Anda di halaman 1dari 24

BAHAN AJAR

“PERTUMBUHAN EKONOMI”

“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Pembangunan”

Dosen Pengampu : Arin Tsamrotul Fitriyah, S.E., M.Ec.Dev

Disusun Oleh:

Nurul Shafa Inayah (1831710144)

PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

IAIN SAMARINDA

2021

1
A. Teori Pertumbuhan Rostow
Teori ini merupakan teori pertumbuhan yang dikembangkan oleh Walt
Whitman Rostow. Teori ini sangat terkenal dan mendapat banyak komentar
dari para ahli.
1. Biografi Singkat Walt Whitman Rostow
Rostow lahir pada tanggal 7 Oktober 1916 di New York, Amerika.
Rostow ialah seorang ahli ekonomi dan politikus. Rostow melakukan
studi di Yale University. Teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi
dikembangkan oleh Rostow pada pertengahan 1950an yang kemudian
disebarluaskan melalui bukunya dengan judul “The Stages of
Economic Growth : a non communist manifesto”
2. Definisi Teori Pertumbuhan Rostow
Teori Rostow merupakan salah satu model pertumbuhan ekonomi
yang lebih structural. Rostow berpendapat bahwa pertumbuhan
ekonomi pada awalnya harus berdasarkan beberapa sector ekonomi
individu. Menurut Rostow, pembangunan ekonomi adalah suatu
proses yang menyebabkan perubahan karekteristik penting suatu
masyarakat, misalnya perubahan keadaan sistem politik, struktur
social, system nilai dalam masyarakat dan struktur ekonominya.
3. Tahapan Teori Pertumbuhan Rostow
a. Masyarakat Tradisional
Masyarakat yang fungsi produksinya terbatas dan cara hidup
masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai
yang kurang rasional, tetapi kebiasaan tersebut telah turun
temurun. Tingkat produktivitas pekerja masih rendah, oleh
karena itu sebagian besar sumberdaya masyarakat digunakan
untuk kegiatan sektor pertanian. Dalam sektor pertanian ini,
struktur sosialnya bersifat hirarkhis yaitu mobilitas vertikal

2
anggota masyarakat dalam struktur sosial kemungkinannya
sangat kecil. Berikut ciri-ciri dari tahapan ini, yaitu:
1) Tingkat produksi per kapita dan tingkat produktivitas
para pekerja masih sangat terbatas. Sebagian besar
sumber daya masyarakat digunakan untuk sektor
pertanian
2) Struktur sosial dalam pertanian yang masih bersifat
hierarkis dimana anggota masyarakat kemungkinan
kecil mengadakan mobilitas vertikal. Hubungan
keluarga dan kesukuan sangat besar pengaruhnya
terhadap organisasi masyarakat dan dalam
menentukan kedudukan seseorang
3) Kebijaksanaan Pemerintah Pusat dipengaruhi oleh
tuan tanah yang berkuasa di daerah
b. Prasyarat Tinggal Landas
Suatu masa transisi di mana masyarakat mempersiapkan
dirinya untuk mencapai pertumbuhan atas kekuatan sendiri
(selfsustained growth). Pada tahap ini dan sesudahnya
pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara otomatis. Berikut
ciri-ciri tahapan ini dibedakan menjadi 2, yaitu:
1) Tahapan yang dicapai oleh negara-negara sepe Eropa,
Asia Timur, Timur Tengah dan Afrika yang dilakukan
dengan merombak masyarakat tradisional lama yang
sudah ada
2) Tahapan yang dicapai oleh negara-negara Amerika
Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru (born
free) yang dilakukan tanpa merombak masyarakat
tradisional lama yang sudah ada
c. Tahap Tinggal Landas

3
Pada awal tahap ini terjadi perubahan yang drastis dalam
masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan
yang pesat dalam inovasi, atau berupa terbukanya pasar-pasar
baru. Kemudian secara teratur akan tercipta inovasi-inovasi
dan peningkatan investasi. Investasi yang semakin tinggi ini
akan mempercepat laju pertumbuhan pendapatan nasional dan
melebihi tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan demikian
tingkat pendapatan per kapita semakin besar. Berikut ciri-ciri
dari tahapan ini, yaitu:
1) Berlakunya kenaikan dalam penanaman modal yang
produktif dari 5% atau kurang menjadi 10% dari
produk nasional neto
2) Terjadi perkembangan satu atau beberapa sektor
industri dengan tingkat laju pertumbuhan yang tinggi
3) Terciptanya suatu kerangka dasar politik, sosial, dan
institusional yang akan menciptakan segala gejolak-
gejolak untuk membuat perluasan di sektor modern
4) Potensi eksternalitas ekonomi yang ditimbulkan oleh
kegiatan lepas landas sehingga menyebabkan
pertumbuhan akan terus menerus terjadi.
5) Negara mampu mengerahkan sumber-sumber modal
dalam negeri, karena memberi dampak besar
d. Tahap Menuju Kedewasaan
Masa di mana masyarakat sudah secara efektif menggunakan
teknologi moderen pada hampir semua kegiatan produksi.
Pada tahap ini keadaan perekonomian yang terus menerus
bertumbuh meskipun kadang-kadang disertai dengan laju
yang fluktuatif, terjadi perluasan pemakaian teknologi modern
secara menyeluruh pada kegiatan-kegiatan perekonomian,

4
timbul industry baru dengan cepat dan tertinggalnya industri-
industri lama. Sehingga barang-barang yang dulunya impor
sekarang mampu diproduksi di dalam negeri sendiri.
Pada tahap ini sektor-sektor pemimpin baru akan muncul
menggantikan sektor-sektor pemimpin lama yang akan
mengalami kemunduran. Sektor-sektor pemimpin baru ini
coraknya ditentukan oleh perkembangan teknologi, kekayaan
alam, sifat-sifat dari tahap lepas landas yang terjadi, dan juga
oleh kebijaksanaan pemerintah. Dalam menganalisis
karakteristik tahap menuju ke kedewasaan, Rostow
menekankan analisisnya kepada corak perubahan sektor-
sektor pemimpin di beberapa negara yang sekarang sudah
maju.
e. Tahap Masa Konsumsi Tinggi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari teori ekonomi
Rostow. Pada tahap ini perhatian masyarakat telah lebih
menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan
konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan lagi kepada
masalah produksi. Pada teori ini pendapatan riil perkapita
meningkat sampai pada suatu titik dimana sejumlah besar
orang dapat membeli barang-barang konsumsi selain
kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan papan. Berikut
tujuan dari masyarakat pada tahap ini, yaitu:
1) Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara tersebut
terhadap negara lain
2) Menciptakan suatu welfare state yaitu kemakmuran
yang lebih merata kepada penduduknya dengan cara
mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan

5
yang lebih merata melalui sistem perpajakan yang
progresif
3) Meningkatkan konsumsi masyarakat dari konsumsi
kebutuhan primer menjadi konsumsi kebutuhan
sekunder dan tersier.

B. Teori Pertumbuhan Harrod Domar


Teori ini merupakan teori pertumbuhan yang dikembangkan oleh dua
ekonom yaitu: Evsey David Domar dan Henry Roy Forbes Harrod. Harrod
dan Domar mengembangkan teorinya masing-masing tetapi inti pemikiran
kedua ekonom ini sama, maka karena hal tersebut teori ini disebut teori
Harrod Domar.
1. Biografi Singkat Evsey David Domar dan Henry Roy Forbes Harrod
Harrod lahir pada tanggal 13 februari 1900 di London, Inggris.
Harrod ialah seorang ekonom Inggris yang mempelopori bidang
ekonomi makro dan pertumbuhan ekonomi dinamis. Harrod
melakukan studi di Oxford University dan Cambridge University.
Pertama kali beliau merumuskan konsep pertumbuhan dinamis sekitar
tahun 1930-1940 an. Ide beliau di kemukakan dalam “Towards a
Dynamic Economics”.
Domar lahir pada tanggal 16 april 1914 di Polandia. Kemudian
tahun 1936 beliau pindah ke Amerika Serikat. Domar ialah seorang
ekonom Keynesian. Beliau berkontribusi dalam bidang sejarah
ekonomi, ekonomi komparatif dan pertumbuhan ekonomi. Domar
melakukan studi di University of California Los Angeles, University of
Michigan, dan Harvard University. Beliau merumuskan konsep
pertumbuhan ekonomi pada tahun 1947 mengenai fungsi pertumbuhan
ekonomi untuk meringankan deficit dan utang nasional.
2. Definisi Teori Harrod Domar

6
Teori Harrod Domar merupakan perluasan dari Keynesian
mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja.
Analisis Keynes dianggap kurang lengkap karena tidak membicarakan
masalah-masalah ekonomi jangka panjang. Sedangkan teori Harrod
Domar ini menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar
perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang.
Teori ini berusaha menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar
perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dengan mantap (steady
growth). Model pertumbuhan Harrod Domar dikembangkan
berdasarkan pengalaman dari negara maju. Teori Harrord Domar ini
memberikan arti penting investasi dalam pertumbuhan ekonomi.
3. Asumsi Teori Harrod Domar
Teori Harrod-Domar ini mempunyai beberapa asumsi yaitu:
a. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full
employment) dan barangbarang modal yang terdiri dalam
masyarakat digunakan secara penuh.
b. Terdiri dari 2 sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor
perusahaan, berarti pemerintah dan perdagangan luar negeri
tidak ada.
c. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan
besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan
dimulai dari titik nol.
d. Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save
= MPS) besarnya tetap, demikian juga rasio antara modal-
output (capital-output ratio = COR) dan rasio pertambahan
modal-output (incremental capital-output ratio = ICOR).
4. Inti Teori Harrod Domar
Menurut Harrod Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan
suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk

7
mengganti barang-barang modal seperti: gedung-gedung, peralatan,
material yang rusak. Namun demikian, untuk menumbuhkan
perekonomian tersebut, diperlukan investasi investasi baru sebagai
tambahan stok modal.
Harrod Domar merumuskan hubungan antara pertumbuhan
ekonomi, tabungan dan investasi. Rumus ini didasarkan pada asumsi
bahwa masalah pembangunan pada dasarnya merupakan penambahan
modal. Masalah keterbelakangan adalah masalah modal. Jika ada
modal kemudian diinvestasikan, maka hasilnya adalah pembangunan
ekonomi.
Rumus: COR = k
MPS = rasio kecenderungan menabung = s yang merupakan
proporsi tetap dan output total.
a. Tabungan
Tabungan (S) merupakan bagian dalam jumlah tertentu s dari
pendapatan nasional (Y), hubungannya dinyatakan dengan
persamaan berikut:
Rumus: S = s.Y
b. Investasi
Investasi (I) merupakan faktor yang menambah stok capital
(K) seperti: pabrik industry, jalan, mesin, dan sebagainya.
Dengan demikian investasi sama dengan perubahan stok
capital yang dinyatakan dengan persamaan berikut:
Rumus: I = ∆K
Jika stok capital meningkat maka kapasitas produksi
masyarakat juga meningkat. Jika kapasitas produksi
masyarakat meningkat maka penawaran agregat juga
meningkat.

8
Jumlah stok modal (K) mempunyai hubungan langsung
dengan jumlah pendapatan nasional (Y) yang dinyatakan
dengan persaman berikut:

Rumus: k = = atau ∆K = k. ∆Y

maka I = k. ∆Y
c. Keseimbangan Tabungan Investasi Teori Pertumbuhan
Harrod Domar
Jumlah keseluruhan tabungan nasional (S) sama dengan
keseluruhan investasi (I), yang dinyatakan dengan persamaan
berikut:
Rumus: S = I
Kemudian di substitusikan menjadi:
Rumus: S = I
S = s.Y
I = k. ∆Y
Jadi, s.Y = k. ∆Y
d. Model Pertumbuhan Ekonomi Teori Pertumbuhan Harrod
Domar
Pertumbuhan nasional ditunjukkan oleh besarnya GNP yaitu
Rumus: =

ialah tingkat pertumbuhan output yang dinyatakan dalam

persentase perubahan output.


Persamaan ini merupakan persamaan yang disederhanakan

menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan output ditentukan

bersama rasio tabungan (s) dan rasio modal output (COR = k).
Model persamaan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan
output berhubungan positif dengan rasio tabungan. Semakin
tinggi tabungan yang diinvestasikan maka semakin tinggi juga

9
outputnya. Sedangkan COR berhubungan negative dengan
pertumbuhan output. Semakin besar COR maka semakin
rendah pertumbuhan output.
Jadi, jika perekonomian ingin tumbuh, harus menabung dan
menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output totalnya.
Semakin banyak tabungan dan kemudian diinvestaskan, maka
semakin cepat perekonomian itu akan tumbuh. Tetapi tingkat
pertumbuhan ekonomi yang nyata sebenarnya tergantung
pada produktivitas dari investasi.

C. Teori Pertumbuhan Neo Klasik


Teori pertumbuhan ekonomi Neo Klasik berkembang setelah tahun 1870.
Teori ini menganalisis pertumbuhan ekonomi menurut pandangan ekonomi
Klasik. Berikut ini ahli-ahli ekonomi yang termasuk sebagai kaum Neo Klasik
yaitu: Alfred Marshall, Leon Walras, Knut Wicksel, Robert Solow dan Trevor
Swan.
Menurut aliran ini, pertumbuhan ekonomi dapat diikhtisarkan sebagai
berikut, yaitu:
1. Pertumbuhan ekonomi tergantung pada penyediaan faktor produksi
(penduduk, tenaga kerja, kemajuan teknologi dan akumulasi kapital),
dimana akumulasi kapital merupakan faktor terpenting.
2. Tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya tingkat
tabungan. Pada suatu tingkat tertentu, tingkat bunga juga menentukan
tingginya tingkat investasi. Pada tingkat bunga rendah maka investasi
akan tinggi dan sebaliknya pada tingkat bunga tinggi maka investasi
akan rendah.
3. Akumulasi kapital merupakan faktor penting untuk terjadinya
perkembangan ekonomi.

10
Pertumbuhan ekonomi ini adanya kemajuan teknologi menyebabkan
investasi bertambah. Tambahan permintaan untuk investasi akan
menyebabkan tingkat bunga naik yang selanjutnya akan menaikkan jumlah
tabungan. Dengan adanya kenaikkan investasi, harga-harga barang kapital
juga akan naik. Selanjutnya karena kenaikkan tingkat bunga dan harga-harga
barang kapital, maka investasi selanjutnya terbatas pada proyek-proyek yang
dapat memberikan keuntungan terbesar. Apabila proyek-proyek tersebut telah
terlaksana maka permintaan terhadap investasi berkurang, sehingga tingkat
bunga dan harga barang-barang kapital turun kembali. Setelah itu proyek-
proyek yang kurang menguntungkan menjadi menguntungkan kembali. Pada
tingkat bunga yang rendah ini akan menyebabkan orang tidak menabung. Hal
ini akan mengakibatkan akumulasi kapital rendah atau tidak ada sama sekali,
akhirnya perekonomian mengalami keadaan yang statis (tidak ada
perkembangan). Agar terjadi perkembangan, maka kondisi full employment
harus selalu dijaga selama proses akumulasi kapital.
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang berjalan secara
perlahan-lahan tetapi berlangsung terus menerus. Berkenaan dengan hal ini
tokoh aliran Neo Klasik, Alfred Marshall menganggap bahwa perekonomian
sebagai kehidupan organik yang tumbuh dan berkembang secara perlahan-
lahan.
Pertumbuhan sebagai suatu proses yang harmonis dan kumulatif.
Maksudnya adalah bahwa proses perkembangan itu meliputi berbagai faktor
dimana faktor-faktor itu tumbuh secara bersama-sama. Menurut Marshall,
harmonisnya perkembangan itu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu internal
economics dan external economics. Internal economics timbul karena adanya
kenaikan skala produksi yang tergantung pada sumber-sumber dan efisiensi
dari pengusaha sendiri, seperti adanya mesin-mesin baru, spesialisasi, pasar
yang luas maupun manajemen yang baik. Sedangkan external economics
tergantung pada perkembangan industri-industri pada umumnya yang

11
menyediakan kebutuhan-kebutuhan antar industri itu sendiri, seperti
timbulnya industri-industri cabang yang saling membantu satu sama lain demi
kelancaran produksi, fasilitas transpor yang lebih baik.
Menurut teori ini, bahwa pertumbuhan ekonomi akan macet karena
terbatasnya sumber-sumber alam. Teori ini berpendapat bahwa ada
kemampuan manusia untuk mengalami terbatasnya pertumbuhan itu. Di
samping itu, aliran Neo Klasik juga beranggapan bahwa selalu akan ada
kemajuan-kemajuan pengetahuan teknik secara gradual, continues, dan selalu
ada perkembangan permintaan masyarakat. Selain itu, menurut aliran Neo
Klasik, dengan adanya internasional, produksi dapat dilaksanakan secara
besar-besaran, spesialisasi bisa lebih mendalam, produktivitas naik sehingga
penghasilan pun akan naik.

D. Teori Pertumbuhan Endogen


Teori Pertumbuhan Endogen yang dikembangkan oleh Paul Romer pada
akhir tahun 80-an. Teori ini memandang pertumbuhan ditentukan oleh sistem
yang mengatur proses produksi (endogenous) bukan oleh kekuatan-kekuatan
dari luar sistem. Karenanya, teori ini memandang penting identifikasi dan
analisis faktor-faktor yang berasal dari dalam (endogenous) sistem ekonomi,
yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi
Teori Pertumbuhan Endogen memerhatikan pengembalian modal dalam
menjaga pertumbuhan berkelanjutan. Apabila fungsi produksi adalah Y=AK,
dimana Y adalah output, K adalah persediaan modal, dan A adalah konstanta
yang mengukur jumlah output yang diproduksi untuk setiap unit modal, maka
selanjutnya ∆K = sY - δK, dimana ∆K adalah perubahan persediaan modal,
sY adalah investasi dan δK adalah depresiasi, maka tingkat pertumbuhan
output ditunjukkan oleh Persamaan berikut (Mankiw, 2007):

Rumus: = = sA - δ

12
Dimana: adalah tingkat pertumbuhan output, adalah tingkat

pertumbuhan modal. Selama sA>δ atau sA-δ lebih besar daripada satu,
pertumbuhan perekonomian dapat berlangsung meskipun tanpa asumsi
kemajuan teknologi.
Dalam Pertumbuhan Endogen, tabungan dan investasi bisa mendorong
pertumbuhan berkesinambungan, dengan K (modal) diasumsikan secara lebih
luas termasuk di dalamnya adalah ilmu pengetahuan. Teori Pertumbuhan
Endogen menjelaskan faktor-faktor yang menentukan besaran A yaitu tingkat
pertumbuhan GDP yang tidak dijelaskan dan dianggap sebagai variabel
eksogen dalam perhitungan Pertumbuhan Neoklasik Solow. Paul Romer
menjelaskan tiga elemen dasar dalam pertumbuhan endogen, yaitu:
1. Perubahan teknologi yang bersifat endogen melalui sebuah proses
akumulasi ilmu pengetahuan
2. Ide-ide baru oleh perusahaan sebagai akibat dari mekanisme luberan
pengetahuan (knowledge spillover)
3. Poduksi barang-barang konsumsi yang dihasilkan oleh faktor produksi
ilmu pengetahuan akan tumbuh tanpa batas (Arsyad, 2010)
Teori-teori di atas menempatkan faktor pertumbuhan ekonomi dalam
bentuk modal (uang yang diinvestasikan baik oleh pihak swasta maupun
pemerintah) dan tenaga kerja sebagai faktor penting penentu pertumbuhan.
Namun dalam menjamin pertumbuhan jangka panjang, peran teknologi
menjadi hal penting.

E. Komponen Pertumbuhan Ekonomi


Dari berbagai teori pertumbuhan diatas, yakni teori Rostow, Harrod
Domar, Neo Klasik, Endogen, menyatakan bahwa terdapat tiga komponen
utama dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu:

13
1. Akumulasi Modal, yang meliputi semua jenis investasi baru yang
ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya
manusia
2. Pertumbuhan Penduduk, yang beberapa tahun kemudian akan
memperoleh peningkatan jumlah angtakan kerja
3. Kemajuan Teknologi

F. Kritik Terhadap Model Tahapan Pertumbuhan


1. Teori Pertumbuhan Rostow
a. Teori Rostow dianggap terlalu sederhana.
b. Rostow menyebut tentang tabungan dan investasi namun
tidak mengklarifikasi mengenai perlunya infrastruktur
keuangan untuk menyalurkan tabungan yang ada ke dalam
investasi.
c. Bahwa investasi yang dimaksud Rostow belum tentu akan
menghasilkan pertumbuhan ekonomi.
d. Rostow tidak memasukkan unsur-unsur lain sebagai
pendorong pertumbuhan ekonomi. Perlunya infrastruktur
lainnya seperti sumber daya manusia (pendidikan), jalan, jalur
kereta api, jaringan-jaringan komunikasi.
e. Teori Rostow tidak menjelaskan bahwa efisiensi dari
penggunaan investasi apakah ditujukan untuk aktivitas-
aktivitas produksi ataukah untuk penggunaan lainnya.
f. Bahwa pernyataan Rostow mengenai ekonomi negara-negara
di dunia akan saling mempelajari satu sama lain dan
mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk pembangunan pada
kenyataannya belum pernah terjadi.
g. Argumentasi Rostow tentang pertanian sebagai ciri
keterbelakangan tidak beralasan.

14
h. Rostow berargumentasi bahwa tahapan pertumbuhan ekonomi
di Eropa akan juga terjadi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
i. Bahwa sejarah pada kenyataannya tidak akan berulang
dengan cara yang sama. Dengan kata lain, bahwa setiap
pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia tidak selalu
sama, tetapi justru punya karakteristik masing-masing.
j. Tidak semua masyarakat yang ada di dunia mengalami/
melalui tahap tradisional.
k. Adanya tumpang tindih dalam tahapan yang dikemukakan
oleh Rostow.
2. Teori Pertumbuhan Harrod Domar
a. Tingkat tabungan atau investasi dalam jumlah banyak belum
mampu memenuhi syarat untuk memacu pertumbuhan
ekonomi
b. Permintaan konsumen akhir adalah syarat yang tak bisa
ditawar bagi produksi
c. Model terlalu menyederhanakan sumber pertumbuhan
ekonomi. Itu hanya menggunakan modal dan tabungan
sebagai determinan. Itu mengabaikan faktor lainnya seperti
produktivitas tenaga kerja dan kemajuan teknologi sebagai
faktor pemacu pertumbuhan ekonomi.
d. Model mengasumsikan perekonomian beroperasi di lapangan
kerja penuh. Itu tidak realistis di dunia nyata karena
perekonomian seringkali berfluktuasi di sekitar lapangan kerja
penuh (output potensial). Fluktuasi itu menghasilkan siklus
bisnis, di mana PDB riil naik dan turun.
e. Pengembalian marjinal modal konstan adalah tidak benar.
Peningkatan persediaan modal justru menyebabkan
pengembalian yang menurun. Model pertumbuhan Solow

15
menunjukkan ketika rasio modal per tenaga kerja tinggi, efek
peningkatan output akibat penambahan persediaan modal
akan cenderung menurun. Jadi, modal memiliki tingkat
pengembalian marginal yang menurun.
f. Modal tidak mobile di dalam perekonomian. Pasar keuangan
yang tidak berkembang membuat tabungan tidak selalu
tersedia untuk investasi. Beberapa tabungan di bank justru
untuk membiayai konsumsi rumah tangga, alih-alih untuk
belanja modal bisnis.
3. Teori Pertumbuhan Neo Klasik
a. Kaldor mencetuskan pemikiran bahwa asumsi yang dianut
dalam pemikiran neoklasik mengenai akan timbulnya
keseimbangan umum (general equlibrium) dalam proses
ekonomi melalui kekuatan pasar adalah suatu kondisi yang
tidak realistis.
b. Menurut Kaldor, proses produksi yang menunjukkan sifat
increasing returns to scale terdapat dalam kenyataan proses
ekonomi dalam konteks situasi ketidakseimbangan
(disequilibrium) yang timbul secara endogenous dalam sistem
ekonomi.
c. Menurut Kaldor, pemikiran neo-klasik secara berlebihan
menekankan betapa pentingnya peranan harga yang terbentuk
di pasar bebas
d. Kaldor dan Livingstone beranggapan bahwa dalam jangka
panjang asumsi dasar pemikiran neoklasik mengenai sistem
ekonomi tidak dapat dianggap akan menghasilkan
keseimbangan dan memaksimumkan kesejahteraan rakyat
(welfare-maximizing equilibium).

16
e. Proposisi pemikiran neo-klasik yang mengantisipasi bahwa
akan terjadi proses tetesan ke bawah dalam proses
pembangunan ternyata tidak menjadi kenyataan.
4. Teori Pertumbuhan Endogen
a. Terlalu banyak melibatkan pembuatan asumsi tentang
bagaimana hal yang tidak dapat diukur mempengaruhi hal
yang tidak dapat diukur lainnya
b. TPE juga masih tergantung pada sejumlah asumsi neoklasik
tradisional yang seringkali tidak relevan dengan kondisi di
negara-negara sedang berkembang. Misalnya asumsi sektor
produksi tunggal atau yang memandang sektor-sektor adalah
simetris. Hal ini tentunya tidak memungkinkan terjadinya
realokasi tenaga kerja atau capital (modal) antar sektor yang
mengalami transformasi dalam suatu proses perubahan
struktural. Terlebih pertumbuhan ekonomi di negara sedang
berkembang seringkali memiliki ciri adanya inefisiensi yang
diakibatkan oleh adanya keterbatasan infrastruktur, struktur
kelembagaan, dan ketidak sempurnaan pasar barang dan jasa.
Karena kurangnya perhatian pada masalah-masalah tersebut
maka aplikasinya dalam ekonomi pembangunan terbatas.
Misalnya TPE gagal menjelaskan rendahnya tingkat
penggunaan kapasitas pabrik di negara sedang berkembang
yang mengalami kekurangan modal. Jadi rendahnya terhadap
insentif struktur yang mengakibatkan rendahnya pertumbuhan
ekonomi selain dikarenakan rendahnya tingkat akumulasi
tabungan dan human capital. Inefisiensi alokasi sumber daya
yang banyak terjadi pada perekonomian yang sedang
mengalami perubahan dari ekonomi pasar tradisional menuju
ekonomi pasar komersial. Selain itu penekanan yang berlebih

17
pada determinan pertumbuhan jangka panjang membatasi
penjelasannya pada kondisi jangka menengah dan pendek.
Juga masih kurang didukung dalam studi-studi empirisnya.

G. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


1. Masa Soekarno (1945-1967)
Pada masa Soekarno ada 3 fase yang ada, yaitu: Fase penataan
ekonomi pasca-kemerdekaan, kemudian fase memperkuat pilar
ekonomi, serta fase krisis yang mengakibatkan inflasi. Pada awal
pemerintahan Soekarno, PDB per kapita Indonesia sebesar Rp
5.523.863. Pada 1961, Badan Pusat Statistik mengukur pertumbuhan
ekonomi sebesar 5,74%. Setahun berikutnya masih sama, ekonomi
Indonesia tumbuh 5,74%. Lalu, pada tahun 1963, pertumbuhannya
minus 2,24%. Angka minus pertumbuhan ekonomi tersebut dipicu
biaya politik yang tinggi. Akibatnya, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) defisit minus Rp 1.565,6 miliar. Inflasi
melambung atau hyperinflasi sampai 600% hingga tahun 1965.
Meski begitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dapat
kembali ke angka positif pada tahun 1964, yaitu sebesar 3,53%.
Setahun kemudian tahun 1965 angka itu masih positif meski turun
menjadi 1,08% namun akhir era Presiden Soekarno tahun 1966
ekonomi Indonesia tumbuh 2,79%.
2. Masa Soeharto (1967-1998)
Masa kekuasaan Soeharto adalah yang terpanjang dibandingkan
presiden lain Indonesia hingga saat ini. Pasang surut perekonomian
Indonesia juga paling dirasakan pada eranya.
Pada 1967, ia mengeluarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun
1967, tentang Penanaman Modal Asing. UU ini membuka lebar pintu
bagi investor asing untuk menanam modal di Indonesia. Tahun

18
berikutnya, Soeharto membuat Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita) yang mendorong swasembada. Program ini mendongkrak
pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga tembus 10,92% pada 1970.
Lana Soelistianingsih menyebut, iklim ekonomi Indonesia pada
saat itu lebih terarah, dengan sasaran memajukan pertanian dan
industri. Hal ini membuat ekonomi Indonesia tumbuh drastis. Setelah
itu, di tahun-tahun berikutnya, hingga sekitar tahun 1997,
pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung tinggi dan terjaga di
kisaran 6-7%.
Namun, selama Soeharto memerintah, kegiatan ekonomi terpusat
pada pemerintahan dan dikuasai kroni-kroni presiden. Kondisinya
keropos.Pelaku ekonomi tak menyebar seperti saat ini, dengan 70
persen perekonomian dikuasai pemerintah. Begitu dunia mengalami
gejolak pada 1998, struktur ekonomi Indonesia yang keropos itu tak
bisa menopang perekonomian nasional.
Posisi Bank Indonesia (BI) pada era Soeharto juga tak independen.
BI hanya alat penutup defisit pemerintah. Begitu BI tak bisa
membendung gejolak moneter, maka terjadi krisis dan inflasi tinggi
hingga 80%.
Pada 1998, negara bilateral pun menarik diri untuk membantu
ekonomi Indonesia, yaitu saat krisis sudah tak terhindarkan.
Pertumbuhan ekonomi pun merosot menjadi minus 13,13%. Pada
tahun itu, Indonesia menandatangani kesepakatan dengan Badan
Moneter Internasional (IMF). Gelontoran utang dari lembaga ini
mensyaratkan sejumlah perubahan kebijakan ekonomi di segala lini.
3. Masa Era Reformasi BJ Habibie (1998-1999)
Pemerintahan masa ini dikenal sebagai rezim transisi. Salah satu
tantangan sekaligus capaiannya adalah pemulihan kondisi ekonomi,

19
dari posisi pertumbuhan minus 13,13% pada 1998 menjadi 0,79%
pada 1999.
Habibie menerbitkan berbagai kebijakan keuangan dan moneter
dan membawa perekonomian Indonesia ke masa kebangkitan. Kurs
rupiah juga menguat dari sebelumnya Rp16.650/$AS pada Juni 1998
menjadi Rp7.000/$AS pada November 1998. Pada masa Habibie,
Bank Indonesia mendapat status independen dan keluar dari jajaran
eksekutif.
4. Masa Abdurrahman Wahid (1999-2001)
Gus Dur meneruskan perjuangan Habibie mendongkrak
pertumbuhan ekonomi pasca krisis 1998. Secara perlahan, ekonomi
Indonesia tumbuh 4,92% pada tahun 2000.
Gus Dur menerapkan kebijakan desentralisasi fiskal dan otonomi
daerah. Pemerintah membagi dana secara berimbang antara pusat dan
daerah. Kemudian, pemerintah juga menerapkan pajak dan retribusi
daerah. Tetapi upaya tersebut memperlambat pertumbuhan ekonomi
sehingga pada tahun 2001 menjadi 3,64%.
5. Masa Megawati Soekarno Putri (2001-2004)
Masa ini pertumbuhan ekonomi Indonesia secara bertahap terus
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2002, pertumbuhan
Indonesia mencapai 4,5%. Pada 2003, ekonomi tumbuh menjadi
4,78%. Pada tahun 2004, ekonomi Indonesia tumbuh 5,03%.
Tingkat kemiskinan pun terus turun pada masa ini. Perbaikan yang
dilakukan pemerintah saat itu ialah menjaga sektor perbankan lebih
ketat hingga menerbitkan surat utang atau obligasi secara langsung.
Saat itu, perekonomian Indonesia mulai terarah kembali. Meski tak
ada lagi repelita seperti di era Soeharto, namun ekonomi Indonesia
bisa lebih mandiri dengan tumbuhnya pelaku-pelaku ekonomi.
6. Masa Soesilo Bambang Yudhoyono (2004-2014)

20
Meskipun naik turun, pertumbuhan ekonomi masa ini relatif stabil.
Pertumbuhan Indonesia cukup menggembirakan di awal
pemerintahannya, yakni 5,69% pada tahun 2005. Pada tahun 2006,
pertumbuhan ekonomi Indonesia sedikit melambat jadi 5,5%. Di tahun
berikutnya, ekonomi Indonesia tumbuh menjadi 6,35%. Pada tahun
2008, pertumbuhan ekonomi turun tipis menjadi 6,01%. Saat itu,
impor Indonesia terbilang tinggi. Namun, angka ekspor juga tinggi
sehingga neraca perdagangan lumayan berimbang. Pada tahun 2009, di
akhir periode pertama sekaligus awal periode kedua kepemimpinan
SBY, ekonomi Indonesia tumbuh melambat di angka 4,63%,
perlambatan tersebut merupakan dampak krisis finansial global yang
tak hanya dirasakan Indonesia tetapi juga ke negara lain. Pada tahun
itu, Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunga
yang membuat harga komoditas global naik.
Meski begitu, Indonesia masih bisa mempertahankan
pertumbuhan ekonomi walaupun melambat. Pada tahun itu,
pertumbuhan ekonomi Indonesia masuk tiga terbaik di dunia. Lalu,
pada tahun 2010, ekonomi Indonesia kembali tumbuh dengan capaian
6,22%. Pemerintah juga mulai merancang rencana percepatan
pembangunan ekonomi Indonesia jangka panjang. Namun,
perlambatan kembali terjadi setelah itu, Pada tahun 2011 yakni
6,17%, Pada tahun 2012 yakni 6,03%, Pada tahun 2013 yakni 5,56%
dan 5,01% pada tahun 2014.

7. Joko Widodo (2014-Sekarang)


Pada masa Jokowi ini merombak struktur APBN dengan lebih
mendorong investasi, pembangunan infrastruktur, dan melakukan
efisiensi agar Indonesia lebih berdaya saing. Namun, grafik
pertumbuhan ekonomi Indonesia selama empat tahun masa

21
pemerintahan Jokowi terus berada di bawah pertumbuhan pada era
SBY. Pada 2015, perekonomian Indonesia kembali terlihat rapuh.
Rupiah terus menerus melemah terhadap $AS dengan 4,88%. Pada
2016, ekonomi Indonesia mulai tumbuh dari sebelumnya yakni 5,03%.
Dilanjutkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sebesar 5,07%.
Pada 2018 tumbuh 5,17%. Ini menjadi pertumbuhan ekonomi tertinggi
di era Jokowi. Tahun 2019 pada saat pemilu, Indonesia mencatatkan
pertumbuhan ekonomi 5,02%. Dan pada tahun 2020 pertumbuhan
ekonomi Indonesia merosot menjadi 2,97%. Berikut ini grafik
pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010-2020:

Gambar 1.1

22
Referensi:

Bayu Wijayanto, Teori Pertumbuhan Endogeneous, (SSRN, 2019)

Endang Mulyani, Ekonomi Pembangunan, (Yogyakarta: UNY Press, 2017), Hlm.


76-78

file:///D:/EKO/Pertumbuhan%20ekonomi%20Indonesia,%202010-2020%20-
%20Lokadata.html

http://rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/35459/ekbang_teor
ipembangunan.pdf

https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-makro/model-pertumbuhan-ekonomi-suatu-
negara/model-pertumbuhan-ekonomi-harrod-domar/

https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/kamus/file/kamus-319.pdf

https://cerdasco.com/model-harrod-domar/

https://dininst.blogspot.com/2014/12/kelemahan-teori-lima-tahap-
pembangunan.html

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Roy_Harrod

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Walt_Whitman_Rostow

https://jeo.kompas.com/jejak-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-dari-masa-ke-masa

https://m.merdeka.com/evsey-david-domar/profil/

https://sunflovender.wordpress.com/2018/05/20/makalah-teori-pertumbuhan-
ekonomi-menurut-w-w-rostow/

Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan: Modul 1, (Tangerang Selatan: Univ


Terbuka, 2020)

23
Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, Ekonomi Pembangunan, (Jakarta:
Erlangga, 2006), Hlm. 147
Pheni Chalid, Teori dan Isu Pembangunan: Modul 1, (Jakarta: Univ Terbuka,
2006)

24

Anda mungkin juga menyukai