Asisten Pembimbing
Hadi Hidayatul F.
Oleh
Golongan J / Kelompok 1
Asisten Pembimbing
Hadi Hidayatul F.
Oleh
Golongan J / Kelompok 1
(141510601161)
(121510601075)
2. Yuan Ardiansyah
(121510601109)
3. Maratus Sholikhah
(121510601127)
(141510601002)
(141510601080)
(141510601085)
7. Nanda Rusti
(141510601148)
(141510601151)
(141510601159)
PENGESAHAN
Laporan Praktikum Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian dengan judul telah
diperiksa dan disahkan oleh Laboraturium Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian
pada :
Hari
Tanggal :
Koordinator Praktikum
Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian
Asisten Pembimbing
Mengesahkan
Ketua Laboraturium Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga Laporan Praktek Lapang Praktikum Komunikasi dan
Penyuluhan Pertanian dengan judul dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.
Penyusunan laporan praktek lapang ini tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan berbgai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Jani Januar, MT., selaku dekan Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
2. Dr. Ir. Joni Murti Mulyo Aji, M.Rur.M selaku Ketua Jurusan Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3. Tim dosen pembina mata kuliah Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian.
4. Sudarko, SP. M.Si selaku Ketua Laboraturium Komunikasi dan
Penyuluhan Pertanian.
5. Tim asisten Laboraturium Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian yang
telah memberikan bimbingan mulai awal hingga akhir.
6. Bapak Rachmat Darmawan selaku Penyuluh Pertanian Desa Sidodadi
Kecamatan Ambulu.
7. Kelompok tani serta seluruh warga Desa Sidodadi Kecamatan Ambulu.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan semangat dari awal
hingga terselesaikannya laporan akhir praktikum ini.
Kami menyadari bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Penyusunan
laporan praktek lapang ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan
kritik yang sifatnya membangun selalu kamu harapkan demi penyempurnaan
laporan ini.
Jember, 30 November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK...................................................................ii
PENGESAHAN.....................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vi
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................4
1.3 Manfaat...........................................................................................................4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Penyuluhan Pertanian.....................................................................................5
2.2 Perencanaan Penyuluhan Pertanian................................................................6
2.3 Materi Penyuluhan Pertanian.........................................................................8
2.4 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian................................................................9
2.5 Evaluasi Penyuluhan Pertanian....................................................................20
2.6 Model Komunikasi Penyuluhan Pertanian...................................................21
BAB 3. GAMBARAN UMUM............................................................................24
3.1. Gambaran Umum Desa Sidodadi................................................................24
3.2. Gambaran Umum Kelompok Tani Margo Utomo.......................................26
BAB 4. PEMBAHASAN......................................................................................29
4.1 Perencanaan Penyuluhan Pertanian..............................................................29
4.2 Materi Penyuluhan Pertanian.......................................................................31
4.3 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian..............................................................34
4.4 Evaluasi Penyuluhan Pertanian....................................................................36
4.5 Model Penyuluhan Pertanian........................................................................37
BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................40
5.1 Simpulan.......................................................................................................40
5.2 Saran.............................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................42
LAMPIRAN
BAB 1. PENDAHULUAN
penyuluhan
merupakan
aktivitas
dari
suatu
kegiatan
proses
permodalan,
dan sumberdaya
lainnya,
sebagai upaya
untuk
Perikanan
dan
Kehutanan
(SP3K)
mengamanatkan
bahwa
yang
meliputi
aspek
penataan
kelembagaan,
ketenagaan,
lapangan,
program
penyuluhan
kecamatan,
program
penyuluhan
3. Rencana monitoring dan evaluasi disusun oleh para penyuluh yang berada di
pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/ desa bersama para
pelaku utama dan pelaku usaha.
Menurut Zakaria dalam Thomas (2005), penyuluhan pertanian mempunyai
dua tujuan yang akan dicapai yaitu tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Tujuan jangka pendek adalah menumbuhkan perubahan-perubahan yang
lebih terarah pada usahatani yang meliputi: perubahan pengetahuan, kecakapan,
sikap, dan tindakan petani keluarganya melalui peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Berubahnya perilaku petani dan keluarganya diharapkan
dapat mengelola usahataninya dengan produktif, efektif, dan efisien. Tujuan
jangka panjang yaitu meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraan
petani yang diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis bertani, usahatani, dan
kehidupan petani dan masyarakatnya.
Fungsi penyuluhan pertanian paling utama adalah memfasilitasi dan
memotivasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha agar tercapai
tujuan pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan peningkatan modal
sosial, sehingga mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber
daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,
pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup. Adanya program Pengembangan Usaha
Agribisnis di Perdesaan (PUAP), fungsi penyuluhan pertanian memfalisitasi
dalam bimbingan, pendampingan dan advokasi pengelolaan usaha agribisnis di
perdesaan, memfalisitasi dan memotivasi penumbuhan dan pengembangan
kelompok tani serta gabungan kelompok tani. Pelaksanaan tugas tersebut
penyuluh juga berperan sebagai fasilitator (Pradiana dan Haryanto, 2011).
Menurut Roep dalam Leeuwis (2009), inovasi didefinisikan dengan lebih
pragmatis, dalam hal penerapan yang berhasil. Sebuah inovasi dipahami sebagai
keseluruhan kerja baru atau yang ditata kembali. Hal itu dapat merupakan cara
baru melakukan sesuatu atau bahkan melakukan hal-hal baru, tetapi hal tersebut
baru dianggap inovasi jika betul-betul dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari. Inovasi tidak hanya terdiri atas peralatan teknis atau prosedur baru, namun
juga praktik-praktik baru atau yang diadaptasi manusia, termasuk kondisi-kondisi
dari praktik-praktik ysng dirancang untuk terjadi.
2.3 Materi Penyuluhan Pertanian
Diseminasi pada hakekatnya adalah suatu kegiatan menyampaikan materi
berupa informasi maupun teknologi yang ditujukan kepada seseorang atau
sekelompok target agar mereka memperoleh, timbul kesadaran menerima, dan
akhirnya memanfaatkan informasi dan teknologi tersebut.hal ini merupakan
sebuah proses komunikasi yang bertujuan dan terarah, yang melibatkan pihak
pengirim pesan (sender), saluran (channel), dan penerima (receiver). Teori
sederhana ini telah berkembang menjadi berbagai varian, tergantung kepada
komponen dan materi informasi yang disampaikan, serta lingkungan sosial
ekonomi dimana kegiatan dijalankan (Syahyuti, 2014).
Materi yang akan disampaikan nantinya disesuaikan dengan permasalahan
yang terjadi dilapangan. Materi juga harus sesuai dengan kebutuhan para petani
pada saat itu, misalnya apabila mereka kurang mengetahui tentang cara
pemupukan pada tanaman dengan 5 T (tepat guna, tepat waktu, tepat jenis, tepat
dosis, dan tepat cara), maka penyuluh akan menyaampaikan materi tersebut
kepada petani karena petani lebih membutuhkan pengetahuan tentang pemupukan
tanaman. Hal tersebut walaupun sudah sesuai kebutuhan petani, penyuluh juga
harus menuangkan semuanya kedalam topic of visit (Rasyid, 2012).
Menurut
Yahya
(2013),
sumber
materi
penyuluhan
pertanian
4. Sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya: informasi pasar dari para
pedagang, perguruan tinggi, dan lain-lain.
Jenis-jenis materi penyluhan pertanian yang akan disampaikan penyuluh
kepada sasaran dikelompokkan menjadi:
1. Materi Pokok (vital), merupakan materi yang benar-benar dibutuhkan dan
harus diketahui oleh sasaran utamanya. Materi pokok sedikitnya mencakup
50% dari seluruh materi yang disampaikan.
2. Materi Penting (important), berisi dasar pemahaman tentang segala sesuatu
yang berkaitan dengan kebutuhan yang dirasakan oleh sasarannya. Materi
penting diberikan sekitar 30% dari seluruh materi yang disampaikan.
3. Materi Penunjang (helpful), masih berkaitan dengan kebutuhan yang
dirasakan yang sebaiknya diketahui oleh sasaran untuk memperluas
cakrawala pemahamannya tentang kebutuhan yang dirasakannya itu. Materi
ini maksimal disampaikan 20% dari seluruh materi yang akan disampaikan.
4. Materi Mubazir (super flous), materi ini sebenarnya tidak perlu dan tidak ada
kaitannya dengan kebutuhan yang dirasakan oleh sasaran. Karena itu dalam
setiap kegiatan penyuluhan sebaiknya justru dihindari penyampaian materi
seperti ini (Yahya, 2013).
2.4 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian
Menurut Sigit (2013), pelaksanaan penyuluhan pertanian akan berjalan
baik jika metode yang diterapkan sesuai dengan ruang lingkup perencanaan
penyuluhan. Penyuluhan pertanian terdiri dari beberapa penerapan metode,
diantaranya: metode dengan pendekatan massal, pendekatan kelompok, dan
pendekatan perorangan. Ketiga metode tersebut jika dijabarkan lagi akan menjadi
beberapa penerapan dalam penyuluhan pertanian yaitu seperti: ceramah, kaji
terap, karya wisata, kunjungan rumah dan tempat usaha, kursus tani, magang,
mimbar sarasehan, obrolan sore, pameran, pemberian penghargaan, pemutaran
film, penempelan poster, penyebaran brosur, folder, leaflet dan majalah,
perlombaan/unjuk ketangkasan, pertemuan diskusi, pertemuan umum, rembug
paripurna, rembug utama, siaran pedesaan melalui radio dan televisi, temu akrab,
temu karya, temu lapang, temu tugas, temu usaha, temu wicara, dan widya wisata.
10
11
12
komunikasi,
yaitu
menarik
perhatian,
menggugah
hati
dan
13
14
15
16
17
masyarakat
antara
lain
benda
sesunguhnya,
petak
percontohan, spesimen.
b. Media yang memberi pengalaman belajar melalui benda/situasi tiruan
antara lain: simulasi, permainan, model.
c. Media yang memberi pengalaman belajar melalui audio-visual aids
(AVA) antara lain : film,slide, kaset dan rekaman.
d. Media yang memberi pengalam belajar melalui kata-kata baik lisan atau
tertulis antara lain : buku, majalah, ceramah.
4. Klasifikasi media penyuluhan pertanian berdasarkan bentuk/karakteristik
media :
a. Media
benda/situasi
sesungguhnya
antara
lain
percontohan
tanaman/ternak.
b. Media berupa/situasi tiruan antara lain: model, simulasi, permainan
simulasi.
c. Media terproyeksi antara lain : film, siaran TV, film slide.
d. Media tercetak misalnya poster, leaflet, folder, liptan.
e. Media terekam misalnya : kaset, siaran radio, CD, VCD, DVD.
5. Klasifikasi media penyuluhan pertanian berdasarkan fungsinya sebagai
penyaluran pesan pada penyuluhan pertanian, media penyuluhan dibagi
menjadi 3 yakni :
a. Media cetak.
b. Media elektronik.
c. Media luar ruangan.
Menjadikan kelompok tani sebagai kelas belajar merupakan tugas
penyuluh pertanian melalui bimbingan secara berkelanjutan. Materi penyuluhan
pertanian yang berkaitan dengan penguatan kelompok tani sebagai kelas belajar.
Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas
dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi dan
sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggotanya (Permentan Nomor: 273/Kpts/OT.160/4/2007). Kelompok tani
ditumbuh kembangkan dari, oleh dan untuk petani yang saling mengenal, akrab,
saling percaya, mempunyai kepentingan yang sama dalam berusahatani, kesamaan
18
Keberagaman
ini
pada
akhirnya
menimbulkan
kompleksitas
19
diambil keputusan, apakah suatu program akan diteruskan , direvisi, atau bahkan
diganti. Evaluasi merupakan suatu proses pengumpulan informasi melalui
pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tertentu untuk mengambil
suatu keputusan. Dasarnya evaluasi suatu kegiatan menguji atau menilai
pelaksanaan suatu program (Yulianto, 2011).
Keberhasilan belajar mengajar dikelompok tani perlu dilakukan evaluasi
hasil belajar. Evaluasi ini dilakukan dengan mengamati beberapa anggota
kelompok tani yang menerapkan inovasi teknologi dan berhasil. Perlu dianalisis
penyebab ketidakberhasilan, serta penyebab anggota kelompok tani yang tidak
menerapkan hasil belajar mengajar. Penyebab yang sudah diketahui dilakukan
pengevaluasian bersama penyuluh lainnya. Hal tersebut bertujuan agar
penyuluhan selanjutnya dapat diterima dengan mudah oleh petani serta kelompok
tani (Rusmono, 2012).
Menurut Soedijanto dalam Yulianto (2011), menyatakan bahwa evaluasi
adalah sebuah proses yang terdiri dari urutan rangkaian kegiatan mengukur dan
menilai. Evaluasi program penyuluhan/pelatihan perlu dilakukan, apakah kegiatan
tersebut dapat menghasilkan perubahan dan perbaikan serta meningkatkan
kemampuan pesertanya. Evaluasi mengalami implikasi pada takaran praktis yaitu
diabaikan atau tidak dilakukan, diperhatikan namun dilakukan secara tidak benar,
tidak dipahami secara komprehensif, dan mengalami reduksi makna.
2.6 Model Komunikasi Penyuluhan Pertanian
Gerad E. Miler mengemukakan dalam Pradiana dan Haryanto (2011),
bahwa
komunikasi
sebagai
situasi
yang
memungkinkan
suatu
sumber
20
agar antar pngirim dan penerima memiliki satu makna untuk saling memahami
makna pesan.
Komunikasi merupakan proses pengiriman pesan atau informasi oleh
komunikator atau penyuluh kepada komunikan atau petani, tetapi dalam proses
pengiriman tersebut dibutuhkan suatu keterampilan dalam memaknai pesan, baik
oleh komunikator ataupun komunikan sehingga dapat membuat sukses pertukaran
informasi. Komunikasi dan metode penyuluhan yang dipakai merupakan hal
terpenting dalam suatu kegiatan penyuluhan agar terciptanya kondisi yang
diharapkan dari kegiatan penyuluhan tersebut. Proses penyuluhan dibutuhkan
keahlian dan keterampilan berkomuikasi bagi seorang penyuluh dalam
mensosialisasikan program-program yang ingin dijalankan (Rasyid, 2012).
Menurut Mulyana dalam Aminah, dkk (2014), perkembangan komunikasi
meliputi tiga kerangka konsep yaitu komunikasi sebagai tindakan satu arah
(linier), interaksional dan transaksional.
a. Proses komunikasi linier adalah pesan dari pengirim kepada penerima dengan
tujuan agar terjadinya perubahan perilaku.
Pengirim
pesan
Penerima
pesan
Penerima
pesan
Penerima
pesan
21
Penerima
Pengirim
pesan
pesan
Gambar 2. 3. Proses Komunikasi Transaksional
Menurut Wiriatmadja dan Hamilton dalam Ekasari (2014), pergeseran
paradigma penyuluhan dari sistem transfer teknologi menjadi penyuluhan
partisipatif telah terjadi seiring dengan perkembangan model dan sistem
komunikasi persuasif dialogis. Petani dan keluarganya mulai dapat mengelola
usaha taninya dengan penuh kesadaran dan mampu melakukan piihan-pilihan
yang tepat dari alternatif yang ada. Keikutsertaan petani secara aktif merupakan
proses
pembelajaran
untuk
meghasilkan
dan
memanfaatkan
informasi,
23
24
setelah panen. Masyarakat Desa Sidodadi juga menjunjung tinggi sikap gotong
royong seperti ketika ada masyarakat setempat yang ingin membangun sarana dan
prasarana desa. Masyarakat Desa Sidodadi melaksanakan pengajian setiap malam
jumat dengan tujuan mempererat tali silaturahmi antar sesama warga desa.
Pengajian dilakukan secara bergiliran di setiap rumah warga Desa Sidodadi.
3.2. Gambaran Umum Kelompok Tani Margo Utomo
Desa Sidodadi merupakan salah satu desa yang memiliki suatu lembaga
yang berupa kelompok tani. Kelompok tani yang ada di Desa Sidodadi tersebut
merupakan kelompok yang masih aktif dalam bidang pertanian. Kelompok tani
merupakan fasilisator atau penghubung antara petani dengan seorang penyuluh.
Desa Sidodadi terdiri dari 9 kelompok tani yakni kelompok tani Karya Tani,
Margo Utomo, Sumber Urip, Taruna Tani, Moro Seneng, Tani Makmur, Ngudi
rejeki, Sakera dan Ngudi Rahayu. Kelompok tani Margo Utomo merupakan salah
satu kelompok tani yang tergabung dalam GAPOKTAN di Dusun Krajan Desa
Sidodadi yang berdiri pada tahun 1996. Kelompok tani tersebut didirikan oleh
penyuluh dan ketua kelompok tani pertama bernama Bapak Boimin. Kelompok
tani Margo Utomo memiliki arti yakni sesuatu yang diutamakan dan sebuah
kesepakatan bersama anggota.
Pembentukan kelompok tani Margo Utomo awalnya dilakukan oleh PPL
(Penyuluh Pertanian Lapang) dengan cara mengumpulkan para petani di Desa
Sidodadi. Tujuan dibentuknya kelompok tani tersebut yaitu pemerintah daerah
ingin meningkatkan swasembada pangan. Perkembangan kelompok tani Margo
Utomo sejak awal terbentuk hingga saat ini semakin baik. Perkembangan
kelompok tani yang semakin baik tersebut terlihat dengan peningkatan jumlah
anggota yang pada awalnya hanya berjumlah 36 orang menjadi 59 orang.
Kelompok tani tersebut aktif dalam kegiatan pertanian.
Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) merupakan fasilisator antara petani
dengan pemerintah yang dapat diterima oleh masyarakat setempat terutama
petani. Adanya PPL membuat petani dapat bertukar pendapat dengan penyuluh
dan memudahkan untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah. Program
25
penyuluhan yang diberikan penyuluh tersebut telah sebagian besar diterapkan oleh
anggota kelompok tani Margo Utomo, sebab anggota kelompok tani tersebut
beranggapan bahwa penyuluh sebagai seorang yang mempunyai pengerahuan
lebih yang dapat memberikan arahan, maka kelompok tani berkeinginan
melaksanakan informasi yang diberikan oleh penyuluh tersebut. Petani sangat
percaya bahwa program dari penyuluh sagat bagus untuk dilaksanakan dan hal
tersebut telah terukti dengan usahatani yang meningkat dari sebelumnya, sehingga
para petani yang ada di Desa Sidodadi ini sangat antusias dengan adanya
penyuluh yang dilakukan oleh dinas terkait.
Pemilihan pengurus pada kelompok tani Margo Utomo dilakukan dengan
cara meunjuk orang yang dianggap kompeten dalam bidangnya. Pemilihan
pengurus dilakukan secara musyawarah mufakat dan atas persetujuan pihak yang
bersangkutan. Pengurus kelompok tani Margo Utomo pada umumnya sama
dengan dengan kelompok tani yang lain. struktur organisasi pada kelompok tani
Margo Utomo. Dapat dilihat pada gambar 3.1.
KETUA
(BAPAK BOIMIN)
SEKRETARIS
(SODIONO YON P)
BENDAHARA
(SUJONO)
ANGGOTA
26
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Perencanaan Penyuluhan Pertanian
Perencanaan program penyuluhan pertanian merupakan upaya perumusan,
pengembangan dan pelaksanaan program-program pertanian guna tercapainya
tujuan dari pelaksanaan program penyuluhan. Perencanaan program penyuluhan
pertanian di Desa Sidodadi Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember meliputi
proses perancangan program dan penulisan perencanaan program. Perencanaan
program penyuluhan pertanian dinyatakan secara tertulis dan dilakukan secara
bersama-sama antara penyuluh dengan masyarakat. Perencanaan penyuluhan
pertanian dilakukan secara bertahap. Perencanaan dimulai dari melihat keadaan
dan permasalahan yang ada di kelompok tani. Perencanaan dimulai dari
identifikasi permasalahan yang muncul di kelompok tani dilalui dengan cara
melakukan pengamatan terhadap kondisi desa menggunakan data sekunder dan
data primer. Data sekunder adalah data yang diambil dari pihak penyuluh melalui
beberapa sumber seperti buku yang berisi tentang materi yang didalamnya
terdapat data-data yang akan diteliti oleh penyuluh seperti jenis tanah dan curah
hujan. Data primer adalah data yang diambil oleh penyuluh dengan mendatangi
lahan milik petani. Permasalahan yang didapat dari lapang tersebut disusun
menjadi data primer.
Penyuluh menyampaikan permasalahan tersebut kepada lembaga yang
lebih tinggi seperti pemerintah yang memutuskan kebijakan untuk mengatasi
permasalahan tersebut melalui penyuluh. Identifikasi permasalahan yang ada di
areal lahan petani kemudian dilakukan tinjauan ulang atau dilakukan dengan cara
pengamatan monev (monitoring evaluasi) yakni dengan cara hasil identifikasi
permasalahan kemudian dinilai dievaluasi dengan cara pembuatan data secara
tertulis seistematis sehingga penyuluh mampu mengenal dan memahami kondisi
atau permasalahan yang harus diselesaikan secara bersama lewat materi
penyulihan. Data tertulis tersebut berupa RDKK (Rencana Definitive Kebutuhan
Kelompok), data tersebut berisi daftar nama-nama anggota kelompok tani yang
membutuhkan sarana produksi pertanian seperti benih, pupuk, dan pestisida yang
27
28
kemudian diserahkan ke pihak terkait yaitu UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah)
dan kemudian dimusyawarahkan bersama dengan para penyuluh agar bisa
membuat keputusan dan kebijakan yang diambil guna menindak lanjuti kinerja
penyuluh. Tujuan dibuatnya RDKK adalah untuk mengetahui daftar nama-nama
anggota kelompok tani yang membutuhkan sarana produksi pertanian seperti
benih, pupuk, dan pestisida agar pihak terkait dapat menindak lanjuti. RDKK
merupakan data tertulis yang didalamnya mencakup nama petani, luas lahan
tanam (ha), kebutuhan pupuk (Urea, SP 36, KCL, ZA, NPK, organic) per kg,
pestisida (liter/kg), benih dan waktu tanam. Setiap anggota membutuhkan jumlah
pupuk yang berbeda tergantung luas lahan. Pemberian kebijakan dan keputusan
tersebut selanjutnya dievaluasi lagi dari awal perencanaan sampai akhir tahap
perencanaan untuk menghindari kesalahan teknis. Kebijakan dan keputusan
tersebut selanjutnya dikoordinasikan oleh penyuluh kepada pihak aparat desa yang
selanjutnya bisa langsung ditindaklanjuti ke ketua gabungan kelompok tani
kemudian ke keketua kelompok tani dan bisa langsung melakukan penyuluhan
bersama.
Perencanaan program penyuluhan pertanian di Desa Sidodadi meliputi
perumusan tentang keadaan pertanian, masalah pertanian, tujuan dilakukannya
penyuluhan dan cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penyuluh
pertanian di Desa Sidodadi Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember sebelum
melakukan penyuluhan pertanian mereka terlebih dahulu menganalisis keadaan
dari Desa Sidodadi. Penyuluh melakukan pengumpulan data dan informasi
mengenai potensi desa, sarana prasarana, keadaan sosial masyarakat, jenis
komoditas unggulan desa dan tingkat produktivitas komoditas tersebut. Penyuluh
juga mencari informasi tentang keberadaan kelompok tani atau kelembagaan
pertanian lainnya di Desa Sidodadi. Kegiatan menganalisis keadaan Desa
Sidodadi bertujuan agar para penyuluh lebih matang dalam penyampaian materi
karena sudah memahami kondisi desa, masalah yang sedang dihadapi petani serta
bagaimana cara menghadapi permasalahan tersebut. Penilaian penyuluh terhadap
Kelompok Tani Margo Utomo tergolong aktif dalam kegiatan penyuluha.
29
30
dimaksud yaitu masalah yang dihadapi oleh petani itu sendiri. Setiap petani
memiliki permasalahan yang berbeda-beda dan harus diidentifikasi terlebih
dahulu sebelum pemberian materi.
Bahan untuk penyusunan materi penyuluhan pada dasarnya harus sesuai
dengan kebutuhan petani. Tujuannya agar materi yang tersusun menjadi efektif
dan mampu menyelesaikan permasalahan aktual yang sedang dihadapi petani.
Penyuluh di Desa Sidodadi melakukan penyusunan materi sebelum melakukan
penyuluhan. Penyusunan materi dengan cara meringkas bahan-bahan materi
penyuluhan sehingga menjadi padat, mudah dipahami dan terhindar dari bahanbahan materi yang kurang relevan dengan topik yang telah ditetapkan. Bahanbahan yang diringkas berdasarkan pada tujuan-tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya dalam program penyuluhan pertanian. Sumber materi yang digunakan
sebagai bahan penyuluhan berasal dari sumber-sumber yang biasanya harus
mengalami adaptasi terlebih dahulu dengan lokasi atau wilayah kerja wilayah yan
bersangkutan.
Materi yang diberikan kepada petani oleh pihak penyuluhan bersumber
dari pengetahuan pribadi penyuluh dan buku pedoman lapang yang dimiliki oleh
penyuluh tersebut. Permasalahan yang terjadi di lapang dianalisis oleh penyuluh
untuk kemudian dicari penyelesaiannya. Permasalahan yang terjadi di Desa
Sidodadi selama ini mampu diatasi dengan pengetahuan yang dimiliki oleh
penyuluh dibantu dengan buku pedoman lapang yang dimiliki penyuluh. Apabila
pada saat analisis terjadi kekurangan data dan sumber, penyuluh menggunakan
media internet untuk melengkapi kekurangan data yang terjadi. Akan tetapi,
penggunaan bantuan internet ini jarang terjadi karena penyuluh memiliki
pengetahuan yang memadai di dalam penyelesaian masalah yang terjadi.
Penyuluh baru akan menggunakan internet apabila terjadi masalah yang sifatnya
baru pertama kali penyuluh hadapi dan penyuluh tidak dapat untuk
merekomendasikan langkah-langkah apa yang seharusnya dilakukan petani untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut.
Sifat materi penyuluhan yang diterapkan di Desa Sidodadi yang pertama
yaitu berisi pemecahan masalah yang sedang dan akan dihadapi. Maksud dari sifat
31
ini yaitu membantu petani agar mereka dapat membantu dirinya sendiri, materi
yang berisikan pemecahan masalah merupakan kebutuhan utama yang diperlukan
oleh petani. Karena itu, di dalam setiap kegiatan penyuluhan, materi ini harus
lebih diutamakan sebelum menyampaikan materi-materi yang lainnya. Sifat
materi penyuluhan yang kedua yaitu yang berisi petunjuk dan rekomendasi, yang
harus dilaksanakan. Materi penyuluhan yang berupa petunjuk/rekomendasi yang
harus dilaksanakan, materi seperti ini hanya dibatasi pada petunjuk/rekomendasi
yang harus segera dilaksanakan. Penyuluh yang cerdik, pasti tidak akan
memberikan petunjuk/rekomendasi yang baru akan dilaksanakan pada masa-masa
mendatang (yang masih memerlukan waktu beberapa lama lagi) sebab, pada
saatnya harus dilaksanakan/diterapkan masyarakat penerima manfaatnya sudah
lupa dan harus diulang kembali. Bahkan, mungkin petunjuk/rekomendasi tersebut
sudah seharusnya diperbaiki/disempurnakan lagi sesuai dengan perubahan
perkembangan keadaan yang dihadapi.
Materi penyuluhan yang diberikan kepada petani oleh penyuluh di Desa
Sidodadi didasarkan oleh keadaan Desa Sidodadi saat ini. Penentuan tema
penyuluhan yang dilakukan dengan cara penyuluh berkeliling di areal lahan milik
kelompok tani Margo Utomo, kemudian penyuluh melihat dan mengamati kondisi
lahan milik kelompok tani Margo Utomo. Apabila ada lahan yang bermasalah
seperti terkena hama, maka penyuluh akan mengambil gambar tanaman tersebut
untuk ditayangkan saat penyuluhan nanti. Tujuan pengambilan gambar tersebut
agar petani lebih memahami bagaimana bentuk hama dan penyuluh lebih mudah
dalam menjelasakannya. Materi penyuluha bisa berasal dari praktik kerja petani
lain dalam wilayah setempat yang telah menunjukkan hasil yang lebih baik secara
teknis dan ekonomis, hasil demonstrasi atau pengujian lokal yang telah
dilaksanakan di wilayah setempat, praktik kerja usaha tani petani lain di wilayah
lain yang mempunyai kondisi teknis dan sosial ekonomi serupa
Program yang diberikan oleh pemerintah kepada Desa Sidodadi adalah
peningkatan swasembada pangan dalam hal meningkatkan produktivitas hasil
panen padi sehingga menghasilkan gabah yang banyak dan berkualitas. Materi
yang diangkat dalam penyuluhan di Desa Sidodadi adalah tentang cara memilih
32
benih, cara mengolah tanah, cara memupuk dan pengendalian hama penyakit
secara terpadu. Materi-materi tersebut sangat erat kaitannya dengan pola tanam
dan peningkatan swasembada pangan. Pengetahuan dasar tentang peningkatan
swasembada beras sangat dibutuhkan oleh petani di Desa Sidodadi. Materi yang
disampaikan oleh penyuluh di Desa Sidodadi tidak hanya berupa informasi,
namun penyuluh juga ikut turun ke lapang dan menerapkan teknologi yang
berkaitan dengan pola tanam seperti alat-alat atau mesin pertanian, teknik atau
cara penentuan pola tanam dan pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Peningkatan swasembada beras mampu diterapkan oleh Kelompok Tani Margo
Utomo sehingga produktivitas hasil panen padi bisa lebih baik lagi.
Kendala yang dihadapi
penyuluh harus mencari lahan contoh yang memiliki masalah pada budidayanya
seperti terserang hama dan penyakit. Data tersebut harus sesuai dengan kenyataan
yang terjadi di desa tersebut sehingga materi yang akan disampaikan penyuluh
harus tepat sasaran dengan masalah yang terjadi. Materi yang digunakan harus
memiliki bukti fisik yang akan memberikan kepercayaan kepada petani terhadap
solusi yang dianjurkan oleh penyuluh.
4.3 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian
Pelaksanaan penyuluhan pertanian merupakan kegiatan pelaksanaaan
penyuluhan yang akan dilakukan. Pelaksanaan penyuluhan pertanian di Desa
Sidodadi, dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan petani yang akan diberikan
penyuluhan. Pada saat pelaksanaan penyuluhan pertanian media yang digunakan
sesuai dengan materi yang dibutuhkan dengan petani. Materi yang diberikan ada
materi yang tergolong materi ringan dan materi yang berat. Materi tergolong berat
dan ringan tergantung dari cara penyampaian materi yang dilakukan oleh
penyuluh. Materi ringan diberikan penyuluh pada saat penyuluhan biasanya
dilakukan dengan menggunakan media berbentuk leaflet. Materi ringan yang
diberikan oleh penyuluh seperti pengaturan pola tanam, jarak tanam,
pengaplikasian pupuk secara berimbang, pengolahan tanah, dan materi yang sudah
bisa diterapkan secara baik di lapang oleh para petani di Desa Sidodadi. Materi
33
34
dengan cara sistem arisan yaitu dimana kegiatan penyuluhan dilakukan secara
giliran dirumah petani ataupun tempat lain yang dapat dilakukan penyuluhan.
Setiap kegiatan penyuluhan yang dilakukan setiap bulan tersebut dilakukan
pembayaran uang Rp. 5000 per orang dan biasanya itu dilakukan untuk membayar
kas. Uang tersebut biasanya dikatakan sebagai uang kas bulanan setiap
dilakukannya kegiatan penyuluhan. Kendala yang dihadapi penyuluh saat
melakukan pelaksanaan penyuluhan yaitu pengulangan materi yang harus
dilakukan oleh penyuluh karena anggota kelompok tani banyak yang tidak dapat
memahami materi apabila disampaikan hanya satu kali saat penyuluhan.
Sehingga, penyuluh harus mengulang-ulang materi yang telah disampaikan.
4.4 Evaluasi Penyuluhan Pertanian
Tahapan evaluasi penyuluhan pertanian harus sesuai dengan perencanaan
penyuluhan. Mulai dari tahap penyusunan materi, pemilihan sasaran penyuluhan,
penentuan media evaluasi penyuluhan, penentuan jadwal dan pelaksanaan
evaluasi
anggota Kelompok Tani Margo Utomo yakni dengan bentuk evaluasi lapang yang
biasanya rutin dilakukan setiap per musim tanam. Penyuluh memberikan materi
sesuai dengan musim tanam yang sedang dilakukan oleh para anggota kelompok
tani. Evaluasi dilakukan ketika musim tanam padi misalnya, maka anggota
kelompok akan mendapatkan evaluasi berupa evaluasi lapang dari penyuluh.
Penyuluh akan meninjau lokasi lapang atau areal padi milik anggota
kelompok seberapa jauh kelompok tersebut mampu untuk menerapkan materi apa
yang telah diberikan oleh penyuluh. Penyuluh akan menilai dengan indikator
bahwa keberhasilan dalam satu musim panen akan dapat diraih dalam anggota
tersebut. Penilaian tersebut dapat dilihat dari kondisi lahan atau areal tanaman
padi milik mereka termasuk dalam kategori baik atau buruk dilihat dari seberapa
besar dalam mencapai produksi gabah yang baik dan berkualitas. Penilaian
evaluasi tersebut juga dilakukan sama terhadap tanaman-tanaman lain dalam satu
masa musim tanam.
35
36
kelompok yang aktif bertanya jika ada pemberian materi yang menurut mereka
kurang jelas ataupun mereka kurang paham terhadap materi yang diberikan oleh
penyuluh. Materi yang paling sulit menurut penyuluh adalah materi hama dan
penyakit karena ketika tidak ada penggambaran atau deskripsi yang baik tentang
gambaran hama dan penyakit, maka anggota kelompok langsung bertanya.
Pertanyaan tersebut silih berganti seiring tiap pergantian materi yang diberikan
oleh penyuluh.
Model transaksional yang ada antara penyuluh dan anggota kelompok
berdasarkan perananan antara kedua nya, yakni di mana pembicara dan pendengar
berlangsung secara simultan ketika mengkomunikasikan dan atau menerima
pesan. Unsur-unsur komunikasi menunjukkan saling ketergantungan dan masingmasing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lainnya. Komunikasi antara
penyuluh Desa Sidodadi dan anggota Kelompok Tani Margo Utomo berlangsung
dinamis. Model transaksional antara penyuluh dan anggota kelompok tani di Desa
Sidodadi dapat dilihat pada gambar 4.1.
Penyuluh
Kelompok
Tani
37
penyuluh menjawab dengan positif. Proses transaksional terjadi secara dua arah
dengan terjadi timbal balik. Petani bisa menjadi komunikator saat bertanya kepada
penyuluh dengan pertanyaan sebagai pesan untuk penyuluh, dalam hal ini
penyuluh bertindak sebagai komunikan karena menerima pesan atau pertanyaan
yang diajukan petani sebagai komunikator. Proses ini terjadi secara terus menerus
hingga mendapatkan hasil atau kesepakatan bersama yang dapat dijalankan.
Kendala dalam model transaksional yaitu materi tidak dapat disampaikan
secara sistematis sehingga materi tidak dapat tersebar merata kepada petani.
Materi yang tidak dapat tersebar tersebut terhambat oleh banyaknya pertanyaan
yang diajukan oleh kelompok tani sehingga penyuluh banyak yang menjawab
pertanyaan petani tetapi mengakibatkan materi tidak berlangsung secara urut dan
sistematis. Materi yang disampaikan pada petani oleh penyuluh tidak bisa
mencakup secara keseluruhan dikarenakan banyak waktu yang terbuang akibat
pertanyaan yang sering diajukan oleh petani.
3.
4.
Bentuk evaluasi lapang yang biasanya rutin dilakukan setiap per musim
tanam. Tahapan evaluasi dimulai dari penyusunan materi evaluasi, pemilihan
sasaran evaluasi, penentuan media evaluasi, penentuan jadwal evaluasi dan
pelaksanaan evaluasi.
5.
39
5.2 Saran
1. Bagi pemerintah, sebaiknya lebih memperhatikan dan membantu dalam
kelancaran kegiatan penyuluhan seperti memberikan bantuan berupa sarana
dan prasarana yang menunjang kegiatan penyuluhan.
2.
Bagi penyuluh, sebaiknya materi yang dijelaskan harus lebih rinci dan lebih
detail agar petani mengetahui materi secara baik dan benar.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, S., dkk. 2014. Perubahan Model Komunikasi dan Pergeseran Paradigma
Pembangunan dalam Prespektif Sejarah. Paramita, 24 (1): 92-103.
Anwas, O, M. 2013. Pengaruh Pendidikan Formal, Pelatihan, dan Intensitas
Pertemuan terhadap Kompetensi Penyuluhan Pertanian. Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan, 19 (1).
Ban, A, W, V, D., dan Hawkins, H, S. 2006. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta:
Kansius Media.
Ekasari, K, Z., dkk. 2014. Konflik Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian di
Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Komunikasi, 12
(1): 85-97.
Ikhsanudin, M, A. 2012. Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Lingkungan
Keluarga terhadap Intensi Berwirausaha Siswa SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta. Jurnal Penelitian, 3 (1).
Leeuwis, Cees. 2009. Komunikasi untuk Inovasi Pedesaan. Yogyakarta: Kanisius.
Pradiana, W., dan Haryanto, Y. 2011. Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian.
Bogor: Kementrian Pertanian.
Rasyid, Anuar. 2012. Metode Komunikasi Penyuluhan Pada Petani Sawah. Jurnal
Ilmu Komunikasi, 1 (1): 1-55.
Rusmono, Momon. 2012. Penyuluhan Pertanian Penguatan Kelembagaan Petani
tentang Kelompok Tani sebagai Kelas Belajar. Jakarta: Kementrian
Pertanian.
Salampessy, Y, L, A. 2012. Efektivitas Metode Penyuluhan dalam Peningkatan
Pemahaman Sut Konservasi Petani. Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan,
1 (1): 49-53.
Sigit, Argadata. 2014. Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Syahyuti, dkk. 2014. 40 Inovasi Kelembagaan Diseminasi Teknologi Pertanian.
Jakarta: IAARD Press.
Thomas, Soedarsono, dkk. 2005. Program dan Evaluasi Penyuluhan Pertanian.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Wibawa, Winny Dian. 2014. Pedoman Teknis Pendampingan Penyuluhan. Bogor:
Direktorat Jendral Sarana dan Prasarana Kementan.
Yahya, Yoush. 2013. Memilih Materi dalam Penyuluhan. Sirial Online. https://
www.academia.edu/2013/11/memilih-materi-dalam-penyuluhan, diakses
pada tanggal 27 April 2014.
Yulianto, Gunawan. 2011. Evaluasi Dampak Penyuluhan Pertanian di Kecamatan
Imogiri Kabupaten Bantul. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, 5 (2).