PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti membatasi
kajiannya dalam satu rumusan masalah besar yaitu “Bagaimanaa keterlibatan
Yakuza dalam kehidupan Politik Jepang tahun 1952-1980?”. Mengingat
rumusan masalah tersebut begitu luas, maka untuk memudahkan dalam
melakukan penelitian dan mengarahkan dalam pembahasan, maka peneliti
mengidentifikasi rumusan masalah tersebut kedalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut :
1. Bagaimanaa latar belakang lahirnya yakuza di Jepang?
2. Bagaimanaa keadaaan politik Jepang pasca Perang Dunia II ?
3. Bagaimanaa keterkaitan yakuza dengan federasi politik Jepang tahun 1952-
1980?
4. Mengapa Federasi Sayap Kanan memilih yakuza sebagai koalisi
politiknya?
5. Bagaimanaa dampak bagi kehidupan politik di Jepang setelah yakuza
masuk dalam politik Jepang tahun 1952-1980?
2. Praktis
a. Mendeskripsikan sejarah singkat lahirnya Yakuza di Jepang.
b. Memaparkan bagaimana kondisi dan keadaan politik Jepang pasca
Perang Dunia II.
c. Mendeskripsikan keterlibatan yakuza dengan federasi politik di Jepang
tahun 1952-1980.
d. Menganalisis mengapa Sayap Kanan memilih Yakuza masuk dalam
perpolitikan Jepang
e. Menganalisis dampak kehidupan politik di Jepang setelah Yakuza
masuk kedalam politik Jepang tahun 1952-1980.
D. Sistematika Penulisan
Hasil yang diperoleh melalui telaah pustaka, dikumpulkan dan dianalisis,
kemudian disusun ke dalam sebuah laporan dengan sistematika sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan Menjelaskan tentang latar belakang masalah yang
memuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti muncul dan penting diserta
mengenai alasan atau ketertarikan peneliti memilih permasalahan itu diangkat
ataupun yang selama ini menjadi keresahan bagi peneliti. Pada bab ini juga
berisi rumusan masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan untuk
mempermudah peneliti mengkaji dan mengarahkan pembahasan, tujuan
penelitian, metode dan teknik penelitian serta sistematika penulisan. Adapun
yang menjadi uraian dari bab 1 ini yakni: Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Teknik Penelitian, Metodologi
Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka Mengenai Tinjauan Pustaka memaparkan
berbagai sumber literatur yang peneliti anggap memiliki keterkaitan dan
relevan dengan masalah yang dikaji. di dukung dengan sumber tertulis seperti
buku dan dokumen yang relevan. Dalam kajian pustaka ini, peneliti
membandingkan, mengkontraskan dan memposisikan kedudukan masing-
masing penelitian yang dikaji kemudian dihubungkan dengan masalah yang
sedang diteliti. Hal ini dimaksudkan agar adanya keterkaitan antara
permasalahan yang ada dengan buku-buku atau secara teoritis, agar keduanya
bisa saling mendukung, dimana dari teori yang sedang dikaji dengan
permasalahan yang diteliti bisa berkaitan. sedangkan fungsi dari kajian pustaka
adalah sebagai landasan teoritik dalam analisis temuan.
Bab III Metodologi Penelitian mengenai Metodologi Penelitian, bab ini
berisi mengenai tahap-tahap, langkah-langkah, metode dan teknik penelitian
yang digunakan oleh peneliti meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan
historiografi. Semua prosedur dalam penelitian akan dibahas pada bab ini.
Prosedur yang dimaksud adalah langkah-langkah peneliti dalam melakukan
penelitian ini seperti tahap perencanaan, pengajuan judul penelitian, persiapan
penelitian, proses bimbingan dan tahap pelaksanaan penelitian. Dalam bab ini
juga peneliti mengungkapkan dan melaporkan pengalaman selama
melaksanakan penelitian.
Bab IV Pembahasan pembahasan merupakan isi utama dari tulisan karya
ilmiah ini mengenai permasalahan-permasalahan yang terdapat pada rumusan
dan batasan masalah. Selain itu terdapat penjelasan judul, memaparkan dengan
rinci mengenai hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dan memaparkannya
dalam bab ini. Selain itu pada dasarnya Bab IV ini merupakan hasil
pengolahan dan analisis terhadap fakta-fakta yang telah ditemukan dan
diperoleh selama penelitian berlangsung. Dan pada bab IV ini peneliti akan
memaparkan hasil penelitiannya dengan bahasanya sendiri.
Bab V Kesimpulan sebagai bab terakhir yakni menjelaskan kesimpulan
yang merupakan jawaban dan analisis peneliti terhadap masalah-masalah
secara keseluruhan yang merupakan hasil dari penelitian. Hasil akhir ini
merupakan pandangan serta interpretasi peneliti mengenai inti dari bab IV
yakni mengenai pembahasan. Selain itu dalam Bab V disajikan penafsiran
peneliti terhadap hasil analisis dan temuan, hasilnya disajikan dalam bentuk
kesimpulan penelitian.
Pada bab ini peneliti mengemukakan beberapa kesimpulan yang
didapatkan setelah mengkaji permasalahan yang telah diajukan sebelumnya.
Pada Bab V ini laporan yang dibuat dan dilampirkan bisa berbentuk uraian
padat atau dengan cara butir demi butir, akan tetapi akan lebih baik jika bentuk
yang disajikan adalah dengan uraian padat daripada dalam butir demi butir.
Dalam bab ini pula biasanya peneliti mengharapakan saran dan kritik pembaca
atas penelitian yang telah dilakuakannya sebagai bahan masukan agar
penelitian yang akan datang bisa lebih baik lagi.
BAB II
GAMBARAN UMUM YAKUZA
A. Yakuza
Yakuza merupakan kelompok sindikat kejahatan tradisional Jepang yang
melakukan berbagai aksi atau kegiatan dengan cara dan hukum mereka sendiri,
tanpa memperdulikan hukum yang ada. Namun untuk melindungi dirinya
anggota yakuza bekerja secara terstruktur dan terorganisir, memiliki aturan
dalam kelompok, dan eksistensinya didukung oleh kecanggihan teknologi serta
sumber daya manusia yang dapat dikatakan cerdas. Yakuza dapat dikatakan
sebagai penjahat kerah putih yakni uniknya walaupun sebagai organisasi
kejahatan, yakuza hidup berdampingan dengan masyarakat dengan baik.
Yakuza mampu berbaur dengan masyarakat dan bersikap seperti masyarakat
biasa, merendah dan tak mau ketahuan sebagai yakuza.
Keberadaan yakuza dalam masyarakat Jepang bukanlah suatu rahasia
lagi, masyarakat sudah tau pergerakan anggota geng ini yang penuh kejahatan.
Yakuza hidup dari pemerasan, judi, prostitusi , narkotika, penyelundupan,
pencucian uang dan penyedia jasa layanan proteksi keamanan pada
perusahaan-perusahaan konstruksi, termasuk menyediakan jasa buruh dan
detektif swasta. Mereka melakukan pekerjaan yg orang lain tidak akan mau
melakukannya, semacam pekerjaan rendah, kotor, berbahaya dan melanggar
hukum.
Yakuza bukanlah sepenuhnya sampah masyarakat, kelompok sosial ini
juga sering melakukan hal-hal yang positif, seperti membantu masyarakat.
Pada waktu jepang diguncang gempa bumi bulan Maret 2011 lalu, peranan
yakuza dalam membantu korban bencana sangat besar . Pada saat semua
bantuan dari pemerintah maupun asing belum tiba, anggota yakuza sudah
terlebih dahulu turun ke lokasi bencana dan memberi bantuan kepada para
korban . Pada saat bantuan resmi dari pemerintah datang, yakuza ikut
membantu mengamankan agar tidak terjadi penjarahan dan kekacauan.
Terkadang mereka juga membantu menyalurkan bantuan sampai ke daerah
terpencil. Hal yang mengejutkan juga adalah saat terjadi bencana dari reaktor
Nuklir Fukushima di Jepang. Yakuza ada di belakang upaya penyelamatan
warga dan lebih hebat lagi mereka membantu mengendalikan radiasi di
reaktor.
Saat krisis nuklir fukushima mencapai titik kritis, banyak pekerja reaktor
yg lari dan keluar dari lokasi. Penduduk di wilayah antara radius 20-30
kilometer juga sudah dievakuasi karena ancaman radiasi yg semakin
berbahaya. Resiko pelelehan nuklir (nuclear meltdown) pada waktu itu sudah
didepan mata . Untuk mencegah hal itu terjadi, beberapa pekerja harus tetap
berada di tempat untuk mengatasi ledakan-ledakan yg terus terjadi. Mereka
terus menerus menyiram reaktor yg panas mendidih itu dengan air laut karena
alat pendingin otomatisnya tidak berfungsi.
Paparan Radiasi nuklir saat itu terlepas ke udara dalam jumlah yg
berbahaya, mereka yang terkena bisa saja mati pada saat itu juga atau mati
perlahan dalam waktu puluhan tahun kedepan karena dampak radiasi . Itu
tidak lebih dari sekedar sebuah pilihan. Saat itu muncullah istilah “Fukushima
Fifty” atau 50 orang yg berani mati dan terus bekerja selama 24 jam di
fukushima. Suzuki menyebutkan bahwa diantara grup heroik tersebut beberapa
anggotanya adalah anggota yakuza.
Pekerjaan memadamkan reaktor pada waktu itu sangat mengerikan, di
tengah ledakan-ledakan, para pekerja memiliki resiko 100% terpapar radiasi
nuklir . Masker pengaman hanya bisa mengurangi resiko hingga 50% saja,
seperti kita ketahui pancaran radioaktif Alfa, Beta dan Gamma Ray bisa
menembus benda-benda. Jadi sisanya pengaman mereka adalah baju khusus yg
mereka pakai. Mereka juga diberikan alat pendeteksi / indikator untuk
mengetahui seberapa banyak radiasi yg mengenai mereka dan akan berbunyi
nyaring apabila level radiasi melewati batas normal. Namun kemudian alat itu
dimatikan semuanya, karena bunyinya yang nyaring mengganggu upaya
pemadaman yang mereka lakukan.
Pekerjaan berbahaya ini beresiko hilangnya nyawa sehingga tak banyak
yang mau melakukan. Tetapi yakuza di Jepang mau mengirimkan anggotanya
untuk mempertaruhkan nyawa. Saat krisis nuklir mencapai puncak, yakuza
direkrut dari seluruh penjuru Jepang. Mereka dibayar sekitar 50 ribu Yen
(sekitar 5 juta rupiah) per hari, bahkan ada yg mencapai 200 ribu Yen. Tapi
siapa yg mau menyerahkan nyawa demi uang seperti itu..? Seorang pejabat
Fukushima sampai mengatakan “Bring us the living dead. People no one will
miss”. Mereka mencari mayat hidup, orang yg tak memiliki siapa-siapa lagi
sehingga rela mati, dan itu adalah para anggota yakuza.
Yakuza pada kenyataannya tetaplah sebuah kelompok preman yg
melakukan kejahatan-kejahatan. Kasus pembunuhan, penyelundupan, dan
baku tembak di depan umum masih terjadi dan meresahkan masyarakat
Jepang. Pemerintah Jepang secara terang-terangan mengumumkan perang
terhadap yakuza dan pihak kepolisian Jepang bahkan telah mengusulkan ke
parlemen undang- undang yg isinya menangkap sindikat kejahatan yakuza.
B. Sejarah Yakuza
Yakuza adalah sebuah organisasi sosial di Jepang yang dikenal sangat
jahat, organisasi ini berdiri jauh sebelum pemerintahan Jepang ada, sekitar
tahun 1612, saat Shogun Tokugawa berkuasa dan menumbangkan Shogun
Terdahulu, akibatnya sekitar 500.000 Hatomo-Yakko (Pelayan Para Shogun)
kehilangan tuannya, atau biasa di sebut kaum Ronin. Banyak dari kaum ronin
ini menjadi penjahat, mereka menyebut diri mereka sebagai kabuki-mono,
karena kesetiaan diantara meraka yang begitu tinggi sehingga kelompok ini
sulit dibasmi.
Kaum kabuki-mono selalu mengancam penduduk desa sehingga banyak
dari penduduk desa tersebut membentuk satuan desa yang terdiri dari pekerja
sukarela demi keamanan mereka disebut Machi-Yoko. Walaupun jumlahnya
sedikit dan kurang terlatih tetapi para Machi-Yoko ini mampu menjaga daerah
mereka dari serangan-serangan para kaum kabuki-mono. Pada abad 17 rakyat
Jepang menganggap Kaum Machi-Yoko ini sebagai pahlawan karena
keberhasilan mereka menjaga desa.
Dari pahlawan berubahlah menjadi penjahat setelah keberhasilan tersebut
para kaum Machi-Yoko ini banyak yang meninggalkan profesi asli mereka dan
menjadi preman, dan parahnya para shogun ikut memelihara mereka. Kaum
Machi-Yoko ini terbagi 2 kelas yaitu kaum Bakuto (Penjudi) dan kaum Tekiya
(Pedagang), pada dasarnya kaum Tekiya ini cuma menumpang nama saja
menjadi pedagang karena pada kenyataannya kaum Tekiya ini sering menipu
dan memeras para pedagang, namun begitu kaum ini mempunyai sistem
kekerabatan yang kuat, ada hubungan kuat antara : Oyabun (Boss-bapak) dan
Kobun (bawahan-anak), serta Senpai-Kohai (Senior-Junior) yang biasa kita
temukan pada organisasi yakuza saat ini. Sedang kaum Bakuto ini di jadikan
alat para Shogun untuk berjudi dengan petugas konstruksi dan irigasi agar
uang mereka habis di meja judi dan bisa di pekerjakan dengan gaji murah.
Nama yakuza menurut cerita berhubungan dengan dunia judi, dulu ada
permainan yang sering dimainkan oleh kaum Bakuto namanya Hanafuda.
Permainan ini mirip Black Jack setiap orang yang main dibagikan masing-
masing tiga kartu, kemudian maka angka terakhir yang akan menang, kartu
berjumlah 20 sering di sumpahi oleh orang-orang karena berakhir dengan
angka nol, salah satu konfigurasi kartu ini adalah angka 8-9-3 dan jika disebut
dalam bahasa Jepang Ya- Ku-Za. Kaum Bakuto juga mempunyai tradisi
menato seluruh anggota tubuh mereka, orang Jepang menyebutnya Irezumi
dan memotong jari (Yubitsume) sebagai simbol penyesalan atau hukuman.
Seiring waktu Kaum Bakuto dan Kaum Tekiya menjadi satu identitas dan
sekarang lebih di kenal dengan nama yakuza.