Anda di halaman 1dari 50

WACANA

PEMBANGU
NAN
ALTERNATI
F
Pembangunan
alternatif????
TEORI PEMBANGUNAN
ALTERNATIF

– Yang dimaksud dengan pembangunan alternative


adalah pembangunan yang bertujuan membangun
struktur-struktur tingkat masyarakat yang dapat
meningkatkan pemberdayaan dan kesejahteraan
masyarakat itu sendiri serta menentang struktur
yang dapat menindas tatanan masyarakat yang telah
ada.
Latar belakang kemunculan
– Kegagalan model pembangunan dunia ketiga justru terjadi
pada negara-negara yang dianggap paling sukses dan yang
paling banyak dijadikan contoh pembangunan bagi negara
lain
– Teori modernisasi dan teori ketergantungan dianggap tidak
mampu menjawab permasalahan krisis pembangunan
yang terjadi di negara sedang berkembang di Asia dan
Amerika Latin.
– Teori modernisasi dan teori ketergantungan sebagai
penyebar paham kapitalisme dalam pembangunan seolah
hanya berhasil dan cocok untuk diterapkan di negara maju
Konsep mengenai pembangunan alternatif ini dipopulerkan oleh Dag
Hammarskjold Foundation dan majalah Development Dialogue:
–Berorientasi pada kebutuhan dasar material dan nonmaterial
–Bersifat endogen (berasal dari sanubari tiap masyarakat, yang berdaulat
menentukan nilai serta visi masa depannya)
–Bersifat mandiri (berarti bahwa setiap masyarakat pada dasarnya
mengandalkan kekuatan dan sumber daya sendiri dalam artian kekuatan
anggotanya serta lngkungan alam dan lingkungan budayanya)
–Secara ekologis baik (memanfaatkan secara rasional sumber daya
lingkungan hidup dengan kesadaran penuh akan potensi ekosistem lokal
dan juga batas luar global dan lokal yang dibebankan pada generasi masa
kini dan generasi masa depan)
–Berdasarkan transformasi struktural (untuk merealisasikan persyaratan
swakelola dan partisipasi dalam pengambilan keputusan oleh semua yang
dipengaruhi keputusan tersebut)
Pembangunan egalitarian
– Latbel: Pembangunan telah menciptakan kesenjangan sosial.
Pertumbuhan ekonomi = meningkatnya kemiskinan absolut
– Inti: Pembangunan yang menekankan pada kebutuhan pokok
manusia yang menghubungkan langsung antara strategi
pembangunan dan penghapusan kemiskinan. Pembangunan
yang direncanakan adalah berdasar pada kebutuhan
masyarakatnya sehingga akan efektif. Mengurangi
ketergantungan pada negara maju
– Kesulitan: makna dari kebutuhan sendiri yang sifatnya relatif
dan sulit mencari batasan dan prioritasnya
Pembangunan yang mandiri
– Kemandirian berarti: 1) keadaan natural yang
dihipotesiskan mendahului ketergantungan; 2) situasi yang
dipaksakan terhadap komunitas ketika sumber daya yang
diandalkannya untuk pertukaran eksternal telah habis; 3)
cara hidup yang merupakan tempat pelarian anggota
komunitas ketika keadaan tergantung tak tertahankan lagi;
4) strategi pembangunan yang dengan saja dijalankan
untuk memajukan pembangunan jenis tertentu
– Solusi: kemandirian merupakan upaya penanggulangan
terhadap ketergantungan. Kemandirian dapat tercipta
dengan menekankan partisipasi selektif dalam sistem.
Pembangunan ecodevelopment
– Latbel: modernisasi dan pembangunan telah mengabaikan faktor
lingkungan.
– Akibatnya: kelangkaan sumber daya sehingga menimbulkan krisis
pembangunan
– Kasus: negara2 dunia ketiga yang lingkungannya rusak karena
pembangunan, seperti penggundulan hutan, erosi tanah,
menipisnya persediaan air tanah, dan alih fungsi lahan yang
menyebabkan konflik kekerasan komunitas sekitar pembangunan
– Pembangunan berwawasan ekologi berarti bahwa komunitas lokal
dan ekosistem lokal berkembang bersama menuju produktivitas
yang lebih tinggi dan tingkat pemenuhan kebutuhan yang lebih
tinggi pula atau pembangunan yang berkelanjutan dalam arti
ekologis dan sosial. Dibutuhkan komitmen dari semua pihak terkait,
yaitu pemerintah, stakeholder, pengusaha dan komunitas lokal
Ethnodevelopment
– Latbel: munculnya kekerasan etnis karena pembangunan. Konflik antar
etnis biasa terjadi terjadi karena masalah penguasaan sumber daya alam,
penguasaan negara atas lahan-lahan etnis dan pembangunan yang
berdampak pada sistem ekologis etnis
– Julius Nyerere mengusulkan strategi pembangunan yang memusatkan
perhatian pada orang , dalam hal ini kelompok etnis.
– Ethnodevelopment: prinsip pembangunan yang mengembangkan potensi
berbagai kelompok etnis yang berbeda, bukan membawa mereka ke dalam
perseteruan.
– Salah satu pendekatan dalam model pembangunan ini adalah campur
tangan pemerintah dengan redistribusi sumber daya: pekerjaan umum,
pendidikan, kesempatan kerja, dan perlindungan
– Hettne menganggap bahwa pembangunan berwawasan etnis sebagai
komponen dasar dalam pembangunan lain yang saling mendukung dan
melengkapi yaitu pembangunan egalitarian, pembangunan yang mandiri, dan
pembangunan yang berkesinambungan.
– Pembangunan egalitarian sesuai dengan kebutuhan pokok dan penghargaan
diri, pembangunan yang mandiri didasarkan pada prinsip otonomi, dan
pembangunan berwawasan ekologi mengacu pada lingkungan hidup di mana
kelompok-kelompok etnis tinggal. Karena itu, pembangunan berwawasan
ekologi dan pembangunan berwawasan etnis merupakan dua aspek dari hal
yang sama, dalam situasi di mana identitas etnis mempunyai dasar teritorial.
Ethnodevelopment merupakan pembangunan dalam kerangka pluralisme
kultural yang penting dicermati oleh negara Indonesia khususnya.
Model pembangunan Alternatif
Model Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat
Pengembangan dan pemberdayaan
Masyrakat: Sebuah Overview Teoritis

– Pengembangan masyarakat adalah upaya mengembangkan sebuah kondisi


masyarakat secara berkelanjutan dan aktif berlandaskan prinsip – prinsip
keadilan sosial dan saling menghargai.
– Tujuan : untuk mengembangkan kemampuan masyarakat lapis bawah
dalam mengidentifikasi kebutuhan, mendapatkan sumberdaya dalam
memenuhi kebutuhan dan memberdayakan mereka seara bersama – sama
Keadilan sosial: Sebuah Visi Pengembangan Masyarakat
Keadilan sosial bekerja saling melengkapi dengan perspektif ekologi,
keadilan sosial tidak lengkap tanpa adanya perlindungan terhadap
kelestarian ekologi, karena keduanya berperan sebagai fondasi bagi
pengembangan masyarakat.
Terma keadilan sosial dibangun atas enam empiris :

– 1. Ketimpangan Struktural
– 2. Pemberdayaan
– 3. Kebutuhan
– 4. Hak asasi manusia
– 5. Perdamaian dan non-kekerasan
– 6.Demokrasi partisipatoris

Secara garis besar, ada empat prinsip pengembangan masyarakat :


1. Pengembangan masyarakat menolak pandangan yang tidak memihak pada sebuah
kepentingan.
2. Mengubah dan terlibat dalam konflik
3. Membebaskan dan membuka masyarakat serta menciptakan demokrasi partisipatoris.
4. Kemampuan mengakses program – program pelayanan kemasyarakatan .
Peran Pekerja Pengembagan
Masyarakat

– Pekerja pengembang masyarakat atau disebut dengan


pekerja sosial merupakan sekelompok orang atau
organisasi yang membantu masyarakat untuk
meningkatkan kemampuan mereka demi
memperbaiki taraf hidup yang dimiliki.

– Secara garis besar kegiatan pengembangan


masyarakat bisa dijelaskan menurut dua pendekatan
yaitu pendekatan profesional dan radikal.
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
MENUJU PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
– Aktivitas LSM dalam mengangani kegiatan pengembangan masyarakat diharapkan
berujung pada terealisasikannya proses pemberdayaan masyarakat (empowering
society).
– Pada awalnya kegiatan pengembangan masyarakat difokuskan pada tercapainya
target perubahan kuantitatif,Kemudian para akitivis menjadikan realisasi target
perubahan kuantitatif sebagai modal awal untuk perubahankualitatif.
– Pemberdayaan merupakan pola pembangunan yang berpusat pada rakyat dan
ditujukan untuk membangun kemandirian masyarakat melalui pembangunan
kemampuan masyarakat dan memberdayakan sumber daya manusia.
– Proses pembedayaan mengandung dua kecenderungan (Onny S Prijono,1996).
Pertama, proses pemberdayaan menenkankan pada proses memberikan atau
mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, dan kemampuan kepada masyarakat
agar individu lebih berdaya. Kedua, kecenderungan pemberdayaan yang
– Kartasasmita (1996), upaya pemberdayaan harus dilakukan melalui tiga arah. Pertama,
menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(enabling). Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat
(empowering). Ketiga, melindungi masyarakat (protection).
– Dari perspektif lingkungan, pemberdayaan mengacu pada pengamanan akses terhadap
sumber daya alami dan pengelolaannya secara berkelanjutan. Pemberdayaan terbentang
dari level psikologis-personal sampai ke level struktural masyarakat secara kolektif

Manajemen pengembangan masyarakat


– Program pembangunan masyarakat umumnya menekankan penerapan CBM (Community-based
management/ managemen berbasis masyarakat). Artinya, Masyarakat diberi tanggung jawab
dalam melakukan pengelolaan terhadap sumber daya yang dimilikinya.
– Dalam menyusun kegiatan pengembangan masyarakat harus dilakukan melalui beberapa
langkah:
1. Problem posing (pemaparan maslah).
2. Problem analisis (analisis masalah).
3. Penentuan tujuan (aims) dan sasaran (objectives).
4. Action plans (perencanaan tindakan).
5. pelaksanaan kegiatan.
6. Evaluasi.
LSM DAN DISKURSUS PENGEMBANGAN
DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

LSM adalah organisasi swasta yang secara umum bebas dari intervensi pemerintah. LSM lahir
dalam konteks untuk mengimbangi peran dominatif negara tujuannya adalah
memberdayakan masyarakat.
A. LSM sebagai Sebuah Gerakan Sosial.
– Upaya–upaya LSM dalam mengembangkan masyrakata lapis bawah dapat dilihat sebagai salah
satu bentuk gerakan sosial yang sistematis dan terorganisasi.
– Eksistensi LSM sebagai gerakan sosial dapat dikaji menggunakan berbagai pendekatan
sosiologis. Pertama, berbagai teori yang cenderung melihat gerakan sosial sebagai masalah atau
sebagai gejala penyakit kemasyarakatan. Pandangan ini dikemukakan oleh R. Harberle. Ia
mengatakan bahwa pada dasarnya gerakan sosial merupakan bentuk perilaku politik kolektif
non-kelembagaan yang dapat mengancam stabilitas cara hidup yang mapan. Pandangan ini
dipengaruhi oleh penggunaan teori fungsionalisme struktural, “masyarakat dan pranata sosial
cenderung dilihat sebagai sistem dimana seluruh bagiannya saling bergantung satu sama lain
dan bekerja sama guna menciptakan keseimbangan”.
– Kedua, pandangan sosiolog yang melihat sebagai gerakan sosial yang
bisa menjadi sarana dalam memperbaiki kondisi sosial sekaligus
menciptakan perubahan sosial. Pandangan ini dipengaruhi oleh teori
konflik.
B. Keberpihakan LSM terhadap Masyarakat Lapis Bawah
– Secara umum LSM adalah organisasi yang bertujuan untuk
mengembangkan pembangunan pada masyarakat level bawah melalui
penciptaan dan dukungan terhadap kelompok-kelompok swadaya lokal.
– LSM berperan strategis unutk menangani masalah-masalah sosial
khususnya kemiskinan, melalui gerakan peningkatan kekuatan dan
perluasan akses pada komunitas lokal dan organisasi rakyat dalam
mengontrol sumber daya.
C . Model-model pengembangan
masyarakat

– Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh LSM
dapt dikelompokkan dalam tiga jenis: pertama, the welafare aprroach, memberikan bantuan
kepada kelompok-kelompok tertentu. Kedua, the development aprroach, mengembangkan proyek
pembangunan guna meningkatkan kemampuan, dan swadaya masyarakat. Ketiga, the
empowement approach, meberdayaka masyarakat masyarakat.
– Program pengembangan masyarakat biasanya memerhatikan prinsip pembangunan
berkelanjutan, oleh karena itu, Salah satu bidang pekerjaan LSM adalah pengembangan teknologi
ramah lingkungan atau tepat guna(appropriate technology).

D. Spektrum keterlibatan LSM dalam pengembangan masyarakat.


Secara umum, LSM dalam kegiatan pengembangan masyarakat menjalankan tiga
peranan.
Pertama, peran kesejahteraan sosial (the sosial welfare rol).
Kedua, sebagai mediator(the mediatory role).
Ketiga, sebagai penasihat(the cosultative role).
Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Sebagai
Model Pembangunan Alternatif
Gagasan pembangunan alternatif muncul dalam diskursus pembangunan sebagai
reaksi terhadap kegagalan model pembangunan pro pertumbuhan ekonomi
dalam mengatasi problem kemiskinan, memerhatikan kelestarian lingkungan
serta memecahkan aneka problem sosial yang menghimpit masyarakat.

A. Konsep Pembangunan Berbasis Masyarakat


– Model pembangunan alternatif ini bercirikan partisipatoris dan menekankan
pemenuhan kebutuhan pokok dan hak asasi manusia dalam setiap langkahnya.
Pembangunan tersebut berusaha memenuhi empat kebutuhan pokok yaitu
kesejahteraan ekonomi, kebebasan, dan identitas. sebaliknya membebaskan diri
dari belenggu kekerasan yaitu kemiskinan, kerusakan, tekanan, dan alienasi.
– Menurut Freidmann pembangunaan alternatif berpusat pada rakyat dan
lingkungannya ketimbang pada produksi dan keuntungan yang ditujukan untuk
mendorong kemajuan HAM.
B. Memerhatikan Dimensi Berkelanjutan

– Menurut Brundtland commission pembangunan berkelanjutan adalah sebagai praktik


pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa menurunkan atau merusak
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
– Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya memerlukan tiga aspek : keseimbangan ekologis,
keadilan sosial, dan aspek ekonomi

C. Menekankan Partisipatoris
– Participatory rural appraisal (PRA) adalah pendekatan dan metode untuk mengembangkan
kemampuan warga lokal dan membagi, meningkatkan, dan menganalisi pengetahuan mereka
tentang kehidupan dan kondisi serta merencanakan dan berbuat.
– Menurut Chambers. konsep disempower pada dasarnya menguntungkan kedua pihak (yang
berkuasa dan dikuasai), karena pertimbangan : efektifitas, pembebasan pemikiran,
pemenuhan kebutuhan dan kesenangan.
– Para pengkritik PRA mengganggap bahwa konsep disempower mengabaikan adanya
heterogenitas di masyarakat berdasarkan kelas-kelas sosial, gender, etnis agama dan
kelompok kepentingan lainnya
D. Mengembangkan Modal Sosial

– Secara empiris, model pembangunan pro pertumbuhan cenderung bercorak


simplistis. Salah satu indikasinya adalah penenkanannya pada upaya akumulasi
modal fisik secara sentralistik dan cenderung mengabaikan aspek
keterkaitannya dengan kapital-kapital yang lain sepertimodal alami, modal
manusia, dan modal sosial.
– Strategi reaktualisasi pembangunan sosial yang dipilih LSM selama ini
dilakukan melalui dua model kegiatan intervensi yaitu:
1. Model social action
Modal social action menekankan pada gerakan pengembangan masyarakat
yang dilakukan secara partisipasif.
2. Modal Sustainable
Kesinambuang dimasudkan sebagai upaya pengembangan kehidupan
masyarakat yang menekankan pada intervensi modal soosial,modal
manusia,modal fisik, dan modal alamiah secara sinergis dan berimbang.
E. Menghapus Ketimpangan Gender
– Tingkat pasrtisipasi masyarakat dalam pembangunan akhir-akhir ini memang menunjukkan
frekuensi yang meningkat namun keikut sertaan perempuan dalam pembangunan
kelihatannya belum maksimal, karena perempuan masih dianggap memiliki status dan
kedudukan yang rendah dalam kehidupan masyarakat.
– Munculnya pendekatan Women in Development (WID) di pengaruhi oleh perspektif feminisme
liberal, yang menyuarakan adanya persamaan laki-laki dan perempuan dalam proses
pembangunan
– Pendekatan pemberdayaan menekannakan pada fakta bahwa perempuan mengalami
penekanna yang berbeda menurut bangsa, kelas soial, sejarah kolonial, dan kedudukannya
dalam orde ekonomi internasional pada masa kini.
– Pendekatan pemberdayaan ini muncul karena kelemahan-kelemahan yang melekat pada empat
pendekatan dalam WID. Sejauh ini, penerapan empat pendekatan berikut dinilai belum mampu
menjawab kebutuhan GSN (Gender Stategic Need) yaitu:
1. Pendekatan kesejahteraan
2. Pendekatan anti kemiskinan
3. Pendekatan efisiensi
4. Pendekatan Keadilan
MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS
GERAKAN KEAGAMAAN
Studi Kasus BPPM Pesantren Maslakul Huda
Kajen Pati
Ide Pengembangan Masyarakat
Kesedihan dari komunitas Pesantren Maslakul Huda dalam menerima
kegiatan pengembangan masyarakat sebagai bagian dari ibadah dan
mengintegrasikannya ke dalam manajemen pesantren muncul setelah mereka
berani melakukan pemaknaan kembali terhadap dahwah islamiyah.
Bagi Kiai Sahal dan para koleganya, dakwah islamiyah harus dipahami secara
luas, tidak hanya diaktualisasikan melalui mimbar, namun juga
diaktualisasikan melalui program-program kegiatan sosial dan pengembanga
masyarakat dalam rangka memberdayakan umat .
Aksi-Aksi Pengembangan Masyarakat

 Pengiriman dua santri senior untuk mengikuti Latihan Tenaga Pengembangan Masyarakat (LTPM) yang
diselenggarakan oleh LP3ES Jakarta oleh Kiai Sahal pada tahun 1997.
 Usaha awal yang dilakukan dan masih dalam bentuk rintisan adalah dengan membentuk kelompok Usaha Bersama
Simpan Pinjam (UBSP).
 Kelompok UBSP ini diresmikan pada tahun 1979 melalui Akte Notaris Imam Sutarjo SH. Nomor 2 pada tanggal 1
Oktober 1980. Dalam pengelolaannya, secara umum ditangani oleh alumni santri yang sudah berpendidikan dan
beberapa orang dari luar pesantren.

Tujuan Pembentukan BPPM Pesantren Maslakul Huda


– Jangka pendek
Menciptakan kader desa dan pesantren sebagai Tenaga Pengembangan Masyarakat (TPM) dan agent of social change
(menumbuhkan dan mengembangkan kelompok swadaya dalam masyarakat)
– Jangka Panjang
Untuk mengembangkan kreativitas dan produktivitas keluarga pesantren melalui pengembangan swadaya dan
swakarsa, memunculkan model-model pengembangan masyarakat melalui lembaga pondok pesantren, melestarikan
dialog antar pesantren dan masyarakat demi berpartisipasi dalam membangun bangsa.
Program-Program BPPM Pesantren Maslakul Huda

– Program-program pelatihan dalam berbagai bidang,


– Pengembangan produk
– Peminjaman dan penguatan modal
– Penyuluhan dan pembinaan sesuai dengan potensi yang ada.

Sasaran :
Warga masyarakat rentan yang berpengasilan rendah atau kalangan
lapis bawah yang kurang tersentuh dan berada dalam jangkauan dan
pengaruh kiai atau pesantren.
BPPM Maslakul Huda tidak hanya menjangkau warga di sekitar
pesantren, namun sudah menjangkau beberapa desa di wilayah Kabupaten
Pati, Kudus, Jepara, Purwodadi, dan Pemalang. BPPM Pesantren Maslakul
MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS
PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA
Studi Kasus LSM Dian Desa Yogyakarta

– Motivasi utama yang mendorong pembentukan LSM Dian Desa dalam


sejarahnya tidak dapat dipisahkan dengan semangat untuk merespon
hegemoni lembaga formal sekaligus penentangan upaya pemerintah
waktu itu yang ingin meonopoli segala bidang.
– Dalam perspektif sosiologis, kemunnculan Dian Desa didorong oleh
fenomena perubahan-perubahan yang disertai perubahan kebijakan
internasional yang dibuat oleh lembaga keuangan internasional seperti
IMF dan Bank Dunia. Ketika itu, lembaga-lembaga keuangan tersebut
kecewa dengan negara-negara dunia ketiga yang masih lemah dalam
menangani masalah proyek pembangunan. Ketidakmampuan
pemerintah di negara-negara berkembang dalam memanfaatkan dana
pembangunan dari lembaga keuangan untuk mengatasi masalah
kemiskinan menjadi salah satu pemicu beridirnya banyak LSM.
Visi Dian Desa tentang Pemberdayaan Masyarakat

– Visi

Memperbaiki kehidupan masyarakat miskin melalui pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna
dalam berbagai sektor. Pengembangan dan penyebaran teknologi yang berbasis kebutuhan masyarakat
menjadi upaya efektif dalam meningkatkan indikator keberhasilan pembangunan di suatu daerah.
– Misi

• Pada periode tahun 1972-1990

Berorientasi pada pengembangan masyarakat di kawasan pedesaan, seperti program penerapan teknologi
tepat guna untuk mengatasi masalah air bersih.
– Periode 1990 hingga sekarang

Diperluas dengan aksi-aksi pengembangan kehidupan masyarakat perkotaan Masalah yang dihadapi
masyarakat perkotaan mulai dari masalah ekonomi, pengangguran, urbanisasi, transportasi, pencemaran,
sampai pada masalah sampah.

Manajemen Pengembangan Masyarakat di Dian Desa


Proses implementasi pendekatan kelembagaan ini dapat dicermati pada empat bentuk kegiatan yang
dijalankan Dian Desa sebagai berikut :
BAB VI
MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS
GERAKAN PEREMPUAN
Studi Kasus LSM Yasanti dan Rifka Annisa

LSM Yasanti (Yayasan Annisa Swanti)

– Visi yang diemban Yasanti adalah terciptanya masyarakat yang


demokratis, bebas dari ketidakadilan gender, mempunyai kesempatan
dan kemampuan di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.
– Misi yang dijalankan adalah berusaha mengembangkan kehidupan organisasi
buruh secara independen, kritis, dan menumbuhkan kesadaran kritis di kalangan
buruh perempuan melalui pengorganisasian, pendidikan, dan advokasi.
– Model pemberdayaan perempuan yang dipilih LSM Yasanti bersifat integratif
multi-dimensional. Hal ini berarti pemberdayaan yang dilaksanakan menekankan
pentingnya keterpaduan antara dimensi pemberdayaan ekonomi, psikologis,
fisik, advokasi, dan human capital.
LSM Rifka Annisa (teman perempuan)

Permasalahan yang dihadapi perempuan Yogyakarta dari waktu ke waktu semakin


kompleks dan menuntut penanganan secara cepat. Permasalahan-permasalahan
tersebut meliputi masalah kesehatan reproduksi, pemerkosaan, tindak kekerasan
terhadap buruh atau pekerja perempuan, dan lain-lain.
Permasalahan-permasalahan tersebut kemudian menggugah kesadaran akivis
perempuan lain yang kemudian membentuk pusat krisis perempuan yang diberi nama
Rifka Annisa (teman perempuan) pada tanggal 26 Agustus 1993.
Rifka Annisa dalam kegiatannya terlibat aktif dalam memberdayakan kaum
perempuan khususnya bagi mereka yang menjadi korban kekerasan sekaligus
mencarikan jalan keluar. Upaya pemberdayaan dilakukan dengan cara memperkuat
mereka dari segi advokasi, psikologi, sosial ekonomi, dan human capital.
Cara lain yang dilakukan adalah dengan cara menerima pengaduan atau konsultasi
dari para korban perempuan. Sekedar gambaran, dalam kurun waktu 1994-2002 LSM
ini telah menerima pengaduan sebanyak 994 kasus kekerasan suami terhadap istri
yang terjadi di Yogyakarta dan Jawa Tengah
Kedua LSM ini dinilai sebagai LSM yang berhasil memberdayakan kaum
perempuan di Yogyakarta.
LSM Yasanti fokus kegiatannya adalah pada pemberdayaan kaum buruh
dan remaja putus sekolah, sedangkan LSM Rifka Annisa lebih kepada
penanganan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan.

Program pemberdayaan yang dilakukan oleh LSM Yasanti dimaksudkan


untuk meningkatkan kualitas hidup kaum buruh perempuan baik dari
segi ekonomi, sosial, maupun politik. Sementara program yang
dilakukan oleh LSM Rifka Annisa dimaksudkan untuk memperkuat
kedudukan perempuan agar sederajad dengan laki-laki.
KESIMPULAN

Pengembangan masyarakat itu sendiri berintikan pada


kegiatan sosial yang diorientasikan untuk
memecahkan masalah-masalah sosial, seperti masalah
kemiskinan, pengangguran, diskrminasi berdasarkan
kelas sosial, gender jenis kelamin, suku, maupun usia.
Pengembangan masyarakat sebaiknya bukan hanya
terfokus pada pembangunan kuatitatif atau fisik,
melainkan juga pembangunan kualitatif yakni
terberdayakannya masyarakat.
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
DAN KEBERKELANJUTAN EKOLOGI
Sejarah :
– Th 1980 : Paradigma Pembangunan Berkelanjutan muncul dalam
World Conservation Strategy (dari The International Union for The
Conservation of Nature)
– Th 1981 : dipakai Lester R Brown dalam bukunya : “Building a
Sustainable Society”
– Th 1992 : KTT Bumi Rio de Jeneiro, Brazil mengadopsi paradigma
tersebut sebagai sebuah agenda politik pembangunan untuk semua
negara di dunia.
Latar Belakang munculnya
Pembng. Berkelanjutan :

– Kemajuan ekonomi saat ini telah membawa kerugian yang sangat


tinggi pada aspek sos-bud dan lingkungan hidup.
– Kemiskinan yang semakin parah pada negara yang sedang
berkembang karena kekayaan alam terkuras habis untuk membayar
utang LN
. Timbul berbagai penyakit akibat kualitas lingkungan hidup yang
semakin menurun
– Kehancuran s.d.a. dan keaneka-ragaman hayati membawa pengaruh
langsung bagi kehancuran budaya masyarakat.
. Pengabaian aspek sosial-budaya menyebabkan konflik
Paradigma Pembangunan Berkelanjutan adalah sebuah kritik pembangunan
di satu pihak, tetapi di pihak lain adalah sebuah teori normatif yang
menyadarkan praksis pembangunan yang baru sebagai jalan keluar dari
kegagalan developmentalis selama ini
– Paradigma pembangunan berkelanjutan harus
dipahami sebagai etika politik pembangunan :
- bukan sebuah konsep ttg pentingnya
lingkungan hidup
- bukan ttg pembangunan ekonomi
- ttp sebuah etika politik pembangunan
mengenai pembangunan secara keseluruhan
dan bagaimana seharusnya pembangunan itu
dijalankan
Agenda utama Pembangunan
Berkelanjutan adalah
mengintegrasikan, mengsinkronkan,
memberi bobot yang sama antara 3
aspek pembangunan, yaitu :
1. Aspek Ekonomi
2. Aspek Sosial Budaya
3. Aspek Lingkungan Hidup
3 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan :
I. Prinsip Demokrasi
Ada beberapa aspek penting dari prinsip
demokrasi :
1. Agenda utama pembangunan adalah agenda

rakyat, demi kepentingan rakyat


2. Partisipasi aktif masyarakat
3. Harus ada akses informasi yang jujur dan
terbuka tentang agenda pembangunan
serta proses perumusan agenda, dan

implementasinya
4. Ada akuntabilitas publik tentang agenda
II. Prinsip Keadilan
- ada distribusi manfaat dan beban secara
proporsional antar semua orang/kelompok
- menuntut agar ada peluang yang sama bagi
generasi y.a.d. untuk memproleh manfaat
secara sama atau proporsional dari sumber
daya ekonomi yang ada
- menuntut agar kerugian akibat proses
pembangunan yang dialami oleh kelompok
masyarakat tertentu harus bisa ditebus
atau dikompensasi secara seimbang atau
proporsional baik oleh negara atau
kelompok yang menimbulkan kerugian tsb
 Pajak lingkungan
III. Prinsip Keberlanjutan
- merancang agenda pembangunan bersifat
visioner (jangka panjang) agar dpt dilihat
dampaknya baik positif maupun negatif
- memilih alternatif pembangunan yang
hemat sumber daya dan mampu
mensinkronkan aspek konservasi dengan
pemanfaatan secara arif :
- hemat energi
- hemat bahan bakar
- hemat s. d. a.
- meminimalisasi limbah dalam setiap
kegiatan produksi dan pembangunan
- mendaur ulang sisa-sisa proses produksi
- menunjang prinsip keadilan antar generasi
Prinsip-prinsip
Pembangunan tersebut :
– Tergantung dari kemauan politik dari pemegang kekuasaan
– Memerlukan sinergi positif antar 3 kekuatan utama : negara
(politik), swasta (ekonomi), dan masyarakat (moral)

Apa yang terjadi pada saat ini?


Pembangunan Keberlanjutan
Ekologi
– Menurut para pakar lingkungan bahwa
pembangunan berkelanjutan adalah sebuah
kegagalan dari sisi lingkungan hidup. Yang
dikonservasi dan dilanjutkan bukan lingkungan
hidup ttp “pembangunan” itu sendiri
– Ada beberapa kelemahan pada Pembangunan
Berkelanjutan, yaitu :
1. Tidak ada kurun waktu yang jelas dan
terstruktur yang menjadi sasaran
pembangunan berkelanjutan, hanya sebuah
komitmen yang sulit diukur.
2. Asumsi Pembangunan Berkelanjutan didasarkan pada cara pandang
yang sangat “anthroposentris”
 yang dilanjutkan bukan kelestarian alam, tetapi
kepentingan manusia untuk memperoleh kemakmuran
3. Asumsi yang tidak bisa dipertanggung-
jawabkan, bahwa manusia bisa menentukan daya dukung ekosistem
lokal dan regional
4. Paradigma Pembangunan berkelanjutan ber
tumpu pada ideologi meterialisme yang tidak diuji secara kritis,
tetapi diterima begitu saja sebagai kebenaran
Donald Woorster :
– Menerapkan kebijakan yang lebih radikal :

- melakukan perlindungan (tidak menambah


kepunahan dan kematian) terhadap semua species,
sub-species, komunitas dan ekosistem
- kita berhak mendapat warisan alam yang begitu kaya
dengan mempertimbangkan nilai lain selain ekonomi :
- nili keindahan alam
- nilai penghormatan atas apa yang tidak kita
ciptakan sendiri
- nilai kehidupan itu sendiri
Naess :

– Menawarkan “keberlanjutan ekologi yang luas”


sebagai ganti “pembangunan berkelanjutan”
– Yang dituntut dari paradigma baru ini adalah sebuah
perubahan yang mendasar dalam kebijkan nasional,
yang memberikn prioritas pada kelestarian semua
bentuk kehidupan di dunia, demi keberlanjutan
ekologi
– Strategi yang ditawarkan bukan “strategi umum”,
ttp disesuaikan dengan kondisi ekologi masing-
masing negara di satu pihak dan kondisi sosial-
budaya di pihak lain.
- membangun masyarakat lokal agar mempunyai sumber
penghidupan ekonomi yang ramah lingkungan
- tolok ukur keberhasilan bukan hanya didasarkan pada aspek
material, tetapi kualitas kehidupan yang dicapai dg menjamin
kehidupan ekologis, sos- bud. dan ekonomi sec. proporsional
- Gaya hidup tidak lagi “produksi dan konsumsi yang
berlebihan”, ttp “simple in means, but rich in end”. Bukan
having more, ttp being more.
Terimakasih

Selamat menyelesaikan tugas Mind mapping teori


pembangunan dan mulailah menimbang-nimbang teori mana
yang paling relevan untuk membedah kajian pembangunan
yang akan Anda angkat.

Anda mungkin juga menyukai