Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Abdurrahman Wahid atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Gus Dur merupakan
presiden RI yang ke-4. Abdurrahman Wahid terpilih menjadi presiden RI pada tanggal 20
Oktober 1999.
Terpilihnya Abdurrahman Wahid sebagai presiden tidak terlepas dari keputusan MPR
yang menolak laporan pertanggung jawaban presiden BJ. Habibie. Berkat dukungan parta-
partai Islam yang tergabung dalam poros tengah, Abdulrrahman Wahid unggul dari calon
presiden yakni Megawati Soekarno Putri dalam pemilihan presiden yang dilakukan melalui
pemungutan suara dalam rapat pari ourna ke-13.
Pada saat itu Megawati Soekarno Putri sendiri telah unggul dan terpilih menjadi wakil
presiden setelah unggul dari Hamzag Haz dalam pemilihan wakil presiden dalam
pemungutan suara. Ia di lantik menjadi wakil presiden pada tanggal 21 Oktober 1999.
Presiden Abdurrahman Wahid dalam melanjutkan cita-cita reformasi diawali membentuk
kabinet persatuan nasional.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana kehidupan politik pada masa pemerintahan presiden Gusdur?


2. Bagaimana kehidupan ekonomi pada masa pemerintahan presiden Gusdur?
3. Apa saja reformasi yang telah terjadi pada masa pemerintahan presiden Gusdur?
4. Kebijakan dan gagasan apa saja yang presiden Gusdur keluarkan?

1.3 MAKSUD & TUJUAN

Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini diantaranya :


1. Untuk mengetahui kehidupan politik pada masa pemerintahan presiden Gusdur
2. Untuk mengetahui kehidupan ekonomi pada masa pemerintahan presiden Gusdur
3. untuk mengetahui reformasi yang telah terjadi pada masa pemerintahan presiden
Gusdur
4. untuk mengetahui kebijakan dan gagasan yang telah di keluarkan presiden Gusdur

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERKEMBANGAN BIDANG POLITIK


Presiden Abdurrahman Wahid dalam melanjutkan cita-cita reformasi diawali dengan
membentuk Kabinet Persatuan Nasional. Kabinet ini adalah kabinet koalisi dari partai-partai
politik yang sebelumnya mengusung Abdurrahman Wahid menjadi presiden yakni PKB,
Golkar, PPP, PAN, PK dan PDI-P. Beberapa langkah reformasi yang dilakukan selama
pemerintahan Gus Dur antara lain sebagai berikut :

1. Presiden Abdurrahman Wahid membubarkan dua departemen yakni Departemen


Penerangan dan Departemen Sosial dan diganti dengan pembentukan Departemen
Eksplorasi Laut melalui Keputusan Presiden No. 355/M tahun 1999 tanggal 26 Oktober
1999.
2. Pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, MPR melakukan amandemen
terhadap UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 2000. Amandemen tersebut berkaitan
dengan susunan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Upaya reformasi di bidang hukum dan pemerintahan dilakukan dengan pemisahan
TNI dan Polri sehingga TNI dapat memfokuskan diri dalam menjaga kedaulatan
wilayah Republik Indonesia dari ancaman kekuatan asing, sementara Polri dapat lebih
berkonsentrasi dalam menjaga keamanan dan ketertiban.
4. Berbagai kasus KKN tersebut kembali dibuka pada tanggal 6 Desember 1999 dan
terfokus pada apa yang telah dilakukan oleh mantan Presiden Soeharto dan
keluarganya.
5. Pencapaian lain pemerintahan Abdurrahman Wahid adalah pemulihan hak minoritas
keturunan Tionghoa untuk menjalankan keyakinan mereka yang beragama Konghucu
melalui Keputusan Presiden No. 6 tahun 2000 mengenai pemulihan hak-hak sipil
penganut agama Konghucu. 

Sikap Presiden Abdurrahman Wahid yang cenderung mendukung pluralisme dalam


masyarakat termasuk dalam kehidupan beragama dan hak-hak kelompok minoritas
merupakan salah satu titik awal munculnya berbagai aksi penolakan terhadap kebijakan dan
gagasan-gagasannya. 

1. Presiden Abdurrahman Wahid melontarkan gagasan kontroversial yaitu gagasan


untuk mencabut Tap.MPRS No.XXV tahun 1966 tentang larangan terhadap Partai
Komunis Indonesia dan penyebaran Marxisme dan Leninisme.
2. Benturan Presiden Abdurrahman Wahid dengan organisasi massa dan partai politik
Islam adalah gagasannya untuk membuka hubungan dagang dengan Israel.

3
2.2 PERKEMBANGAN BIDANG EKONOMI

Keadaan sistem ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Abdurahman


Wahid memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya, kondisi perekonomian Indonesia


mulai mengarah pada perbaikan, di antaranya pertumbuhan PDB yang mulai positif,
laju inflasi dan tingkat suku bunga yang rendah, sehingga kondisi moneter dalam negeri
juga sudah mulai stabil.
2. Hubungan pemerintah dibawah pimpinan Abdurahman Wahid dengan IMF juga kurang
baik, yang dikarenakan masalah, seperti Amandemen UU No.23 tahun 1999 mengenai
bank Indonesia, penerapan otonomi daerah (kebebasan daerah untuk pinjam uang dari
luar negeri) dan revisi APBN 2001 yang terus tertunda.
3. Politik dan sosial yang tidak stabil semakin parah yang membuat investor asing
menjadi enggan untuk menanamkan modal di Indonesia.
4. Makin rumitnya persoalan ekonomi ditandai lagi dengan pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung negatif, bahkan merosot hingga 300 poin,
dikarenakan lebih banyaknya kegiatan penjualan daripada kegiatan pembelian dalam
perdagangan saham di dalam negeri.

Selain itu juga adanya dugaan bahwa presiden terlibat dalam pencairan dan
penggunaan dana Yayasan Dana Kesejahteraan Karyawan (Yanatera) Bulog sebesar 35 miliar
rupiah dan dana bantuan Sultan Brunei Darussalam sebesar 2 juta dollar AS. DPR akhirnya
membentuk Panitia Khusus (Pansus) untuk melakukan penyelidikan keterlibatan Presiden
Abdurrahman Wahid dalam kasus tersebut.
Pada 1 Februari 2001 DPR menyetujui dan menerima hasil kerja Pansus. Keputusan
tersebut diikuti dengan dengan memorandum yang dikeluarkan DPR bahwa presiden telah
melanggar haluan negara yaitu melanggar UUD 1945 Pasal 9 tentang Sumpah Jabatan dan
melanggar Tap MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang bebas KKN.
Presiden Abdurrahman Wahid tidak menerima isi memorandum tersebut karena
dianggap tidak memenuhi landasan konstitusional. DPR sendiri kembali mengeluarkan
memorandum kedua dalam rapat paripurna DPR yang diselenggarakan pada tanggal 30 April
2000. Rapat tersebut memberikan laporan pandangan akhir fraksi-fraksi di DPR atas
tanggapan presiden terhadap memorandum pertama.
Hubungan antara presiden dan DPR semakin memanas seiring dengan ancaman
presiden terhadap DPR. Jika DPR melanjutkan niat mereka untuk menggelar Sidang
Istimewa MPR, maka presiden akan mengumumkan keadaan darurat dan memerintahkan
TNI dan Polri untuk mengambil tindakan hukum terhadap sejumlah orang tertentu yang
dianggap menjadi tokoh yang aktif menyudutkan pemerintah. 

4
DPR akhirnya menyelenggarakan rapat paripurna untuk meminta MPR mengadakan
Sidang Istimewa MPR. Pada tanggal 21 Juli 2001 MPR menyelenggarakan Sidang Istimewa
yang dipimpin oleh ketua MPR Amien Rais. Menyadari posisinya yang terancam, presiden
selanjutnya mengeluarkan Maklumat Presiden tertanggal 22 Juli 2001. Maklumat tersebut
selanjutnya disebut Dekrit Presiden yang berisi.

1. Membekukan MPR dan DPR Republik Indonesia.


2. Mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dan mengambil tindakan serta menyusun
badan-badan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pemilu dalam waktu satu tahun.
3. Menyelamatkan gerakan reformasi total dari hambatan unsur-unsur Orde Baru dengan
membekukan Partai Golkar sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung.

Akhirnya melalui Ketetapan MPR No. II/MPR/2001 tentang pertanggungjawaban


Presiden Abdurrahman Wahid dan Ketetapan MPR No. III/MPR/2001 tentang penetapan
Wakil Presiden Megawati Soekarno Putri sebagai Presiden Republik Indonesia. MPR
memberhentikan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden dan mengangkat Wakil Presiden
Megawati Soekarno Putri sebagai presiden kelima Republik Indonesia pada tanggal 23 Juli
2001.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Presiden Abdurrahman Wahid dalam melanjutkan cita-cita reformasi diawali dengan
membentuk Kabinet Persatuan Nasional Presiden Abdurrahman Wahid membubarkan dua
departemen yakni Departemen Penerangan dan Departemen Sosial dan diganti dengan
pembentukan Departemen Eksplorasi Laut melalui Keputusan Presiden No. 355/M tahun
1999 tanggal 26 Oktober 1999.Berbagai kasus KKN tersebut kembali dibuka pada tanggal 6
Desember 1999 dan terfokus pada apa yang telah dilakukan oleh mantan Presiden Soeharto
dan keluarganya Kejatuhan pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid tidak terlepas dari
akumulasi berbagai gagasan dan keputusannya yang kontroversial.Akhirnya melalui
Ketetapan MPR No. II/MPR/2001 tentang pertanggungjawaban Presiden Abdurrahman
Wahid dan Ketetapan MPR No. III/MPR/2001 tentang penetapan Wakil Presiden Megawati
Soekarno Putri sebagai Presiden Republik Indonesia. MPR memberhentikan Abdurrahman
Wahid sebagai Presiden dan mengangkat Wakil Presiden Megawati Soekarno Putri sebagai
presiden kelima Republik Indonesia pada tanggal 23 Juli 2001.

3.2 SARAN

Penulis menyarankann agar beberapa hal yang yang postif pada masa Pemerintahan
Gusdur dapat di gunakan kembali pada era pemerintahan yang sekarang misalnya seperti
Kemajuan Ekonomi pada era pemerintah Abdurrahman Wahid Dengan Tidak adanya Korupsi
dan tindakan tegas Abdurrahman Wahid Terkait KKN.

6
Daftar Pustaka

https://www.mikirbae.com/2016/05/perkembangan-politik-dan-ekonomi-
masa.html?m=1

7
1
1

Anda mungkin juga menyukai