Oleh :
Heti Agustina
NIM : 1067123
Prodi : Administrasi Negara
Dosen Pengampu :
Alvina Sevtiani,S.A.P.,M.Si.
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas makalah tentang Perwujudan
Kebudayaan di suatu daerah, yaitu “Nujuh Jerami Sebagai Perwujudan Kebudayaan
Masyarakat Dusun Bukit Tulang”. Sholawat dan salam semoga terlimpah dan tercurah kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan syafaatnya di hari akhir kelak.
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan maksimal jika
tidak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit
hambatan yang saya hadapi karena keterbatasan pengetahuan serta bahan referensi yang dapat
dijadikan acuan.
Makalah ini disusun dan diselesaikan sebagai upaya untuk memenuhi harapan dan tuntutan
mata kuliah yakni Pengantar Sosiologi. Saya berharap dengan selesainya makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan sebagai tolak ukur dosen dalam memberikan penilaian.
Heti Agustina
II
DAFTAR ISI
Telah Dif
III
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.4 Manfaat Penulisan
a. Manfaat Praktik
Dapat dijadikan bahan referensi untuk menambah pengetahuan tentang perwujudan
kebudayaan di suatu daerah, khususnya Nujuh Jerami di Dusun Bukit Tulang, Desa Riding
Panjang Kecamatan Belinyu.
b. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan pembelajaran dan sebagai bahan pengembangan selanjutnya.
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Perwujudan
Kebudayaan di suatu daerah, yaitu “Nujuh Jerami Sebagai Perwujudan Kebudayaan
Masyarakat Dusun Bukit Tulang” serta juga diharapkan sebagai sarana pengembangan ilmu
pengetahuan yang secara teoritis dipelajari di bangku perkuliahan.
5
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1. Pengertian Nujuh Jerami
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suzana Paranita (2023). Menurutnya, “Nujuh
Jerami merupakan wujud rasa syukur masyarakat atas nikmat yang Allah SWT berikan atas
hasil panen masyarakat yang sebagian besar adalah petani”. Selain pendapat di atas, pendapat
yang hampir sama dikemukakan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia
(2015). Menurutnya, “Upacara Nujuh Jerami merupakan wujud rasa syukur masyarakat adat,
baik yang ada di dalam hutan maupun di pemukiman luar, atas keberhasilan panen padi (beras
merah)”.
Suhaili, salah satu tokoh masyarakat di Kabupaten Bangka mengatakan, “upacara Nujuh
Jerami yang dilakukan masyarakat di kecamatan tersebut dipahami sebagai ungkapan rasa
syukur kepada Tuhan setelah panen padi. Upacara diawali dengan membawa lesung atau batang
kayu berlubang untuk menumbuk padi, yang kemudian dibawa ke depan rumah salah satu tokoh
adat setempat”. Pengertian Nujuh Jerami menurut Aprionis (2015), "Nujuh jerami" yang berasal
dari kata "nujuh" yang berarti tujuh dan "jerami" merupakan sebutan untuk padi. Tradisi itu
setiap tahun digelar di Dusun Air Abik, Dusun Bukit Tulang, dan Dusun Pejem, Kecamatan
Belinyu, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung”.
Kemudian, hasil penelitian yang dilakukan oleh Rismy Wiramadonnah, S.STP., M.Si.
(2017) dalam artikelnya yang berjudul “Nujuh Jerami”. Menurutnya, “NUJU JERAMEIC atau
Nujuh Jerami merupakan penanggalan tahunan yang telah lama dipraktekkan sebagai sebuah
proses ritual, khususnya berharap atau berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar memberkati padi
yang telah dipanen dengan harapan pada tahun yang akan datang hasil panen padi mereka akan
memperoleh hasil panen yang melimpah”.
Merujuk pada pendapat di atas nampaknya Nujuh Jerami dapat diartikan sebagai ungkapan
rasa syukur masyarakat atas nikmat yang Allah SWT berikan atas keberhasilan panen warga
berupa padi yang diikuti perayaan sebagai bentuk tradisi.
2.2. Pengertian Kebudayaan
Menurut EB Taylor, Primitive Culture (1871), “Kebudayaan adalah keseluruhan yang terdiri
dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, serta kemungkinan-
kemungkinan lain dan kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota komunitas.
Pengertian kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara, ”Kebudayaan mempunyai arti bahwa
prestasi intelektual manusia merupakan hasil perjuangan manusia melawan dua kekuatan
dahsyat yaitu waktu dan alam, serta merupakan bukti kejayaan hidup manusia dalam mengatasi
hambatan dan kesulitan hidup dan penghidupan untuk mencapai keamanan dan kebahagiaan”.
Menurut Robert H Lowie, ”Kebudayaan adalah segala sesuatu yang diperoleh individu dari
masyarakat, termasuk kepercayaan, adat istiadat, norma kesenian, kebiasaan makan, dan
keterampilan yang tidak diperoleh melalui kreasi sendiri tetapi merupakan warisan warisan
masa lalu yang diperoleh melalui pendidikan formal atau informal”.
Merujuk pada penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, kebudayaan adalah Kebudayaan
merupakan seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia
dalam kehidupan bermasyarakat.
6
2.3. Komponen, unsur, dan wujud kebudayaan
2.3.1 Komponen Kebudayaan
Berdasarkan wujudnya, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen, yaitu:
1. Kebudayaan Material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata dan konkret.
Yang termasuk di dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang
dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi, seperti perhiasan, senjata, mangkuk tanah
liat, dan lain-lain.
2. Kebudayaan Nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi
ke generasi yang sering disebut sebagai denyut nadi kehidupan sosial.
2.3.2 Unsur-Unsur Kebudayaan
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam kebudayaan adalah :
1. Peralatan dan perlengkapan hidup (pakaian, perumahan, peralatan produksi,
transportasi)
2. Mata pencaharian dan sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi,
distribusi)
3. Sistem sosial (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, perkawinan )
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem Pengetahuan
7. Agama (religi)
Memang benar bahwa unsur-unsur suatu kebudayaan tidak dapat dimasukkan ke dalam
kebudayaan lain tanpa menimbulkan perubahan pada kebudayaan tersebut. Namun kita tidak
boleh lupa bahwa kebudayaan tidak statis melainkan terus berkembang. Tanpa “campur
tangan” dari budaya lain atau asing, hal ini akan berubah seiring berjalannya waktu. Kalau
bukan dari luar, akan ada individu-individu di dalam budaya itu sendiri yang akan
memperkenalkan variasi perilaku baru yang pada akhirnya akan menjadi milik bersama dan
kemudian menjadi bagian dari budaya tersebut. Hal ini juga dapat terjadi karena beberapa
aspek lingkungan budaya sedang mengalami perubahan dan pada akhirnya budaya tersebut
lambat laun akan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
2.3.3 Wujud kebudayaan
Bentuk kebudayaan itu sendiri terdiri atas sejumlah sistem yang menyusunnya.
Sebagaimana dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2015), yang membagi kebudayaan menjadi
tiga bentuk, yaitu: Ideas (sistem ide); Activities (sistem aktivitas); dan Artifacts (sistem artifak).
Berikut adalah penjabaran dari masing-masing wujud kebudayaan.
1. Sistem Ide
Wujud kebudayaan sebagai suatu sistem bersifat abstrak, tidak dapat dilihat atau diraba
melainkan hanya dirasakan dan tersimpan dalam benak individu dan kelompok masyarakat
yang menekuni kebudayaan tersebut. Wujudnya dalam kehidupan sehari-hari diwujudkan
dalam adat istiadat, norma, agama, peraturan perundang-undangan. Contoh sebenarnya sudah
cukup jelas dari contoh pola yang telah dijelaskan. Misalnya, norma-norma sosial tidak
ditetapkan tetapi masyarakat berkomitmen untuk mengikutinya demi menjaga kehidupan
7
bermasyarakat. Ada pula peraturan tertulis yang ditetapkan oleh pemimpin sebagai kerangka
perlindungan hukum masyarakat.
2. Sistem Aktivitas
Sesuai dengan namanya, bentuk kebudayaan ini merupakan suatu kegiatan sosial yang
menghadirkan suatu pola tertentu kepada individu-individu dalam masyarakat. Sistem ini
dapat terjadi melalui interaksi manusia. Berbeda dengan bentuk konseptual, bentuk
operasionalnya dapat dilihat dan dirasakan secara langsung. Contohnya mencakup beberapa
upacara pernikahan adat, kegiatan advokasi untuk mendukung calon pemimpin, dan banyak
lagi. Setiap ritual adat tertentu pasti mempunyai kegiatan yang berkesinambungan (sama dari
generasi ke generasi). Beberapa pihak juga mempunyai kegiatan yang memiliki model, visi,
dan misi yang sama dan dijaga secara konsisten.
3. Sistem Artefak
Artefak merupakan wujud kebudayaan yang paling konkrit. Dalam bentuk fisiknya dapat
dilihat, diraba dan dirasakan secara langsung melalui panca indera. Misalnya wayang golek
dari Jawa dan kain ulos dari Batak. Benda-benda tersebut merupakan perwujudan gagasan dan
aktivitas individu dalam masyarakat. Terkadang bentuk kegiatan tertentu memerlukan artefak
khusus dan sebaliknya. Tak hanya adat istiadat, kegiatan kampanye juga kerap disertai dengan
simbol partai pada bendera, kaos oblong, dan perlengkapan lainnya.
8
BAB III
Pembahasan
9
3.4. Unsur-unsur kebudayaan yang ada dalam Nujuh Jerami sebagai berikut:
1. Unsur bahasa. Bahasa yang digunakan masyarakat di Dusun Bukit Tulang yaitu
bahasa Kampong yang menjadi ciri khas mereka yang kemudian akan diwariskan
kepada generasi penerusnya turun temurun.
2. Organisasi Sosial. Kehidupan dalam setiap kelompok masyarakat diatur oleh adat
istiadat dan aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di
mana dia hidup. Dalam acara Nujuh Jerami ini hampir semua warga di Bukit Tulang
bergotong royong dan bekerjasama mempersiapkan semua keperluan untuk Nujuh
jerami, mulai dari membuat berbagai makanan yang merupakan sumbangan dari
para wargadan berbagai perlengkapan lainnya yang dibutuhkan. Itu membuktikan
bahwa terdapat unsur organisasi sosial di dalamnya.
3. Ekonomi atau mata pencaharian. Dimana masyarakat mencukupi kebutuhan
hidupnya melalui mata pencaharian bercocok tanam di ladang.
4. Unsur religi. Nujuh jerami yang masih dilaksanakan setahun sekali pada masyarat
dusun Bukit Tulang menunjukkan adanya pelestarian dan kreativitas budaya,
dimana terjadinya transformasi nilai yang lebih bernuansa spiritual dengan adanya
doa-doa sesuai dengan keyakinan masyarakat setempat
5. Unsur kesenian. aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional Prosesi
pelaksanaan ritual Nujuh Jerami disertai dengan kegiatan tarian campak, pencak
silat, dan dambus yang merupakan satu kesatuan ritual.
3.6. Bagaimana kebudayaan Nujuh Jerami dipraktikkan dan dipelihara oleh masyarakat
Nujuh Jerami merupakan wujud rasa syukur masyarakat atas rezeki yang Allah SWT
berikan untuk hasil panen masyarakat yang mayoritas adalah petani. Nujuh Jerami
dipentaskan di salah satu rumah adat yang disiapkan khusus oleh masyarakat. Hampir
seluruh warga Bukit Tulang bergotong royong dan bersama-sama menyiapkan segala
kebutuhan untuk Nujuh Jerami, mulai dari membuat berbagai makanan yang merupakan
sumbangan warga dan masih banyak perlengkapan kebutuhan lainnya. Pelaksanaan Nujuh
Jerami dipimpin oleh tetua adat, dan disaksikan oleh seluruh warga Bukit Tulang, perangkat
desa dan perwakilan pemerintah daerah/stakeholder yang hadir, serta berpartisipasi dalam
proses Nujuh Jerami serta masyarakat di luar desa Bukit Tulang. Pelaksanaan Nujuh Jerami
10
diawali dengan mengambil segenggam beras dari nampan sambil membacakan doa adat.
Setelah tetua secara adat membacakan doa, beras tersebut dimasukkan kembali ke dalam
dulang yang berisi uang dan lampu di atasnya. Kemudian tetua adat mengambil tungku kecil
berisi arang. Para tetua kemudian secara tradisional meletakkan dupa di atas tungku sambil
membacakan doa. Selanjutnya, daun pisang diatas nasi idang diambil oleh tetua adat dan
diasapkan diatas tungku dan setelah semua rangkaian Nujuh Jerami selesai tetua adat
mempersilahkan tokoh agama untuk memimpin pembacaan doa sesuai dengan ajaran
Islam. Ketika semua rangkaian acara selesai, terakhir dilanjutkan dengan makan bersama.
Nujuh Jerami sebagai budya lokal masyarakat Bukit Tulang memiliki nilai-nilai budaya
yang perlu dijaga dan dilestarikan sebagai identitas masyarakat setempat.
Prosesi Nujuh Jerami terbilang sangat unik, Prosesi pelaksanaan ritual Nujuh Jerami
disertai dengan kegiatan tarian campak, pencak silat, dan dambus yang merupakan satu
kesatuan ritual. Setelah itu dilanjutkan dengan silaturahmi antarmasyarakat dan masyarakat
sekitarnya. Nujuh Jerami memiliki pesan sosial sebagai arena interaksi sosial antara in-
group dan out-group yang dapat membentuk dan memperkuat modal sosial, sekaligus
sebagai upaya meneguhkan eksistensi kebudayaan.
11
BAB IV
Penutup
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Nujuh Jerami dapat
diartikan sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat atas nikmat yang Allah SWT berikan
atas keberhasilan panen warga berupa padi yang diikuti perayaan sebagai bentuk tradisi.
Masyarakat Desa Bukit Tulang mengadakan upacara persembahan sebagai ungkapan rasa
syukur yang mereka. Nujuh Jerami adalah sebagai suatu budaya lokal mengandung
kearifan lokal yang tinggi dan banyak mengandung nilai-nilai budaya. Kearifan lokal
tersebut meliputi rasa syukur, gotong royong, pelestarian dan kreativitas budaya,
kerukunan, tenggangrasa, kekeluargaan, dan saling menghormati.
4.2. Saran
Nujuh Jerami dapat dijadikan sebagai sumber edukasi tentang adat istiadat dan
pengetahuan setempat, nilai agama, nilai sosial, dan nilai moral. Jadi, Nujuh Jerami
berperan sebagai alat bantu pendidikan (educational device) dan sumber pendidikan. Nilai-
nilai Nujuh Jerami harus disosialisasikan melalui pendidikan sebagai sarana membangun
jati diri bangsa. Nujuh Jerami sebagai budaya lokal masyarakat Bukit Tulang mempunyai
nilai-nilai budaya yang harus dijaga dan dilestarikan sebagai identitas masyarakat setempat.
Budaya lokal harus dilestarikan sebagai identitas karena kemajuan teknologi dan informasi
dapat menjadikan segala sesuatunya menjadi homogen jika kita tidak memiliki keunikan
atau karakter.
12
Daftar Pustaka
Aprionis. (2015, Juni 6). Nujuh Jerami Ungkapkan Syukur Petani Babel. Retrieved November
1, 2023, from babel.antaranews.com:
https://babel.antaranews.com/berita/23374/nujuh-jerami-ungkapkan-syukur-petani-
babel
ditindb. (2015, Desember 17). Upacara Adat Nujuh Jerami. Retrieved Oktober 30, 2023, from
kebudayaan.kemdikbud.go.id: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/upacara-
adat-nujuh-jerami/
kikomunal. (2020). NUJUH JERAMI. kikomunal-indonesia.dgip.go.id. Retrieved Oktober 30,
2023, from https://kikomunal-indonesia.dgip.go.id/jenis/1/ekspresi-budaya-
tradisional/30604/nujuh-jerami
Paranita, S. (2023). Nilai-Nilai Nuju Jerami Sebagai Sumber Pendidikan Dalam Penguatan
Profil Pelajar Pancasila Berbasis Kearifan Lokal Bangka. jurnal Pendidikan dan
Konseling. Retrieved Oktober 31, 2023, from
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/11168/8658
13