Pendahuluan
1
Pietrzyk, D. I, “Democracy or Civil Socety ?”, Dalam Jurnal Politics, Vol.23, 2003, Hal. 38 – 45.
A. Awal Transisi Sistem Demokrasi Jepang
Ciri khas dan keistimewaan pada umumnya dimiliki setiap bangsa yang ada
di dunia. Keduanya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, geografis, budaya, dan
unsur – unsur di luar lingkungannya. Salah satunya adalah Jepang, nilai – nilai
budaya bangsa Jepang memiliki keunikan tersendiri. Nilai tersebut hingga kini
masih dipertahankan oleh bangsa Jepang dimana kondisi dunia sedang tidak stabil.
Nilai – nilai ini berpengaruh kuat pada pola pikir dan pandangan hidup masyarakat
sejak masa kelam Jepang hingga sekarang. Pandangan bangsa Jepang inilah yang
menjadikan mereka sadar bahwa dominasi yang dilakukan Barat tidak bisa
dihentikan hanya dengan kekuatan senjata atau militer saja melainkan dengan
senjata yang juga diperlukan kepandaian dan keahlian dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, pasalnya Jepang cukup tertinggal dalam kedua
perkembangan ilmu tersebut. Namun, Jepang memiliki pengalaman kelam
mengenai senjata api ketika kedatangan bangsa Portugis yang mengenalkan senjata
api pada tahun 1543 melalui pulau Tanageshima, kehadiran bangsa Portugis
memperkeruh suasana perang sipil saat itu2.
2
S. Titiek. Bushido Pada Masyarakat Jepang : Masa Lalu dan Masa Kini, IZUNI, Vol. 1, No. 1,
2013, Hal. 4
3
Weylan, K, “The Political Fate of Market Reform in Africa and Latin America”. Dalam Jurnal
International Studies Quarterly. Vol. 42, No. 4. 1998, Hal. 645 – 673.
modernisasi (demokrasi) sedangkan para elit Jepang saat itu menjadikan
meodernisasi sebagai alat untuk menghadapi pengaruh munculnya kembali
kekuasaan kerajaan4. Munculnya isu koalisi pemimpin feodal saat itu dalam rangka
melawan para shogun yang berakhir pada perang sipil di tahun 1868. Kemudian
lahirlah Restorasi Meiji, yaitu pengembalian kekuasaan di tangan seorang kaisar
karena beranggapan bahwa Jepang akan lebih damai jika kekuasaan hanya
dipegang oleh satu penguasa saja (kaisar)5.
4
Y. A. Kurniawan. Perkembangan Demokrasi Jepang: Sebuah Komitmen Dalam Perubahan.
Development of Japan’s Democracy: A Commitment in Change. Hubungan Internasional ; UNEJ,
Hal. 2
5
Kennon, J, “Democracy in Japan: From Meiji to MacArthur”, Dalam Jurnal Lehigh Review. Vol.
20, 2012, Hal. 18.
lain6. Efek dari industrialisasi Jepang inilah yang memunculkan sikap agresif
terhadap negara lain dengan terus berkembangnya gerakan – gerakan buruh yang
menuntut akan hak dan harus adanya perubahan dari pemerintah. Pertumbuhan
penduduk juga menjadi faktor yang memerlukan sumber daya yang besar untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat sedangkan Jepang bukan merupakan negara luas
dan tidak setiap tanah di Jepang dapat ditanami. Pemenuhan ini bertujuan untuk
meredam tuntutan dan menciptakan kestabilan pada pemerintahan Jepang.
Sehingga usaha yang dilakukan adalah dengan melakukan invasi pada beberapa
negara seperti China (1894-1895) dan Rusia (1904-1905)
Berubahnya sikap Jepang menjadi lebih agresif tentu diikuti dengan
perubahan sistem pemerintahan yang memunculkan lembaga eksekutif dan
legislatif yang mendukung penuh kekuatan militer untuk memperkuat Jepang dalam
setiap perang, yang secara tidak langsung merubah karakter Jepang menjadi negara
otoriter. Karena setiap kebijakan invasi ditentukan oleh badan eksekutif.
lembaga eksekutif dan sistem birokrasi yang mendukung pertahanan militer
guna memperkuat Jepang dalam setiap perang. Sehingga secara tidak langsung
sikap ini merubah karakter jepang menjadi sebuah negara otoriter, karena setiap
kebijakan ditentukan oleh badan eksekutif dalam rangka memimpin negara untuk
melakukan invasi. Sedangkan menurut Pieterzyk, sistem demokrasi suatu negara
akan terwujud apabila negara tersebut mampu menciptakan suasana damai dengan
negara tetangga atau kawasan sekitarnya7.
Terdapat kelompok konglomerat pada sistem birokrasi Jepang yang sangat
mempengaruhi perekonomian Jepang saat itu, yaitu Zaibatsu8. Peran kelompok ini
sangat besar bagi Jepang karena menjadi penyuplai dana terbesar bagi pemerintah
utamanya militer dan dengan adanya modernsisasi membuat kelompok ini meredup
karena pengaruh mereka akan terhambat dalam tubuh pemerintahan.
6
The Rise and Fall Taishö Democracy. Dalam situs http://www.nippon.com/en/in-depth/a03302/,
diakses pada 15 Oktober 2019.
7
Pietrzyk, D. I, “Democracy or Civil Socety ?”, Dalam Jurnal Politics, Vol.23, 2003, Hal. 38 – 45.
8
Morikawa & Hidemasa, Zaibatsu: The Rise and Fall of Family Enterprise Groups in, 1992.
Hal.320
C. Demokrasi Jepang Pasca Kalah Perang
Kekalahan Jepang pada tahun 1945 dan sekaligus menyerah tanpa syarat
terhadap Amerika Serikat menjadi pukulan besar bagi Jepang. Kedatangan Amerika
yang dipimpin Jenderal MacArthur secara terang – terangan membawa suatu
perubahan terhadap pemerintahan Jepang berupa demokratisasi dan reformasi.
Kedatangan pasukan Amerika untuk meredam Jepang dari demokrasi mereka yang
sebelumnya yang dianggap sangat agresif. Dimulai dengan pemberian pemahaman
buruk mengenai sistem otoriter pada masa era Taisho.
D. Lembaga Legislatif
Jepang menjalani sebuah pemerintahan melalui konstitusi yang telah
diresmikan pada 1947 dengan mendasari prinsip kedaulatan rakyat, hormat akan
hak asasi manusia, dan penolakan perang. Terdapat tiga badan pemerintahan sesuai
dengan konstitusi, diantaranya badan legislatif (Diet atau Parlemen), badan
9
Kennon, J. “Democracy in Japan: From Meiji to MacArthur”. Dalam Jurnal Lehigh Review.
Volume 20. 2012. Hal. 23.
10
Anonim. Juni – Agustus 1993. “Mengenai Sistem Politik dan Pemerintahan Jepang”. Dalam
Jurnal Yustisia. Nomor 22.
eksekutif (kabinet), dan badan yudikatif (pengadilan). Dalam ketiga badan tersebut
terdapat Diet (legislatif) yaitu sebuah parlemen nasional Jepang yang memegang
jabatan tertinggi atas kekuasaan negara serta memiliki wewenang dalam pembuatan
undang-undang negara. Diet bertanggungjawab atas pemilihan perdana menteri,
yang kemudian perdana menteri menyiapkan dan memimpin kabinet menteri
negara. Kekuasaan eksekutif tersebut yang selanjutnya akan bertanggungjawab
terhadap Diet. (Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, n.d.) Diketahui bahwa Jepang
memiliki fungsi tersendiri terhadap Diet atau badan legislatifnya, beberapa
kewenangan diberikan atas acuan konstitusi yang berlaku. Diet di Jepang memiliki
kekuasaan penuh terhadap legislatif bahkan eksekutif dengan memiliki wewenang
dalam pembentukan perdana menteri dan memimpin sebuah kabinet eksekutif.
Diet terdiri dari the House of Councillor atau anggota dewan dan the House
of Representatives atau dewan perwakilan rakyat. (House of Councillors, The
National Diet of Japan, n.d.). Dewan Perwakilan Rakyat Jepang terdiri dari 465
anggota yang terpilih untuk masa jabatan selama 4 tahun dan anggota dewan
sebanyak 245. (Sieg & Takenaka, 2017). Dalam Diet terdapat beberapa komite,
diantaranya: Komite Khusus, Komite Penelitian, dan Komite Konstitusi. Komite
Khusus dibentuk menyesuaikan dalam kebutuhan dalam menanggapi isu-isu
spesifik atau undang-undang yang diusulkan, kemudian Komite penelitian
menjalankan studi jangka panjang secara komprehensif terkait isu tertentu dan
memiliki wewenang dalam mengusulkan suatu undang-undang, selanjutnya
Komite konstitusi merupakan sebuah organisasi yang memiliki tujuan dalam
melakukan penelitian secara luas terhadap konstitusi dan undang-undang dasar
yang berkaitan dengan konstitusi Jepang, melakukan pertimbangan amandemen
perubahan awal terhadap konstitusi RUU atau referendum nasional. Selain komite
tersebut terdapat Dewan Pengawasan dan Peninjauan, Dewan Musyawarah tentang
Etika Politik, dan Sekretariat dan Biro Legislatif. (House of Councillors, The
National Diet of Japan, n.d.) beberapa fungsi dan tugas dalam Diet seperti yang
dijelaskan diatas terbagi dalam beberapa komite maupun dewan, setiap komite
memiliki hubungan antara yang lainnya, seperti dalam Komite penelitian
memberikan pandangan lapangan sesuai dengan isu yang dikaji secara
komprehensif dan diajukan melalui perundang-undangan.
E. Lembaga Eksekutif
Badan eksekutif pemerintahan Jepang dipimpin oleh Perdana Menteri yang
ditunjuk oleh badan legislatif untuk menerapkan undang – undang selama kurang
lebih empat tahun. Perdana Menteri berperan dalam memimpin, memilih atau
membubarkan anggota kabinet dan melakukan pengaturan serta pengawasan badan
eksekutif pemerintahan. Perdana menteri juga merupakan kepala pemerintahan dan
komandan tertinggi dari pasukan militer Jepang.
Pasca Perang Dunia II, seorang Perdana Menteri menjadi pemimpin kabinet
sekaligus sebagai kepala pemerintahan Jepang. Pergantian kekuasaan tersebut
dilakukan agar dapat menjaga stabilitas negara Jepang yang modern. Karena bentuk
pemerintahan berdasarkan adat dan budaya Jepang diyakini dapat menciptakan
pemerintahan yang non-demokratis atau anti demokratis yang mana selalu
melahirkan kebijakan – kebijakan militaristik dan agresif. Dibandingkan dengan
bentuk pemerintahan baru yang mendistribusikan kekuasaan dalam pemerintahan
Jepang dan mengurangi sentralisasi kekuasaan.
11
Williams, J, (1948), Post-War Politics in Japan. The American Political Science Review , Vol.
42, No. 5 , 1948, Hal. 927-939.
pelaksanaan semua program yang berada di dalam wilayah yurisdiksinya
berdasarkan undang – undang atau perjanjian.12
F. Lembaga Yudikatif
Seperti yang kita tahu, Jepang merupakan negara maju yang berhasil
bangkit setelah kekalahannya pada perang dunia II. Kekalahan dalam perang
tersebut juga menyebabkan Jepang tidak memiliki Angkatan bersenjata sehingga
harus bergantung terhadap Amerika Serikat dalam urusan keamanan negerinya.
Tetapi setelah perang berakhir, Jepang tumbuh menjadi negara maju di kawasan
Asia dan bahkan di dunia. Kemajuan yang terjadi pada Jepang tentu tidak terlepas
dari peningkatan kualitas birokrasi serta kerja sama yang kuat dengan sektor bisnis.
Jepang juga dalam lingkup politik nya tidak lagi berpusat pada kekuasaan kaisar
saja namun telah terbagi bagi menjadi kekuasaan eksekutif yang dipegang oleh
seorang Perdana Menteri kemudian juga terdapat kekuasaan legislatif yang
dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis tinggi yang dipilih oleh
rakyat Jepang.Kemudian, yang terakhir ada kekuasaan yudikatif yang dipegang
oleh Mahkamah Agung.
Pada bagian ini, akan membahas lembaga yudikatif jepang lebih
komprehensif. Lembaga yudikatif Jepang sendiri memiliki sejarah yang cukup
panjang dalam lembaga yudikatifnya sendiri. Lembaga yudikatif Jepang mulai
terbentuk pada abad ketujuh masehi yang kemudian dikenal dengan sistem
“ritsuryo” dimana pada era tersebut sistem yudikatif Jepang melibatkan tidak hanya
hakim-hakim tetapi juga para tuan tanah. Namun pada tahun 1992 peraturan-
12
Maki, J. M, The Prime Minister's Office and Executive Power in Japan. Far Eastern Survey,
Vol. 24, No. 5 1955, Hal. 71.
peraturan di Jepang mulai mengadopsi dan terpengaruh dari kawasan eropa dan
anglo-amerika.13 Hal tersebut juga memperbaiki sistem yudikatif dari Jepang
sendiri sehinnga menjadikannya sistem yang peradilan yang lebih cepat dan lebih
mempermudah masyarakat. Sistem yudikatif Jepang sendiri memiliki 5 bagian
sesuai dengan tingkatan-tingkatan dalam lingkup sosial masyarakat Jepang.
Mahkamah-mahkamah tersebut antara lain adalah:
1. Mahkamah Ringkas
Mahkmah ringkas ini merupakan sebuah mahkamah yang
mengurusi masalah criminal tingkat rendah seperti kasus pencurian atau
seperti kasus penipuan. Mahkamah tersebut juga mengurusi kasus perdata
dengan jumlah sengketa tersebut tidak jumlah yang lebih dari 1.400.000
Yen. Mahkamah ini tersebar diseluruh Jepang dengan jumlah 438
mahkamah. Dalam mahkamah ringkas ini segala kasus diadili oleh hakim
tunggal.
2. Mahkamah Distrik
Mahkamah distrik merupakan sebuah mahkamah tingkat pertama
untuk urusan pidana dan perdata. Mahkamah distrik ini terdapat di 50 kota
disetiap prefektur yang ada di Jepang kecuali Hokkaido dengan 203 cabang
yang tersebar diseluruh Jepang.
3. Mahkamah Keluarga
Mahkkamah keluarga sendiri merupakan sebuah mahkamah yang
bertugas untuk menyelesaikan masalah-masalah yang lebih personal di
Jepang seperti masalah antara istri dengan suami, orang tua dengan anak.
Mahkamah ini juga melakukan peradilan terhadap remaja dengan umur 14
sampai dengan 19 tahun yang melakukan pelanggaran kriminal.
4. Mahkamah Tinggi
Mahkamah tinggi memiliki fungsi atau tugas secara umum untuk
masalah banding dari masalah-masalah yang ada pada mahkamah-
mahkamah yang lebih rendah seperti mahkamah keluarga dan mahkamah
13
Supreme Court of Japan, ‘Outline of Criminal Justice in Japan’, 2016, Japan, Hal 4
distrik. Mahkamah tinggi juga menjadi tempat peradilan pertama dalam
kasus administratif negara seperti pemilihan umum di Jepang.
5. Mahkamah Agung
Mahkamah agung merupakan mahkamah tertinggi di Jepang yang
memiliki kekuasaan yudikatif antara lain untuk melakukan peradilan
terhadap kasus pelanggaran konstitusi atau kesalahan dalam pembuatan
konstitusi Jepang. Dengan petisi, mahkamah agung sendiri juga tidak
menutup kemungkinan untuk melakukan banding terhadap masalah-
masalah yang tidak bisa sekiranya ditangani oleh mahkamah yang
tingkatannya berada dibawah mahkamah agung14.
Sistem yudikatif Jepang sendiri telah lama ada dan semakin lama sistem
tersebut semakin baik dibuktikan dengan mahkamah-mahkamah yang mengatur
dalam berbagai tingkatan sosial di Jepang sehingga hal tersebut juga memudahkan
masyarakat untuk mendapat peradilan yang baik.
14
Japanese Federation of Bar Associations,’ The Japanese Judicial System’,
https://www.nichibenren.or.jp/en/about/judicial_system/judicial_system.html, diakses pada 15
Oktober 2019
2. Hubungan antara partai politik dan pemerintah, terjadi mekanisme
pertukaran, partai politik yang bagus dapat direkrut masuk sebagai
pemerintah dan pemerintah yang bagus dapat direkrut masuk ke jajaran
partai politik eksekutif
3. Hubungan antara pengusaha dan pemerintah, pengusaha yang melakukan
“amakudari”, yang artinya perpindahan dari posisi pegawai ke pemerintah
ke pegawai swasta atau perusahaan yang mencari keuntungan (Mardani,
2009)
Hubungan antara pengusaha dengan partai politik sudah terjadi sejak Perang
Dunia II, dimana di dalam hubungan tersebut terdapat keinginan/ tujuan bersama
yaitu pertumbuhan ekonomi dan rekonstruksi nasional. Adanya Iron Triangle yang
melahirkan sebutan “Japan Inc” membuat adanya factor diplomasi yang menunjang
keberhasilan diplomasi Jepang dan keberhasilan ekonomi politik internasional.
Dengan melihat siklus tiga kelompok tersebut menggambarkan bahwa ekonomi
Jepang dapat berkembang seperti sekarang ini, tidak terlepas dari kerjasama antar
Pemerintah, Partai Politik dan Pengusaha, yang membuat semuanya memiliki
fungsi masing – masing yang tampak sesuai.
Kesimpulan
Demokrasi Jepang pada masa kini tidak semata – mata berasal dari para
pendiri negara ini, negara ini melewati berbagai dinamika yang dapat membentuk
Jepang seperti saat ini. Perjalanan demokrasi Jepang tak terlepas dari penagruh
lingkungan eksternal hingga terbentuklah Konstitusi 1947. Pada pertengahan abad
ke – 19, Jepang melakukan perlawanan terhadap kekuasaaan kerajaan melalui
modernisasi. Namun justru terjadi perang sipil yang membuat Jepang rugi. Lalu
muncullah Restorasi Meiji yang kemudian dilakukan inisiasi oleh para pemimpin
baru untuk melakukan industrialisasi Jepang dalam bidang ekonomi. Dampaknya
pun sangat besar dimana perekonomian Jepang berkembang pesat dan juga diikuti
tuntutan rakyat Jepang yang semakin kompleks.
Kebutuhan tinggi masyarakat Jepang tidak sebanding dengan jumlah
sumber daya alam yang dimiliki oleh jepang, yang memaksa Jepang untuk
melakukan penjajahan terhadap negara lain guna memenuhi kebutuhan negara
mereka dan menjadi mimpi buruk Jepang dimasa lampau. Keputusan Jepang
menjadi negara otoriter tercipta disini namun tidak berlangsung lama, pada tahun
1945, Amerika Serikat melakukan penjajahan terhadap Jepang. Melalui
MacArthur, Amerika Serikat melakukan reformasi dan merubah konstitusi Jepang
menjadi demokratis yang kemudian lahirlah Konstitusi 1947 yang masih digunakan
hingga saat ini
Lahirnya Konstitusi 1947 menjadikan Jepang secara utuh berlabel
negara demokrasi yang memiliki supra struktur dan infra struktur yang kemudian
membentuk sebuah ketetapan dalam tatanan kenegaraan. Supra struktur adalah alat
– alat negara atau lembaga – lembaga negara yang sesuai dengan Konstitusi 1947,
meliputi lembaga legislatif yaitu National Diet (Parlemen Nasional), lembaga
Eksekutif, yaitu Cabinet (Dewan Menteri) yang dipilih oleh Perdana Menteri dan
Lembaga Yudisial, yaitu Supreme Court (Mahkamah Agung). Sedangkan infra
struktur adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan lembaga – lembaga
kemasyarakatan dalam setiap aktifitasnya mempengaruhi lembaga kenegaraan
dalam menjalankan fungsinya. Kedigdayaan Jepang saat ini tidak terlepas pada
pengusaha – pengusaha yang ada di Jepang yang menjadi komponen utama dalam
menjalankan negara dan Jepang sendiri mendapat julukan oleh dunia yaitu “Japan
Inc”, Japan Incoorporated yang artinya hubungan informal yang menyebutkan
Jepang sebagai sebuah perusahaan. Hubungan tersebut membuat simbiosis
mutualisme.
Daftar Pustaka
Buku
Internet