Salah satu tujuan dari kebijakan ekonomi makro diantaranya adalah tercapainya
pertumbuhan ekonomi. Perekonomian yang tumbuh akan mampu memberikan
kesejahteraan ekonomi yang lebih baik bagi penduduk negara yang bersangkutan. Istilah
pertumbuhan ekonomi harus dibedakan dengan istilah perkembangan ekonomi, karena
pertumbuhan ekonomi hanya menyangkut ukuran fisik yang berupa peningkatan produksi
barang dan jasa; sedangkan perkembangan ekonomi menyangkut tidak hanya pertambahan
dalam produksi fisik barang dan jasa, melainkan juga kualitas barang dan jasa maupun
kuantitas, faktor-faktor produksi yang terlibat dalam proses produksi barang dan jasa
tersebut.
Pertumbuhan ekonomi (economic growth) mengandung pengertian proses kenaikan output
perkapita dalam jangka panjang atau perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang terjadi dari
tahun ke tahun. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi adalah suatu keadaan dimana
terjadi kenaikan PDB suatu negara tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar
atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, namun berdampak pada kesejahteraan
penduduknya.
Perhatikan grafik berikut.
Dari grafik di atas dapat diuraikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang berlangsung dari
tahun 2000 sampai 2008 adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2000-2001 menurun yaitu dari 4,9 persen
menjadi 3,5 persen.
2. Pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2001-2002 meningkat yaitu dari 3,5 persen
menjadi 3,7 persen.
3. Pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2002-2003 meningkat yaitu dari 3,7 persen
menjadi 4,1 persen.
4. Pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2003-2004 meningkat yaitu dari 4,1 persen
menjadi 5,1 persen.
5. Pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2004-2005 meningkat yaitu dari 5,1 persen
menjadi 6,7 persen.
6. Pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2005-2006 menurun yaitu dari 5,7 persen
menjadi 5,48 persen.
7. Pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2006-2007 meningkat yaitu dari 5,48 persen
menjadi 6,3 persen.
8. Pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2007-2008 menurun yaitu dari 6,3 persen
menjadi 6,2 persen
Memperhatikan grafik di atas bahwa perekonomian yang tumbuh akan mampu memberikan
kesejahteraan ekonomi yang lebih baik bagi penduduk negara yang bersangkutan, yakni
berkurangnya penduduk yang miskin. Hal tersebut tergambarkan pada pertumbuhan
ekonomi tahun 2007-2008.
1. Friedrich List
Pertumbuhan ekonomi dapat diukur melalui usaha manusia dalam memenuhi
kebutuhan (berdasarkan kemajuan teknik produksi) dan jenis pekerjaan sebagai
mata pencaharian. Menurut Friedrich List, perkembangan ekonomi dibagi melalui
beberapa fase yaitu:
1. Masa berburu/mengembara
2. Masa beternak dan bertani
3. Masa bertani dan kerajinan
4. Masa kerajinan, industri, dan perdagangan
2. Bruno Hilderbrand
Menurut Bruno perkembangan ekonomi bukan didasarkan pada “cara produksi”
3. Karl Bucher
Menurut Karl Bucher pertumbuhan ekonomi masyarakat dilihat dari hubungannya antara
produsen dan konsumen dalam mendistribusikan hasil produksinya sampai ke tangan
konsumen.
Pertumbuhan ekonomi menurut Karl Bucher dapat dibedakan menjadi:
1. Rumah Tangga Tertutup
2. Rumah Tangga Kota
3. Rumah Tangga Bangsa
4. Rumah Tangga Dunia
5. Werner Sombart
B. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
1. Adam Smith
Dalam buku The Wealth of Nations, pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh
PDB dan pertumbuhan jumlah penduduk. PDB sendiri dipengaruhi oleh faktor
ketersediaan sumber daya alam, jumlah penduduk, dan persediaan barang-barang
modal. Proses pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith dibedakan menjadi dua
aspek utama pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output total dan
pertumbuhan penduduk.
2. David Ricardo
David Ricardo terkenal dengan teori "the law of diminishing return", sementara
Thomas Robert Malthus terkenal dengan teori "pertumbuhan penduduk". D.
Richardo berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi antara lain dipengaruhi oleh
SDA yang terbatas, jumlah penduduk yang selalu berkembang, proses kemajuan
teknologi, sektor pertanian yang dominan. Menurut Ricardo dan Malthus
pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi secara terus-menerus dalam jangka
panjang, tetapi akan mengalami stagnasi.
Ciri-ciri perekonomian menurut Ricardo adalah;
C. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik
1. Robert Sollow dan Trevor Swan
3. Joseph Schumpeter
Sumber daya alam juga merupakan faktor produksi yang penting di samping modal dan
tenaga kerja dalam menentukan berhasilnya pembangunan ekonomi suatu negara.
Seringkali dinyatakan bahwa suatu negara yang tidak memiliki sumber daya alam akan
lamban dalam mencapai kemajuan ekonomi yang lebih tinggi; tetapi kenyataannya tidaklah
demikian karena negara yang bersangkutan dapat mendatangkan barang sumber daya
alam dari negara lain. Oleh karena itu yang penting bagi suatu negara adalah kemauan
penduduknya yang kuat untuk melakukan pembangunan, modal, dan sumber daya alam
lebih merupakan hasil dan bukan sebab bagi berhasilnya pembangunan suatu
perekonomian.
Namun demikian tersedianya sumber daya alam yang cukup merupakan faktor pendorong
keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara kiranya tidak diragukan lagi asal negara
yang bersangkutan mampu memanfaatkannya semaksimal mungkin dengan mengingat
kendala-kendala yang ada. Tetapi kalau suatu negara tidak memiliki sumber daya alam
sama sekali dan tidak mampu mengimpor dari negara lain, maka jelas negara yang
bersangkutan akan tidak dapat berbuat apa-apa.
4) Luas pasar
Spesialisasi dalam produksi dibatasi oleh luas pasar, dan keterbatasan luas pasar akan
memengaruhi atau membatasi pertumbuhan ekonomi suatu negara.
5) Sikap masyarakat
Di samping faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara,
sikap masyarakat juga mempunyai peranan yang penting sekali. Memang sikap masyarakat
ini seringkali dilupakan atau dianggap enteng, tetapi tidak jarang pula sikap masyarakat
yang kurang dipertimbangkan akan dapat menimbulkan suatu hambatan utama dalam
pencapaian sasaran pembangunan. Sikap masyarakat ini di antaranya adalah keamanan
politik, adat-istiadat agama, sistem pemerintahan dan sebagainya. Sistem sosial dan sikap
masyarakat memegang peranan yang penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi,
maksudnya masyarakat yang berpikiran modern bersifat lebih terbuka terhadap perubahan
akibat pembangunan ekonomi.
Ahli-ahli ekonomi telah banyak membuat analisis untuk mengetahui faktor-faktor yang
menjadi penghambat pentingnya kepada usaha mempercepat pembangunan di negara
negara tersebut. Kegiatan pertanian yang tradisional, kekurangan modal dan tenaga ahli,
perkembangan penduduk yang pesat merupakan beberapa faktor penting yang
menghalangi berbagai negara untuk berkembang lebih cepat.
Bentuk bentuk masalah tersebut diantaranya adalah:
1. Pertanian Tradisional
2. Kekurangan Dana Modal dan Modal Fiskal
3. Peranan Tenaga Terampil dan Berpendidikan
4. Perkembangan Penduduk Pesat
5. Masalah Institusi, Sosial, Kebudayaan, dan Politik
Walau begitu masih banyak negara yang belum mampu mengembangkan ekonominya.
Kestabilan ekonomi dan politik merupakan syarat penting yang perlu dipenuhi untuk
mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Upaya dalam mempercepat kegiatan ekonomi untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi:
STRUKTUR PEREKONOMIAN
Struktur Ekonomi Indonesia adalah besar share lapangan usaha terhadap total PDRB baik
atas dasar harga yang berlaku maupun harga konstan. Dengan mengetahui struktur
perekonomian, maka kita dapat menilai konsentrasi lapangan usaha yang sangat dominan
pada suatu daerah. Biasanya terdapat hubungan antara lapangan usaha dan penduduk
suatu daerah. Menurut Teori Lewis, perekonomian suatu daerah harus mengalami
transformasi struktural dari tradisional ke industri, yang ditunjukkan dengan semakin
besarnya kontribusi sektor non pertanian dari waktu ke waktu terhadap total PDRB.
Dalam kaitannya dengan transformasi struktural, beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian adalah:
1. Kenaikan riil share pada sektor primer dapat saja dipahami apabila diikuti dengan
peningkatan produktvitas yang ikut membawa dampak positif pada upah rata-rata,
khususnya di sektor pertanian.
2. Perlu diupayakan peningkatan nilai tambah pada sektor sekunder, yakni industri
pengolahan, khususnya industri skala kecil dan menengah yang dibangun dengan
basis pertanian. Hal ini mengandung arti bahwa industri yang hendak dikembangkan
harus dapat mendorong dan menyerap hasil dari sektor pertanian.
3. Berkenaan dengan sektor tersier, hendaknya pengembangan sektor perdagangan
harus terus dikembangkan dalam rangka memperluas pasar pada sektor primer dan
sekunder, termasuk perdagangan yang bersifat ekspor (keluar daerah dan ke luar
negeri).
Sementara perkembangan sektor hotel, restoran harus dipadukan dengan pembangunan
pariwisata guna menumbuhkan sektor tersebut dan industri pendukung wisata lainnya,
seperti: transportasi, komunikasi, souvenier dan jasa hiburan. Di samping itu,
pengembangan sub sektor tersier yang produktif harus terus ditingkatkan, misalnya melalui
pembangunan pariwisata yang lebih intensif, transformasi dan revitalisasi sektor informal
menjadi sektor formal yang lebih menekankan skill dan pengetahuan.
Struktur ekonomi sebuah negara dapat dilihat dari berbagai sudut tinjauan. Dalam hal ini,
struktur ekonomi dapat dilihat setidak-tidaknya berdasarkan empat macam sudut tinjauan
yaitu:
1. Tinjauan makro-sektoral
2. Tinjauan keruangan
3. Tinjauan penyelenggara kenegaraan
4. Tinjauan birokrasi pengambilan keputusan
Dua yang disebut pertama merupakan tinjauan ekonomi murni, sedangkan dua yang disebut
kemudian merupakan tinjauan politik. Berdasarkan tinjauan makro-sektoral sebuah
perekonomian dapat berstruktur, misalnya agraris (agricultural), industrial (industrial), atau
niaga (commercial); tergantung pada sektor produksi apa/mana yang menjadi tulang
punggung perekonomian yang besangkutan. Berdasarkan tinjauan keruangan (spasial),
suatu perekonomian dapat dinyatakan berstruktur kedesaan/tradisional danberstruktur
kekotaan/modern. Hal itu bergantung pada apakah wilayah perdesaan dengan teknologinya
yang tradisional yang mewarnai kehidupan perekonomian itu, ataukah wilayah perkotaan
dengan teknologinya yang sudah relatif modern yang mewarnainya.
Keindustrian struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya belum sejati, masih sangat dini.
Keindustriannya barulah berdasarkan kontribusi sektoral dalam membentuk produk
domestik bruto atau pendapatan nasional. Keindustrian yang ada belum didukung dengan
kontribusi sektoral dalam menyerap tenaga atau angkatan kerja. Apabila kontribusi sektoral
dalam menyumbang pendapatan dan dalam menyerap pekerja ini dihadapkan atau
diperbandingkan, maka struktur ekonomi Indonesia secara makro-sektoral ternyata masih
dualistis. Mengapa? Karena dari segi penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian hingga saat
ini masih merupakan sektor utama sumber kehidupan rakyat.
Sampai dengan tahun 2012 bulan Februari, sebagian besar rakyat Indonesia (39,96 dari
penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja) masih menggantungkan hidupnya pada
sektor pertanian (lihat Tabel 1.2). Sementara sektor industri pengolahan hanya menyerap
14,78%tenaga kerja. Fakta ini agaknya membenarkan kembali tesis Boeke, seorang
ekonom Belanda, yang pernah menyatakan bahwa perekonomian Indonesia berstruktur
dualistis. Hanya saja, dualisme yang berlangsung sekarang tidak sepenuhnya identik
dengan dualisme yang dulu dikemukakannya.
Jadi, ditinjau secara makro-sektoral struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya masih
dualistis. Sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk masih sektor
pertanian. Dalam kaitan ini berarti struktur tersebut masih agraris akan tetapi, penyumbang
utama pendapatan nasional adalah sektor industri pengolahan. Dalam kaitan ini berarti
struktur tersebut sudah industrial. Semua itu berarti bahwa secara makro-sektoral ekonomi
Indonesia baru bergeser dari struktur yang agraris ke struktur yang industrial.
Struktur ekonomi yang etatis dan sentralistis, berkaitan erat. Argumentasi yang sering
dijadikan legilitimasinya adalah karena sebagai sebuah negara berkembang, kita baru
memulai proses panjang perjalanan pembangunan. Dalam kondisi seperti itu, diperlukan
peran sekaligus dukungan pemerintah sebagai agen pembangunan, sehingga
menjadikannya etatis, sekaligus dibutuhkan pemerintah pusat yang kuat, sehingga
menjadikannya sentralistis. Namun demikian patut dicatat, sejak awal era pembangunan
jangka panjang tahap kedua struktur ekonomi yang etatis dan sentralistis ini mulai berkurang
kadarnya. Keinginan untuk desentralisasi dan demokratisasi ekonomi kian besar akhir- akhir
ini.
Struktur ekonomi yang tengah kita hadapi saat ini sesungguhnya merupakan suatu struktur
yang transisional. Kita sedang beralih dari struktur yang agraris ke industrial; dari struktur
yang etatis ke borjuis; dari struktur yang kedesaan/tradisional ke kotaan/modern; sementara
dalam hal birokrasi dan pengambilan keputusan mulai desentralistis.
Dengan mengurangi jumlah TK yang terlalu banyak dibandingkan tanah dan kapital
tidak merubah jumlah outputnya. Sedangkan di perkotaan, sektor industri
kekurangan TK, sehingga produktivitas TK menjadi tinggi dan nilai produk
marjinalnya positif yang menunjukkan fungsi produksinya belum mencapai titik
optimal, sehingga upahnya juga tinggi. Perbedaan upah ini menyebabkan
migrasi/urbanisasi TK dari desa ke kota, sehingga upah TK meningkat dan akhirnya
pendapatan Negara meningkat.
Chenery menyatakan bahwa proses transformasi struktural dapat dipercepat jika pergeseran
pola permintaan domestik ke arah produk manufaktur dan diperkuat dengan ekspor.
Yi = Di + (Xi-Mi) + ij
Faktor Penentu Pertumbuhan Dan Perubahan Struktur Ekonomi Serta Investasi Suatu
Negara.
6. KESIMPULAN
Dilihat secara makro-sektoral [berdasarkan kontribusi sektor-sektor produksi (lapangan
usaha)
dalam membentuk produk domestik bruto] perekonomian Indonesia - yang hingga tahun
2012
sudah berstruktur industrial. Berdasarkan data laju pertumbuhan dan distribusi PDB Tahun
2008-
2012 menurut BPS telah menunjukkan bahwa sektor pertanian hanya menyumbang 14,44%
terhadap PDB sehingga Indonesia tidak bisa lagi dikatakan negara agraris. Hal penting yang
patut dicatat ialah bahwa penurunan peran sektor pertanian bukanlah cerminan kemunduran
absolut sektor itu. Sektor pertanian hanya menurun secara relatif.
Keindustrian struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya belum sejati, masih sangat dini.
Keindustriannya barulah berdasarkan kontribusi sektoral dalam membentuk produk
domestik
bruto atau pendapatan nasional. Keindustrian yang ada belum didukung dengan kontribusi
sektoral dalam menyerap tenaga atau angkatan kerja. Apabila kontribusi sektoral dalam
menyumbang pendapatan dan dalam menyerap pekerja ini dihadapkan atau
diperbandingkan,
maka struktur ekonomi Indonesia secara makro-sektoral ternyata masih dualistis. Mengapa?
Karena dari segi penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian hingga saat ini masih
merupakan
sektor utama sumber kehidupan rakyat.
Sampai dengan tahun 2012 bulan Februari, sebagian besar rakyat Indonesia (39,96 dari
penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja) masih menggantungkan hidupnya pada
sektor
pertanian. Sementara sektor industri pengolahan hanya menyerap 14,78% tenaga kerja.
Fakta ini
agaknya membenarkan kembali tesis Boeke, seorang ekonom Belanda, yang pernah
menyatakan
bahwa perekonomian Indonesia berstruktur dualistis. Hanya saja, dualisme yang
berlangsung
sekarang tidak sepenuhnya identik dengan dualisme yang dulu dikemukakannya.
Jadi, ditinjau secara makro-sektoral struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya masih
dualistis.
Sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk masih sektor pertanian. Dalam
kaitan
ini berarti struktur tersebut masih agraris akan tetapi, penyumbang utama pendapatan
nasional
adalah sektor industri pengolahan. Dalam kaitan ini berarti struktur tersebut sudah industrial.
Semua itu berarti bahwa secara makro-sektoral ekonomi Indonesia baru bergeser dari
struktur
yang agraris ke struktur yang industrial.