Anda di halaman 1dari 7

TEORI DAN PARADIGMAYANG MEMPENGARUHI PEMBANGUNAN DUNIADAN ANALISA KRITIS TERHADAP MODEL PEMBANGUNAN INDONESIA PERIODEREPELITA 1969-1994 RINGKASANPembangunan

secara umum diartikan sebagai pemenuhan kesejahteraan individu yang meliputi pendapatan per kapita, kebutuhan pendidikan, kesehatan, kualitas hidup termasuk kebutuhan akanad an ya ha r ga di r i . Dal am prakt ekn ya perenc ana an dan pe n yel en ggar aan pem ban gunan san ga t dipengaruhi oleh cara pandang, hashab atau paradigma pembangunan yang dianut oleh para elit pada masing-masing negara.Paradigma yang berkembang dimulai dengan Teori Pembangunan Klasik yang terpecah menjadi berbagai aliran dan menurunkan faham-faham kapitalisme dan sosialisme. Selanjutnya berkembang pula teori-teori turunan seperti Teori Tahapan Linear, Teori Perubahan Struktural, Teori RevolusiKetergantungan Internasional, Tesis Pembangunan Dualistik, Teori Kontra Revolusi Neoklasik, danyang terakhir Paradigma Pembangunan Berkelanjutan. Negaranegara Sedang Berkembang (Developing Countries) banyak bereksperimentasi den gancampuran dari teori-teori di atas mulai dari yang sentralistik sampai kepada yang liberal tergantungfaham idiologi yang di anut. Hal yang perlu dicatat, tidak satu pun Negara Sedang Berkembang bisamenyelesaikan masalah pembangunannya dengan hanya mengadapsi satu teori secara bulat danutuh. Karena teori-teori pembangunan yang ada berkembang secara local spesific sehingga tidak sepenuhnya dapat diterapkan pada situasi yang berbeda.Sejak kemerdekaan tahun 1945 pembangunan di Indonesia sendiri dapat dikatakan telah berganti-ganti faham. Namun ada satu ciri yang khas, yaitu menerapkan teoriteori yang liberal namun dalamsituasi yang sangat sentralistik dan peranan pemerintah sangat dominan. Namun karena situasi localspesific tidak terlalu dikenali dan didalami, selalu dihadapkan kepada keadaan dead lock baik dimasa Orde Lama maupun di masa Orde Baru. HAKEKAT PEMBANGUNAN S ecara um um di sep a kat i bahwa pem b an gunan adal ah su at u proses perub aha n yan g m en gar ah kepada peningkatan kesejahteraan manusia yang meliputi perbaikan tingkat hidup, kesehatan, pendidikan, serta keadilan. Karena tumpuan dari proses perubahan tersebut adalah bidang ekonomi,maka definisi dari pembangunan sering terfokus kepada definisi pembangunan ekonomi, yaitu: (1) pemenuhan kesejahteraan individu yang sering diukur dalam bentuk pendapatan per kapita, (2) pemenuhan kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan kualitas hidup secara umum, dan (3) pemenuhanakan adanya harga diri (self-esteem dan self-respect). (Goulet, 1971; Pearce and Warford, 1993). TEORI DAN PARADIGMA YANG MEMPENGARUHI PEMBANGUNAN DUNIA Praktek-praktek perencanaan pembangunan sangat dipengaruhi oleh cara pandang, mazhab atau par adi gm a pem bangun an yan g di an ut ol eh para el i t da r i m asi ngm as i ng ne gara. T eor i at au paradigma tersebut dapat diklasifikasikan dan dirangkum sebagai berikut: 1. Teori Pembangunan Klasik. Teori Pembangunan Klasik memiliki tiga aliran, yaitu aliran-aliran Emile Durkheim, Max Weber,dan Karl Marx a. Aliran Durkheim. Menurut Durkheim pembangunan adalah proses perubahan masyarakat dalam dimensi

kuantitatif dan kual i t at i f, yai t u adan ya p e rubahan ori ent asi m as ya rak at dari berfi ki r t radi si onal m enj adi modern. Karena itu akan terjadi perubahan tata nilai masyarakat dari yang berbasiskan solidaritasmekanik menjadi solidaritas organik. Indikator yang bisa dilihat adalah tumbuh dan berkembangnyaorganisasi-organisasi sosial ekonomi modern. Implikasi dari konsep pembangunan ini, masyarakat berkembang secara bertahap sebagai berikut: Tahap Pra Industri: pada tahap ini hubungan sosial yang berkembang pada umumnya hanya terjadidalam kelompok masyarakat (isolasi fungsional); Tahap Industrialisasi: sebagai akibat dari proses industrialisasi maka terjadi perembesan (spillover) struktur budaya modern dari pusat yang berada di kota ke daerah pinggiran yang berada di pedesaan; Tahap Perkembangan: pusat secara terus menerus menyebarkan modernisasi sehingga tercapai keseimbangan hubungan fungsional antara pusat dan pinggiran. a. Aliran Weber. Weber berpendapat bahwa pembangunan adalah perubahan orientasi masyarakat dari tradisional-irasional menuju modern-rasional. Indikatornya adalah munculnya birokratisasi dalam setiap unsur kehidupan yang dicapai melalui distribusi kekuasaan serta munculnya budaya oposisi di wilayah pinggiran sebagai respon terhadap dominasi pusat yang berkepanjangan. b. Aliran Marx. Sedangkan menurut Karl Marx, pembangunan adalah perubahan sosial yang terjadi sebagai akibatkonflik sosial antar kelas, yang secara bertahap akan merubah kehidupan masyarakat. Esensi dariteori ini adalah pembangunan akan mewujudkan masyarakat tanpa kelas (classless society) danmaterialisme sebagai hirarkinya. Berdasarkan teori Marx, masyarakat terbagi atas: (1) masyarakat p r i m i t i f , ( 2 ) m a s y a r a k a t f e o d a l , ( 3 ) m a s y a r a k a t k a p i t a l i s , ( 4 ) m a s y a r a k a t s o s i a l i s , d a n ( 5 ) masyarakat komunis. 2. Teori Tahapan Linear (Tahapan Pertumbuhan Ekonomi Rostow). Menurut Rostow, perubahan dari terbelakang (underdeveloped) menjadi maju (developed) dapatdijelas dalam seri tahapan yang harus dilalui oleh semua negara. Sebelum suatu negara berkembangmenjadi negara maju, harus dilalui suatu tahap yang disebut tahap tinggal landas (take off). Teori inimenyarankan agar negara-negara sedang berkembang (developing country) tinggal mengikuti sajaseperangkat aturan pembangunan tertentu untuk tinggal landas, sehingga pada gilirannya akan berkembang menjadi negara maju. Prasyarat penting untuk dapat tinggal landas, suatu negara harusm am pu m em ban gun pe rt ani an, i ndus t ri , dan perda ga n gan ya s ehi n gga m am pu m engh asi l kan pert um buhan ekono m i yan g be rkesi nam bungan. P r as yar at pent i ng l ai nn ya a dal ah harus adamobilisasi tabungan dengan maksud untuk menciptakan investasi yang cukup untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.HarrodDomar mengemukakan bahwa Pertumbuhan Pendapatan Nasional Kotor (Gross NationalProduct/GNP) secara langsung bertalian erat dengan rasio tabungan, yaitu lebih banyak bagian GNPyang ditabung dan diinvestasikan maka akan lebih besar lagi pertumbuhan GNP tersebut. Dari model yang dikemukakan oleh HarrodDomar tersebut Rostow menyimpulkan bahwa negara-negara yang dapat menabung 10-20% dari GNP-nya dapat tumbuh dengan tingkat pertumbuhanekonomi yang lebih cepat dibanding dengan negara-negara yang tabungannya kurang dari kisarant ers ebut . Di negara negara b erk em ban g pem bent ukan m odal rel at i f rend ah sehi n gga unt uk memp eroleh pertumbuhan yang diinginkan dibutuhkan pinjaman luar negeri. 3. Teori Perubahan Struktural.

Teori Perubahan Struktural ini mempunyai dua model, yaitu Model Pembangunan Lewis dan ModelPerubahan Struktur dan Pola Pembangunan. a. Model Pembangunan Lewis. Dalam Model Pembangunan Lewis, perekonomian dianggap terdiri dari dua sektor: (1) Sektor Tr adi si onal , dengan ci ri ci ri d i pedesa an, subsi st en, kel ebi han t ena ga k erj a dan p ro dukt i vi t as m a r j i n alnya sama dengan nol; (2) Sektor Modern, dengan ciric i r i d i p e r k o t a a n , i n d u s t r i , produktivitasnya tinggi, sebagai tempat penampungan tenaga kerja yang ditranfer sedikit demi sedikit dari Sektor Tradisional. Model ini memfokuskan pada terjadinya proses pengalihan tenagakerja dan pertumbuhan ekonomi serta kesempatan kerja di Sektor Modern, yang dimungkinkan dengan adanya perluasan lapangan kerja di Sektor Modern. b. Model Perubahan Struktur dan Pola Pembangunan Hollis Chenery . M odel i ni di kem bangkan ol eh Hol l i s C hener y yan g m en yar a nkan adan ya pe rubahan st rukt ur produksi, yaitu pergeseran dari produksi barang pertanian ke produksi barang industri pada saat pendapatan per kapita meningkat. Model ini menyatakan bahwa peningkatan tabungan dan investasi perl u t et api t i dak harus cukup (n ecessa r y but not suf fi ci ent condi t i o n ) unt uk m em ungki nkan terjadinya pertumbuhan ekonomi. Pola ini juga menyaratkan bahwa selain akumulasi modal fisik d a n m a n u s i a , d i p e r l u k a n p u l a h i m p u n a n p e r u b a h a n y a n g s a l i n g b e r k a i t a n d a l a m s t r u k t u r perekonomian suatu negara untuk terselenggaranya perubahan dari sistem ekonomi tradisional kes i s t em ekonom i m odern. P erubah an st rukt ur i ni m el i bat kan sel uruh fun gs i ekonom i t erm asuk t ranform asi produks i dan perubah an dal am kom posi si p erm i nt aan konsum en , perda gan gan internasional serta perubahanperubahan sosial-ekonomi seperti urbanisasi, pertumbuhan dandistribusi penduduk. 4. Teori Revolusi Ketergantungan Internasional. Pada dasawarsa 1970-an, teori dan model-model ketergantungan internasional kian mendapatdukungan di Dunia Ketiga. Teori ini memadang bahwa negara-negara Dunia Ketiga telah menjadikorban dari berbagai kelakuan kelembagaan politik dan ekonomi internasional maupun domestik. Negara-negara Dunia Ketiga telah terjebak dalam hubungan ketergantungan dan dominasi olehnegara -negara kaya. Teori ini mempunyai dua aliran, yaitu Model Ketergantungan Kolonial dan Model Paradigma Palsu. a. Model Ketergantungan Kolonial. Teori Ketergantungan ini muncul sebagai antitesi terhadap Teori Modernisasi dan merupakanvariasi dari teori yang dikembangkan oleh Karl Marx (Marxian). Ketergantungan itu sendiri berarti be rart i si t uasi di m ana ekonom i suat u ne gar a di kondi si kan ol eh perk e m bangan dan eksp an si ekonomi negara lain dan ekonomi negara tersebut tunduk padanya.Secara sengaja negara-negara kaya mengeksploitasi dan menelantarkan ko-eksistensi negara-negara miskin negara miskin dalam sistem internasional yang didominasi oleh hubungan kekuasaan yangsangat tidak seimbang antara pusat atau centre (negara-negara maju) dan pinggiran atau periphery(negara-negara berkembang). Praktek dan kondisi tersebut menggoda negara-negara miskin untuk mandiri dan bebas dalam upaya-upaya pembangunan mereka yang sulit dan bahkan kadang-kadangserba tidak mungkin.Kelompok-kelompok tertentu di negara-negara sedang berkembang (tuan tanah, pengusaha, pejabat,militer)

yang menikmati penghasilan tinggi, status sosial, dan kekuasaan politik merupakan kaumelit dalam masyarakat. Kepentingannya, sengaja atau tidak sengaja melestarikan ketidakmerataandan eksploitasi ekonomi oleh negara -negara maju terhadap negara-negara miskin karena secaralangsung atau tidak langsung mereka mengabdi kepada kekuasaan kapitalis internasional. b. Model Paradigma Palsu. Ket erbel akan gan n e ga ra negara Duni a Ket i ga di sebabkan ol eh ke sal ahan at au k et i dak t epat an nasihat/s aran yang diberikan oleh para penasihat dan para pakar internasional dari lembagalembaga bant uan n e gara m aj u dan dono r d o n o r m ul t i nasi onal . Nasi hat at au sa ran t ersebut m ungki n b e rm aksud bai k t api s eri ng t i dak m e m pun yai i nform asi yang cukup t ent an g n egara ya n g akan dibantu terutama negara-negara sedang berkembang. 5. Tesis Pembangunan Dualistik. Tesis ini berlandaskan fenomena eksistensi ganda, yaitu adanya masyarakat yang kaya (superior)dan adanya masyarakat yang miskin (inferior). Tesis ini memeiliki empat syarat: Du al i sm e m erupak an pras ya r at ya n g m em un gki nkan pi hak yan g s upe ri or dan i nf er i or hi dup berdampingan pada suatu tempat dan waktu yang sama. Ko-eksistensi superior dan inferior bukan sesuatu yang bersifat transisional tetapi sesuatu yang bersifar kronis. Superioritas dan inferioritas tidak menunjukan tanda-tanda melemah, bahkan keduanya cendrungmenguat untuk menjadi kekal. Saling keterkaitan antara unsur superioritas dan unsur inferioritas sehingga keberadaan unsur superioritas sedikit atau sama sekali tidak meningkatkan unsur inferioritas. 6. Teori Kontra-Revolusi Neoklasik. Teori ini muncul pada dasawarsa 1980-an yang berhaluan konservatif yaitu politik yang dianutAmerika, Kanada, Inggeris, dan Jerman Barat. Teori ini menyerukan agar diadakan swastanisasi perusahaan-perusahaan milik pemerintah di negaranegara maju serta munculnya himbauan untuk meninggalkan campur tangan pemerintah dalam perekonomian serta deregulasi di negara-negara berkembang. Teori ini menegaskan bahwa keterbelakangan negara-negara berkembang bersumber dari buruknya alokasi sumberdaya yang bertumpu pada kebijakan-kebijakan harga yang tidak tepatdan campur tangan pemerintah yang berlebihan. 7. Paradigma Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). Proses kristalisai paradigma pembangunan berkelanjutan dimulai dari tahap perdeb atan antara pe rt um buhan ekonom i dan ku al i t as l i ngkun gan pa da t ahun 1960 an hi ngga t ahun 197 0 -an. Kemudian pada tahun 1980-an hingga awal tahun 1990an mulai dikenal konsep dan argumen

pentingnya pembangunan berkelanjutan.World Commision for Environmental and Development (WECD) mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi yang akan datang. Esensi pembangunan berkelanjutan adalahperbaikan mutu kehidupan manusia dengan tetap berusaha tidak melampaui kemampuan ekosistemy a n g m e n d u k u n g k e h i d u p a n n y a . S e d a n g k a n e k o n o m i b e r k e l a n j u t a n m e r u p a k a n b u a h d a r i pembangunan berkelanjutan, yaitu sistem ekonomi yang tetap memelihara basis sumberdaya alamya n g di gunakan dengan t erus m en ga dakan pen ye suai an pen ye s uai an d an pen ye m purn aan - penyempurnaan pengetahuan, organisasi, efisiensi

teknis dan kebijaksanaan (IUCN, UNEP, WWF,1993).Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga pendekatan, yaitu pendekatan ekonomi, ekologi, dans o s i a l . P e n d e k a t a n e k o n o m i m e n e k a n k a n p a d a p e r o l e h a n p e n d a p a t an yang berbasis pada penggunaan sumberdaya yang efisien. Pendek a t a n e k o l o g i m e n e k a n k a n p a d a p e n t i n g n y a p erl i ndun gan keanek ara gam a n ha ya t i ya n g ak an m em beri kan kont ri b usi pada kesei m ban gan ekosistem dunia. Sedangkan pendekatan sosial menekankan pada pemeliharaan kestabilan sistems os i al buda ya m el i put i penghi ndar an konfl i k keadi l an bai k dal am sat u gen erasi m aupun a nt ar generasi (Munasinghe, 1993). PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI NEGARA-NEGARA SEDANG BERKEMBANG Di Negara-negara Sedang Berkembang (Developing Countries) seringkali diterapkan campuran dari per encan aan se c ara t e rpusat yan g be rga ya et at i sm e sam pai kepada p ere ncana an yan g l i ber a l menggunakan mekanisme pasar atau harga. Misalnya Paauw (1965) mengemukan sedikitnya adatiga klasifikasi perencanaan di negara Asia Tenggara: The Small Effective planners: menggunakan policies yang efektif terhadap sektor swasta, sepertiditerapkan di Malaysia dan Taiwan; The Free Enterprice Equivators: lebih menyerahkan perencanaan kepada kekuatan pasar atau bahkan tidak ada perencanaan yang sesungguhnya, seperti di Philipina; The Doctrinaire Nationalist: yang merupakan perencanaan terpusat dan sangat menganut etatisme,seperti di laksanakan di Ceylon, Birma, dan Indonesia.Ditinjau dari teknik perencanaannya, teknik perencanaan yang sering dilakukan di NegaranegaraSedang Berkembang adalah: Project by Project Approach atau Perencanaan Proyek demi Proyek; Sectoral Planning atau Perencanaan Sektoral yang merencanakan kebijaksanaan dan kegiatanusaha untuk mengembangkan suatu sektor kegiatan ekonomi tertentu; Int e gr at ed P ubl i c Inv est m ent P l anni ng yai t u per enc a naan i nvest as i m en yel u ruh pada S e kt or Publik; C om prehensi ve P l anni ng at au P erenc ana an Kom prehensi f ya n g m el i put i perencan aa n yan gmenyeluruh pada Sektor Pemerintah dan Sektor Masyarakat. PEMBANGUNAN DI INDONESIA S ej ak kem erdek aan hi ngga t ahun 1960 an, berba gai upa ya perenc ana an pem ban gunan t el ah dilakukan di Indonesia. Namun tidak satupun dari rencana-rencana tersebut mencapai tahap yangmatang dan membuahkan hasil yang memuaskan, yaitu (Tjokroamidjoyo 1982): P a d a t a n g g a l 1 2 A p r i l 1 9 4 7 d i b e n t u k P a n i t i a P e m i k i r S i a s a t E k o n o m i y a n g d i k e t u a i o l e h Mohammad Hatta. Panitia ini menghasilkan rencana sementara berjudul Dasar Pokok Dari PadaP l an Men gat ur Ekonom i Indonesi a . Tapi renc ana t e rse but t i dak sem pa t di l aks anakan ka ren a perjuangan fisik mempertahankan kemerdekaan. Pada bulan Juli tahun 1947 itu juga, di bawah pimpinan I.J. Kasimo dirumuskan Plan ProduksiT i g a T a h u n R I . T a p i k a r e n a c l a s h I d a n I I d e n g a n p e n j a j a h r e n c a n a i n i j u g a t i d a k s e m p a t dilaksanakan. Kem udi an di susu n R encan a K es ej aht er aan Ist i m e wa 1950 -1951 (unt uk bi dang p ert ani an pangan) yang disusul dengan Rencana Urgensi Untuk Perkembangan Industri 19511952 di bawah pimpinan Sumitro Djojohadikusumo. Rencana-rencana ini tidak berjalan dengan baik. Selanjutnya ada pula yang dinamakan Rencana Pembangunan Lima Tahun 1956-1960 yangdisusun oleh Biro Perancang Negara yang diprakarsai oleh Sumitro Djojohadikusumo. Namun pelaksanaannya tertunda hingga tahun 1958 dan

pada tahun 1959 sudah diganti dengan rencana baru. Pada tahun 1960 berhasil disusun lagi Rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana 1961-1969. Namun dalam kenyataannya rencana ini lebih berupa dokumen politik dari pada rencana pembangunan dalam arti yang sesungguhnya, tidak realistis, sehingga rencana kurang berjalan baik dan keadaan ekonomi bertambah parah. Dalam keadaan ekonomi yang cukup kritis disusun pula Perencanaan Ekonomi Perjuangan TigaTahun yang disebut juga Rencana Banting Stir. Rencana ini tidak pernah terselenggara dengan baik dan tidak mampu menolong parahnya situasi ekonomi.Akibat tidak satupun rencana pembangunan mendatangkan hasil, keadaan ekonomi Indonesia kian bertambah parah hingga jatuhnya Pemerintahan Soekarno oleh kudeta Gerakan 30 September PKI pada tahun 1965. REPELITA Belajar dari pengalaman sebelumnya, Pemerintahan Suharto menetapkan prioritas pada stabilisasiekonomi, terutama penurunan tingkat inflasi yang telah mencapai 600 persen pada tahun 1965 dan1 966, perb ai kan keuan gan p em eri nt a h, dan rehabi l i t asi b asi s bas i s ekonom i yan g produkt i f. Pengoperasian kekuatan-kekuatan pasar digalakan dari sebelumnya, investasi modal asing diundangmasuk, dan bantuan (pinjaman) luar negeri dicari secara aktif. Pemerintah meneruskan proses pembangunan Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) dengan tiga tujuan utama (TrilogiP em ban gun an ) yai t u S t abi l i sasi , P ert um buhan, dan P e m erat aan. ) J ug a perl u di cat at bahw a pem ban gunan p ert ani an dan ped esaan m enj adi t i t i k t ol ak pem ban gunan d engan t uj uan gand a. Pertama, kebutuhan untuk menjamin ketersediaan pangan di perkotaan dengan harga yang relatif stabil; kedua, kebutuhan untuk menjaga kendali politik di daerah pedesaan (White 1989).G a m b a r a n m e n g e n a i k e b i j a k s a n a a n d a n s t r a t e g i d a r i R E P E L I T A a d a l a h s e b a g a i b e r i k u t (Department of Information Republic of Indonesia 1991): REPELITA I (tahun fiskal 1969/1970 sampai 1973/1974) menekank a n p a d a r e h a b i l i t a s i perekonom i an t er ut am a peni n gkat an p roduksi pert ani an s ert a p erbai kan i ri gasi d an si st em transportasi. R EP E LIT A II (t ahun fi sk al 1973/ 1974 1978/ 1979) di fokuskan pad a peni n gkat an st and ar kehidupan rakyat. Tujuan spesifik dari REPELITA II adalah memenuhi kecukupan pangan, pakaian,dan p erum ah a n (pan gan, sand an g, papan); m em pe rbai ki dan m engem bangk an i nfr as t rukt ur, menyebarkan dan memeratakan distribusi hasil-hasil pembangunan; serta menyediakan lapangankerja baru. Anggaran pembangunan untuk bidang kesejahteraan sosial seperti pendidikan, kesehatandan keluarga berencana lebih besar dibanding dengan pada REPELITA I. Demikian juga dengananggaran pembangunan untuk bidang industri dan pertambangan. Pembangu nan pertanian dan pedesaan tetap memperoleh anggaran terbesar. REPELITA III (tahun fiskal 1978/1979 1983/1984) diarahkan kepada tiga tujuan pokok, yaitu:m em p erol eh di st ri busi yan g l ebi h m erat a d ari hasi l has i l pem bangun an unt uk kesej aht er aan masyarakat secara keseluruhan, menjaga pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan menjagastabilitas nasional. Sementara itu prioritas pembangunan ditujukan pada Sektor Pert anian untuk mencapai swasembada pangan serta industri pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. REPELITA IV (tahun fiskal 1984/1985-1988/1989) meletakan penekanan pada Sektor Pertanianuntuk mempertahankan swasembada pangan terutama swasembada beras. Pengembangan industridiprioritaskan pada industri-industri yang bisa menghasil mesin-mesin ringan maupun berat. REPELITA V (tahun fiskal 1989/1990 1993/1994) dinilai sangat menentukan karena merupakantahap akhir untuk persiapan menuju era tinggal landas (take

off) pada periode REPELITA VI. Padamasa REPELITA V ini pembangunan pada bidang ekonomi diberikan prioritas dengan penekanan pada pembangunan pada Sektor Industri dengan didukung oleh pertumbuhan yang cukup tinggi dariSektor Pertanian. ANALISA KRITIS TERHADAP PELITA Catatan yang perlu dikemukan pada rangkaian REPELITA di atas oil boom yang dimulai tahun1 9 7 3 m em beri k an sum ban gan yan g sangat m enent ukan pada P ereko no m i an Indon esi a. S ej ak P E LIT A II an gga ran pem ban gun an da pat m el am paui budget . Ini di ka ren a k an m eni ngk at n ya penerimaan negara dari ekspor minyak mentah. Sumbangan dari ekspor minyak dan gas bumi padanilai ekspor pada periode PELITA III meningkat rata-rata 75,2 persen per tahun. Sejalan dengan ituterjadi perkembangan yang memuaskan dalam neraca pembayaran. Anggaran pembangunan selamaREPELITA III meningkat 274 persen. Selama periode REPELITA IV kecendrungan perkembangan perekonomian global yang menguntungkan ditambah dengan turunnya harga minyak secara drastisdi pasaran internasional memaksa pemerintah untuk mengambil langkahlangkah penyesuaian(readjustment and reform) di berbagai bidang seraya mencoba menggalakan ekspor non-migas(Ibid.). Memasuki awal REPELITA VI agaknya Indonesia tidak berhasil menemukan jalan keluar dalam menghadapi krisis ekonomi global. Pada periode REPELITA VI pun format keunggulankomparatif (comparative advantages) dari Ekonomi Indonesia belum tampak. Hal itu diindikasikandengan tidak mampu bersaingnya harga-harga sebagian besar produk pertanian maupun industri Indonesia di pasaran internasional. Hal itu diperberat pula dengan masalah-masalah micro economy yang tidak terselesaikan dan berbagai miss management di dalam bidang pemerintahan. Akibatnya pemerintah mengalami kesulitan neraca pembayaran dan sangat mengandalkan hutang luar negeri yang sudahsangat spektakuler jumlahnya. Akhirnya semuanya bermuara pada krisis politik sehingga Suhartoharus turun dari kursi kepresidenan. REFERENSI:Pearce, D.W. and J.J. Wardford (1993)World Without End, Economics, Environment and Sustainable Development. Oxford UniversityPress.TODARO, M.P. (1989)Economic Development in the Third World, Foutrh Edition. Longman Group Limited.Tjokroamidjoyo, B. (1982)Perencanaan Pembangunan. Jakarta, PT Gunung AgungDepartment of Information Republic of Indonesia (1991)In do n e sia 1 991 : An Off icial Hand bo o k. D e p art men t of In f o rmat io n , D i r e ct o r at e of Fo r e ig nInformation Services.Keynes, J.M. (1936)The General Theory of Employment, Interest and Money.Lewis, W.A. (1954)Economic Development with Limited Supply of Labour.Paauw, D.S. (1965)Development Planning in Asia. Center for Development Planing, National Planning Association.Rostow,W.W.(1971)The Stage of Economic Growth. Cambridge University Press.White, B. (1989) Ja va s Gre e n Re vo lu t ion in Lo n gt e r m P e r spe ct iv e in : Pri sma (E n gli sh Ed i t ion ), No . 4 8 ,Desember 1989. Jakarta, LP3ES

Anda mungkin juga menyukai