Anda di halaman 1dari 15

https://id.wikipedia.org/wiki/Pertumbuhan_ekonomi.

Diakses 12 Nopember 2015

Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara
berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi
dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan
dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi.

Cara Mengukur Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan cara membandingkan, misalnya untuk ukuran
nasional, Gross National Product (GNP), tahun yang sedang berjalan dengan tahun sebelumnya.

Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori dibangun berdasarkan pengalaman empiris, sehingga teori dapat dijadikan sebagai dasar untuk
memprediksi dan membuat suatu kebijakan. Terdapat beberapa teori yang mengungkapkan tentang
konsep pertumbuhan ekonomi, secara umum teori tersebut sebagai berikut:

Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis

Teori ini dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut:

1. Werner Sombart (1863-1947)


Menurut Werner Sombart pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi tiga tingkatan:
a. Masa perekonomian tertutup
Pada masa ini, semua kegiatan manusia hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri. Individu atau masyarakat bertindak sebagai produsen sekaligus konsumen sehingga
tidak terjadi pertukaran barang atau jasa. Masa pererokoniam ini memiliki ciri-ciri:
1) Kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan sendiri
2) Setiap individu sebagai produsen sekaligus sebagai konsumen
3) Belum ada pertukaran barang dan jasa
b. Masa kerajinan dan pertukangan
Pada masa ini, kebutuhan manusia semakin meningkat, baik secara kuantitatif maupun secara
kualitatif akibat perkembangan peradaban. Peningkatan kebutuhan tersebut tidak dapat
dipenuhi sendiri sehingga diperlukan pembagian kerja yang sesuai dengan keahlian masing-
masing. Pembagian kerja ini menimbulkan pertukaran barang dan jasa. Pertukaran barang dan
jasa pada masa ini belum didasari oleh tujuan untuk mencari keuntungan, namun semata-mata
untuk saling memenuhi kebutuhan. Masa kerajinan dan pertukangan memiliki beberapa ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Meningkatnya kebutuhan manusia
2) Adanya pembagian tugas sesuai dengan keahlian
3) Timbulnya pertukaran barang dan jasa
4) Pertukaran belum didasari profit motive
c. Masa kapitalis
Pada masa ini muncul kaum pemilik modal (kapitalis). Dalam menjalankan usahanya kaum
kapitalis memerlukan para pekerja (kaum buruh). Produksi yang dilakukan oleh kaum kapitalis
tidak lagi hanya sekedar memenuhi kebutuhanya, tetapi sudah bertujuan mencari laba. Werner
Sombart membagi masa kapitalis menjadi empat masa sebagai berikut:
1) Tingkat prakapitalis
Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
a) Kehidupan masyarakat masih statis
b) Bersifat kekeluargaan
c) Bertumpu pada sektor pertanian
d) Bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri
e) Hidup secara berkelompok
2) Tingkat kapitalis
Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
a) Kehidupan masyarakat sudah dinamis
b) Bersifat individual
c) Adanya pembagian pekerjaan
d) Terjadi pertukaran untuk mencari keuntungan
3) Tingkat kapitalisme raya
Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
a) Usahanya semata-mata mencari keuntungan
b) Munculnya kaum kapitalis yang memiliki alat produksi
c) Produksi dilakukan secara masal dengan alat modern
d) Perdagangan mengarah kepada ke persaingan monopoli
e) Dalam masyarakat terdapat dua kelompok yaitu majikan dan buruh
4) Tingkat kapitalisme akhir
Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu :
a) Munculnya aliran sosialisme
b) Adanya campur tangan pemerintah dalam ekonomi
c) Mengutamakan kepentingan bersama

2. Friedrich List (1789-1846)


Menurut Friendrich List, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi empat tahap
sebagai berikut:
a. Masa berburu dan pengembaraan
b. Masa beternak dan bertani
c. Masa bertani dan kerajinan
d. Masa kerajinan, industri, perdagangan
3. Karl Butcher (1847-1930)
Menurut Karl Bucher, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibedakan menjadi empat
tingkatan sebagai berikut:
a. Masa rumah tangga tertutup
b. Rumah tangga kota
c. Rumah tangga bangsa
d. Rumah tangga dunia

4. Walt Whiteman Rostow (1916-1979)


W.W.Rostow mengungkapkan teori pertumbuhan ekonomi dalam bukunya yang bejudul The Stages
of Economic Growth menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian dibagi menjadi 5 (lima)
sebagai berikut:
a. Masyarakat Tradisional (The Traditional Society)
1) Merupakan masyarakat yang mempunyai struktur pekembangan dalam fungsi-fungsi
produksi yang terbatas.
2) Belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi modern
3) Terdapat suatu batas tingkat output per kapita yang dapat dicapai
b. Masyarakat pra kondisi untuk periode lepas landas (the preconditions for take off)
1) Merupakan tingkat pertumbuhan ekonomi dimana masyarakat sedang berada dalam proses
transisi.
2) Sudah mulai penerapan ilmu pengetahuan modern ke dalam fungsi-fungsi produksi baru,
baik di bidang pertanian maupun di bidang industri.
c. Periode Lepas Landas (The take off)
1) Merupakan interval waktu yang diperlukan untuk emndobrak penghalang-penghaang pada
pertumbuhan yang berkelanjutan.
2) Kekuatan-kekuatan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi diperluas
3) Tingkat investasi yang efektif dan tingkat produksi dapat meningkat
4) Investasi efektif serta tabungan yang bersifat produktif meningkat atau lebih dari jumlah
pendapatan nasional.
5) Industri-industri baru berkembang dengan cepat dan industri yang sudah ada mengalami
ekspansi dengan cepat.
d. Gerak Menuju Kedewasaan (Maturity)
1) Merupakan perkembangan terus menerus daimana perekonoian tumbuh secaa teratur serta
lapangan usaha bertambah luas dengan penerapan teknologi modern.
2) Investasi efektif serta tabungan meningkat dari 10 % hingga 20 % dari pendapatan nasional
dan investasi ini berlangsung secara cepat.
3) Output dapat melampaui pertamabahn jumlah penduduk
4) Barang-barang yang dulunya diimpor, kini sudah dapat dihasilkan sendiri.
5) Tingkat perekonomian menunjukkkan kapasitas bergerak melampau kekuatan industri pad
masa take off dengan penerapan teknologi modern
e. Tingkat Konsumsi Tinggi (high mass consumption)
1) Sektor-sektor industri emrupakan sektor yang memimpin (leading sector) bergerak ke arah
produksi barang-barang konsumsi tahan lama dan jasa-jasa.
2) Pendapatn riil per kapita selalu meningkat sehingga sebagian besar masyarakat mencapai
tingkat konsumsi yang melampaui kebutuhan bahan pangan dasar, sandang, dan pangan.
3) Kesempatan kerja penuh sehingga pendapata nasional tinggi.
4) Pendapatan nasional yang tinggi dapat memenuhi tingkat konsumsi tinggi

Teori Klasik dan Neo Klasik

1. Teori Klasik
a. Adam Smith
Teori Adam Smith beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi sebenarnya bertumpu pada
adanya pertambahan penduduk. Dengan adanya pertambahan penduduk maka akan terdapat
pertambahan output atau hasil. Teori Adam Smith ini tertuang dalam bukunya yang berjudul An
Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations.
b. David Ricardo
Ricardo berpendapat bahwa faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar sampai menjadi
dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Kelebihan
tenaga kerja akan mengakibatkan upah menjadi turun. Upah tersebut hanya dapat digunakan
untuk membiayai taraf hidup minimum sehingga perekonomian akan mengalami kemandegan
(statonary state). Teori David Ricardo ini dituangkan dalam bukunya yang berjudul The Principles
of Political and Taxation.
2. Teori Neoklasik
a. Robert Solow
Robert Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang
bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan hasil atau output.
Adapun pertumbuhan penduduk dapat berdampak positif dan dapat berdampak negatif. Oleh
karenanya, menurut Robert Solow pertambahan penduduk harus dimanfaatkan sebagai sumber
daya yang positif. Dalam memproduksi output, faktor modal dan tenaga kerja bisa
dikombinasikan dalam berbagai model kombinasi. Sehingga, bisa dituliskan dalam rumus
sebagai berikut:
Q = ƒ (C.L)
Keterangan:
Q = Jumlah output yang dihasilkan
f = Fungsi
C = Capital (modal sebagai input)
L = Labour (tenaga kerja, sebagai input)
Rumus di atas menyatakan bahwa output (Q) merupakan fungsi dari modal (C) dan tenaga kerja
(L). Ini berarti tinggi rendahnya output tergantung pada cara mengkombinasikan modal dan
tenaga kerja.
(yang berikut penjelasan yang labiah panjangnyo Tarie…) tasarah tarie nio masuakkan yang ma.
Sumber: http://www.kompasiana.com/dzulfiansyafrian/model-pertumbuhan-ekonomi-harrod-
domar-dan-solow-sebuah-perbandingan-dan-studi-empiris_5500d6b0a3331130725122a6

Model Solow sebagai salah satu model pertumbuhan ekonomi memberikan analisis statis
bagaimana keterkaitan antara akumulasi modal, pertumbuhan populasi penduduk, dan
perkembangan teknologi serta pengaruh ketiganya terhadap tingkat produksi output. Model ini
memberikan jawaban atas pertanyaan mengapa perekonomian di suatu negara bisa tumbuh
lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi di negara lain.

Sebelum menganalisis lebih dalam, kita perlu mengetahui asumsi-asumsi yang digunakan dalam
model Solow. Selanjutnya, asumsi-asumsi tersebut akan kita lepas satu per satu untuk melihat
bagaimana dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara.
1. Akumulasi Modal
Asumsi pertama model Solow adalah dengan menganggap tidak ada perubahan pada
angkatan kerja dan teknologi ketika terjadi proses akumulasi modal dalam perekonomian di
suatu negara. Proses akumulasi modal ini nantinya hanya ditentukan oleh penawaran dan
permintaan terhadap barang
a. Penawaran terhadap Barang dan Fungsi Produksi
Dalam model Solow, output bergantung pada persediaan modal dan jumlah tenaga
kerja. Hal ini dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
Y = ƒ (K, L)
zY = ƒ (zK, zL)
Untuk memudahkan analisis, kita nyatakan seluruh variabel dalam perekonomian per
tenaga kerja atau dengan mengganti nilai z dengan 1/L. Dengan demikian, diperoleh :
Y/L = (K/L, 1)
Y = ƒ(k)
Persamaan di atas menunjukkan jumlah output per tenaga kerja adalah fungsi dari
jumlah modal per tenaga kerja.
Untuk setiap modal ‘k’, fungsi di atas menunjukkan berapa banyak output yang
diproduksi dalam perekonomian. Dari fungsi produksi di atas, jika kita derivasikan satu
kali, akan diperoleh marginal product of capital (MPK) yang didefinisikan sebagai
seberapa banyak output tambahan yang dihasilkan oleh seorang pekerja ketika
mendapatkan satu unit modal tambahan. Secara matematis :
MPK = ƒ(k+1) – ƒ(k)
Dari persamaan ini ketika nilai ‘k’ rendah, rata-rata pekerja hanya memiliki sedikit modal
untuk bekerja, sehingga satu unit modal tambahan akan begitu berguna dan dapat
memproduksi output tambahan lebih banyak. Ketika nilai ‘k’ tinggi, rata-rata pekerja
memiliki banyak modal, sehingga satu unit tambahan modal hanya akan sedikit
menghasilkan output tambahan.
b. Permintaan terhadap Barang dan Fungsi Konsumsi
Peranan permintaan terhadap barang dalam model Solow berasal dari konsumsi dan
investasi. Dengan kata lain, output per pekerja merupakan jumlah dari konsumsi per
pekerja dan investasi per pekerja.
y=c+i
Dalam model Solow, diasumsikan setiap tahun seseorang akan menabung sebagian dari
pendapatan mereka sebesar ‘s’ dengan nilai given dan mengkonsumsi sebesar (1-s) dari
pendapatan mereka. Dengan demikian, kita bisa menyatakan gagasan ini dalam bentuk
fungsi konsumsi sederhana, yaitu :
c = (1-s) y
Y = (1-s) y + i
Untuk melihat pengaruh fungsi konsumsi ini terhadap investasi, kita substitusikan
persamaan di atas ke dalam identitas perhitungan pendapatan nasional, sehingga
diperoleh lah bahwa tingkat investasi sama dengan tabungan. Jadi secara tidak
langsung, tingkat tabungan ‘s’ menunjukan seberapa besar bagian output yang
dialokasikan untuk investasi.
y = (1-s) y + i
i = sy
c. Investasi dan Depresiasi
Seiring dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi, persediaan modal akan mengalami
perubahan. Perubahan ini dapat bersumber dari dua hal : investasi dan depresiasi.
Investasi berupa perluasan usaha dan penambahan modal, sedangkan depresiasi
mengacu pada penggunaan modal sehingga persediaan modal berkurang.
i = s.ƒ(k)
Persamaan di atas mengaitkan persediaan modal ‘k’ yang dimiliki dengan akumulasi
modal ‘i’ baru. Untuk memasukkan depresiasi ke dalam model, kita asumsikan bahwa
sebagian dari persediaan modal menyusut setiap tahun sebesar δ (tingkat depresiasi).
Dengan demikian, kita bisa menyatakan dampak investasi dan depresiasi terhadap
persediaan modal ke dalam bentuk persamaan :
∆k = s.ƒ(k) – δk
∆k = i – δk
Dimana ∆k menunjukkan perubahan persediaan modal antara satu tahun tertentu ke
tahun berikutnya. Dari persamaan di atas, kita mengetahui bahwa semakin tinggi
persediaan modal, maka semakin besar jumlah output dan investasi. Namun, semakin
tinggi persediaan modal, maka semakin besar pula jumlah depresiasinya. Ketika
perekonomian berada di dalam kondisi tertentu, yakni pada saat jumlah investasi sama
dengan jumlah depresiasi, persediaan modal dalam perekonomian dinyatakan dalam k*
(saat ∆k = 0).
Kondisi ini disebut steady state level of capital, dimana persediaan modal ‘k’ dan output
‘f(k)’ berada dalam kondisi mapan sepanjang waktu (tidak akan bertumbuh ataupun
menyusut). Kita juga dapat mengetahui berapa tingkat modal per pekerja pada kondisi
steady state dengan menggunakan persamaan di atas. Kondisi steady state ini, dengan
kata lain, menunjukkan ekuilibrium perekonomian di jangka panjang.
d. Pengaruh Tabungan Terhadap Pertumbuhan
Model Solow menunjukkan bahwa tingkat tabungan adalah determinan penting dari
persediaan modal pada kondisi steady-state. Dengan kata lain, jika tingkat tabungan
tinggi, maka perekonomian akan mempunyai persediaan modal yang besar dan tingkat
ouput yang tinggi, serta sebaliknya. Dasar dari model Solow inilah yang kemudian
banyak dikaitkan dengan kebijakan fiskal. Defisit anggaran yang terjadi terus-menerus
dapat mengurangi tabungan nasional dan menyusutkan kemampuan berinvestasi.
Konsekuensi dalam jangka panjang, yakni rendahnya persediaan modal dan pendapatan
nasional.
Dalam kaitannya dengan tingkat pertumbuhan, menurut Solow, tingkat tabungan yang
lebih tinggi hanya akan meningkatkan pertumbuhan untuk sementara sampai
perekonomian mencapai kondisi steady-state baru yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Jika perekonomian mempertahankan tingkat tabungan yang tinggi, maka hal itu hanya
akan mempertahankan persediaan modal yang besar dan tingkat output yang tinggi
tanpa mempertahankan tingkat pertumbuhan yang tinggi.
e. Tingkat Modal Golden-Rule
Ketika pembuat kebijakan menentukan kondisi steady-state yang ingin dicapai dalam
perekonomian, maka hal itu haruslah ditujukan untuk memaksimalkan kesejahteraan
individu yang membentuk masyarakat. Individu tidak akan mempermasalahkan jumlah
modal dalam perekonomian atau jumlah output yang dihasilkan. Individu hanya akan
peduli pada jumlah barang dan jasa yang dapat mereka konsumsi. Dengan kata lain,
pembuat kebijakan harus memilih kondisi steady-state dengan tingkat konsumsi
tertinggi. Nilai kondisi steady-state yang memaksimalkan tingkat konsumsi ini disebut
tingkat modal kaidah emas atau golden rule level of capital dan dinyatakan dengan
‘k*emas’.
2. Pertumbuhan populasi
Model solow menunjukkan bahwa akumulasi modal tidak bisa menjelaskan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan. Tingkat tabungan yang tinggi menyebabkan pertumbuhan
yang tinggi hanya secara temporer, tetapi pada akhirnya perekonomian akan mendekati
kondisi steady-state dimana jumlah modal dan tingkat output konstan. Agar model Solow
bisa menjelaskan bagaimana pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dapat terjadi, maka
diperlukan perluasan asumsi – yakni adanya pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi.
Model solow menunjukkan bahwa akumulasi modal tidak bisa menjelaskan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan. Tingkat tabungan yang tinggi menyebabkan pertumbuhan
yang tinggi hanya secara temporer, tetapi pada akhirnya perekonomian akan mendekati
kondisi steady-state dimana jumlah modal dan tingkat output konstan. Agar model Solow
bisa menjelaskan bagaimana pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dapat terjadi, maka
diperlukan perluasan asumsi – yakni adanya pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi.

Pertumbuhan Populasi dalam kondisi Steady-State


∆k = sƒ(k) – (δ + n) k
Pertumbuhan populasi, secara bersama-sama dengan investasi dan depresiasi, akan
mempengaruhi akumulasi modal per pekerja. Pertumbuhan jumlah pekerja akan
menyebabkan modal per pekerja turun. Karena jumlah pekerja terus bertambah sepanjang
waktu maka :
∆k = i – (δ + n) k
Simbol (δ + n) k menunjukkan investasi impas atau break-even investment. Jumlah investasi
yang dibutuhkan untuk menjaga persediaan modal per pekerja tetap konstan. break-even
investment mencakup depresiasi modal (yakni δk) dan juga mencakup jumlah investasi yang
dibutuhkan untuk menyediakan modal bagi para pekerja baru (nk). Dengan demikian,
persamaan di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi mengurangi akumulasi
modal per pekerja lebih banyak dari depresiasi.
Perekonomian akan berada dalam kondisi steady-state jika modal per pekerja (k) tidak
berubah. Dalam kondisi steady-state, dampak positif investasi terhadap persediaan modal
per pekerja akan menyeimbangkan dampak negatif depresiasi dan pertambahan populasi.
Yaitu pada k* , ∆k =0 , dan i* = δk* + nk*. Begitu perekonomian berada dalam kondisi
steady-state, maka investasi akan memiliki dua tujuan, yakni mengganti modal yang
terdepresiasi (δk*) dan memberi modal bagi pekerja baru (nk*).

Dampak Pertumbuhan Populasi


Pertumbuhan populasi dalam menjelaskan model Solow dalam tiga cara. Pertama,
pertumbuhan populasi membantu menjelaskan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Dalam kondisi steady-state dengan pertumbuhan populasi, modal per pekerja dan output
per pekerja adalah konstan. Namun, karena jumlah pekerja bertambah pada tingkat ‘n’ ,
modal total dan output total harus bertambah pada tingkat ‘n’. Kedua, pertumbuhan
populasi menjelaskan mengapa sebagian neagra kaya dan sebagian lainnya miskin. Kenaikan
tingkat populasi akan mengurangi tingkat modal per pekerja pada kondisi steady-state (k*
lebih rendah). Nilai k* yang lebih rendah menyebabkan y* (tingkat output) lebih rendah.
Jadi, model Solow memprediksi bahwa negara-negara dengan pertumbuhan populasi yang
lebih tinggi akan memiliki GDP per kapita yang lebih rendah. Ketiga, pertumbuah populasi
mempengaruhi kriteria kita untuk menentukan tingkat modal yang memenuhi Golden Rule
(memaksimalkan konsumsi).
Yakni, model Solow di atas belum bisa menjelaskan pertumbuhan yang terus-menerus
dalam hal standar kehidupan yang dialami oleh sebagian negara. Negara yang lebih banyak
menabung dan menginvestasikan sebagian besar output lebih kaya daripada negara yang
lebih sedikit menabung dan berinvestasi. Negara yang tingkat pertumbuhan populasinya
yang lebih tinggi lebih miskin daripada negara yang tingkat pertumbuhan populasinya lebih
rendah. Dengan model Solow yang kita miliki, ketika perekonomian berada dalam kondisi
steady-state, output pekerja berhenti bertambah. Dengan demikian, untuk menjelaskan
pertumbuhan tersebut kita perlu memasukkan kemajuan teknologi ke dalam model.
3. PerkembanganTeknolog
Efisiensi Tenaga Kerja
Untuk memasukkan kemajuan teknologi, kita harus kembali ke fungsi produksi yang
mengaitkan modal total K dan tenaga kerja total L dengan output total Y.
Y = F(K,L)
Y = F(K,L x E)
E’ adalah efisiensi tenaga kerja yang mencerminkan kemajuan teknologi. Ketika teknologi
mengalami kemajuan, maka efisiensi tenaga kerja meningkat. ‘L x E’ mengukur jumlah para
pekerja efektif dengan menghitung jumlah pekerja L dan efisiensi masing-masing pekerja E.
Fungsi produksi yang baru ini menyatakan bahwa output total Y bergantung pada jumlah
unit modal K dan jumlah pekerja efektif, yakni ‘L x E’.

Asumsi yang paling sederhana tentang kemajuan teknologi adalah bahwa kemajuan
teknologi menyebabkan efisiensi tenaga kerja E tumbuh pada tingkat konstan ‘g’, dimana ‘g’
adalah tingkat kemajuan teknologi yang mengoptimalkan tenaga kerja (labor-augmenting
technological progress). Karena angkatan kerja L tumbuh pada tingkat n dan efisiensi dari
setiap unit tenaga kerja E tumbuh pada tingkat g, maka jumlah pekerja efektif L x E tumbuh
pada tingkat n + g.

Dampak Kemajuan Teknologi


Ada empat variabel kunci dalam kondisi steady-state dengan kemajuan teknologi, yakni :
modal per pekerja efektif, output per pekerja efektif, ouput per pekerja, dan output total.
Modal per pekerja efektif k adalah konstan dalam kondisi steady-state. Karena y = f(k) ,
maka ouput per pekerja efektif juga konstan. Variabel inilah yang menunjukkan kuantitas
per pekerja efektif yang stabil pada kondisi steady-state.
Dengan adanya kemajuan teknologi, model Solow akhirnya bisa menjelaskan kenaikan yang
berkelanjutan dalam standar kehidupan yang dialami oleh berbagai negara. Yaitu, model
Solow telah menunjukkan bahwa kemajuan teknologi bisa mengarah ke pertumbuhan yang
berkelanjutan dalam output per pekerja. Tingkat tabungan yang tinggi mengarah ke tingkat
pertumbuhan yang tinggi hanya jika kondisi steady-state dicapai.
Sekali perekonomian berada dalam kondisi steady-state, tingkat pertumbuhan output per
pekerja hanya bergantung pada tingkat kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi juga
memodifikasi kriteria untuk kondisi Golden Rule. Tingkat modal pada Golden Rule kini
didefinisikan sebagai kondisi steady-state yang memaksimalkan konsumsi per pekerja
efektif.
Dengan mengikuti argumen yang kita gunakan sebelumnya, kita bisa menunjukkan bahwa
konsumsi per pekerja efektif pada kondisi steady-state adalah :

c* = ƒ(k*) – (δ + n + g)*

Konsumsi pada kondisi steady-state akan dimaksimalkan jika :


MPK= δ + n + g
MPK - δ = n + g
Yakni, pada tingkat modal Golden Rule, produk marjinal modal netto (MPK- δ) sama dengan
tingkat pertumbuhan output total (n+g). Karena perekonomian aktual mengalami
pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi, maka kita harus menggunakan kriteria ini
untuk mengetahui apakah perekonomian memiliki modal yang lebih besar atau lebih kecil
dari kondisi steady state yang memenuhi Golden Rule.

b. Harrord Domar
Teori ini dikembangkan oleh Sir Roy F. Harrod dan Evsey Domar. Teori ini merupakan
perkembangan dari teori Keynes. Dengan dasar pemikiran bahwa analisis yang dilakukan oleh
Keynes dianggap kurang engkap karena tidak membicarakan masalah-masalah ekonomi jangka
panjang, Harrod-Domar mencoba untuk menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar
perekonomian dapat tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang dengan mantap (steady
growth).

(iko yang panjang lebar nyo tari mengenai teori harod domar)
Sumber: http://www.kompasiana.com/dzulfiansyafrian/model-pertumbuhan-ekonomi-harrod-
domar-dan-solow-sebuah-perbandingan-dan-studi-empiris_5500d6b0a3331130725122a6

Ada beberapa asumsi yang digunakan. Asumsi-asumsi tersebut antara lain:


a. Perekonomian dalam keadaan seluruh barang modal dan tenaga kerja telah seluruhnya
digunakan (full employment).
b. erekonomian hanya terdiri dari dua sector yaitu household dan firm. Tidak ada government
dan trade with rest of the world
c. Besarnya Private Saving proporsional dengan National Income.
d. Marginal Propensity to save (MPS), Capital-output ratio (COR)dan incremental capital-
output ratio (ICOR) dianggap konstan/tetap

Berdasarkan pada asumsi diatas kita memperoleh bahwa tabungan harus sama dengan total
investasi (S=I), dimana;

1. Tabungan merupakan suatu proporsi dari output total (S = sY)


2. Investasi didefenisikan sebagai perubahan stok modal dan dilambangkan dengan I=∆K.
Karena stok modal (K) memiliki hubungan langsung dengan output total (Y) yang
ditunjukkan melalui COR (k), maka k= ∆K/∆Y atau K=k.Y.
Kita bisa menuliskan identitas dari tabungan yang sama dengan investasi sebagai berikut:

S=s.Y=k.
∆Y=∆K=I atau,
s.Y=k.∆Y atau
K/Y
pada persamaan di atas menunjukkan tingkat perubahan output (persentasi dari perubahan
output). Tingkat pertumbuhan output ditentukan secara bersama oleh rasio tabungan (s)
dan rasio modal-output (COR=k).

Persamaan Harrod-Domar yang sangat sederhana ini menunjukkan bahwa tingkat


pertumbuhan output secara positif berhubungan dengan rasio tabungan. Makin tinggi
tabungan diinvestasikan, makin tinggi pula output. Hubungan antara COR dengan tingkat
pertumbuhan output adalah negatif, yaitu makin tinggi nilai COR maka makin rendah tingkat
pertumbuhan output. Oleh karena itu, jika ingin tumbuh, perekonomian harus menabung
dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output totalnya.

Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah:

1. Faktor Sumber Daya Manusia


Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM.
Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya
proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya manusianya selaku subjek
pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan
dengan membangun infrastruktur di daerah-daerah.
2. Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan
proses pembangunannya. Namun, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses
pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam
mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya
kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan
proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan
oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian
aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju
pertumbuhan perekonomian.
4. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan,
faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat
juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan
diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang
dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan
sebagainya.
5. Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK.
Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan
kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan
produktivitas
sumber bacaan lain…

http://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-makro/indikator-pertumbuhan-ekonomi-suatu-negara/

Indikator Pertumbuhan Ekonomi Suatu Negara


Pengertian, Istilah Dan Definisi
Istilah pertumbuhan ekonomi sering digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi,
kesejahteraan ekonomi, kemajuan ekonomim dan perubahan fundamental ekonomi jangka
panjang suatu Negara.

Pertumbuhan ekonomi atau economic growth adalah pertambahan pendapatan nasional agregatif
atau pertambahan output dalam periode tertentu, misal satu tahun. Atau dengan kata lain,
pertumbuhan ekonomi menunjukkan peningkatan kapasitas produksi barang dan jasa secara fisik
dalam kurun waktu tertentu.

Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya, pertumbuhan ekonomi menunjukkan


peningkatan secara fisik terhadap produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu Negara.
Peningkatan ini dapat dilihat dari bertambahnya produksi barang industry, berkembangnya
infrastruktur, bertambahnya jumlah sekolah, bertambahnya produksi barang modal dan
bertambahnya sektor jasa.

Setiap Negara akan selalu berusaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal untuk
membawa bangsanya kepada kehidupan yang lebih baik. Setiap pemerintahan akan mengukur
keberhasilan perekonomian Negaranya dengan berbagai metode atau indicator yang paling
representative terhadap perubahan perekonominya. Hal ini tentunya untuk mengetahui unjuk
kerja elemen pemerintahan dan semua pihak yang berkepentingan.

Pendapatan Nasional Riil

Indicator pertama yang umum digunakan diberbagai Negara untuk menilai perkembangan
ekonomi adalah perubahan pendapatan nasional riil dalam jangka waktu panjang. Pendapatan
nasional riil menunjukkan output secara keseluruhan dari barang-barang jadi dan jasa suatu
Negara.

Negara dikatakan tumbuh ekonominya jika pendapatan nasional riil-nya naik dari periode
sebelumnya. Tingkat petumbuhan ekonomi dihitung dari pertambahan pendapatan nasional riil
yaitu Produk Nasional Bruto riil yang berlaku dari tahun ke tahun.

Contoh Aplikasi:
Jika pada tahun 2011 Produk Nasional Bruto riil bernilai 150 trilyun rupiah dan pada tahun 2012
menjadi 160 trilyun rupiah, berapa tingkat pertumbuhan ekonomi negara tersebut pada tahun
2012 ?

Pertumbuhan ekonominya adalah:

Tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2012 =

= [(Rp 160 trilyun – Rp 150 trilyun)/Rp 150 trilyun ] x 100%

= 6,67 %

Pendapatan Riil Per Kapita

Indicator kedua yang dapat digunakan untuk menilai perkembangan ekonomi adalah pendapatan
riil per kapita dalam jangka waktu panjang. Ekonomi suatu Negara dikatakan tumbuh jika
pendapatan masyarakat nya meningkat dari waktu kewaktu.

Contoh Aplikasi:

Pada tahun 2011 jumlah penduduk suatu Negara adalah 15 juta dengan nilai Produk Nasional
Bruto Riil-nya Rp 150 trilyun. Satu tahun kemudian, pada tahun 2012 jumlah penduduknya
bertambah menjadi 15,5 juta dan nilai Produk Nasional Bruto Riil-nya sebesar Rp 160 trilyun.
Hitung perubahan pendapatan per kapitanya.

Tingkat pendapatan per kapita 2011 = Rp 150 trilyun/15 juta = Rp 10,00 juta

Tingkat pendapatan per kapita 2012 = Rp 160 trilyun/15,5 juta = Rp 10,323 juta

Pertambahan pendapatan per kapita 2012 =

= [(Rp 10,323 juta – Rp 10,000 juta)/Rp 10 juta ] x 100%

= 3,23 %

Kesejahteraan Penduduk

Indicator ketiga yang juga digunakan untuk mengukur perkembangan ekonomi adalah nilai
kesejahteraan penduduknya. Terjadi peningkatan kesejahteraan material yang terus-menerus dan
berjangka panjang. Hal ini dapat ditinjau dari kelancaran distribusi barang dan jasa. Distribusi
yang lancar menunjukkan distribusi pendapatan per kapita pada seluruh wilayah Negara.
Peningkatan kesejateraan terjadi secara merata pada seluruh kawasan. Tingkat kesejahteraan
dapat pula diukur dengan pendapatan riil per kapita.

Tenaga Kerja Dan Pengangguran.


Indikator keempat yang dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan ekonomi adalah jumlah
tenaga kerja dan tingkat pengangguran. Pengangguran merupakan selisih antara angkatan kerja
dengan penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya. Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja
yang terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu waktu tertentu.

Contoh Aplikasi:

Jumlah penduduk usia kerja pada suatu Negara adalah 15 juta, dan yang dianggap sebagai
angkatan kerja adalah 9 juta. Sebanyak 8 juta di antara angkatan kerja tersebut memiliki
perkerjaan. Hitung tingkat partisipasi angkata kerja dan tingkata pengangguran Negara tersebut.

Tingkat partisipasi angkatan kerja negara tersebut adalah:

Tingkat partisipasi angkatan kerja = (9 juta/15 juta) x 100% = 60 %

Jumlah pengangguran di Negara tersebut adalah

Jumlah pengangguran = 9 juta – 8 juta = 1 juta orang.

Maka tingkat pengangguran dari Negara tersebut adalah:

Tingkat pengangguran = (1juta/9 juta) x 100% = 11,11 %

Suatu Negara dipandang sudah mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh atau
kesempatan kerja penuh apabila tingkat pengagguran kurang daripada empat persen.

Daftar Artikel Ekonomi Makro, Klik Judul Yang Sesuai Di Bawah:

1. Incremental Capital Output Ratio, ICOR

2. Indeks Harga Konsumen Dan Tingkat Inflasi

3. Model Pertumbuhan Ekonomi Suatu Negara

4. Model-Fungsi Permintaan Uang

Pustaka:

1. Sukirno. S, 2008,” Makroekonomi, Teori dan Pengantar”, RajaGrafindo Persada, Edisi 3, Jakarta.
2. Hanafi. M. M., 2003,”Manajemen Keuangan Internasional”, BPFE, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai