Anda di halaman 1dari 74

Studi Perbandingan Politik Monarki Konstitusional Jepang Thailand dalam Perspektif Kultur Politik

kelompok 2 presentasi perpol dosen: Mochtar Masoed

Monarki Konstitusional adalah sebuah sistem politik di


mana kepala negara merupakan raja yang berkuasa dalam batas-batas yang diatur dalam konstitusi. Beberapa pemakai sistem ini adalah Bahrain, Belgia, Belanda, Malaysia, Jepang, dan Thailand. Jepang dan Thailand adalah dua negara yang sama-sama menggunakan Monarki Konstitusional sebagai bentuk pemerintahannya.

Di kedua negara tersebut, Raja (pada Thailand) dan Kaisar (pada Jepang) merupakan kepala negara, serta kepala pemerintahan keduanya dipegang oleh Perdana Menteri.

Pemakaian sistem monarki konstitusional dalam kedua negara tersebut adalah: Monarki merupakan kelanjutan dari bentuk kerajaan yang sebelumnya dipakai oleh negara tersebut. Thailand telah memulai sistem ini sejak tahun 1351 M, di mana raja Ramathibodi I mendirikan kerajaan Ayutthaya yang menjadi cikal bakal Thailand modern. Sedangkan Jepang telah memulai sistem ini sejak reformasi Taika pada tahun 646 M, di mana Yamato mengangkat dirinya sebagai kaisar (tenno) pertama di Jepang. Penggunaan konstitusi diberlakukan kemudian di Jepang pada 1889, yang kemudian diamandemen pada 3 Mei 1947 . Sedang Thailand membentuk konstitusinya pada tahun 1932, yang diperkenalkan melalui serangkaian kudeta dalam negeri. Konstitusi ini kemudian diubah kembali pada tahun 1997, dan dijalankan hingga sekarang.

Namun demikian, meskipun sama-sama memakai sistem monarki konstitusional, namun apa yang terjadi dibalik penggunaan sistem tersebut di Thailand dan di Jepang sungguh berbeda,

Di Jepang.
Konstitusi yang dibentuk pertama kali pada 1889 dengan nama Konstitusi Meiji, beberapa isinya antara lain adalah memposisikan kaisar dalam posisi tertinggi di pemerintahan, selain itu memberinya otoritas untuk menyatakan perang, menyatakan damai, memutuskan kesepakatan, memimpin militer, serta membentuk segala aturan dan hukum. Kemudian setelah melalui petualangan perang dunia ke-2, Jepang harus takluk dihadapan Amerika Serikat. Pada masa inilah, melalui desakan AS sebagai pemenang perang, Jepang diperkenalkan konstitusi baru (1947) yang dipakai hingga sekarang, di mana konstitusi ini mengebiri kekaisaran dan militer mereka.

Di Thailand.
Pada tahun 1932, merespon kondisi perekonomian kerajaan yang moratmarit akibat ketidakbecusan kepemimpinan raja, sebuah kelompok pemberontakan kecil-kecilan (a small group of rebels) yang beranggotakan pelajar dan akademisi, dikenal sebagai The Promoters, menduduki pemerintahan Thailand dan memperkenalkan sistem konstitusi modern pada sang raja Thailand, Prajadiphok. Argumen the Promoters ini adalah Thailand (atau Siam pada masa itu) bahwa sistem kerajaan sendiri tidak cukup efektif untuk mengatur Siam, akan tetapi masyarakat juga belum siap menerima sistem demokrasi murni sehingga mereka membutuhkan kerajaan untuk mengayomi rakyatnya. Selain itu, the Promoters juga berpendapat bahwa dalam masa transisi inilah, militer harus ikut mengambil kontrol terhadap negara. Inti dari teori inilah yang kemudian melegitimasi militer untuk berkali-kali mengadakan kudeta. Konstitusi ini bertahan hingga sekarang, dan diperbaharui pada 11 Oktober 1997 yang kemudian diberi nama Thailands 16th Constitution. Pembaharuan konstitusi ini mencoba menjauhkan militer dari pemerintahan.

Dapat Poin-Poinnya?
Dari asal muasal monarki konstitusional di kedua negara ini saja kita bisa menemukan beberapa poin

1. Perbedaan tujuan awal pembuatan konstitusi


- Jepang membuatnya untuk melegalkan segala kekuasaan kaisar sehingga menjadi tak terbatas. Tujuannya untuk memperkuat imperialisme. Hal ini dipicu oleh semangat ekspansi yang sedang dilakukan Jepang. - Sebaliknya, Thailand justru memakainya untuk memperkecil peran raja dan memperbesar porsi rakyat untuk mengatur dirinya sendiri. Tujuannya untuk memperkenalkan demokrasi. Hal ini dipicu kegagalan pihak kerajaan untuk menghindari dampak The Great Depression yang berujung pada hancurnya perekonomian Thailand

2. Perbedaan pelaku pencetusnya


- Konstitusi Meiji Jepang, dicetuskan oleh parlemen Jepang pada era Meiji, yang ditujukan untuk memperkuat kekuasaan Kaisar mereka dan melanggengkan penggunaan militer.

- Selanjutnya, konstitusi yang dipakai hingga sekarang, konstitusi 1947 merupakan konstitusi yang muncul akibat desakan Amerika Serikat. Munculnya pihak luar yang mampu mengatur Jepang hingga dalam hal konstitusi menggambarkan keterikatan dan ketergantungan yang amat sangat dari pihak tersebut. - Sebaliknya, konstitusi Thailand diperkenalkan oleh golongan pelajar dan akademisi, yang notabene berasal dari golongan rakyat biasa.
- Selanjutnya, konstitusi yang dipakai hingga sekarang, konstitusi 1997, merupakan konstitusi yang muncul dari desakan parlemen, dengan tujuan melemahkan militer yang kerap mengadakan kudeta negara.

3. Perbedaan isinya yang mempengaruhi pihak kerajaan


- Konstitusi Meiji Jepang, memperkuat kekuasaan kaisar - Selanjutnya, konstitusi 1947 malah menghilangkan kekuasaan kaisar. Inilah yang mengakibatkan peran kaisar dalam pemerintahan dan kenegaraan hampir tidak ada dan hanya sekedar menjadi figur pajangan saja. - Sebaliknya, konstitusi Thailand tahun 1932, mengubah peran raja. Apabila sebelumnya kerajaan Siam dipimpin mutlak oleh raja, maka melalui konstitusi ini, raja digeser menjadi kepala negara, dengan kepala pemerintahan berupa perdana menteri yang dipilih oleh rakyat. Akan tetapi melalui konstitusi ini pula, kerajaan masih memegang pengaruh yang kuat dalam pemerintahan. Misalkan, kerajaan memiliki sejumlah kursi di parlemen, dan raja memiliki pengaruh yang besar dalam menentukan siapa-siapa saja yang akan duduk sebagai perdana menteri dan dalam kabinetnya. Selain itu, pendapat raja dalam setiap kegiatan politik selalu diperhitungkan.

Dan hasilnya..
Melalui sudut pandang kultur politik, kita bisa menilai perbedaan-perbedaan yang ada di kedua negara tersebut dalam pelaksanaan monarki konstitusional.

Aspek Sistem: - kebanggaan terhadap kerajaan:

Jepang: dengan hilangnya kewenangan kaisar dalam pemerintah dan


besarnya kekuatan parlemen dalam pemerintahan, terlihat bahwa sangat kurang kepercayaan yang diberikan pada kerajaan. Hal ini juga dibuktikan melalui survei bahwa kebanggaan rakyat Jepang terhadap negaranya sangat rendah. Apabila USA, Argentina, India, dan Perancis berada di level 90% ke atas, maka hanya 60% dari warga Jepang yang bangga pada negaranya. Ini disebabkan adanya trauma masa lalu yaitu kekalahan Jepang dalam perang dunia 2 yang menutup petualangan invasi Jepang yang dimulai ketika Kaisar mendapat kekuasaan tanpa batas pada konstitusi Meiji.

Thailand: Kesetiaan pada kerajaan Thailand sangat besar, dan dorongan


dari raja berarti segalanya. Inilah yang menyebabkan kudeta tahun 2006 berhasil meruntuhkan Thaksin, karena ada dukungan dari raja (walau tidak secara eksplisit). Kebanggaan ini muncul akibat peran yang telah diperlihatkan kerajaan dalam sejarah Thailand. Thailand sendiri berarti Tanah yang Bebas dari penjajahan selama ratusan tahun, berkat penjagaan kerajaan terhadap wilayah & rakyatnya.

2. Aspek Proses
- Peran serta rakyat

Jepang: Rakyat Jepang seakan tidak memperlihatkan kepeduliannya


dalam sistem monarki ini,akibat trauma perang masa lalu yang diakibatkannya. Mereka lebih memperhatikan perkembangan politik di tingkat parlemen, yang secara lebih langsung menentukan nasib mereka sendiri. Bahkan saat ini ada kecenderungan untuk menjauhi partai politik, karena skandal korupsi yang dilakukannya.

Thailand: Rakyat Thailand menganggap Kerajaannya sebagai identitas


nasionalnya. Itulah kemudian mengapa golongan akademisi-lah yang maju kedepan memimpin kudeta untuk memperbaharui peran kerajaan dalam pemerintahan, dengan tujuan mempertahankan Kerajaan sebagai ayah yang mengasuh, dan militer serta parlemen sebagai anak-anak tertua yang menjalankan pemerintahan.

Kesimpulan
Meski sistem yang dipakai sama-sama monarki konstitusional, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi berbedanya praktek pelaksanaannya di berbagai negara, seperti Thailand dan Jepang. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Latar belakang pembentukan konstitusi b. Pengalaman rakyat terhadap kerajaannya c. Ada atau tidaknya pihak luar d. Kebanggaan dan dukungan rakyat terhadap kerajaan

acip. Peran raja dalm pemerintahan, kyknya g bertindak apa2 masalah pattani?? Prada..

1. Posisi ekonomi raja


2. Apakah itu menjadi suatu anti-tesis dukungan terhadap kaisar

Indra. Ketidakpercayaan terhadap kaisar??padahal khan masa PD, kaisar malah diboyong tentara ke luar,n mendapat redpon positif. Tidak adanya korelasi antara nasionalisme dengan kekaisaran.

RIDHO. Bagaimana hubungan antara masyarakat yang melek politik dengan kepatuhan terhadap kerajaannya. Kepercayaan rakyat terhadap kaisar pada konstitusi 1947. Abe. Mengapa jepang yang konstitusinya bentukan AS malah lebih maju daripada Thailand.

Anda mungkin juga menyukai