Anda di halaman 1dari 5

Mafia Berkeley Sebagai Agregasi Kekuasaan Orde Baru

(Kekuasaan Dalam Model Teori Negara Bureaucratic Polity)

I. Pendahuluan
Keseimbangan dan saling ketergantungan dalam proses politik dan pemerintahan antar
institusi dan entitas politik merupakan hal yang sulit ditemukan pada era orde baru. Pemerintah
pada masa orde baru menjadi otoritas dominan terhadap entitias politik lainnya. Pengambilan
kebijakan dan keputusan politik bukanlah respon terhadap tuntutan dari masyarakat, melainkan
seringkali berangkat dari asumsi dan kepentingan sebagian kelompok pada saat itu. Bennedict
Anderson (1986) dalam tulisannya yang berjudul “Old State, New Society: Indonesia’s New
Order In Comparative Histotical Perspective” menyebutkan Negara Orde Baru sebagai
Negara-sebagai-Negara (The State-Qua-State) yaitu Negara memiliki kepentingan sendiri di
dalam proses pembuatan kebijakan-kebijakan itu. Kepentingan-kepentingan negara tidak
paralel dengan kepentingan-kepentingan yang ada di dalam masyarakat.
Fokus kepentingan utama negara Orde baru adalah pembangunan ekomomi. Hal tersebut
menjadi sangat realistis, mengingat pasca proses “perebutan” kekuasaan dari tangan Bung
Karno, Indonesia berada dalam masa resesi ekonomi luar biasa. Dalam menganalisis konsep
pembangunan ekonomi Orde Baru semenjak tahun 1966 hingga 1998 (kurang-lebih 32 tahun),
akan lebih jelas dan ringkas dengan membaginya dalam beberapa periode, antara lain periode
pemulihan ekonomi (1966-1973), periode oil boom (1974-1982) dan periode liberalisasi
ekonomi (1982-1997). Tiap-tiap periode atau tahapan tersebut memiliki ciri dan
karakteristiknya masing-masing sehingga sistematisasi pemahaman konsep pembangunan
ekonomi Orde Baru akan lebih mudah terbentuk (kutipan Unud).
Lanskap pembangunan orde baru kemudian dibungkus kedalam wacana pembangunan
nasional bernama Trilogi Pembangunan. Pada dasarnya Trilogi pembangunan berlandaskan
pada tiga pilar pembangunan antara lain stabilitas nasional yang dinamis, pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan Pemerataan Pembangunan dan hasil-hasilnya. Dalam konsep tersebut
dapat diartikan bahwa stabilitas nasional menjadi jangkar utama pertumbuhan ekonomi dan
pemertaaan pembangunan, hal ini kemudian menjadi alasan dibalik represifitas Orde baru.
Dalam mewujudkan Trilogi Pembangunan, Negara Orde baru mengawinkan peran
pejabat militer dan kelompok teknokrat dalam menjalankan roda pemerintahan. Peran pejabat
militer sangat sentral, khususnya dibutuhkan dalam konteks pengelolaan kebijakan berbasis
manajemen militer untuk melahirkan kestabilan sosial dan politik, sedangkan kelompok
teknokrat bekerja untuk melahirkan konseptual dan operasional kebijakan ekonomi nasional.
Kedua kelompok tersebut ditopang oleh Undang-Undang Subversif yang menjadi alat untuk
meminimalisir tekanan dari entitas politik pada masa itu.
Fenomena tersebut diatas secara teoritis disebut oleh Karl D. Jackson (1978) sebagai
bureaucratic polity. Bureaucratic polity sendiri dibatasi sebagai ‘a system in which a limited
group of senior bureaucrats, technocrats, and military officers participate in authoritative
decision making’. Proses pembuatan keputusan, termasuk proses pengaruh mempengaruhi,
hanya melibatkan sekelompok kecil orang di Jakarta, yaitu para elite yang ada di birokrasi,
teknokrat dan militer. Dalam essay ini penulis akan menganalisis peran sekelompok teknokrat
dalam negara orde baru yang memiliki kekuasaan,otoritas dominan dalam pengambilan
kebijakan ekonomi dan menjadi bagian dari agregasi kekuasaan Orde Baru, kelompok tersebut
lebih dikenal dengan nama “mafia Berkeley”.

II.Pembahasan.
“Berkeley Mafia” berhasil menguasai kendali kebijakan ekonomi sejak tahun 1966.
Kendalinya putus selama sekitar 2 tahun ketika Gus Dur menjabat Presiden. Kelompok
Berkeley Mafia tidak menjadi anggota partai politik. Maka mereka tidak mencerminkan
ideologi partai politik yang manapun juga. Ideologi mereka adalah ideologi mekanisme pasar
yang sangat condong pada liberalisme yang sebebas mungkin dan kapitalisme partikelir. Itulah
sebabnya sejak awal mereka sudah menganut faham korporatokrasi; hal ini digambarkan
sangat jelas dan ilustratif oleh John Pilger yang mengutip Jeffrey Winters dan Bradley
Simpson. Berjayanya kelompok Berkeley Mafia dan stabilitas serta kontinuitas kekuasaannya
dalam bidang ekonomi diperkuat dengan kenyataan bahwa partai-partai politik di Indonesia
tidak mempunyai pikiran-pikiran bagaimana menyelenggarakan negara yang baik. (Gie, n.d.).
Mafia berkeley membentuk “keturunan-keturunannya” dari generasi-generasi berikutnya
yang garis kebijakannya selalu konsisten, yaitu selalu sejalan dengan 3 (tiga) lembaga
keuangan internasional (IMF, World Bank dan IDB) yang sampai sebelum krisis sedang
berlangsung. Para anggota kelompok ini diasosiasikan oleh Alumni Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia yang kemudian melanjutkan studi masternya dan doktoralnya ke
Universitas California di Berkeley. Faktor pengikatnya adalah ideologi dan kepercayaan yang
sama. Garis kebijakannya dapat digambarkan sebagai fundamentalisme mekanisme pasar dan
kapitalisme partikelir, mereka juga terkenal dengan sebutan “teknokrat”. Tetapi dalam kiprah
dan sepak terjangnya sama sekali bukan teknokrat yang bebas nilai dan bebas ambisi politik.
Mereka mati-matian mempertahankan kedudukannya sebagai penentu kebijakan ekonomi (Gie,
n.d.). Beberapa nama seperti Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, Emil Salim, JB Sumarlin dan
nama-nama lainnya disebut sebagai bagian dari kelompok pengelola ekonomi tersebut. Mafia
Berkeley tidak selalu bekerja dalam lingkaran alumni University of California, tetapi juga
berkolaborasi dengan teknokrat dan teknolog lainnya seperti Hartarto Sastrosoenarto dan
pejabat militer pada masa itu.
Fenomena tersebut dalam teori negara pada perspektif teori kekuasaan sejalan dengan
apa yang disampaikan oleh Karl D. Jackson sebagai model bureaucratic polity (1978). Negara
orde baru dengan model bureaucratic polity lahir karena sistem politik yang mana kekuasaan
dan partisipasi politik dalam membuat keputusan sepenuhnya terbatas pada penguasa negara,
terutama ditangan perwira dan pejabat birokrasi. Dalam model bureaucratic polity masyarakat
mengalami proses isolasi sehingga mereka tidak terlibat dalam pengambilan keputusan kecuali
dalam tahap implementasi. Negara model ini disebut negara pejabat karena birokrasi terjadi
mulai dari unit terendah pemerintahan sampai di pusat (Alwi, 1991). Pada masa Orde baru
model bureaucratic polity diperkuat dengan proses pemandulan terhadap Lembaga formal
lainnya. Ketika organisasi sudah sangat kuat mencengkeram seluruh proses kehidupan negara
dan pemerintahan, maka lembaga lain, misalnya DPR, partai politik, organisasi massa,
organisasi profesi dan lain-lain, akan tidak berdaya dalam mempengaruhi kebijakan publik
(Thoha, 2003).
Mafia Berkeley bekerja keras mempersiapkan segala alat legitimasi, berupa Undang
Undang, rencana pembangunan, dan proposal pinjaman, yang memungkinkan bekerjanya
tangan-tangan kapitalisme internasional dan pemerintahan tangan besi di sini. David Ransom
dalam bukunya mengungkapkan adanya rangkaian kerja sistematis keterlibatan Amerika
Serikat melalui Mafia Berkeley sebagai pemegang otoritas kebijakan didalam pemerintahan
Indonesia. Termasuk kebijakan politik Amerika Serikat dengan dalih anti-komunisnya untuk
menjerat bangsa-bangsa dan negeri-negeri lain untuk masuk ke dalam strategi kapitalisme
global. Bahkan mereka juga menggunakan SESKOAD yang merupakan: “kawah
candradimukanya” perwira-perwira Tinggi AD Indonesia itu, melalui Soewarto (seorang
Letjen Komandan SESKOAD) bersama kaum Sosialis Kanan/PSI untuk kepentingan-
kepentingan yang digariskan Amerika Serikat (Ransom, n.d.).
Mafia Berkeley memiliki kuasa dan otoritas penuh terhadap pengambilan kebijakan tanpa
adanya partisipasi publik dan entitas politik lainnya. Pengambilan kebijakan ekonomi didasari
atas monopoli intelektual tunggal para teknokrat dan perwira militer pada saat itu. Bahkan
prinsip-prinsip kesejahteraan sosial-ekonomi yang tertuang dalam konstitusi UUD 1945 juga
tidak menjadi dasar dalam pengambilan kebijakan ekonomi nasional saat itu, adapun lahirnya
UU Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal yang dikeluarkan oleh Soeharto menjadi
langkah awal liberalisasi ekonomi dan eksploitasi lingkungan untuk kepentingan elite tertentu.
Masuknya perusahaan asing dalam bidang energi, pertambangan dan kehutanan kemudian
menjadi titik awal kekuasaan negara dalam masa orde baru memulai monopoli pengambilan
kebijakan ekonomi nasional. Hal tersebut kemudian tidak lepas dari peran para Mafia Berkeley
dan para penopangnya untuk menumbuhkan konsep bureaucratic polity pada saat itu.

III. Kesimpulan.
Mafia Berkeley merupakan salah satu agregasi kekuasaan dalam negara orde baru.
Konsentrasi kekuasaan dan partisipasi politik dalam membuat keputusan sepenuh terbatas pada
penguasa negara, khususnya dalam hal kebijakan ekonomi nasional. Adapun masyarakat dan
institusi politik lainnya mengalami proses isoloasi sehingga mereka tidak terlibat dalam
pengambilan keputusan kecuali dalam tahap implementasi. Negara model ini disebut sebagai
bureaucratic polity yang mana dalam pengambilan proses pembuatan keputusan, termasuk
proses pengaruh mempengaruhi, hanya melibatkan sekelompok kecil orang di Jakarta, yaitu
para elite yang ada di birokrasi, teknokrat dan militer. Mafia Berkeley memonopoli kekuasaan
dan otoritas dalam pengambilan kebijakan ekonomi nasional, bahkan proses pengambilan
kebijakan tanpa adanya tahapan partisipasi publik yang berarti. Pengambilan kebijakan
ekonomi didasari atas monopoli intelektual tunggal para teknokrat dan perwira militer pada
saat itu. Bahkan prinsip-prinsip kesejahteraan sosial-ekonomi yang tertuang dalam konstitusi
UUD 1945 juga tidak menjadi dasar dalam pengambilan kebijakan ekonomi nasional saat itu.
Kelompok masyarakat seperti Ormas, LSM dan serikat-serikat komunitas masyarakat tidak
diberi ruang memberikan masukan, begitu pula Partai Politik tidak bekerja optimal mengawasi
kebijakan yang akan dikeluarkan, karena telah “dikebiri” oleh kekuasaan.

Daftar Pustaka

Alwi, S. (1991). Penerapan Model dan Implikasinya Terhadap Partisipasi.


Gie, K. K. (n.d.). Seminar Krisis Ekonomi Indonesia : Keberhasilan 53 Tahun Mafia Berkeley?
(Bagian I) « Forum Kwik Kian Gie – Mari Kita Berdiskusi. Retrieved October 18, 2022,
from http://kwikkiangie.com/v1/2011/03/seminar-krisis-ekonomi-indonesia-keberhasilan-
53-tahun-mafia-berkeley-bagian-i/
Ransom, D. (n.d.). MAFIA BERKELEY DAN PEMBUNUHAN MASSAL Ramparts.
Thoha, M. (2003). Birokrasi dan Politik.

Anda mungkin juga menyukai