang sedang dihadapi petani.
Penyuluh di Desa Sidodadi melakukan penyusunan materi sebelum melakukan
penyuluhan. Penyusunan materi dengan cara meringkas bahan-bahan materi
penyuluhan sehingga menjadi padat, mudah dipahami dan terhindar dari bahanbahan materi yang kurang relevan dengan topik yang telah ditetapkan. Bahanbahan yang diringkas berdasarkan pada tujuan-tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya dalam program penyuluhan pertanian. Sumber materi yang digunakan
sebagai bahan penyuluhan berasal dari sumber-sumber yang biasanya harus
mengalami adaptasi terlebih dahulu dengan lokasi atau wilayah kerja wilayah yan
bersangkutan.
Materi yang diberikan kepada petani oleh pihak penyuluhan bersumber
dari pengetahuan pribadi penyuluh dan buku pedoman lapang yang dimiliki oleh
penyuluh tersebut. Permasalahan yang terjadi di lapang dianalisis oleh penyuluh
untuk kemudian dicari penyelesaiannya. Permasalahan yang terjadi di Desa
Sidodadi selama ini mampu diatasi dengan pengetahuan yang dimiliki oleh
penyuluh dibantu dengan buku pedoman lapang yang dimiliki penyuluh. Apabila
pada saat analisis terjadi kekurangan data dan sumber, penyuluh menggunakan
media internet untuk melengkapi kekurangan data yang terjadi. Akan tetapi,
penggunaan bantuan internet ini jarang terjadi karena penyuluh memiliki
pengetahuan yang memadai di dalam penyelesaian masalah yang terjadi.
Penyuluh baru akan menggunakan internet apabila terjadi masalah yang sifatnya
baru pertama kali penyuluh hadapi dan penyuluh tidak dapat untuk
merekomendasikan langkah-langkah apa yang seharusnya dilakukan petani untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut.
Sifat materi penyuluhan yang diterapkan di Desa Sidodadi yang pertama
yaitu berisi pemecahan masalah yang sedang dan akan dihadapi. Maksud dari sifat

31

ini yaitu membantu petani agar mereka dapat membantu dirinya sendiri, materi
yang berisikan pemecahan masalah merupakan kebutuhan utama yang diperlukan
oleh petani. Karena itu, di dalam setiap kegiatan penyuluhan, materi ini harus
lebih diutamakan sebelum menyampaikan materi-materi yang lainnya. Sifat
materi penyuluhan yang kedua yaitu yang berisi petunjuk dan rekomendasi, yang
harus dilaksanakan. Materi penyuluhan yang berupa petunjuk/rekomendasi yang
harus dilaksanakan, materi seperti ini hanya dibatasi pada petunjuk/rekomendasi
yang harus segera dilaksanakan. Penyuluh yang cerdik, pasti tidak akan
memberikan petunjuk/rekomendasi yang baru akan dilaksanakan pada masa-masa
mendatang (yang masih memerlukan waktu beberapa lama lagi) sebab, pada
saatnya harus dilaksanakan/diterapkan masyarakat penerima manfaatnya sudah
lupa dan harus diulang kembali. Bahkan, mungkin petunjuk/rekomendasi tersebut
sudah seharusnya diperbaiki/disempurnakan lagi sesuai dengan perubahan
perkembangan keadaan yang dihadapi.
Materi penyuluhan yang diberikan kepada petani oleh penyuluh di Desa
Sidodadi didasarkan oleh keadaan Desa Sidodadi saat ini. Penentuan tema
penyuluhan yang dilakukan dengan cara penyuluh berkeliling di areal lahan milik
kelompok tani Margo Utomo, kemudian penyuluh melihat dan mengamati kondisi
lahan milik kelompok tani Margo Utomo. Apabila ada lahan yang bermasalah
seperti terkena hama, maka penyuluh akan mengambil gambar tanaman tersebut
untuk ditayangkan saat penyuluhan nanti. Tujuan pengambilan gambar tersebut
agar petani lebih memahami bagaimana bentuk hama dan penyuluh lebih mudah
dalam menjelasakannya. Materi penyuluha bisa berasal dari praktik kerja petani
lain dalam wilayah setempat yang telah menunjukkan hasil yang lebih baik secara
teknis dan ekonomis, hasil demonstrasi atau pengujian lokal yang telah
dilaksanakan di wilayah setempat, praktik kerja usaha tani petani lain di wilayah
lain yang mempunyai kondisi teknis dan sosial ekonomi serupa
Program yang diberikan oleh pemerintah kepada Desa Sidodadi adalah
peningkatan swasembada pangan dalam hal meningkatkan produktivitas hasil
panen padi sehingga menghasilkan gabah yang banyak dan berkualitas. Materi
yang diangkat dalam penyuluhan di Desa Sidodadi adalah tentang cara memilih

32

benih, cara mengolah tanah, cara memupuk dan pengendalian hama penyakit
secara terpadu. Materi-materi tersebut sangat erat kaitannya dengan pola tanam
dan peningkatan swasembada pangan. Pengetahuan dasar tentang peningkatan
swasembada beras sangat dibutuhkan oleh petani di Desa Sidodadi. Materi yang
disampaikan oleh penyuluh di Desa Sidodadi tidak hanya berupa informasi,
namun penyuluh juga ikut turun ke lapang dan menerapkan teknologi yang
berkaitan dengan pola tanam seperti alat-alat atau mesin pertanian, teknik atau
cara penentuan pola tanam dan pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Peningkatan swasembada beras mampu diterapkan oleh Kelompok Tani Margo
Utomo sehingga produktivitas hasil panen padi bisa lebih baik lagi.
Kendala yang dihadapi

ketika penyuluh mencari sumber materi yaitu

penyuluh harus mencari lahan contoh yang memiliki masalah pada budidayanya
seperti terserang hama dan penyakit. Data tersebut harus sesuai dengan kenyataan
yang terjadi di desa tersebut sehingga materi yang akan disampaikan penyuluh
harus tepat sasaran dengan masalah yang terjadi. Materi yang digunakan harus
memiliki bukti fisik yang akan memberikan kepercayaan kepada petani terhadap
solusi yang dianjurkan oleh penyuluh.
4.3 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian
Pelaksanaan penyuluhan pertanian merupakan kegiatan pelaksanaaan
penyuluhan yang akan dilakukan. Pelaksanaan penyuluhan pertanian di Desa
Sidodadi, dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan petani yang akan diberikan
penyuluhan. Pada saat pelaksanaan penyuluhan pertanian media yang digunakan
sesuai dengan materi yang dibutuhkan dengan petani. Materi yang diberikan ada
materi yang tergolong materi ringan dan materi yang berat. Materi tergolong berat
dan ringan tergantung dari cara penyampaian materi yang dilakukan oleh
penyuluh. Materi ringan diberikan penyuluh pada saat penyuluhan biasanya
dilakukan dengan menggunakan media berbentuk leaflet. Materi ringan yang
diberikan oleh penyuluh seperti pengaturan pola tanam, jarak tanam,
pengaplikasian pupuk secara berimbang, pengolahan tanah, dan materi yang sudah
bisa diterapkan secara baik di lapang oleh para petani di Desa Sidodadi. Materi

33

berat biasanya dilakukan dengan menggunakan bantuan proyektor. Materi yang


paling sulit adalah materi berupa hama dan penyakit tanaman, karena tanpa
gambaran atau deskripsi yang baik maka anggota kelompok biasanya hanya bisa
menerka-nerka atau dengan kata lain mereka hanya bisa menebak bagaimana
gambar hama padi misalnya. Bantuan proyektor sangat membantu penyuluh
untukl memberikan gambaran atau deskripsi tentang hama dan penyakit tanaman
padi. Hal tersebut juga berlaku pada materi hama dan penyakit tanaman yang lain
seperti jagung, tembakau, kacang sebagai komoditas yang diunggulkan di Desa
Sidodadi tersebut.
Metode yang digunakan dalam penyuluhan di desa Sidodadi adalah
metode pendekatan kelompok dan pendekatan perseorangan. Metode pendekatan
kelompok dengan menggunakan demontrasi dan ceramah sedangkan metode
pendekatan perseorangan dengan cara penyuluh melakukan kunjungan rumah
petani yang memiliki masalah pada budidayanya. Pendekatan secara perseorangan
dimana penyuluh melakukan penyuluhan langsung dengan salah satu anggota
kelompok, biasanya anggota kelompok memberikan salah satu atau beberapa
keluhan permasalahan yang ada di lapang serta dihimpun menjadi satu oleh ketua
kelompok tani. Penyuluhan perseorangan biasanya dilakukan di salah satu rumah
anggota kelompok atau biasanya dilakukan di rumah ketua kelompok tani.
Penyuluhan tersebut dirasa lebih efektif karena penyuluh bisa terjun langsung ke
masyarakat dengan pendekatan yang lebih ke masyarakat. Kegiatan penyuluhan
kelompok adalah kegiatan penyuluhan yang dilakukan biasanya dilakukan di
rumah warga atau balai desa yang dilakukan secara berkelompok. Pelaksanaan
penyuluhanan di Desa Sidodadi menggunakan bahasa jawa karena bahasa tersebut
digunakan oleh sebagian besar anggota kelompok tani sehingga petani dapat lebih
memahami. Waktu pelaksanaan penyuluhan dilaksanakan pada saat setiap musim
tanam, jadi ketika musim tanam padi maka penyuluh memberikan materi tentang
padi begitu juga berlaku pada musim tanam jagung atau musim tanam tanaman
laainnya.
Penyuluhan yang dilakukan di Desa Sidodadi biasanya dilakukan dengan
rutin yaitu dilakukan setiap satu bulan sekali. Kegiatan penyuluhan dilakukan

34

dengan cara sistem arisan yaitu dimana kegiatan penyuluhan dilakukan secara
giliran dirumah petani ataupun tempat lain yang dapat dilakukan penyuluhan.
Setiap kegiatan penyuluhan yang dilakukan setiap bulan tersebut dilakukan
pembayaran uang Rp. 5000 per orang dan biasanya itu dilakukan untuk membayar
kas. Uang tersebut biasanya dikatakan sebagai uang kas bulanan setiap
dilakukannya kegiatan penyuluhan. Kendala yang dihadapi penyuluh saat
melakukan pelaksanaan penyuluhan yaitu pengulangan materi yang harus
dilakukan oleh penyuluh karena anggota kelompok tani banyak yang tidak dapat
memahami materi apabila disampaikan hanya satu kali saat penyuluhan.
Sehingga, penyuluh harus mengulang-ulang materi yang telah disampaikan.
4.4 Evaluasi Penyuluhan Pertanian
Tahapan evaluasi penyuluhan pertanian harus sesuai dengan perencanaan
penyuluhan. Mulai dari tahap penyusunan materi, pemilihan sasaran penyuluhan,
penentuan media evaluasi penyuluhan, penentuan jadwal dan pelaksanaan
evaluasi

penyuluhan. Pelaksanaan evaluasi yang dilakukan penyuluh kepada

anggota Kelompok Tani Margo Utomo yakni dengan bentuk evaluasi lapang yang
biasanya rutin dilakukan setiap per musim tanam. Penyuluh memberikan materi
sesuai dengan musim tanam yang sedang dilakukan oleh para anggota kelompok
tani. Evaluasi dilakukan ketika musim tanam padi misalnya, maka anggota
kelompok akan mendapatkan evaluasi berupa evaluasi lapang dari penyuluh.
Penyuluh akan meninjau lokasi lapang atau areal padi milik anggota
kelompok seberapa jauh kelompok tersebut mampu untuk menerapkan materi apa
yang telah diberikan oleh penyuluh. Penyuluh akan menilai dengan indikator
bahwa keberhasilan dalam satu musim panen akan dapat diraih dalam anggota
tersebut. Penilaian tersebut dapat dilihat dari kondisi lahan atau areal tanaman
padi milik mereka termasuk dalam kategori baik atau buruk dilihat dari seberapa
besar dalam mencapai produksi gabah yang baik dan berkualitas. Penilaian
evaluasi tersebut juga dilakukan sama terhadap tanaman-tanaman lain dalam satu
masa musim tanam.

35

Anggota Kelompok Tani Margo Utomo merupakan salah satu kelompok


dari 9 kelompok tani yang ada di Desa Sidodadi dengan tingkat pemahaman yang
tinggi serta keaktifan anggota kelompok terhadap pemberian materi yang
diberikan oleh penyuluh untuk diterapkan oleh mereka. Hasil evaluasi yang
diberikan oleh penyuluh Desa Sidodadi terhadap anggota Kelompok Tani Margo
Utomo adalah berpredikat baik ditinjau dari produksi yang terus meningkat serta
pengendalian hama dan penyakit karena mereka telah mengetahui bagaimana
langkah atau metode untuk mencegahnya. Program SLPHT (Sekolah Lapang
Pengelolaan Hama Terpadu) pernah diadakan di Desa Sidodadi tersebut terutama
pada kelompok tani yang cukup baik dalam penerapannya di areal lahan, maka
Desa Sidodadi menunjuk Kelompok Tani Margo Utomo untuk ikut serta dalam
program tersebut meskipun sekrang sudah tidak ada lagi dan dihapus oleh
pemerintah. Evaluasi yang diberikan oleh penyuluh yakni adanya pre test dan post
test yang diberikan kepada anggota kelompok untuk mengetahui sejauh mana
tingkat pemahaman anggota kelompok. Penilaian yang diberikan oleh penyuluh
terhadap adanya program tersebut yakni hampir seluruh anggota Kelompok Tani
Margo Utomo mampu mendapatkan nilai yang baik dan berkemampuan di atas
rata-rata, sehingga meraka mampu menerapkan program tersebut dalam
kehidupan sehari-hari yakni dalam areal lahan mereka.
4.5 Model Penyuluhan Pertanian
Model penyuluhan pertanian merupakan suatu bentuk yang dilakukan pada
saat kegiatan penyuluhan pertanian. Model penyuluhan pertanian ada 3 yaitu
model penyuluhan linier, interaksional dan transaksional. Pada saat kegiatan
penyuluhan yang dilakukan di desa Sidodadi yaitu model transaksional. Model
transaksional yakni salah satu model komunikasi yang dipandang dalam konteks
hubungan antara dua orang atau lebuh, dimana arah pesan atau pengaruh bukan
terjadi secara dua arah, namun berlangsung secara simultan selama pihak-pihak
yang terlibat (partisipan) berkomunikasi. Model komunikasi transaksional tersebut
dapat dilihat dari cara anggota Kelompok Tani Margo Utomo menanggapi respon
materi yang diberikan oleh penyuluh. Anggota kelompok tergolong dalam anggota

36

kelompok yang aktif bertanya jika ada pemberian materi yang menurut mereka
kurang jelas ataupun mereka kurang paham terhadap materi yang diberikan oleh
penyuluh. Materi yang paling sulit menurut penyuluh adalah materi hama dan
penyakit karena ketika tidak ada penggambaran atau deskripsi yang baik tentang
gambaran hama dan penyakit, maka anggota kelompok langsung bertanya.
Pertanyaan tersebut silih berganti seiring tiap pergantian materi yang diberikan
oleh penyuluh.
Model transaksional yang ada antara penyuluh dan anggota kelompok
berdasarkan perananan antara kedua nya, yakni di mana pembicara dan pendengar
berlangsung secara simultan ketika mengkomunikasikan dan atau menerima
pesan. Unsur-unsur komunikasi menunjukkan saling ketergantungan dan masingmasing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lainnya. Komunikasi antara
penyuluh Desa Sidodadi dan anggota Kelompok Tani Margo Utomo berlangsung
dinamis. Model transaksional antara penyuluh dan anggota kelompok tani di Desa
Sidodadi dapat dilihat pada gambar 4.1.

Penyuluh

Kelompok
Tani

Gambar 4.1 Model Komunikasi Transaksional


Gambar diatas menjelaskan proses komunikasi yang dilakukan oleh
penyuluh dan kelompok tani di Desa Sidodadi. Penyuluh memberikan materi
kepada kelompok tani berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi di lahan
petani. Petani tidak menginginkan terjadinya masalah pada lahan mereka yang
akan menimbulkan kerugian sehingga petani melakukan interaksi dengan
penyuluh melalui pertanyaan yang disampaikan petani kepada peyuluh. Penyuluh
memberikan jawaban berupa solusi kepada petani. Petani menanggapi secara
positif jawaban yang disampaikan oleh penyuluh. Proses transaksional terjadi
ketika penyuluh sebagai komunikator memberikan pesan kepada pihak petani
sebagai komunikan dan ada proses respon tanya jawab antar pihak penyuluh dan
petani. Petani merespon dari materi penyuluh dengan cara bertanya aktif dan

37

penyuluh menjawab dengan positif. Proses transaksional terjadi secara dua arah
dengan terjadi timbal balik. Petani bisa menjadi komunikator saat bertanya kepada
penyuluh dengan pertanyaan sebagai pesan untuk penyuluh, dalam hal ini
penyuluh bertindak sebagai komunikan karena menerima pesan atau pertanyaan
yang diajukan petani sebagai komunikator. Proses ini terjadi secara terus menerus
hingga mendapatkan hasil atau kesepakatan bersama yang dapat dijalankan.
Kendala dalam model transaksional yaitu materi tidak dapat disampaikan
secara sistematis sehingga materi tidak dapat tersebar merata kepada petani.
Materi yang tidak dapat tersebar tersebut terhambat oleh banyaknya pertanyaan
yang diajukan oleh kelompok tani sehingga penyuluh banyak yang menjawab
pertanyaan petani tetapi mengakibatkan materi tidak berlangsung secara urut dan
sistematis. Materi yang disampaikan pada petani oleh penyuluh tidak bisa
mencakup secara keseluruhan dikarenakan banyak waktu yang terbuang akibat
pertanyaan yang sering diajukan oleh petani.

BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan
1. Perencanaan penyuluhan pertanian dilakukan secara bertahap dimulai dari
identifikasi permasalahan, kemudian penyampaian permasalahan kepada
pemerintah selanjutnya pemerintah memustuskan kebijakan, identifikasi
ulang permasalahan di areal lapang kemudian di nilai serta dievaluasi lalu
data berupa RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) diserahkan ke
pihak UPTD dan pemberian kebijakan dievaluasi kembali dari awal hingga
akhir dan terakhir dikoordinasikan ke penyuluh, aparat desa, GAPOKTAN,
kemudian bisa langsung dilakukan penyuluhan bersama.
2.

Materi penyuluhan bersumber dari pengetahuan pribadi penyuluh dan buku


pedoman lapang yang dimiliki oleh penyuluh tersebut. Sifat materi berisi
pemecahan masalah yang sedang dan akan dihadapi serta berisi petunjuk dan
rekomendasi yang harus dilaksanakan. Materi yang diberikan tergolong pada
materi ringan dan materi berat.

3.

Pelaksanaan penyuluhan menggunakan metode pendekatan kelompok dan


pendekatan perseorangan. Pendekatan perseorangan dimana penyuluh
melakukan penyuluhan langsung dengan salah satu anggota kelompok.
Penyuluhan perseorangan dilakukan di salah satu rumah anggota kelompok
atau biasanya dilakukan di rumah ketua kelompok tani. Penyuluhan dilakukan
dengan rutin yaitu dilakukan setiap satu bulan sekali.

4.

Bentuk evaluasi lapang yang biasanya rutin dilakukan setiap per musim
tanam. Tahapan evaluasi dimulai dari penyusunan materi evaluasi, pemilihan
sasaran evaluasi, penentuan media evaluasi, penentuan jadwal evaluasi dan
pelaksanaan evaluasi.

5.

Kegiatan penyuluhan yang dilakukan di desa Sidodadi yaitu model


transaksional dimana anggota Kelompok Tani Margo Utomo menanggapi
respon materi yang diberikan oleh penyuluh, sehingga petani sebagai
komunikan ketika menerima pesan dari penyuluh dan bisa menjadi
komunikator ketika bertanya aktif kepada penyuluh.
38

39

5.2 Saran
1. Bagi pemerintah, sebaiknya lebih memperhatikan dan membantu dalam
kelancaran kegiatan penyuluhan seperti memberikan bantuan berupa sarana
dan prasarana yang menunjang kegiatan penyuluhan.
2.

Bagi penyuluh, sebaiknya materi yang dijelaskan harus lebih rinci dan lebih
detail agar petani mengetahui materi secara baik dan benar.

3.

Bagi petani, sebaiknya lebih memperhatikan dan menyimak seluruh materi


saat kegiatan penyuluhan berlangsung agar tidak terjadi pengulangan materi
dan bisa menerapkan isi dari materi yang diberikan oleh penyuluh.

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, S., dkk. 2014. Perubahan Model Komunikasi dan Pergeseran Paradigma
Pembangunan dalam Prespektif Sejarah. Paramita, 24 (1): 92-103.
Anwas, O, M. 2013. Pengaruh Pendidikan Formal, Pelatihan, dan Intensitas
Pertemuan terhadap Kompetensi Penyuluhan Pertanian. Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan, 19 (1).
Ban, A, W, V, D., dan Hawkins, H, S. 2006. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta:
Kansius Media.
Ekasari, K, Z., dkk. 2014. Konflik Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian di
Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Komunikasi, 12
(1): 85-97.
Ikhsanudin, M, A. 2012. Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Lingkungan
Keluarga terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta. Jurnal Penelitian, 3 (1).
Leeuwis, Cees. 2009. Komunikasi untuk Inovasi Pedesaan. Yogyakarta: Kanisius.
Pradiana, W., dan Haryanto, Y. 2011. Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian.
Bogor: Kementrian Pertanian.
Rasyid, Anuar. 2012. Metode Komunikasi Penyuluhan Pada Petani Sawah. Jurnal
Ilmu Komunikasi, 1 (1): 1-55.
Rusmono, Momon. 2012. Penyuluhan Pertanian Penguatan Kelembagaan Petani
tentang Kelompok Tani sebagai Kelas Belajar. Jakarta: Kementrian
Pertanian.
Salampessy, Y, L, A. 2012. Efektivitas Metode Penyuluhan dalam Peningkatan
Pemahaman Sut Konservasi Petani. Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan,
1 (1): 49-53.
Sigit, Argadata. 2014. Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Syahyuti, dkk. 2014. 40 Inovasi Kelembagaan Diseminasi Teknologi Pertanian.
Jakarta: IAARD Press.
Thomas, Soedarsono, dkk. 2005. Program dan Evaluasi Penyuluhan Pertanian.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Wibawa, Winny Dian. 2014. Pedoman Teknis Pendampingan Penyuluhan. Bogor:
Direktorat Jendral Sarana dan Prasarana Kementan.

Yahya, Yoush. 2013. Memilih Materi dalam Penyuluhan. Sirial Online. https://
www.academia.edu/2013/11/memilih-materi-dalam-penyuluhan, diakses
pada tanggal 27 April 2014.
Yulianto, Gunawan. 2011. Evaluasi Dampak Penyuluhan Pertanian di Kecamatan
Imogiri Kabupaten Bantul. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, 5 (2).

Anda mungkin juga menyukai