Anda di halaman 1dari 27

Contoh Makalah Sejarah Orde Baru

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

terselesaikannya makalahyang berjudul Orde Baru. Makalah yang masih perlu

dikembangkan lebih jauh ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak yang membacanya. Secara garis besar makalah ini memuat latar

belakangtentengpolitik dalam negri era order baru, kehidupan di

bidangekonomi pada masa orde baru, perkembangan sosial budaya pada masa

orde baru.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari

berbagai pihak, penulis tidak mungkin menyelesaiakan penyusunan makalah

ini, untuk itu ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang

telah membantu. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

konstruktif, terutama dari

Ibu Endang Dwi Astuti S.Pd dan teman-teman kelas XII IPA

Segedong, 19 September 2012

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................1

Daftar Isi.....................................................................................................2

Bab I PENDAHULUAN..............................................................................3

Latar Belakang.................................................................................3

Rumusan Masalah.............................................................................3

4.Bab II PEMBAHSAN.....................................................................................4

Latar Belakang Orde Baru..............................................................4

Pollitik dalam Negeri.......................................................................5

Kehidupan Bidang Ekonomi Orde Baru......................................8

Kehidupan Bidang Sosial Budaya Era Orde Baru...16

5.Bab III PENUTUP......................................................................................18

Kesimpulan........................................................................................18

Saran.................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Orde baru merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk memisahkan

antara kekuasaanmasa Sukarno (Orde Lama) dengan masa Suharto. Sebagai

masa yang menandai sebuah masa baru setelah pemberontakan Gerakan 30

September tahun 1965. Orde baru lahir sebagai upayauntuk: mengoreksi total

penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama, penataan kembali

seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia,melaksanakan

Pancasila dan UUD1945 secara murni dan konsekuen dan menyusun kembali

kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat

proses pembangunan bangsa.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang akan

dibahas dalam makalah ini, yaitu:

1. Bagaiman latar belakang lahirnya orde baru ?

2. Bagaimanapolitik dalam negri pada masa orde baru ?

3. Bagaimana kehidupan bidang ekonomi pada masa orde baru ?

4. Bagaimana perkembangan social budaya pada masa orde baru ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Lahirnya Orde Baru

Orde baru lahir karena dilatarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain :

Terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa

Gerakan 30September 1965 ditambah adanya konflik di angkatan darat yang

sudah berlangsung lama. Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana

inflasi mencapai 600% sedangkanupaya pemerintah melakukan devaluasi

rupiah dan kenaikan harga bahan bakar menyebabkan timbulnya keresahan

masyarakat.

Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa

pembunuhan besar- besaran yang dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan

demonstrasi menuntut agar PKI berserta Organisasi Masanya dibubarkan serta

tokoh-tokohnya diadili.

Kesatuan aksi (KAMI,KAPI,KAPPI,KASI,dsb) yang ada di masyarakat

bergabungmembentuk Kesatuan Aksi berupa Front Pancasila yang

selanjutnya lebih dikenaldengan Angkatan 66 untuk menghacurkan tokoh

yang terlibat dalam Gerakan 30September 1965.


Kesatuan Aksi Front Pancasila pada 10 Januari 1966 di depan gedung

DPR-GR mengajukan tuntutanTRITURA(Tri Tuntutan Rakyat).

Upaya reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan

Pembentukan KabinetSeratus Menteri tidak juga memuaskan rakyat sebab

rakyat menganggap di kabinettersebut duduk tokoh-tokoh yang terlibat dalam

peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Wibawa dan kekuasaan presiden Sukarno semakin menurun setelah

upaya untuk mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30

September 1965 tidak berhasil dilakukan meskipun telah dibentuk Mahkamah

Militer Luar Biasa(Mahmilub)

Sidang Paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang

sedang bergejolak tak juga berhasil. Maka Presiden mengeluarkan Surat

Perintah Sebelas Maret 1966 (SUPERSEMAR) yang ditujukan bagi Letjen

Suharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi

keadaan negara yang semakin kacau dan sulit dikendalikan.

Upaya menuju pemerintahan Orde Baru :

Setelah dikelurkan Supersemar maka mulailah dilakukan penataan pada

kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD

1945.Penataan dilakukan didalam lingkungan lembaga tertinggi negara dan

pemerintahan. Dikeluarkannya Supersemar berdampak semakin besarnya


kepercayaan rakyat kepada pemerintah karena Suharto berhasil memulihkan

keamanan dan membubarkan PKI. Munculnya konflik dualisme kepemimpinan

nasional di Indonesia.

Hal ini disebabkan karena saat itu Soekarno masih berkuasa sebagai

presiden sementara Soeharto menjadi pelaksana pemerintahan. Konflik

Dualisme inilah yang membawa Suharto mencapai puncak kekuasaannya

karena akhirnya Sukarno mengundurkan diri dan menyerahkan

kekuasaan pemerintahan kepada Suharto.Pada tanggal 23 Februari 1967,

MPRS menyelenggarakan sidang istimewa untuk mengukuhkan pengunduran

diri Presiden Sukarno dan mengangkat Suharto sebagai pejabatPresiden RI.

Dengan Tap MPRS No. XXXIII/1967 MPRS mencabut

kekuasaan pemerintahan negara dan menarik kembali mandat MPRS dari

Presiden Sukarno .Tanggal 12Maret 1967 Jendral Suharto dilantik sebagai

Pejabat Presiden Republik Indonesia. Peristiwa ini menandai berakhirnya

kekuasaan Orde Lama dan dimulainya kekuasaan Orde Baru. PadaSidang

Umum bulan Maret 1968 MPRS mengangkat Jendral Suharto sebagai Presiden

Republik Indonesia
B. Perkembangan politik masa orde baru

1.Politik Dalam Negeri Era Order Baru.

Pembentukan Kabinet Pembangunan Kabinet awal pada masa peralihan

kekuasaan (28 Juli 1966) adalah Kabinet AMPERA dengan tugas yang dikenal

dengan nama Dwi Darma Kabinet Amper yaitu untuk menciptakan stabilitas

politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan

nasional. Program Kabinet AMPERA yang disebutCatur Karya Kabinet AMPERA

adalah sebagai berikut.

1. Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan

2. Melaksanakan pemilihan Umum dalam batas waktu yakni 5 Juli 1968.

3. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan

nasional.

4. Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala

bentuk dan manifestasinya.

Selanjutnya setelah sidang MPRS tahun 1968 menetapkan Suharto

sebagai presiden untuk masa jabatan 5 tahun maka dibentuklah kabinet yang

baru dengan nama Kabinet Pembangunan.

Penyederhanaan dan Pengelompokan Partai Politik Setelah pemilu 1971

maka dilakukan penyederhanakan jumlah partai tetapi bukan berarti

menghapuskan partai tertentu sehingga dilakukan penggabungan (fusi)


sejumlah partai. Sehingga pelaksanaannya kepartaian tidak lagi didasarkan

pada ideologi tetapi atas persamaan program. Penggabungan tersebut

menghasilkan tiga kekuatan sosial-politik, yaitu:

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU, Parmusi,

PSII, danPartai Islam Perti yang dilakukan pada tanggal 5 Januari 1973

(kelompok partai politik Islam).

2. Partai Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI, Partai Katolik,

PartaiMurba, IPKI, dan Parkindo (kelompok partai politik yang bersifat

nasionalis).

3. Golongan karya (golkar)

Pemilihan Umum Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan

pemilihan umum sebanyak enam kali yang diselenggarakan setiap lima tahun

sekali, yaitu: tahun 1971, 1977,1982, 1987, 1992, dan1997..

Mengadakan Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) di Irian Barat pada tanggal

2 Agustus 1969.

Kebijakan lain yang di ambil pemerintah Orde baru adalah menetapkan peran

ganda ABRI yang di kenal dengan Dwifungsi ABRI. ABRIt idak hanya berperan

dalam bidang pertahanan dan keamanan Negara tetapi juga berperan di

bidang politik.Hal terbukti dari banyaknya anggota ABRI yang ternyata


memegang jabatan sipilseperti walikota,bupati dan gubenur bahkan ABRI

memiliki jatah di keanggotaanMPR/DPR.Alasan yang mendasari kebijakan

tersebut tertuang dalam pasal27 ayat (1)UUD 1945.Pasal tersebut

mengemukakan bahnwa segala warga Negarabersama kedudukankannya di

dalam hukum dan pemerintahan itu dengan tidakada kecualinya.Bukan hanya

pada bidang politikpemerintahan,ternyata kedudkan ABRI dalam masyarakat

Indonesia juga merambat di sector ekonomi.Banyak anggota ABRI menjadi

kepala skepala BUMN maupun komisarisdi berbagai perusahaan swasta .

B. Kehidupan Bidang Ekonomi Orde Baru

Pada masa Demokrasi Terpimpin, Negara bersama aparat ekonominya

mendominasi seluruh kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan

kreasi unit-unit ekonomi swasta. Sehingga, pada permulaan Orde Baru

program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamtan ekonomi nasioanl

terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan

Negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat . Tindakan pemerintah ini

dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang

menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 % setahun. Hal itu menjadi

penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan

pemerintah.
Oleh karena itu pemerintah menempuh cara sebagai berikut :

1. Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi ekonomi yang kacau sebagai

peninggalan masa Demokrasi terpimpin, pemerintah menempuh cara:

Mengeluarkan Ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang

pembangunan

MPRS mengeluarkan garis program pembangunan, yakni program

penyelematan, program stabilitas dan rehabilitasi, serta program

pembangunan.

Program pemerintah diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi

nasional terutama stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Stabilisasi berarti

mengendaliakan inflasi agar harga barang-barang tidak melonjak terus.

Sedangkan Rehabilitasi adalah perbaikan secara fisik sarana dan prasarana

ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi

berencana yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi kearah

terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Langkah-langakah yang diambil Kabinet pada saat itu yang mengacu

pada Tap MPRS tersebut adalah sbb :

1. Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang

menyebabkan kemacetan, seperti:

rendahnya penerimaan Negara,


tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran Negara,

terlalu banyak dan tidak produktifnya ekspansi kredit bank,

terlalu banyak tunggakan hutang luar negeri,

penggunaan devisa bagi impor yang sering kurang berorientasi

pada kebutuhan prasarana.

2. Debirokrtisasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian.

3. Berorientasi pada kepentingan produsen kecil

Untuk melaksanakan langkah-langkah penyelamatan tersebut maka

ditempuh cara:

mengadakan operasi pajak,

cara pemungutan pajak baru bagi pendapatan perorangan dan

kekayaan dengan menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak

orang

penghematan pengeluaran pemerintah (pengeluaran konsumtif

dan rutin), serta menghapuskan subsidi bagi perusahaan Negara

membatasi kredit bank dan menghapuskan kredit impor

Program stabilisasi dilakukan dengan cara membendung laju inflasi.

Hasilnya bertolak belakang dengan perbaikan inflasi sebab harga bahan

kebutuhan pokok melonjak namun inflasi berhasil dibendung (pada tahun


1967- awal 1968). Sesudah kabinet pembangunan dibentuk pada bulan

juli 1968 berdasarkan Tap MPRS NO.XLI/MPRS/1968, kebijakn ekonomi

pemerintah dialihkan pada pengendalian yang ketat terhadap gerak harga

barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valas. Sejak saat itu

kestabilan ekonomi nasional relatif tercapai sebab sejak 1966 kenaikan

harga bahan-bahan pokok dan valas dapat diatasi.

Program rehabilitasi dilakukan dengan berusaha memulihkan kemampuan

berproduksi. Selam 10 tahun mengalami kelumpuhan dan kerusakan pada

prasarana ekonomi dan sosial. Lembaga perkreditan desa, gerakan

koperasi, perbankan disalahgunakan dan dijadikan alat kekuasaan oleh

golongan dan kepentingan tertentu. Dampaknya lembaga tidak dapat

melaksanakan fungsinya sebagai penyusun dan perbaikan tata hidup

masyarakat.

2. Kerja Sama Luar Negri

Keadaan ekonomi Indonesia paska Orde Lama sangat

parah,hutangnya mencapai 2,3-2,7 miliar sehingga pemerintah Indonesia

meminta Negara-negara kreditor untuk dapat menunda pembayaran

kembali utang Indonesia. Pemerintah mengikuti perundingan dengan

Negara-negara kreditor di Tokyo Jepang pada 19-20 September 1966 yang


menanggapi baik usaha pemerintah Indonesia bahwa devisa ekspornya

akan digunakan untuk pembayaran utang yang selanjutnya akan dipakai

untuk mengimpor bahan-bahan baku. Perundingan dilanjutkan di Paris,

Perancis dan dicapai kesepakatan sebagai berikut:

Utang-utang Indonesia yang seharusnya dibayar tahun 1968 ditunda

pembayarannya hingga tahun 1972-1979

Utang-utang Indonesia yang seharusnya dibayar tahun1969 dab 1970

dipertimbangkan untuk ditunda juga pembayarannya.

Perundingan dilanjutkan di Amsterdam, Belanda pada tanggal 23-24

Februari 1967. Perundingan itu bertujuan membicarakan kebutuhan

Indonesia akan bantuan luar negri serta kemungkinan pemberian bantuan

dengan syarat lunak yang selanjutnya dikenal dengan IGGI (Inter

Governmental Group for Indonesia). Melalui pertemuan itu pemerintah

Indonesia berhasil mengusahakn bantuan luar negri. Indonesia

mendapatkan penangguhan dan keinginan syarat-syarat pembayaran

utangnya

3. Pembangunan Nasional

Dilakukan pembangunan nasional pada masa orde baru dengan

tujuan terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945. Arah dan kebijaksanaan ekonominya adalah


pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan nasional

adalah Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari

kedua pedoman tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan

masyarakat dalam suasana politik dan ekonomi yang stabil. Isi trilogi

Pembangunan adalah sebagai berikut:

Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada

terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis

Pelaksanannya pembanguanan nasional dilakukan secara bertahap yaitu:

Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun

Jangka pendek mencakup periode 5 tahun

(pelita / pembangunan lima tahun), merupakan jabaran lebih rinci dari

pembangunan jangka panjang sehingga tiap pelita akan selalu saling

berkaitan/berkesinambungan.

Selama periode Orde Baru terdapat 6 pelita, yaitu:

Pelita I

Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi

landasan awal pembangunan ORBA.

Tujuan Pelita I : untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus


meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya.

Sasaran Pelita I : pangan, sandang, perbaikan prasarana,perumahan

rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.

Titik Berat Pelita I : pembanguan bidang pertanian sesuai dengan tujuan

untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan

bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup

dari hasil pertanian.

Muncul peristiwa marali (malapetaka limabelas januari) terjadi pada

tanggal 15-16 Januari 1974 bertepatan dengan kedatangan PM Jepang

Tanaka ke Indonesia. Peristiwa ini merupakan kelanjutan demonstrasi

para mahasiswa yang menuntut Jepang agar tidak melakukan dominasi

ekonomi di Indonesia sebab produk barang Jepang terlalu banyak

beredar di Indonesia. Terjadilah pengrusakan dan pembakaran barang-

barang buatan Jepang.

Pelita II

Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979.

Sasaran Utamanya adalah tersedianya pangan, sandang, perumahan,

sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat dan memperluas

kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil, pertimbuhan

ekonomi rata-rata mencapai 7% per tahun. Pada awal pemerintahan Orde


Baru laju inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I laju inflasi turun

menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi menjadi

9,5%.

Pelita III

Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984. Pelita III

pembangunan masih berdasarkan pada Trilogi Pembangunan dengan

penekanan lebih menonjol pada segi pemerataan yang dikenal dengan

Delapan Jalur Pemerataan, yaitu:

a) Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya

sandang, pangan, dan perumahan

b) Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan

kesehatan.

c) Pemerataan pembagian pendapatan

d) Pemerataan kesempatan kerja

e) Pemerataan kesempatan berusaha

f) Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan

khususnya bagi generasi muda dan kaum perempuan

g) Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air

h) Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan


Pelita IV

Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989. titik

beratnya adalah sektor pertanian menuju swasembada pangan dan

meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri.

Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang berpengaruh terhadap

perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan

moneter dan fiskal sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat

dipertahankan

Pelita V

Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Titik

beratnya pada sektor pertnian dan industri. Indonesia memiliki kondisi

ekonomi yang cukup baik dengan pertumbuhan rata-rata 6,8% per tahun.

Posisi perdagangan luar negri memperlihatkan gambaran yang

menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding sebelumnya.

Pelita VI

Dilaksankan pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999. Titik beratnya

pada pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri

dan pertanian serta pembanguan dan peningkatan kualitas sumber daya

manusia sebagai pendukungnya. Pada periode ini terjadi krisis moneter

yang melanda Negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena


krisis moneter dan peristiwa plitik dalam negri yang mengganggu

perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.

4. Dampak Kebijakan Politik dan Ekonomi masa Orde Baru

Dampak Positif Dari Kebijakan Politik Pemerintahan Orba

Pemerintah mampu membangun pondasi yang kuat bagi kekuasaan

lembaga kepresidenan yang membuat semakin kuatnya peran Negara

dalam masyarakat. Situasi keamanan pada masa ORBA relatif aman dan

terjaga dengan baik karena pemerintah mampu mengatasi semua tindakan

dan sikap yang dianggap bertentangan dengan Pancasila. Dilakukan

peleburan partai dimaksudkan agar pemerintah dapat mengontrol parpol.

Dampak Negatif dari Kebijakan Politik Pemerimtah ORBA:

a. Terbentuk pemerintahan orde baru yang bersifat otoriter, dominatif, dan

sentralis.

b. Otoritarianisme merambah segenap aspek kehidupan masyarakat,

berbangsa dan bernegara termasuk kehidupan politik yang sangat

merugikan rakyat.

c. Pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik

dan benar kepada rakyat Indonesia. Golkar menjadi alat politik untuk
mencapai stabilitas yang diinginkan, sementara 2 paratai lainnya hanya

sebagai boneka agar tercipta citra sebagai Negara demokrasi.

d. Sistem perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk

melanggengkan sebuah kekuasaan secara sepihak. Dalam setiap pemilihan

presiden melalui MPR Suharto selalu terpilih.

e. Demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada KKN (Korupsi, Kolusi, dan

Nepotisme) sehingga banyak wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR yang

tidak mengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya.

f. Kebijakn politik teramat birokratis, tidak demokratis, dan cenderung KKN.

g. Dwifungsi ABRI terlalu mengakar masuk ke sendi-sendi kehidupan bebangsa

dan benegara bahkan pada bidang-bidang yang seharusnya masyarakat

yang berperan besar terisi oleh personel TNI dan Polri. Dunia bisnis tidak

luput dari intervensi TNI/Polri.

h. Kondisi politik lebih payah dengan adnya upaya penegakan hukum yang

sangat lemah. Dimana hukum hanya diciptakan untuk keuntungan

pemerimtah yang berkuasa sehingga tidak mampu mengadili para

konglomerat yang telah menghabisi uang rakyat.

Dampak Positif Kebijakan Ekonomi Orde Baru


a. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program pembangunan

pemerintah terencana dengan baik dan hasilnya pun dapat dilihat secara

konkrit.

b. Indonesia mengubah ststus dari Negara pengimpor beras terbesar menjadi

bangsa yang memenuhi kebutuhan beras sendiri (swasembada beras).

c. Penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan kesejahteraan

rakyat.

d. Penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan dasar

yang semakin meningkat.

Dampak Negatif Kebijakan Ekonomi Orde Baru

a. Kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan summer daya alam.

b. Perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan, antar

kelompok dalam masyarakat tersa semakin tajam.

c. Terciptalah kelompok yang terpinggirkan (marginalisasi sosial).

d. Menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang erat dengan KKN (Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme).

e. Pembangunan yang dilakukan hasilnya hanya dapat dinikmati oleh sebagian

kecil kalangan masyarakat, pembangunan cenderung terpusat dan tidak

merata.
f. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa

diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dam sosial yang demokratis dan

berkeadilan.

g. Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat tapi secara fundamental

pembangunan ekonomi sangat rapuh.

h. Pembangunan tidak merata, tampak dengan adanya kemiskinan disejumlah

wilayah yang justru menjadi penyumbang devisa terbesar seperti Riau,

Kalimantan Timur, dan Irian. Faktor inilah yang selanjutnya ikut menjadi

penyebab terpuruknya perekonomian nasional Indonesia menkelang akhir

tahun 1997.

C. KEHIDUPAN BIDANG SOSIAL-BUDAYA ERA ORDE BARU

Masa Orde Baru diakui telah banyak mencapai kemajuan dalam proses

untuk mewujudkan cita-cita nasional. Dalam kehidupan sosial budaya,

masyarakat dapat digambarkan dari berbagai sisi. Selama dasawarsa 1970-an

lajupertumbuhan penduduk mencapai 2,3% setiap tahun. Dalam tahun tahun

awal 1990-an angka tadi dapat diturunkan menjadi sekitar 1,6% setiap tahun.

Jika awal tahun 1970-an penduduk Indonesia mempunyai harapan hidup rata-

rata sekitar 50 tahun maka pada tahun 1990-an harapan hidup lebih dari 61

tahun. Dalam kurun waktu yang sama angka kematian bayi menurun dari 142
untuk setiap 1000 kelahiran hidup menjadi 63 untuk setiap 1000 kelahiran

hidup. Hal ini antara lain dimungkinkan makin meningkatnya pelayanan

kesehatan bagi masyarakat. Sebagai contoh adanya Pusat Kesehatan

Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pelayanan Terpadu sampai di tingkat desa

atau RT.

Dalam himpunan Tap MPR Tahun 1993 di bidang pendidikan, fasilitas

pendidikan dasar sudah makin merata. Pada tahun 1968 fasilitas sekolah dasar

yang ada hanya dapat menampung sekitar 41% dari seluruh anak yang

berumur sekolah dasar. Fasilitas sekolah dasar yang telah dibangun di pelosok

tanah air praktis mampu menampung anak Indonesia yang berusia sekolah

dasar. Kondisi ini merupakan landasan kuat menuju pelaksanan wajib belajar 9

tahun di tahun-tahun yang akan datang. Sementara itu, jumlah rakyat yang

masih buta huruf telah menurun dari 39% dalam tahun 1971 menjadi sekitar

17% di tahuan1990-an.

Dampak dari pemerataan pendidikan juga terlihat dari meningkatnya

tingkat pendidikan angkatan kerja. Dalam tahun 1971 hampir 43% dari seluruh

angkatan kerja tidak atau belum pernah sekolah. Pada tahun 1990-an jumlah

yang tidak atau belum pernah sekolah menurun menjadi sekitar 17%. Dalam

kurun waktu yang sama angkatan kerja yang berpendidikan SMA ke atas

adalah meningkat dari 2,8% dari seluruh angkatan kerja menjadi hampir 15%.
Peningkatan mutu angkatan kerja akan mempunyai dampak yang luas bagi laju

pembangunan di waktui-waktu yang akan datang.

Kebinekaan Indonesia dari berbagai hal (suku, agama, ras, budaya, antar

golongan dsb.) yang mempunyai peluang yang tinggi akan terjadinya konflik,

maka masa Orde Baru memunculkan kebijakan yang terkait dengan

pemahaman dan pengamalan terhadap dasar negara Pancasila. Berdasarkan

Ketetapan MPR No.II/MPR/1978 ditetapkan tentang P-4 yaitu Pedoman

Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Parasetia Pancakarsa). Dengan

Pancasila akan dapat memberikan kekuatan, jiwa kepada bangsa Indonesia

serta membimbing dalam mengejar kehidupan lahir dan batin yang makin baik

menuju masyarakat yang adil dan makmur. Dengan penghayatan terhadap

Pancasila oleh manusia Indonesia akan terasa dan terwujudlah Pancasila dalam

kehidupan masyarakat bangsa Indonesia. Karena itulah diperlukan suatu

pedoman yang dapat menjadi penuntun dan pegangan hidup bagi sikap dan

tingkah laku setiap orang Indonesia. Untuk melaksanakan semua ini

dilakukanlah penataran-penataran baik melalui cara-cara formal, maupun non-

formal sehingga di tradisikan sebagai gerakan Budaya.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lahirnya orde baru dilator belakangi oleh terjadinya G30S 1965, diikuti

dengan kondisi politik, keamanan dan ekonomi yang kacau (inflasi tinggi).

Wibawa presiden Sukarno semakin menurun setelah gagal mengadili tokoh-

tokoh yang terlibat G30S. Presiden mengeluarkan SUPERSEMAR 1966 bagi

Letjen Suharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk

memperbaiki keadaan negara. Akhirnya Presiden Sukarnomengundurkan

diri dan digantikan oleh Presiden Suharto.

Perkembangan politik pada masa orde baru diawali dari penataan politik

dalam negeri yaitu setelah sidang MPRS 1968 menetapkan Suharto sebagai

presiden dan dibentuklah Kabinet Pembangunan, penyederhanaan dan

pengelompokan partai politik, pemilihan umum serta mengadakan Perpera

di Irian Barat pada 2 Agustus 1969. Kedua, melakukan penataan politik luar

negeri yaitu dengan kembali menjadi anggota PBB serta normalisasi

hubungan dengan beberapa negara.

Pada masa awal Orde Baru pembangunan ekonomi di Indonesia maju pesat

mulai dari pendapatan perkapita, pertanian, pembangunan infrastruktur dll.

Upaya pembangunanekonomi dilaksanakan melalui REPELITA (Rencana


Pembangunan Lima Tahun) yangdimulai pada tanggal 1 April 1969. Namun

pada akhir tahun 1997 Indonesia dilandakrisis ekonomi. Kondisi kian

terpuruk ditambah dengan KKN yang merajalela.

Dalam bidang social budaya pada masa orde baru telah mengalami

kemajuan. Antara lainmakinmeningkatnyapelayanankesehatan bagi

masyarakat dan fasilitas pendidikan dasar sudah makin merata dengan

adanya program wajib belajar 9 tahun. Ditetapkan tentang P-4 yaitu

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Parasetia

Pancakarsa)untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur.

B. Saran

Dengan permasalahan yang dialamai oleh pemerintahan pada masa Orde

Baru, seperti dengan banyaknya uatang luar negri bangsa indonesia untuk

pembangunan, meskipun pembangunan berjalan dengan lancar, tapi inonesia

menanggung utang yang begitu banyak. Selain itu, pemerintah pada zaman

tersebut terjadi sentralisasi dalam pemerintahan dan kegiatan ekonomi.

Oleh karena itu penulis memberikan salah terhada permasalah tersebut. Yaitu

lakukan otonomi daerah kepada seluruh propinsi,sehingga potensi-potensi

yang ada pada dareah tersebut bisa dioptimalkan dengan seefisien mungkin.
Harus terjadi transparansi dalam sistem keuangan sehingga masyarakat bisa

mengerti.
DAFTAR PUSTAKA

* http://rinahistory.blog.friendster.com/2008/11/indonesia-masa-orde-baru/

* http://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto

* http://www.indonesiaindonesia.com/f/2390-indonesia-era-orde-baru/

http://adypato.wordpress.com/2010/06/16/kondisi-ekonomi-indonesia-pada-

masa-orde-baru/

Anda mungkin juga menyukai