Anda di halaman 1dari 5

Sejarah Awal Kelahiran Teori Modernisasi

 Dikutip dari Jamaludin (2016) teori modernisasi lahir sekitar tahun 1950-an di
Amerika Serikat sebagai bentuk respons kaum inetelektual atas Perang Dunia II, yang
menjadi penyebab munculnya negara-negara dunia ketiga. Kelompok negara miskin
yang ada dalam istilah dunia ketiga adalah negara bekas jajahan perang yang
diperebutkan oleh pelaku Perang Dunia II.
 Lahirnya teori modernisasi ditandai dengan beberapa momentum penting, yaitu:
- Revolusi intelektual di setiap negara sebagai respons terhadap PD II, yang
menjadi pintu masuk menuju perubahan.
- Perang dingin antara Uni Soviet (sosialis) dan Amerika (kapitalis), dimana kedua
negara tersebut melakukan dominasi pada ekspansi wilayah di negara-negara
berkembang untuk menerapkan ideologi mereka.
 Dalam konteks sejarah, teori modernisasi lahir karena kekhawatiran Amerika terhadap
ekspansi yang dilakukan oleh Uni Soviet dengan ideologi sosialisnya terhadap negara-
negara berkembang yang cenderung direspons oleh negara yang baru merdeka
tersebut. Sehingga, Amerika mendorong para ilmuwannya untuk meramu dan
merumuskan teori sebagai upaya untuk memahami dunia ketiga yang baru lahir dan
membendung sosialisme dalam mendorongkan kapitalisme, serta sebagai pijakan
teoretis yang mampu memengaruhi dan membujuk negara berkembang yang lambat
laun menjadi ideologi baru di negara-negara berkembang tersebut.

Apa itu Teori Modernisasi?

 Teori modernisasi adalah deskripsi dan eksplanasi tentang proses transformasi dari
masyarakat yang tradisonal atau berkembang menuju masyarakat modern. Dimana
aspek dasar dari modernisasi adalah urbanisasi, industrialisasi, sekularisasi,
demokrtaisasi, pendidikan, dan peran serta media massa yang semuanya berlangsung
dalam keterkaitan utuh dan tidak terpisah.
 Asumsi pokok dalam modernisasi, yaitu:
- Menempatkan kondisi tradisional dan modern pada posisi dikotomis: Modern
adalah kondisi kemajuan, rasionalitas, dan efisiensi produksi, seperti yang terdapat
pada masyarakat industri maju. Sebaliknya, masyarakat tradisional ditandai ciri-
ciri irasionalitas, keterbelakangan, dan inefsiensi dalam masyarakat agraris.
- Percaya bahwa faktor penyebab keterbelakangan adalah faktor nonmatriil, yaitu
dunia ide dan alam pikiran: Jadi nilai-nilai tradisional yang ada pada negara
berkembanga itu menjadi penghambat kemajuan dan pembangunan.
- Bersifat positivistik: Dalam hal ini, modernisasi mengklaim bersifat universal,
sehingga perubahan sosial yang linear akan tercapai jika masyarakat tradisional
membangun dengan cara yang sama dengan masyarakat modern.
 Teori modernisasi mengusung semangat pembangunan mebgubah masyarakat dari era
tradisonal menuju masyarakat modern, mulai dari nilai ekonomi, budaya, sosial, dan
politik.

Teori Modernisasi Oleh Harrod-Domar

Teori ini dicetuskan oleh Evsey Domar dan Roy Harrod. Keduanya merupakan ahli ekonomi
yang membangun teori berdasarkan pengalaman dari perekonomian negara-negara maju.
Mereka bekerja terpisah tetapi memiliki kesimpulan yang sama. Harrod mengemukakan
teorinya pada tahun 1939 pada economic Journal, sedangkan domar di tahun 1947 pada jurnal
america economic review. Kedua tokoh ini berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi
ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi. Jika tabungan dan investasi rendah, maka
pertumbuhan ekonomi masyarakat atau negara tersebut juga rendah. Asumsi teori ini bisa
dilihat pada negara maju dan berkembang. Negara maju memiliki nilai investasi yang besar
jika dibandingkan negara berkembang. Contohnya adalah Singapura yang merupakan negara
investor terbesar di Indonesia. Masyarakat di negara maju memiliki investasi tinggi dalam
bentuk saham, danareksa, dan lain-lain.

Teori ini menekankan pentingnya tabungan dan investasi bagi pertumbuhan ekonomi.

Asumsi teori: masalah pembangunan pada dasarnya adalah masalah investasi modal. Jika
investasi modal berkembang baik, pembangunan ekonomi juga akan berkembang baik. Yang
paling penting adalah menyediakan modal. Jika ada modal yang diinvestasikan, hasilnya
adalah pembangunan ekonomi.

Teori ini memiliki prinsip bahwa kekurangan modal, tabungan dan investasi menjadi masalah
utama dalam pembangunan. Sehingga pemerintah negara berkembang cenderung mencari
modal melalui penanaman modal dan utang luar negeri.

Teori ini memiliki implikasi bagi pembangunan di Indonesia. Pemerintah Indonesia


menggunakan asumsi teori Harrod-Domar sebagai pijakan dalam pembangunan dengan
mendirikan lembaga penanaman modal nasional. Pendirian lembaga tersebut dianggap
sebagai langkah strategis untuk pembangunan ekonomi Indonesia

Penerapan teori ini di indonesia menjadi suatu ironi. Ketika negara asing melakukan
penanaman modal di indonesia dan membeli aset strategis . Alih –alih menjaring investasi
yang besar, yang terjadi adalah penggerogotan aset negara

Kritik terhadap teori ini: sangat mengedepankan pembangunan berdasarkan aspek


pertumbuhan ekonomi saja, sedangkan aspek manusia diabaikan.

TEORI MODERNISASI OLEH ROSTOW

Teori Rostow tentang tahapan proses pembangunan dalam masyarakat ini dipaparkan dalam
bukunya yang berjudul The Stages of Economic Growth, A non-communict Manifesto yang
terbit pada tahun 1960. Seperti pendapat ekonomi pada masa itu, Rostow juga berpendapat
bahwa pembangunan merupakan proses yang bergerak secara linier dari masyarakat
terbelakang menuju masyarakat maju dan modern. Menurut Rostow dalam (Hatu, 2013)
proses pembangunan melalui lima tahapan yaitu:

1. Masyarakat Tradisional
Merupakan masyarakat yang dalam penguasaan terhadap ilmu pengetahuan belum
berkembang dan masih sangat terbatas. Akibatnya perubahan sosial berjalan
dengan lambat.
2. Prakondisi Lepas Landas
Dalam masa ini, sudah mulai terjadi perubahan karena adanya pengaruh dari luar.
Seperti ide-ide pembaharuan mulai masuk karena dibawa oleh masyarakat yang
lebih maju. Sehingga masyarakat mulai berkembang dan bergerak menuju tahap
prakondisi untuk lepas landas. Pada tahap ini, kegiatan – kegiatan peningkatan
produktivitas mulai berkembang secara signifikan. Keadaan sosial politik sudah
semakin stabil.
3. Lepas Landas
Periode ini ditandai dengan semakin berkurangnya hambatan-hambatan yang
menghalangi proses pertumbuhan ekonomi. Sektor industri juga semakin
berkembang pesat. Dilain sisi pengembangan sektor pertanian mutlak untuk
dilakukan pada periode lepas landas karena sangat diperlukan untuk mendukung
sektor industri dan proses modernisasi.
4. Bergerak Menuju Kedewasaan
Dalam periode ini memiliki proses kemajuan yang terus bergerak semakin
kedepan, hal ini ditandai dengan penerepan teknologi modern yang terjadi
diseluruh sektor perekonomian. Sektor industri dan jasa berkembang dengan
cukup pesat. Sehingga negara memantapkan posisinya dalam perekonomian
global.
5. Era Konsumsi Masa Tinggi
Pada masa ini pendapatan yang dimiliki masyarakat terus mengalami peningkatan.
Konsusmsi sudah tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok, melainkan sudah
meningkat menuju kebutuhan yang lebih tinggi. Pasca periode ini, pembangunan
sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan dan mampu menopang
kemajuan secara berkelanjutan.

Contoh Kasus

Jika mengkaji tentang pembangunan di Indonesia, maka teori modernisasi merupakan teori
yang paling dominan dalam menentukan wajah pembangunan di Indonesia. Teori Rostow
tentang modernisasi membedakan berbagai fase pertumbuhan ekonomi yang hendak dicapai
oleh masyarakat. Hal tersebut diawali dengan masa primitif dan sederhan menuju masyarakat
indonesia yang berakhir pada tatanan yang lebih maju dan kompleks.

Mengacu pada teori modernisasi Harrod-Domar, pertumbuhan ekonomi ditentukan


oleh tingginya tabungan dan investasi suatu negara. Sehingga menurut kami pembangunan
Pabrik Semen di Kabupaten Rembang sesuai dengan teori ini. Perkembangan ekonomi
menjadikan terciptanya kepastian investasi. Indonesia telah membuka semua akses masuk
dari berbagai sumber eksternal melalui pemasukan modal ataupun investasi. Inverstor
merupakan pendukung pembangunan di suatu negara khususnya di negara berkembang
seperti Indonesia (Aldhanalia Pramesti Salsabila, 2019).

Pada saat pelaksanaan pembangunan menggunakan teori Rostow, teori ini dapat
berlaku apabila keadaan masyarakat yang dibangun bersifat homogen. Berbagai upaya untuk
melakukan homogenitas telah dilakukan melalui berbagai bentuk pembangunan ekonomi,
serta usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. homogenitas yang dilakukan
melalui pembangunan sektor ekonomi terkesan dipaksakan, yang kemudian terjadi
ketimpangan pembangunan antar daerah dan antar sektor. Modernisasi hanyua dipandang
sebagai pertumbuhan ekonomi belak yang melupakan pokok penting dalam kehidupan yaitu
pembinaan budaya (Aldhanalia Pramesti Salsabila, 2019).

Seperti pembangunan Pabrik Semen di Rembang, jika KLHS (Kajian Lingkungan


Hidup Strategis) menolak pembangunan Pabrik Semen di Rembang dapat mengakibatkan
masalah internal dari Semen Indonesia, serta target pengadaan Semen Indonesia akan
mengalami defisit yang bisa mengakibatkan pasokan semen dan proses pambangunan
infrastruktur terhambat. Proyek dari pemerintah yang telah menyalurkan uang Rp 4 triliun itu
bisa mensejahterakan masyarakat di kawasan pembangunan (Aldhanalia Pramesti Salsabila,
2019).

Namun tidak selamanya pembangunan berjalan tanpa adanya dampak buruk yang
tercipta, khususnya pada lingkungan. Lingkungan akan tercemar dan menimbulkan terjadinya
kerusakan hayati. Jika batu gamping dan tanah liat dieksploitasi sebagai bahan tambang,
dapat menyebabkan sumber air yang menjadi penopang kehidupan pertanian dan kebuuthan
rumah tangga masyarakat sekitar menjadi terancam. Tetapi disisi lain, pemerintah tetap
melanjutkan proyek ini sebagai salah satu sumber ekonomi yang bermanfaat bagi masyarakat
luas (Aldhanalia Pramesti Salsabila, 2019).

Anda mungkin juga menyukai