Anda di halaman 1dari 10

DINAMIKA SISTEM POLITIK

OTORITARIANISME ORDE BARU


Dr. Febriana Muryanto, S.Pd., M.Sc.
OTORITARIANISME ORDE BARU

Beragam studi yang pernah dilakukan mengenai Orde Meskipun terdapat perbedaan
Baru, pada umumnya melahirkan beberapa label tentang
politik Indonesia. Beberapa label tersebut mencakup
pendapat antar mereka dalam
antara lain; " state-qua-state " yang dipopulerkan
menggambarkan politik Orde Baru,
Benedict Anderson, "bureaucratic poliity" oleh Karl namun umumnya mereka
D. Jackson, "bureaucratic pluralism" oleh Donald sependapat bahwaaparat
Emmerson, "bureaucratic authoritarianism" oleh negara mendominasi arena
Dwight King, dan " limited pluralism "-nya William
Liddle (Maclntyre 1990). politik dan mengontrol
masyarakat

2
Konsep "state-qua-state" telah diperdebatkan oleh para ahli dalam
Labeling Orde Baru berbagai bidang, termasuk filsafat politik, ilmu politik, dan hukum.

State-Qua-State Pengertian dan interpretasi dari konsep ini dapat bervariasi tergantung
pada perspektif teoritis masing-masing ahli. Berikut adalah beberapa
pandangan dari beberapa ahli yang terkenal:

Thomas Hobbes Immanuel Kant


mempertimbangkan negara sebagai entitas yang mengembangkan gagasan tentang negara
dibentuk oleh kontrak sosial untuk memastikan berdasarkan prinsip-prinsip moralitas dan hukum
perdamaian dan keamanan dalam masyarakat. internasional. Negara menurut Kant harus tunduk
Baginya, negara adalah representasi kolektif dari pada prinsip-prinsip moral universal dan bertindak
kepentingan individu yang bersatu demi keamanan sesuai dengan hukum untuk mencapai
dan ketertiban. perdamaian dunia yang berkelanjutan.

John Locke: Locke Max Weber


mengembangkan konsep negara yang menggambarkan negara sebagai entitas
berdasarkan hak asasi individu, termasuk hak yang memiliki monopoli atas kekerasan
atas kehidupan, kebebasan, dan harta benda. fisik di dalam wilayah tertentu. Bagi Weber,
Negara menurut Locke ada untuk melindungi negara memiliki otoritas tertinggi yang
hak-hak ini dan beroperasi berdasarkan diakui oleh masyarakat dan memainkan
kepercayaan rakyat. peran penting dalam mengatur kehidupan
sosial dan politik.
Jean-Jacques Rousseau
mengusulkan konsep negara sebagai produk
dari kehendak umum. Baginya, negara adalah
Pandangan dari para ahli di atas menunjukkan variasi
representasi kepentingan bersama rakyat, yang dalam pemahaman tentang konsep "state-qua-state", mulai
mengikat mereka dalam kontrak sosial untuk
mencapai kebebasan dan kesetaraan.
dari perspektif kontrak sosial, hak asasi individu, kehendak
umum, prinsip moral, hingga monopoli atas kekerasan.
3
Pendahuluan
Pada level analisis yang lebih mikro, para analis juga Salah satu kelebihan pemerintahan Orde Baru adalah
percaya bahwa politik Indonesia semakin ditandai dengan kemampuannya dalam menciptakan stabilitas politik dengan
sentralisasi yang semakin dominan.Apabila pada awal pemerintahan yang kuat. Stabilitas ini membawa Orde Baru
Orde Baru, politik Indonesia berada di bawah kendali semakin berhasil membangun landasan bagi keberhasilan di
sektor lainnya, terutama masuknyainvestasi asing yang
kekuatan militer sebagai institusi, maka sejak awal l980- membawa pertumbuhan ekonomi makro secara gemilang.
an, politik Indonesia semakin tersentralisasi pada
kepemimpinan personal Soeharto(Pratikno, 1998; 19).
Format sentralisme inilah yang pada akhirnya menghasilkan
Dalam paradigma kekuasaan Orde Baru, stabilitas (politik) corak kekuasaan politik otoritarianisme dalam kurun waktu 32
diperlukan untuk mempermudah agenda-agenda tahun, meskipun kekuasaan Soeharto pada akhirnya tumbang
pembangunan (ekonomi). oleh gerakan mahasiswa dan elemen sipil lainnya pada tahun
1998.

pertanyaan penting mengapa pemerintahan Soeharto memilih


jalan otoritarianisme sebagai sistem politiknya?.
inamika Sistem Politik
Otoritarianisme Orde Baru Dalam hal ini, kekuasaan politik Orde Baru yang yang
Untuk memahami dinamika dan bercorak otoriter setidaknya berakar dari lima sumber utama,
potret sistem politik otoritarianisme Orde yaitu; represi; kekuasaan material yang terkonsentrasi;
Baru, perlu dikaji tentang sumber-sumber
wacana politik partikularistik ; subordinasi bisnis
kekuasaan sistem politik otoritarianisme
tersebut terhadap negara; dan pengendalian birokrasi sipil dan
militer
Subordinasi Bisnis
Kientelisme dan
Ekonomi Birokrasi Sipil

Represi
Politik
Partikularistik 1. S e m u a B i s n i s
tergantung pada
1. kekerasan adalah instrumen 1. Tu j u a n n y a a d a l a h u n t u k m e l e g i t i m a s i
1. D e n g a n s u m b e r d a y a E k o n o m i , negara
utama yang dipakai oleh otoritarianisme
Soeharto secara efektif mampu 2. politicio-bureaucrat
pemerintah Orde Baru untuk 2. Definisi-definisi tersebut telah membangun
membeli dukungan dari elite politik dan entrepreneurs
mencapai stabilitas politik “keabsahan” politik rezim otoriter Orde Baru
masyarakat luas (Pratikno, 1989; 21) 3. Hal ini berakibat pada
2. Aktivitas politik di periode secara moral.
2. K a r e n a K e s u l i t a n m e m p e r o l e h semakin melemahnya
sebelumnya dihancurkan. 3. mempermainkan standar moralitas
dukungan maka orde baru memberikan f u n d a m e n t a l
3. kekuatan oposisi juga dibatasi. 4. Jika politik represi (management of fear),
intensif untuk bisnis loyalis,Penguasa perekonomian
dan klientelisme ekonomi adalah mekanisme Indonesia karena
Proyek, Keleluasaan “korupsi” kontrol terhadap perilaku politik, maka politik
3. Meskipun inefisiensi dan korupsi tinggi berorientasi pada
wacana dapat dikatakan sebagai mekanisme kepentingan ekonomi
tapi terbukti menjadi instrumen ampuh
membangun loyalitas
kontrol terhadap persepsi dan pola pikir jangka pendek 5
masyarakat (partisipan politik).
Stabilitas dalam Sistem
Otoritarianisme Tertutup dan Tebuka
Dalam sistem pemerintahan negara negara di dunia, terdapat dua jenis karakter sebuah rezim, yaitu negara yang stabil karena
tertutup dan negara yang stabil karena terbuka

analisis Bremmer (2013)


Dalam analisis Bremmer (2013), terdapat dua faktor penentu kualitas sebuah pemerintahan, yakni keterbukaan
dan kestabilan.

Menurut Bremmer (2013; 18), kediktatoran mustahil bisa bertahan lama karena
Otoritarianisme bertentangan dengan hasrat alami manusia untuk bebas.
Masyarakat yang hidup di bawah bayang bayang represi pemerintah ibarat
bom waktu yang suatu saat akan meledak. Begitu momentum itu tiba, hasrat
terpendam tadi meledak tanpa kendali. Jika itu terjadi, negara bekas
kediktatoran itu akan jatuh di kurva paling bawah dan menjadi lahan subur bagi
munculnya sumber-sumber ancaman, seperti terorisme dan senjata pemusnah
massal. Dalam fase transisi menuju demokrasi, negara menjadi lebih agresif dan
tak jarang memicu perang dengan negara lain

6
Stabilitas dalam Sistem
Otoritarianisme Tertutup dan Tebuka
Berbeda dengan kestabilan yang
terdapat, baik pada rezim otoriter maupun
demokratis

analisis Bremmer (2013)


keterbukaan hanya mungkin dijamin oleh pemerintahan demokratis.

1. Sistem demokrasi menjamin kebebasanberekspresi warganya dan


mengakses informasi dari mana saja.
2. Memang, keterbukaan tidak bisa menjamin kestabilan.
3. Akan tetapi, kestabilan yang didukung dengan keterbukaan lebih baik dan
tahan lama karena dua alasan. Pertama, negara yang stabil dan terbuka
akan terhindar dari guncangan yang bisa menyeretnya ke titik terendah.
Kedua, negara yang stabil dan terbuka relatif lebih ramah dalam hal
kebijakan luar negerinya sehingga akan berkontribusi terhadap perdamaian
internasional.

7
Mengapa Soeharto Memilih Jalan
Otoritarianisme?
Dominasi Militer
Sebagaimana telah disinggung Donsolidasi kekuasaan baru Orba memberikan tempat yang sangat luas
sebelumnya bahwa peralihan kekuasaan bagi militer untuk mendominasi proses berjalannya politik. Harold Crouch
(1986). Dominasi militer dalam menopang
dari Orde Lama ke Orde Baru Orde Baru dimulai dengan penyingkiran
menyisakan masalah pelik terkait dengan kelas (komunis) di berbagai tempat secara
sistematis
instabilitas politik dan mandegnya
agenda-agenda pembangunan ekonomi restrukturisasi politik
Di awal pemerintahannya, Orde Baru memainkan pola restrukturisasi politik
Indonesia di bawah kekuasaan Soekarno. secara sistematis dalam rangka mengkonsolidasikan elemen-
elemenkekuasaan serta menciptakan stabilitas politik yang terkendali guna
m enjam in ber jalannya r oda pem bangun a n . S t a b i l p e n t i n g u n t u k
Oleh karenanya, pada awal kekuasaan pembangunan
Orde Baru, politik Indonesia kemudian sistem politik
berada di bawah kendali kekuatan militer Salah satu masalah pokok yang ada dalam sistem pemerintahan
sebagai institusi, meskipun pada l980-an, Orde Baru adalah bagaimana menata sistem politik yang handal
untuk mendukung pembangunan ekonomi serta bidang-bidang
politik Indonesia semakin tersentralisasi lainnya.
pada kepemimpinan personal Soeharto. Penataan militer dilakukan secara sistematis, dimulai dengan
pembersihan para perwira pro-Soekarno, hingga perubahan
struktur organisasi ABRI. (Dwi Fungsi ABRI)

8
Kesimpulan

1. Tahun-tahun pemerintahan Suharto diwarnai dengan praktik


otoritarianisme di mana tentara memiliki peran dominan
dalam banyak hal.
2. Kebijakan dwifungsi ABRI telah membuka kesempatan
kepada militer untuk berperan dalam bidang politik di
samping perannya sebagai alat pertahanan negara
3. Demokrasi Pancasila yang dipopulerkan oleh Orde Baru
harus
4. diakui sebagai konsep demokrasi yang tereduksi bahkan tak
ubahnya sebagai demokrasi semu karena dalam praktiknya
justru membonsai kebebasan sipil.
Jalan otoritarianisme se n g a j a d i pi l i h So e h a r t o de n ga n t u j ua n
untukmempermudah agenda-agenda pembangunan ekonomi. Dalam
konteks ini, diperlukan stabilitas politik yang terkendali melalui format
sentralisme politik untuk mempermudah alat kontrol bagi
penyelenggaraan kekuasaan.
9
THANKS
Reporter:

Anda mungkin juga menyukai