Anda di halaman 1dari 15

Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu tujuan dari kebijakan ekonomi makro diantaranya adalah tercapainya
pertumbuhan ekonomi. Perekonomian yang tumbuh akan mampu memberikan
kesejahteraan ekonomi yang lebih baik bagi penduduk negara yang bersangkutan. Istilah
pertumbuhan ekonomi harus dibedakan dengan istilah perkembangan ekonomi, karena
pertumbuhan ekonomi hanya menyangkut ukuran fisik yang berupa peningkatan produksi
barang dan jasa; sedangkan perkembangan ekonomi menyangkut tidak hanya pertambahan
dalam produksi fisik barang dan jasa, melainkan juga kualitas barang dan jasa maupun
kuantitas, faktor-faktor produksi yang terlibat dalam proses produksi barang dan jasa
tersebut.
Pertumbuhan ekonomi (economic growth) mengandung pengertian proses kenaikan output
perkapita dalam jangka panjang atau perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang terjadi dari
tahun ke tahun. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi adalah suatu keadaan dimana
terjadi kenaikan PDB suatu negara tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar
atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, namun berdampak pada kesejahteraan
penduduknya.
Perhatikan grafik berikut.

Dari grafik di atas dapat diuraikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang berlangsung dari
tahun 2000 sampai 2008 adalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2000-2001 menurun yaitu dari 4,9 persen
menjadi 3,5 persen.
2. Pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2001-2002 meningkat yaitu dari 3,5 persen
menjadi 3,7 persen.
3. Pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2002-2003 meningkat yaitu dari 3,7 persen
menjadi 4,1 persen.
4. Pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2003-2004 meningkat yaitu dari 4,1 persen
menjadi 5,1 persen.
5. Pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2004-2005 meningkat yaitu dari 5,1 persen
menjadi 6,7 persen.
6. Pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2005-2006 menurun yaitu dari 5,7 persen
menjadi 5,48 persen.
7. Pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2006-2007 meningkat yaitu dari 5,48 persen
menjadi 6,3 persen.
8. Pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2007-2008 menurun yaitu dari 6,3 persen
menjadi 6,2 persen

Memperhatikan grafik di atas bahwa perekonomian yang tumbuh akan mampu memberikan
kesejahteraan ekonomi yang lebih baik bagi penduduk negara yang bersangkutan, yakni
berkurangnya penduduk yang miskin. Hal tersebut tergambarkan pada pertumbuhan
ekonomi tahun 2007-2008.

Teori Pertumbuhan Ekonomi


A. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis

1. Friedrich List
Pertumbuhan ekonomi dapat diukur melalui usaha manusia dalam memenuhi
kebutuhan (berdasarkan kemajuan teknik produksi) dan jenis pekerjaan sebagai
mata pencaharian. Menurut Friedrich List, perkembangan ekonomi dibagi melalui
beberapa fase yaitu:
1. Masa berburu/mengembara
2. Masa beternak dan bertani
3. Masa bertani dan kerajinan
4. Masa kerajinan, industri, dan perdagangan

2. Bruno Hilderbrand
Menurut Bruno perkembangan ekonomi bukan didasarkan pada “cara produksi”

3. Karl Bucher
Menurut Karl Bucher pertumbuhan ekonomi masyarakat dilihat dari hubungannya antara
produsen dan konsumen dalam mendistribusikan hasil produksinya sampai ke tangan
konsumen.
Pertumbuhan ekonomi menurut Karl Bucher dapat dibedakan menjadi:
1. Rumah Tangga Tertutup
2. Rumah Tangga Kota
3. Rumah Tangga Bangsa
4. Rumah Tangga Dunia

4. Walt Whiteman Rostow

Menurut Rostow, proses pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan ke dalam lima


tahap yaitu:

1. Masyarakat Tradisional (The Traditional Society). Pada tahap ini


masyarakat masih sangat sederhana. Kegiatan produksi hanya dilakukan
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan tidak menggunakan teknologi
yang modern, hanya menggunakan alat-alat sederhana dan tidak ada
pembagian kerja.
2. Prasyarat untuk tinggal landas (The precondtions for take off).
Masyarakat berada pada masa transisi.masyarakat sudah mulai
menyadari arti penting pembangunan ekonomi dan mulai
mempersiapkan diri untuk mencapai kemajuan.
3. Tinggal landas (The take off). Sudah terjadi perubahan yang sangat
drastis dalam masyarakat.
4. Gerakan ke arah kedewasaan (The drive to maturity). Pada tahap ini
masyarkat sudah betul-betul menggunakan teknologi modern dalam
memanfaatkan sumber daya yang ada. Tahap ini ditandai dengan:
a. Struktur dan keahlian tenaga kerja yang mengalami perubahan
b. Sifat kepemimpinan perusahaan atas dasar profesionalisme, tidak
selalu dipegang oleh pemilik perusahaan
c. Masyarakat bosan dengan berbagai kehebatan yang dihasilkan
industrialisasi karena pada dasarnya industrialisasi juga
mengakibatkan dampak negatif bagi kehidupan masyarakat
sehingga mulai muncul berbagai kritik terhadapnya.
5. Masa konsumsi tinggi (The high mass consumtion). Perhatian
masyarakat mulai berubah kepada masalah-masalah yang berkaitan
dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat, tidak lagi pada
masalah produksi. Pada tahap ini masyarakat memiliki tujuan sebagai
berikut:
a. Memperbesar kekuasaan untuk memajukan pengaruhnya kepada
negara lain.
b. Meningkatkan kemakmuran masyarakat dengan menciptakan
pembagian pendapatan yang merata pada semua lapisan
masyarakat, termasuk dalam masalah perpajakan.
c. Mempetinggi tingkat konsumsi masyarakat di atas kebutuhan
konsumsi minimal.

 
5. Werner Sombart

Werner Sombart membagi perkembangan perekonomian menjadi:

a. Zaman perekonomian tertutup yang dibagi menjadi dua macam yaitu:


1. Perekonomian desa.
2. Perekonomian feodal dan tuan tanah.
b. Zaman kerajinan dan pertukaran, zaman ini ditandai adanya pembagian kerja yang
masing-masing mengerjakan pekerjaannya dan sifatnya masih kekeluargaan.
c. Zaman Modalis, yang dibagi dalam:
1. Zaman Modalis Purba,
2. Zaman Modalis Madya,
3. Zaman Modalis Raya, dan
4. Zaman Modalis Akhir.

 
B. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
1. Adam Smith

Dalam buku The Wealth of Nations, pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh
PDB dan pertumbuhan jumlah penduduk. PDB sendiri dipengaruhi oleh faktor
ketersediaan sumber daya alam, jumlah penduduk, dan persediaan barang-barang
modal. Proses pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith dibedakan menjadi dua
aspek utama pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output total dan
pertumbuhan penduduk.
 
2. David Ricardo

David Ricardo terkenal dengan teori "the law of diminishing return", sementara
Thomas Robert Malthus terkenal dengan teori "pertumbuhan penduduk". D.
Richardo berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi antara lain dipengaruhi oleh
SDA yang terbatas, jumlah penduduk yang selalu berkembang, proses kemajuan
teknologi, sektor pertanian yang dominan. Menurut Ricardo dan Malthus
pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi secara terus-menerus dalam jangka
panjang, tetapi akan mengalami stagnasi.
Ciri-ciri perekonomian menurut Ricardo adalah;

1. jumlah tanah terbatas;


2. tenaga kerja meningkat atau menurun tergantung pada tingkat upah;
3. akumulasi modal terjadi jika tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik
modal berada di atas tingkat keuntungan minimal;
4. sepanjang waktu terjadi kemajuan teknologi; dan
5. dominannya sektor pertanian

 
C. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik
1. Robert Sollow dan Trevor Swan

Pertumbuhan ekonomi antara lain dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk


(SDM), akumulasi modal, dan teknologi modern. Sollow berpendapat bahwa
pertumbuhan penduduk yang pesat dapat menjadi sumber daya dalam
pembangunan. Dan jika dimanfaatkan dengan baik akan mampu membentuk
akumulasi modal. Dan jika dikombinasikan dengan teknologi modern maka akan
menghasilkan output, sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan penyediaan
faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, akumulasi modal) dan tingkat
kemajuan teknologi.
 
2. Keynesian (Harrod-Domar)

Teori Harrod-Domar itu merupakan perluasan dari analisis Keynes mengenai


kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. Teori ini berusaha
menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar perekonomian dapat tumbuh dan
berkembang secara mantap (steady growth). Harrod-Domar dalam menjelaskan
pertumbuhan ekonomi menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Pada tahap awal, perekonomian telah mencapai full employment. Tingkat


kesempatan kerja dan alat-alat modal yang ada di masyarakat sudah
dimanfaatkan sebelumnya.
2. Kegiatan ekonomi terdiri dari sektor rumah tangga konsumsi dan sektor
rumah tangga produksi, dan belum mengikutsertakan sektor pemerintah
dan sektor perdagangan.
3. Tabungan masyarakat bersifat proporsional dengan pendapatan nasional.
Ini berarti tabungan dimulai dari titik nol.
4. Marginal Prospensity to Save (MPS) atau kecenderungan menabung
marjinal memiliki besaran yang tetap. MPS terjadi akibat adanya perubahan
pendapatan.

 
3. Joseph Schumpeter

Menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi


suatu negara adalah proses inovasi yang dilakukan oleh para inovator atau
wiraswasta (entrepreneur).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi


1) Kekayaan modal
Barang modal sangat berperan dalam kegiatan ekonomi, yaitu digunakan sebagai dorongan
untuk mengadakan investasi atau peningkatan penanaman modal. Namun seringkali
disalahartikan bahwa tanpa modal, perekonomian suatu negara dikatakan akan tidak dapat
berkembang sama sekali. Memang modal itu penting, tetapi bukan merupakan faktor satu-
satunya yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Bahkan sesungguhnya modal seringkali
lebih merupakan pelengkap daripada sebagai faktor utama pendorong pertumbuhan
ekonomi pada permulaan pertumbuhan ekonomi.
Dengan modal yang sedikit saja, asal ada kemauan yang kuat dari penduduk di dalam
negara yang bersangkutan, maka pertumbuhan akan terjadi dan justru akan terbentuklah
modal sebagai hasil dari adanya tabungan yang dapat disisihkan dari tingkat pendapatan
yang semakin meningkat atau dari bantuan luar negeri.
Hal ini tentunya sudah kita mengerti karena tabungan adalah sisa pendapatan yang tidak
dikonsumsikan dan biasanya siap untuk diinvestasikan (penanaman modal). Selanjutnya
kita mengerti pula bahwa dengan semakin tingginya tingkat pendapatan akan semakin tinggi
pula hasrat untuk menabung, sehingga akan semakin kecil proporsi pendapatan yang
dipakai untuk konsumsi dan semakin besar proporsi pendapatan yang ditabung. Jadi
dengan adanya pertumbuhan ekonomi, justru akan terciptalah modal yang diperlukan untuk
pembangunan ekonomi lebih lanjut.
Agar kita dapat meningkatkan penggunaan modal, kita harus mengetahui pula sumber-
sumber modal untuk pembangunan. Modal dapat terbentuk melalui berbagai sumber daya
diantaranya tabungan masyarakat, pajak, pinjaman negara, penggunaan tenaga kerja yang
menganggur, inflasi, dan modal asing.
 
2) Ketersediaan tenaga kerja
Faktor tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang terpenting dalam kaitannya
dengan peningkatan PDB suatu negara. Dari segi jumlahnya, semakin banyak tenaga kerja
yang digunakan dalam proses produksi biasanya akan semakin tinggi pula produksi dari
kegiatan tersebut. Namun hal ini tidak berlaku sepenuhnya karena ada hukum pertambahan
hasil yang semakin berkurang, sehingga setelah suatu tingkat penggunaan tenaga kerja
tertentu, jumlah produk total yang dapat dihasilkan oleh tenaga kerja tersebut akan
berkurang. Dengan kata lain setelah jumlah tertentu dari tenaga kerja tersebut, produk
marginal tenaga kerja tambahan menjadi negatif. Pada saat itulah terdapat apa yang disebut
dengan pengangguran tenaga kerja. Dengan demikian faktor tenaga kerja tidak cukup dilihat
dari segi jumlahnya saja, melainkan juga harus diperhatikan kualitas dari tenaga kerja
tersebut. Ketersediaan tenaga kerja sangat diperlukan peningkatan mutu tenaga kerja agar
produktivitasnya bertambah, sehingga dapat mempertinggi pertumbuhan ekonomi suatu
negara.
 
3) Kekayaan sumber daya alam
Kekayaan alam yang dimaksud adalah kekayaan alam yang meliputi luas dan kesuburan
tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan hasil laut yang dapat
diperoleh.

Sumber daya alam juga merupakan faktor produksi yang penting di samping modal dan
tenaga kerja dalam menentukan berhasilnya pembangunan ekonomi suatu negara.
Seringkali dinyatakan bahwa suatu negara yang tidak memiliki sumber daya alam akan
lamban dalam mencapai kemajuan ekonomi yang lebih tinggi; tetapi kenyataannya tidaklah
demikian karena negara yang bersangkutan dapat mendatangkan barang sumber daya
alam dari negara lain. Oleh karena itu yang penting bagi suatu negara adalah kemauan
penduduknya yang kuat untuk melakukan pembangunan, modal, dan sumber daya alam
lebih merupakan hasil dan bukan sebab bagi berhasilnya pembangunan suatu
perekonomian.
Namun demikian tersedianya sumber daya alam yang cukup merupakan faktor pendorong
keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara kiranya tidak diragukan lagi asal negara
yang bersangkutan mampu memanfaatkannya semaksimal mungkin dengan mengingat
kendala-kendala yang ada. Tetapi kalau suatu negara tidak memiliki sumber daya alam
sama sekali dan tidak mampu mengimpor dari negara lain, maka jelas negara yang
bersangkutan akan tidak dapat berbuat apa-apa.

 4) Luas pasar
Spesialisasi dalam produksi dibatasi oleh luas pasar, dan keterbatasan luas pasar akan
memengaruhi atau membatasi pertumbuhan ekonomi suatu negara.
  
5) Sikap masyarakat
Di samping faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara,
sikap masyarakat juga mempunyai peranan yang penting sekali. Memang sikap masyarakat
ini seringkali dilupakan atau dianggap enteng, tetapi tidak jarang pula sikap masyarakat
yang kurang dipertimbangkan akan dapat menimbulkan suatu hambatan utama dalam
pencapaian sasaran pembangunan. Sikap masyarakat ini di antaranya adalah keamanan
politik, adat-istiadat agama, sistem pemerintahan dan sebagainya. Sistem sosial dan sikap
masyarakat memegang peranan yang penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi,
maksudnya masyarakat yang berpikiran modern bersifat lebih terbuka terhadap perubahan
akibat pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan Ekonomi Negara Maju dan Negara Berkembang


Pembangunan berarti suatu proses pengurangan atau penghapusan kemiskinan,
kepincangan distribusi pendapatan, dan pengangguran dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan perekonomian. Proses pembangunan ekonomi tersebut berbeda antara
negara maju dengan negara berkembang, karena pada negara maju sudah menunjukkan
adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta kemajuan di berbagai bidang, sedangkan
negara yang sedang berkembang belum dapat mencapai hal itu.
Prospek pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2015-2017, dalam fase pemulihan ekonomi
dunia semakin terasa. Perbaikan pertumbuhan ekonomi terjadi baik di negara-negara maju
maupun negara-negara berkembang. Sebagian besar negara-negara maju telah
meninggalkan laju pertumbuhan negatif sejak tahun 2015 dan berlanjut hingga tahun 2015-
2017. Di tahun 2016 perekonomian negara maju tumbuh sebesar 0,3 persen, setelah pada
tahun 2015 pertumbuhannya hanya 1,9 persen.

Prospek pertumbuhan ekonomi dunia


Perbandingan pendapatan perkapita diantara berbagai negara telah menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang besar dalam taraf kemakmuran negara maju dan negara
berkembang. Sejak perang dunia kedua telah timbul kesadaran tentang pentingnya usaha
mengembangkan negara negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang taraf
kemakmurannya jauh lebih rendah dari negara maju.
Sesuai dengan kesadaran ini, berbagai usaha telah dijalankan untuk mempercepat
pembangunan di negara negara relatif miskin. Beberapa negara yang dahulunya tergolong
relatif miskin sekarang memang telah menjadi negara makmur dan tidak lama lagi akan
tergolong sebagai negara yang berpendapatan tinggi. Di Asia, Malaysia, Taiwan, Korea
Selatan, dan Thailand digolongkan kepada negara seperti itu.
Tetapi banyak negara berkembang lain masih menghadapi masalah masalah serius dan
masalah tersebut menimbulkan hambatan untuk berkembang dengan cepat. India, Pakistan,
Bangladesh, dan termasuk Indonesia, misalnya masih memerlukan waktu yang lama untuk
mencapai taraf negara yang berpendapatan tinggi.

Ahli-ahli ekonomi telah banyak membuat analisis untuk mengetahui faktor-faktor yang
menjadi penghambat pentingnya kepada usaha mempercepat pembangunan di negara
negara tersebut. Kegiatan pertanian yang tradisional, kekurangan modal dan tenaga ahli,
perkembangan penduduk yang pesat merupakan beberapa faktor penting yang
menghalangi berbagai negara untuk berkembang lebih cepat.
Bentuk bentuk masalah tersebut diantaranya adalah:

1. Pertanian Tradisional
2. Kekurangan Dana Modal dan Modal Fiskal
3. Peranan Tenaga Terampil dan Berpendidikan
4. Perkembangan Penduduk Pesat
5. Masalah Institusi, Sosial, Kebudayaan, dan Politik

Walau begitu masih banyak negara yang belum mampu mengembangkan ekonominya.
Kestabilan ekonomi dan politik merupakan syarat penting yang perlu dipenuhi untuk
mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Upaya dalam mempercepat kegiatan ekonomi untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi:

1. Kebijakan diversifikasi kegiatan ekonomi


2. Mengembangkan infrastruktur
3. Meningkatkan tabungan dan investasi
4. Meningkatkan taraf pendidikan masyarakat
5. Mengembangkan intitusi yang mendorong pembangunan
6. Merumuskan dan melaksanakan perencanaan ekonomi

STRUKTUR PEREKONOMIAN
Struktur Ekonomi Indonesia adalah besar share lapangan usaha terhadap total PDRB baik
atas dasar harga yang berlaku maupun harga konstan. Dengan mengetahui struktur
perekonomian, maka kita dapat menilai konsentrasi lapangan usaha yang sangat dominan
pada suatu daerah. Biasanya terdapat hubungan antara lapangan usaha dan penduduk
suatu daerah. Menurut Teori Lewis, perekonomian suatu daerah harus mengalami
transformasi struktural dari tradisional ke industri, yang ditunjukkan dengan semakin
besarnya kontribusi sektor non pertanian dari waktu ke waktu terhadap total PDRB.
Dalam kaitannya dengan transformasi struktural, beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian adalah:
1. Kenaikan riil share pada sektor primer dapat saja dipahami apabila diikuti dengan
peningkatan produktvitas yang ikut membawa dampak positif pada upah rata-rata,
khususnya di sektor pertanian.
2. Perlu diupayakan peningkatan nilai tambah pada sektor sekunder, yakni industri
pengolahan, khususnya industri skala kecil dan menengah yang dibangun dengan
basis pertanian. Hal ini mengandung arti bahwa industri yang hendak dikembangkan
harus dapat mendorong dan menyerap hasil dari sektor pertanian.
3. Berkenaan dengan sektor tersier, hendaknya pengembangan sektor perdagangan
harus terus dikembangkan dalam rangka memperluas pasar pada sektor primer dan
sekunder, termasuk perdagangan yang bersifat ekspor (keluar daerah dan ke luar
negeri).
Sementara perkembangan sektor hotel, restoran harus dipadukan dengan pembangunan
pariwisata guna menumbuhkan sektor tersebut dan industri pendukung wisata lainnya,
seperti: transportasi, komunikasi, souvenier dan jasa hiburan. Di samping itu,
pengembangan sub sektor tersier yang produktif harus terus ditingkatkan, misalnya melalui
pembangunan pariwisata yang lebih intensif, transformasi dan revitalisasi sektor informal
menjadi sektor formal yang lebih menekankan skill dan pengetahuan.
Struktur ekonomi sebuah negara dapat dilihat dari berbagai sudut tinjauan. Dalam hal ini,
struktur ekonomi dapat dilihat setidak-tidaknya berdasarkan empat macam sudut tinjauan
yaitu:
1. Tinjauan makro-sektoral
2. Tinjauan keruangan
3. Tinjauan penyelenggara kenegaraan
4. Tinjauan birokrasi pengambilan keputusan

Dua yang disebut pertama merupakan tinjauan ekonomi murni, sedangkan dua yang disebut
kemudian merupakan tinjauan politik. Berdasarkan tinjauan makro-sektoral sebuah
perekonomian dapat berstruktur, misalnya agraris (agricultural), industrial (industrial), atau
niaga (commercial); tergantung pada sektor produksi apa/mana yang menjadi tulang
punggung perekonomian yang besangkutan. Berdasarkan tinjauan keruangan (spasial),
suatu perekonomian dapat dinyatakan berstruktur kedesaan/tradisional danberstruktur
kekotaan/modern. Hal itu bergantung pada apakah wilayah perdesaan dengan teknologinya
yang tradisional yang mewarnai kehidupan perekonomian itu, ataukah wilayah perkotaan
dengan teknologinya yang sudah relatif modern yang mewarnainya.

Orang dapat pula melihatnya dengan tinjauan penyelenggaraan kenegaraan, menjadi


perekonomian yang berstruktur etatis, egaliter, atau borjuis. Predikat struktur ini tergantung
pada siapa atau kalangan mana yang menjadi pemeran utama dalam perekonomian yang
bersangkutan, apakah pemerintah/negara, ataukah rakyat kebanyakan, ataukah kalangan
pemodal+usahawan (kapitalis). Bisa pula struktur ekonomi dilihat berdasarkan tinjauan
birokrasi pengambilan keputusannya. Dengan sudut tinjauan ini, dapat dibedakan antara
struktur ekonomi yang sentralis dan yang desentralis.

4.1 Tinjauan Makro-Sektoral


Tabel 1.117
Dilihat secara makro-sektoral [berdasarkan kontribusi sektor-sektor produksi(lapangan
usaha)dalam membentuk produk domestik bruto] perekonomian Indonesia - yang hingga
tahun 2012 sudah berstruktur industrial.Berdasarkan data laju pertumbuhan dan distribusi
PDB Tahun 2008-2012 menurut BPS telah menunjukkan bahwa sektor pertanian hanya
menyumbang 14,44% terhadap PDB sehingga Indonesia tidak bisa lagi dikatakan negara
agraris. Hal penting yang patut dicatat ialah bahwa penurunan peran sektor pertanian
bukanlah cerminan kemunduran absolut sektor itu. Sektor pertanian hanya menurun secara
relatif.

Keindustrian struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya belum sejati, masih sangat dini.
Keindustriannya barulah berdasarkan kontribusi sektoral dalam membentuk produk
domestik bruto atau pendapatan nasional. Keindustrian yang ada belum didukung dengan
kontribusi sektoral dalam menyerap tenaga atau angkatan kerja. Apabila kontribusi sektoral
dalam menyumbang pendapatan dan dalam menyerap pekerja ini dihadapkan atau
diperbandingkan, maka struktur ekonomi Indonesia secara makro-sektoral ternyata masih
dualistis. Mengapa? Karena dari segi penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian hingga saat
ini masih merupakan sektor utama sumber kehidupan rakyat.

Sampai dengan tahun 2012 bulan Februari, sebagian besar rakyat Indonesia (39,96 dari
penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja) masih menggantungkan hidupnya pada
sektor pertanian (lihat Tabel 1.2). Sementara sektor industri pengolahan hanya menyerap
14,78%tenaga kerja. Fakta ini agaknya membenarkan kembali tesis Boeke, seorang
ekonom Belanda, yang pernah menyatakan bahwa perekonomian Indonesia berstruktur
dualistis. Hanya saja, dualisme yang berlangsung sekarang tidak sepenuhnya identik
dengan dualisme yang dulu dikemukakannya.
Jadi, ditinjau secara makro-sektoral struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya masih
dualistis. Sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk masih sektor
pertanian. Dalam kaitan ini berarti struktur tersebut masih agraris akan tetapi, penyumbang
utama pendapatan nasional adalah sektor industri pengolahan. Dalam kaitan ini berarti
struktur tersebut sudah industrial. Semua itu berarti bahwa secara makro-sektoral ekonomi
Indonesia baru bergeser dari struktur yang agraris ke struktur yang industrial.

4.2 Tinjauan Lain


Pergeseran struktur ekonomi secara makro-sektoral ini senada dengan pergeserannya
secara spasial. Ditilik dengan kacamata spasial, perekonomian telah bergeser dari semula
berstruktur kedesaan/tradisional menjadi kini berstruktur kekotaan/modern. Hal ini bukan
saja dapat dilihat, akan tetapi juga dapat dirasakan sehari-hari. Kemajuan perekonomian di
kota-kota jauh lebih pesat daripada di desa-desa. Porsi penduduk yang tinggal di kawasan
perdesaan menjadi lebih sedikit bukan semata-mata karena urbanisasi, tetapi juga karena
mekar dan berkembangnya kotakota. Kehidupan sehari-hari yang semakin modern
tercermin tidak saja dari perilaku konsumsi masyarakat, tapi juga dari teknologi produksi
yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan. Dilihat dengan kacamata politik, sejak awal
orde baru hingga pertengahan dasawarsa 1980-an perekonomiaan Indonesia berstruktur
etatis. Pemerintah atau negara, dengan BUMN- BUMN dan BUMD-BUMD sebagai
kepanjangan tangannya, merupakan pelaku utama ekonomi. Baru mulai pertengahan
dasawarsa kemarin peran pemerintah dalam perekonomian berangsur-angsur berkurang,
sesudah pemerintah secara eksplisit-melalui GBHN 1983/ Pelita IV-mengundang kalangan
swasta untuk berperan lebih besar dalam perekonomian nasional. Arahnya, untuk
sementara ini, adalah ke perenomian yang berstruktur borjuis, belum mengarah ke struktur
perekonomian yang egaliter, karena baru kalangan pemodal dan usahawanlah yang dapat
cepat menanggapi “undangan” pemerintah tersebut.

Berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusannya, beralasan untuk mengatakan


bahwa struktur perekonomian Indonesia selama era pembangunan jangka panjang tahap
pertama sentralistis. Pembuatan keputusan (decision making) lebih banyak ditetapkan oleh
pemerintah pusat atau kalangan atas pemerintahan. Pemerintah daerah atau kalangan
bawah pemerintahan, apalagi rakyat dan mereka yang tidak memiliki acces ke
pemerintahan, lebih cenderung menjadi pelaksana atau (dalam hal perencanaan) sekadar
sebagai “pendengar “. Mengapa struktur birokrasi pengambilan keputusan yang sentralistis
ini terpelihara rapi, alasannya adalah karena budaya atau kultur masyarakat Indonesia yang
paternalistik.

Struktur ekonomi yang etatis dan sentralistis, berkaitan erat. Argumentasi yang sering
dijadikan legilitimasinya adalah karena sebagai sebuah negara berkembang, kita baru
memulai proses panjang perjalanan pembangunan. Dalam kondisi seperti itu, diperlukan
peran sekaligus dukungan pemerintah sebagai agen pembangunan, sehingga
menjadikannya etatis, sekaligus dibutuhkan pemerintah pusat yang kuat, sehingga
menjadikannya sentralistis. Namun demikian patut dicatat, sejak awal era pembangunan
jangka panjang tahap kedua struktur ekonomi yang etatis dan sentralistis ini mulai berkurang
kadarnya. Keinginan untuk desentralisasi dan demokratisasi ekonomi kian besar akhir- akhir
ini.

Sementara itu, pembangunan ekonomi yang memang sengaja diarahkan ke industrialisasi


tentu saja mengurangi kadar agraritas struktur perekonomian. Ini memang tak perlu
disesalkan, karena perekonomian yang industrial sudah menjadi konsensus nasional. Hal
yang barangkali agak disayangkan ialah belum semua lapisan dan golongan masyarakat
kita siap menghadapinya.
Akibatnya, tatkala pemerintah mengajak masyarakat luas untuk bermitra dalam
pembangunan, hanya kaum pemodal dan pengusaha yang bisa berperan serta aktif.
Sebagian besar rakyat terpaksa harus puas menjadi “supporter”. Oleh karenanya tidaklah
mengherankan jika kini perekonomian kita, dilihat dengan kacamata politik, cenderung
berstruktur borjuis.

Struktur ekonomi yang tengah kita hadapi saat ini sesungguhnya merupakan suatu struktur
yang transisional. Kita sedang beralih dari struktur yang agraris ke industrial; dari struktur
yang etatis ke borjuis; dari struktur yang kedesaan/tradisional ke kotaan/modern; sementara
dalam hal birokrasi dan pengambilan keputusan mulai desentralistis.

PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI


Pembangunan ekonomi jangka panjang (PDB/PN) merubah struktur ekonomi dari pertanian
menuju industri (sektor non primer) terutama industri manufaktur dengan increasing return to
scale. Semakin cepat pertumbuhan ekonomi, semakin meningkat pendapatan perkapita,
semakin cepat perubahan struktur ekonomi.

Perubahan struktur ekonomi/transformasi struktural merupakan serangkaian perubahan


yang saling terkait satu dengan lainnya dalam agregate demand, perdagangan LN, dan
aggregate supply untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

Teori Perubahan Struktur Ekonomi:


1. Teori Arthur Lewis (Teori migrasi)
Teori ini membahas pembangunan di pedesaan (perekonomian tradisional dengan
pertanian sebagai sektor utama) dan perkotaaan (perekonomian modern dengan
industri sebagai sektor utama).
Di pedesaan tingkat pertumbuhan penduduk sangat tinggi, sehingga kelebihan
supply TK dan tingkat hidup yang subsistence, sehingga produk marjinalnya sama
dengan nol dengan upah yang rendah. Produk marjinal = 0 berarti fungsi produksi
sektor pertanian telah optimal. Jika jumlah TK > dari titik optimal, maka produktivitas
menurun dan upah menurun.

Dengan mengurangi jumlah TK yang terlalu banyak dibandingkan tanah dan kapital
tidak merubah jumlah outputnya. Sedangkan di perkotaan, sektor industri
kekurangan TK, sehingga produktivitas TK menjadi tinggi dan nilai produk
marjinalnya positif yang menunjukkan fungsi produksinya belum mencapai titik
optimal, sehingga upahnya juga tinggi. Perbedaan upah ini menyebabkan
migrasi/urbanisasi TK dari desa ke kota, sehingga upah TK meningkat dan akhirnya
pendapatan Negara meningkat.

Pendapatan yang meningkat meningkatkan permintaan makanan (output meningkat)


dan dalam jangka panjang perekonomian pedesaan tumbuh dan permintaan produk
industri dan jasa meningkat yang menjadi motor utama pertumbuhan output dan
diversifikasi produk non pertanian.

2. Teori Hollis Chenery (Teori transformasi struktural/pattern of development)


Teori ini memfokuskan pada perubahan struktur ekonomi di LDCs yang mengalami
transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai penggerak utama
pertumbuhan. Penelitian Chenery menunjukkan peningkatan pendapatan perkapita
merubah:
a. pola konsumsi dari makanan dan kebutuhan pokok ke produk manufaktur dan
jasa
b. Akumulasi capital secara fisik dan SDM
c. Perkembangan kota dan industri
d. Penurunan laju pertumbuhan penduduk
e. Ukuran keluarga yang kecil
f. Sektor ekonomi didominasi oleh sektor non primer terutama industri

Chenery menyatakan bahwa proses transformasi struktural dapat dipercepat jika pergeseran
pola permintaan domestik ke arah produk manufaktur dan diperkuat dengan ekspor.

Yi = Di + (Xi-Mi) + ij

Dimana: Yi = output bruto industri manufaktur


Di = permintaan domestik untuk konsumsi
X-M = perdagangan neto (ekspor-impor)
Yij = penggunaan produk oleh perusahaan menufaktur sebagai input

Kenaikan produksi sektor manufaktur merupakan kontribusi 4 faktor:


a. Kenaikan permintaan domestik
b. Peningkatan ekspor
c. Substitusi impor
d. Perubahan teknologi
Kelompok LDCs mengalami proses transisi ekonomi yang pesat dengan pola dan proses
yang berbeda-beda sebagai akibat dari perbedaan antar negara:
a. Kondisi dan struktur awal ekonomi DN (memiliki industri dasar atau tidak)
b. Besar pasar DN (tergantung pada pertumbuhan penduduk)
c. Pola distribusi pendapatan (merata atau tidak)22
d. Karakteristik industrialisasi (strategi pembangunan industri apakah ada
industri yang diunggulkan)
e. Keberadaan SDA (keberadaan kualitas dan kuantitas SDA)
f. Kebijakan perdagangan LN (kebijakan tertutup/ protektif industri DN atau
terbuka/promosi ekspor).

Faktor Penentu Pertumbuhan Dan Perubahan Struktur Ekonomi Serta Investasi Suatu
Negara.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan struktur ekonomi adalah:


1. Faktor Sumber Daya Manusia
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi
oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses
pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh
mana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi
yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.
2. Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam
melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja
tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung
oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam
yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah,
kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong
adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula
menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak
kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan
ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju
pertumbuhan perekonomian.
4. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi
yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong
proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya
yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja
cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses
pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
5. Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan
kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting
bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang
modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
6. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat
Sistem sosial dan sikap masyarakat terhadap perubahan akan sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Penduduk yang terdidik dan
modern bersikap sangat mendukung terlaksananya pembangunan karena memiliki
sifat lebih bersikap positif dalam pembangunan. Sebaliknya, masyarakat tradisional
dan tidak terdidik bersikap apatis (masa bodoh) terhadap pembangunan. Masyarakat
tradisional cenderung tidak menyukai perubahan-perubahan dan sukar
memanfaatkan teknologi sehingga menghambat pembangunan.
Perubahan Struktur Ekonomi
Perubahan struktur ekonomi, umum disebut transformasi struktural, dapat didefisinikan
sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling tekait satu dengan yang lainnya dalam
komposisi AD, perdagangan luar negeri (ekspor dan inpor), AS ( produksi dan
menggunakan faktor-faktor produksi yang diperlukan mendukung proses pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan) Perubahan struktur ekonomi yang demikian coraknya
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Sifat manusia dalam kegiatan konsumsi
Hukum Engels mengatakan bahwa makin tinggi pendapatan masyarakat, maka akan
makin sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan pertanian,
sedangkan proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli produksi barang-
barang industri menjadi bertambah besar.
2. Perubahan teknologi
Kemajuan teknologi akan mempertinggi produktivitas kegiatan-kegiatan ekonomi
yang akan memperluas pasar serta kegiatan perdagangan. Kemajuan teknologi juga
menyebabkan perubahan dalam struktur produksi nasional yang bersifat kemajuan
tersebut menciptakan barang-barang baru yang menambah pilihan barang-barang
yang dapat dikonsumsi masyarakat.
3. Faktor-faktor dari sisi permintaan agregat (AD)
Faktor yang paling dominan adalah perubahan permintaan domestik, sebagai akibat
dari kombinasi antara peningkatan pendapatan riil per kapita dan perubahan selera
masyarakat (konsumen). Perubahan permintaan bukan hanya pada peningkatan
jumlah (konsumsi), tapi juga perubahan komposisi barang-barang yang dikonsumsi.
4. Faktor-faktor dari sisi penawaran agregat (AS)
Faktor-faktor ini adalah pergeseran keunggulan komparatif. Chenery (1992) dalam
kaitan ini proses transformasi struktural akan mengemukakan bahawa terjadi
berjalan lambat bahkan adakalanya mengalami kemunduran. Artinya penurunan
kontribusi output industri manufaktur pada pembentukan PDB, jika keunggulan
komparatif tidak berjalan sesuai dengan arah pergeseran pola permintaan domestik
ke arah output industri manufaktur dan pola perubahan dalam komposisi ekspor.
Terjadi di Indonesia dan Venezuela dan negara penghasil mineral lainnya.
5. Intervensi pemerintah di dalam kegiatan ekonomi dalam negeri
Dari sisi AD, Kebijakan yang berpengaruh langsung misalnya pajak penjualan yang
menjadikan harga jual barang yang bersangkutan mengalami kenaikan harga
akibatnya akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut dan tergantung
pada elastisitas harga terhadap permintaan. Kebijakan tidak langsung misalnya
pengurangan pajak pendapatan. Secara teoritis, dengan asumsi bahwa faktor-faktor
berpengaruh lainnya tetap dapat meningkatkan permintaan masyarakat (konsumsi)
tidak berubah, terhadap produk-produk dari sektor-sektor tertentu, seperti
manufaktur dan jasa.
6. Sumber Internal (domestik) dan Sumber Eksternal (dunia)
Sumber internal meliputi faktor-faktor dari sisi AD dan sisi AS serta kebijakan
pemerintah seperti tersebut. Sumber eksternal adalah perubahan teknologi dan
struktur perdagangan global sebagai akibat peningkatan pendapatan dunia dan
peraturan-peraturan mengenai perdagangan internasional. Misalnya perubahan
struktur ekspor indonesia selama masa Orde Baru dari komoditas primer ke ekspor
manufaktur.

6. KESIMPULAN
Dilihat secara makro-sektoral [berdasarkan kontribusi sektor-sektor produksi (lapangan
usaha)
dalam membentuk produk domestik bruto] perekonomian Indonesia - yang hingga tahun
2012
sudah berstruktur industrial. Berdasarkan data laju pertumbuhan dan distribusi PDB Tahun
2008-
2012 menurut BPS telah menunjukkan bahwa sektor pertanian hanya menyumbang 14,44%
terhadap PDB sehingga Indonesia tidak bisa lagi dikatakan negara agraris. Hal penting yang
patut dicatat ialah bahwa penurunan peran sektor pertanian bukanlah cerminan kemunduran
absolut sektor itu. Sektor pertanian hanya menurun secara relatif.
Keindustrian struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya belum sejati, masih sangat dini.
Keindustriannya barulah berdasarkan kontribusi sektoral dalam membentuk produk
domestik
bruto atau pendapatan nasional. Keindustrian yang ada belum didukung dengan kontribusi
sektoral dalam menyerap tenaga atau angkatan kerja. Apabila kontribusi sektoral dalam
menyumbang pendapatan dan dalam menyerap pekerja ini dihadapkan atau
diperbandingkan,
maka struktur ekonomi Indonesia secara makro-sektoral ternyata masih dualistis. Mengapa?
Karena dari segi penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian hingga saat ini masih
merupakan
sektor utama sumber kehidupan rakyat.
Sampai dengan tahun 2012 bulan Februari, sebagian besar rakyat Indonesia (39,96 dari
penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja) masih menggantungkan hidupnya pada
sektor
pertanian. Sementara sektor industri pengolahan hanya menyerap 14,78% tenaga kerja.
Fakta ini
agaknya membenarkan kembali tesis Boeke, seorang ekonom Belanda, yang pernah
menyatakan
bahwa perekonomian Indonesia berstruktur dualistis. Hanya saja, dualisme yang
berlangsung
sekarang tidak sepenuhnya identik dengan dualisme yang dulu dikemukakannya.
Jadi, ditinjau secara makro-sektoral struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya masih
dualistis.
Sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk masih sektor pertanian. Dalam
kaitan
ini berarti struktur tersebut masih agraris akan tetapi, penyumbang utama pendapatan
nasional
adalah sektor industri pengolahan. Dalam kaitan ini berarti struktur tersebut sudah industrial.
Semua itu berarti bahwa secara makro-sektoral ekonomi Indonesia baru bergeser dari
struktur
yang agraris ke struktur yang industrial.

Anda mungkin juga menyukai