Anda di halaman 1dari 6

Tiga Musuh Rakyat Indonesia

Masyarakat Indonesia adalah Masyarakat yang berkarakter masyarakat Setengah jajahan-Setengah feudal yang didominasi oleh Imperialisme, feodalisme, dan kapitalisme Birokrat. Kedudukan Indonesia sangat strategis baik di bidang Ekonomi, politik, social dan budaya. Kekayaan yang melimpa Ruah baik kekayaan Alam dan jumlah kepadatan penduduk Indonesia , Membuat Indonesia menjadi Primadona di percaturan politik internasional. Maka hal itu juga yang membuat Imperialis AS beserta sekutu ingin Mendominasi dan Menghisap kekayaan alam serta manusia di Indonesia. melalui Sekutu Sejatinya Tuan-tuan Tanah Besar ( Borjuasi Komprador/feudal ), ikut serta melakukan praktek-praktek Monopoli Tanah di Indonesia. karena kita ketahui Bersama bahwa kepentingan imperialis di Indonesia tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mendapatkan bahan mentah murah, tenaga kerja murah, tempat pemasaran dan eksport capital. Persekutuan dari imperialism dan feudal melahirkan kapitalisme Birokrat sebagai boneka sekaligus kaki tangan dari Imperialis dalam melanggengkan keperntingan imperialis di Indonesia. Privatisasi, Liberalisasi, Regulasi Semua diperuntukkan demi kepentingan imperialisme. Dari penjelasan tentang karakter Indonesia sebagai negeri setengah jajahan dan setengah feodal, maka dapat disimpulkan bahwa ada 3 (tiga) musuh rakyat Indonesia yang menyebabkan kemorosotan hidup yang sangat dalam dari rakyat Indonesia. Tiga musuh tersebut adalah : 1. Imperialisme Pimpinan Amerika Serikat (AS) Imperialisme AS saat ini menjadi kekuatan kapitalisme monopoli Internasional yang paling kuat dan memegang peranan memimpin di antara kekuatan-kekuatan imperialisme dunia yang lain seperti Inggris, Jerman, Jepang dan Cina. Kekuatan ekonomi politik imperialisme AS menjadi segi yang berdominasi di dunia melalui lembaga-lembaga multinasional yang dikendalikan oleh AS seperti International Monetery Fund (IMF), World Bank, World Trade Organization (WTO) dan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Kelembagaan dunia tersebut menjadi instrumen bagi AS untuk memaksakan kebijakan-kebijakan ekonomi politik imperialisme kepada negeri-negeri jajahan dan setengah jajahan. Seperti misalnya IMF bertindak sebagai lembaga keuangan yang memastikan skema penyesuaian struktur ekonomi politik berdasarkan kepentingan AS melalui mekanisme hutang luar negeri yang menjerat. Sementara WTO adalah organisasi perdagangan dunia yang bertugas menjamin pelaksanaan liberalisasi perdagangan yang akan lebih menguntungkan bagi negeri imperialis khususnya AS. Demikian juga PBB menjadi organisasi internasional yang setiap waktu dapat digunakan oleh imperialis AS untuk mengesahkan kebijakan-kebijakannya, seperti yang baru-baru ini terjadi ketika AS melakukan agresi imperialisnya ke Irak. Imperialisme AS adalah musuh utama bagi seluruh bangsa khususnya di negerinegeri jajahan dan setengah jajahan. Sejarah mencatat bagaimana imperialisme AS mendukung klas-klas reaksioner lokal di berbagai belahan dunia untuk melakukan penindasan terhadap massa rakyat di negeri-negeri tersebut. Dan itu terbukti misalnya

dengan dukungan AS terhadap rezim anti rakyat di benua Asia seperti rezim Indonesia, Philipina, Thailand, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Nepal, dan Paskitan. Demikian juga di benua Afrika seperti di Kongo, Mozambik, Chad, Guinea Khatulistiwa, Sudan, Camerun, Republik Demokratik Kongo, dan Zaire. Sementara di Amerika Latin seperti di Argentina, Meksiko, Chili, Peru, Urugay, Kolombia, Puertorico, Bolivia, Honduras, Elsalvador. Dan memiliki pengaruh kuat terhadap beberapa rezim reaksioner di negaranegara lainnya. Negara-negara di kawasan Eropa Timur yang telah runtuh dan menempuh jalan revisionis modern, hari ini juga tunduk pada kekuatan Amerika Serikat serta menjadi anggota NATO. Amerika Serikat terlibat dalam pembangunan komplek industri militer di negaranya sendiri dan di berbagai negara. Melakukan ekspor peralatan militer dengan teknologi tinggi ke seluruh dunia. Amerika adalah pemimpin pasar dalam seluk beluk industri persenjataan. Komplek industri militer adalah komponen utama politik luar negeri Amerika dalam melakukan agresi imperialisnya. Di samping itu Amerika membangun pangkalan militer di hampir seluruh negara jajahan, setengah jajahan dan sekutu imperialisnya sejak berakhirnya perang dunia kedua. Dengan politik Pintu Terbuka untuk membendung perkembangan kemerdekaan nasional di berbagai belahan dunia dan mencegah perjuangan pembebasan nasional di berbagai negara jajahan dan melakukan politik konfrontasi dengan kubu Sovyet di bawah pimpinan Joseph Stalin. Sekarang setelah keruntuhan rezim revisionis modern dibekas kubu sosialis mereka menampilkan politik konfrontasi perang agresi dengan dalih perang anti terorisme. Ini akibat dari krisis kapitalisme monopoli yang ada di dalam negeri Amerika Serikat dan kapitalisme monopoli dunia akibat over produksi barang-barang manufaktur berteknologi tinggi dan defisit anggaran belanja akibat politik konfrontasi dan agresi mereka secara militer di masa lalu. Imperialis Amerika Seikat adalah macan kertas yang menggali liang kuburnya sendiri! Rakyat Indonesia sejak Rezim Boneka Imperialis Suharto berkuasa telah merasakan secara kongkrit penindasan dari imperialisme ini. Perusahaan ekplorasi minyak Amerika Caltex dan Stanvac mulai menggali bumi Indonesia, mengiringai langkah perusahaan Goodyear dan US Rubber, perusahaan Amerika yang bergerak dalam mengolah karet alam. Untuk melapangkan jalan perusahan-perusahaan tersebut para negara imperialis di bawah pimpinan Amerika membangun Inter Government Group on Indonesia (IGGI) atau Consultative Group on Indonesia (CGI) sekarang, sebuah persatuan negara donor yang bertujuan mengikat Indonesia agar tunduk pada kemauan mereka. Donor tersebesar di peroleh dari Amerika Serikat dan Jepang, ini logis dengan berkembang pesatnya perusahaan-perusahaan besar kedua negara tersebut di Indonesia. International Monetary Fund (IMF) pada tahun 1967 telah memberikan bantuan kepada Indonesia sebesar $51 juta. Pada pada tahun yang sama IGGI memberikan utang sebesar $200 juta.Jumlah ini terus meningkat, pada tahun 1968 mereka memberikan utang baru sebesar $325, sebagian besar digunakan untuk stabilitas.

Keadaan hari ini tidak jauh berbeda. Rakyat Indonesia tetap merasakan penindasan yang sama, di tengah-tengah kekayaan yang melimpah ruah yang diperoleh oleh perusahaan Asing tersebut. Freeport Indonesia tambang Amerika yang berpusat di New York, yang beroperasi di Papua sejak awal Orde Baru, telah menghancurkan dua gunung besar yang menjadi kebanggaan nasional, akan tetapi rakyat Papua tetaplah sukubangsa minoritas, terasing dan terbelakang di tanahnya sendiri. Exon Mobil Oil dan Santa Fe di Cepu dan Bojonegoro, beroperasi dan mengeruk keuntungan besar karena konsesi yang penuh KKN dengan Rezim Boneka Imperialis dalam negeri, rakyat hanya bisa melihat mobil bagus melintas lalu lalang, dan sekonyong-konyong daerahnya berunah ramai, harga barang dan jasa naik, angka kriminalitas meningkat, karena menurunnya daya hidup. New Mont Indonesia sebuah perusahaan tambang emas Amerika, yang beroperasi di Kalimantan, Sulawesi dan NTB keadaannya sama saja. Kesenjangan antara pendapatan ekspatriat asing dengan buruh Indonesia dengan jabatan yang sama menjadi bom waktu yang setiap saat akan meledak. Demikian juga telah membuat nelayan-nelayan di Selat Alas kehilangan mata pencaharian karena limbah bawah laut telah menghancurkan terumbuh karang dan membunuh ikan-ikan yang ada diperairan tersebut. Penindasan ini menjadi kian panjang dengan masuknya mereka ke dalam pertanian rakyat, melakukan konsolidasi tanah dengan sistem Pertanian Kontrak, menyewa tanah petani dengan masa waktu yang panjang, 25 hingga 30 tahun, untuk menanam kapas dan jagung serta beberapa tanaman lain yang menguntungkan mereka. Petani akan menjadi buruh tani sepanjang waktu itu dan mereka akan mengeruk keuntungan tanpa batas. 1. Feodalisme Sejak bangsa asing melakukan ekploitasi di Indonesia pertama kali, baik VOC, Sistem Tanam Paksa, dan masa neo-kolonialisme, kaum feodal-tuan tanah adalah pendukung mereka yang paling setia bersama-sama dengan borjuasi komprador. Artinya tidak ada imperialisme yang begitu kuat di Indonesia tanpa dukungan dari mereka. Feodalisme intinya adalah monopoli penguasaan tanah dan alat kerjanya berada di tangan tuan tanah, mereka tidak berpartisipasi dalam produksi karena mempekerjakan buruh tani, petani miskin dan petani sedang bawah, akan tetapi keuntungan terbesar hasil produksi diambil oleh mereka untuk keperluan hidupnya. Mereka menindas para pekerja dengan cara bagi hasil (maro, mrapat, mretelu), dan juga menggunakan sistem borongan dan upah yang sangat rendah. Meskipun sistem dunia hari ini adalah dominasi kapitalisme, akan tetapi di Indonesia perkembangan kapitalisme hingga imperialisme sebagai bentuk perkembangannya yang paling akhir, feodalisme di Indonesia menjadi basis sosial yang membuat imperialis berdominasi. Feodalisme telah membantu imperialisme sehingga dapat mengambil tanah rakyat dengan mudah, mobilisasi tenaga

kerja murah dan memperoleh bahan mentah untuk kepentingan industri kapitalis dengan murah dan melimpah. Betul bahwa di Indonesia kepemilikan tanah perseorangan yang sangat luas oleh tuan tanah, secara kwantitas tidak lagi sebesar zaman VOC atau Sistem Tanam Paksa, di mana para bangsawan dan tuan tanah desa masih sangat berdominasi. Akan tetapi data hari ini menunjukkan bahwa penguasaan tanah masih terkonsentrasi pada: pengusahapengusaha perkebunan negara maupun perseorangan, di tangan institusi militer, di tangan pengusaha-pengusaha pemegang HPH dan HGU secara korupsi, kolusi dan nepotisme, ditangan pemodal yang mengkonsolidasikan tanah petani dengan cara sewa dan kontrak jangka panjang, di tangan perseorangan pemegang hak absentee, tuan tanah desa penguasa tanah luas di luar batas maksimum menurut Undang-Undang Agraria 1960, dan semua tuan tanah pemilik tanah luas dan tidak berpartisipasi (mempekerjakan orang lain) dalam produksi akan tetapi mengeruk keuntungan yang besar dan bergantung hidupnya dari penguasaan tanah tersebut. Mereka adalah kaum yang kemudian disebut tuan tanah dalam kenyataan hari ini, pada zaman setengah feodal, di bawah dominasi imperialisme. Demikian pula klas-klas parasit lain yang mengikuti setengah feodal ini juga masih banyak kita jumpai mereka adalah: Para lintah darat (bank perkreditan) yang meminjamkan uang dengan bunga yang mencekik leher petani, Tukang Ijon dan tengkulak besar yang pada hakekatnya borjuasi komprador dan tuan tanah (penebas dan pengepul besar) yang memainkan harga hasil produksi petani. 2. Kapitalisme Birokrat ( Kabir ) Kapitalisme birokrasi, pada dasarnya adalah penyalahgunaan kekuasaan oleh kaum birokrat karena memegang simpul-simpul kekuasaan untuk diri sendiri dan keluarga, dan klik kekuasaannya dengan memberikan fasilitas dan sumber daya terutama ekonomi kepada mereka karena mendukung posisinya di birokrasi. Dalam kakuasaan politik Indonesia perkembangan klas kapitalis birokrat ini bertumbuh dengan pesat dari hari ke hari. Sepanjang kekuasaan rezim-rezim boneka imperialis mulai Suharto hingga Megawati tercatat banyak sekali lembaga-lembaga negara yang baru dibentuk, baik karena gagasannya sendiri maupun untuk merenspon kritik rakyat. Misalnya Lembaga untuk pemberantasan korupsi, pengawasan persaingan usaha, dsb. Sejatinya, lembagalembaga tersebut hanya diperuntukkan untuk menampung teman-teman sejawatnya, keluarga dan kolega-kolega lainnya yang tidak memiliki kapasitas untuk menjalankan pekerjaan, sekaligus untuk membangun sumber legitimasi politik baru. Bentuk lain dari kapitalis birokrat ini adalah perangkapan jabatan. Di Indonesia sudah dianggap biasa seorang yang mempunyai jabatan menteri, panglima militer, gubernur, bupati hingga camat dan kepala desa, juga memegang beberapa jabatan lainnya, dengan tujuan agar prestise organisasi atau sumber keuangannya terjamin. Kesemua bentuk yang dipaparkan tersebut adalah praktek yang paling nyata dari kapitalis birokrat yang menjadi musuh rakyat Indonesia. Mereka tidak pernah dengan

sungguh mengurus persoalan rakyat, akan tetapi lebih banyak mengurus persoalan pribadi dan klik kekuasaannya.Dan hal seperti itu masih berlangsung dengan skala yang semakin luas, terbuka dan tanpa malu-malu. Beberapa bentuk pokok dari kapitalis birokrat hari ini : a. Melakukan tindakan korupsi, menerima pemberian dari siapapun diluar gaji yang seharusnya, meminta imbalan tanda tangan, meminta bagian dari proyek pemerintah maupun swasta diluar ketentuan untuk diri sendiri. Temasuk memberikan proyek kepada keluarganya, teman-temannya, dan klik kekuasaan yang mendukungnya tanpa melalui tender terbuka. b. Melakukan politik uang untuk memperoleh sebuah jabatan politik di pemerintahan. c. Membuat lembaga negara baru, dengan berbagai fasilitas akan tetapi tidak berfungsi. Hal ini hanya memboroskan keuangan negara. d. Membuat lembaga baru dengan mengangkat keluarga, teman-temannya, dan klik politiknya dengan maksud membuat sumber legitimasi politik baru. e. Pejabat sipil maupun militer melakukan perangkapan jabatan, terutama dalam pemerintahan sendiri, menjadi komisaris di perusahaan-perusahan negara dan swasta, serta di berbagai organisasi sosial, olahraga dengan maksud membiayai organisasi tersebut untuk memperoleh dukungan politik. f. Melakukan sogok atau suap untuk kenaikan pangkat kepada atasan. g. Menggunakan fasilitas dinas untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, dan klik kekuasaannya (partai, golongan dll), di luar kepentingan dinas. h. Memberikan bintang pernghargaan dan jasa kepada keluarga, teman dan klik kekuasaannya tanpa pertimbangan yang jelas. i. j. Menjalankan bisnis dengan memanfaatkan jabatannya sebagai pimpinan, menjadi beking bagi siapa saja yang bisa membayar. Menggunakan jabatan untuk memaksa bank untuk memberikan kredit kepada pihak tertentu dan dia mendapat bagian dari kredit tersebut.

k. Serta beberapa bentuk lain yang semakin canggih dan berkembang dari waktu ke waktu, mencuri uang negara dan fasilitas negara untuk kekayaan pribadi serta klik yang mendukungnya (partai, kelompok, gang, bandit, dll) bertahan di jabatan tersebut dalam pemerintahan. Secara hakekat dalam bentuk perkembangan lainnya, militerisme dan fasisme adalah bagian dari penyalahgunaan kekuasaan ini yang secara politik, budaya, dan militer menindas rakyat. Sejarah para birokrat sipil dan militer mempunyai pertalian erat dengan politik, budaya, dan militer imperialis yang secara prinsip adalah fasis dan ultranasionalis karena menjajah negeri lain untuk kepentingan negerinya sendiri. Pada

tingkatnya yang sekarang fasisme-imperialis AS melakukan perang agresi di berbagai belahan dunia, sedangkan pemerintahan reaksioner boneka imperialis Indonesia melaksanakan fasisme untuk menindas rakyatnya sendiri demi kepentingan tuan imperialisnya.

Anda mungkin juga menyukai