1
Nama : Drs. Zulkifli, Apt.
Lahir : Pasir Kandang
NIP : 19640101 199401 1 001
Pangkat / Gol : Pembina Tk I/ IV b
Jabatan : Kepala Balai Besar POM di Padang
Alamat : Pasir Kandang,Kel Pasie Nan Tigo Kec Koto
Tangah.Kota Padang Hp. 0811737841.
Riwayat Pekerjaan :
- Staf Pengujian obat Balai POM Bengkulu (1994)
- Staf Pemeriksaan Obat Balai POM Bengkulu (1995-2000)
-. KaSubsi Pemeriksaan Obat. Balai POM Bengkulu (2000-2004)
- Kasi Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen BPOM Bengkulu(2004-
2010)
- Kepala Balai POM Bengkulu(2010- 2015)
- Kepala Balai Besar POM di Padang (2015- sekarang)
- Penyidik Pegawai Negeri Sipil BPOM (1995-sekarang)
- Guru/Dosen (1995-sekarang)
Riwayat Pendidikan : - S1 Farmasi Unand (1985-1991)
1. PENDAHULUAN
3
DASAR HUKUM terkait CDOB
1. Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang No 35 tahun 2009 tentang Narkotika
3. Undang-Undang No 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
4. Ordonansi Obat Keras (Sterkwerkende Geneesmiddelen
Ordonnantie, Staatsblad 1949: 419)
5. PP No 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi
6. PP 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
7. Permenkes no 1148 tahun 2011 tentang Pedagang Besar
Farmasi direvisi Permenkes No 34/2014
8. Peraturan Ka Badan POM RI No HK.03.1.34.11.12.7542
tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat
yang Baik
Permasalahan CDOB
(PBF)
MODUS DIVERSI
20
UU No 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan
al 104
Pas
(1)Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan diseleng
garakan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang
disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu
dan/atau keamanan dan/atau khasiat/kemanfaatan.
Ketentuan Pidana
(1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diproduksi dan atau
diedarkan harus memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan
kemamfaatan
(2) Persyaratan mutu,keamanan dan kemamfaatan sebagaima
dimaksud dalam ayat (1) untuk :
a. sediaan farmasi yg berupa bahan obat, dan obat sesuai
dengan pernyataan dalam buku Farmakope atau buku standar
lainnya yg ditetapkan Menteri.
Pasal 8
(1) Setiap pengangkutan sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam
rangka peredaran harus disertai dengan dokumen pengangkut-
an sediaan farmasi dan alat kesehatan
(2) Setiap pengangkutan sediaan farmasi dan alat kesehatan dalam
rangka peredaran, bertanggung jawab atas kelengkapan doku-
men pengangkutan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
PP 72/1998
KETENTUAN PIDANA
Barang siapa dengan sengaja memproduksi dan atau mengedar
kan sediaan farmasi berupa obat atau bahan obat yg tidak meme
nuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
dan ayat 2 huruf (a) di pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling banyak Rp.300.000.000 (tiga ratus
9
juta rupiah)
a l 7
Barang siapa dengan sengaja : Pa s
a. Melakukan pengangkutan sediaan farmasi dan alat kesehatan
dalam rangka peredaran tanpa disertai dengan dokumen peng
angkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) di-
pidana dengan pidana denda sebesar Rp. 10.000.000 (sepuluh
juta rupiah)
b. Mengedarkan sediaan farmasi dan alat kesehatan yg mengalami
kerusakan kemasan yg langsung bersentuhan dg produk sediaan
farmasi dan alkes sebagaimana dimaksud dlm pasal 25 ayat (1)
Peraturan Kepala Badan POM RI
No HK.03.1.34.11.12.7542 TAHUN 2012
tentang
Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik
Cara Distribusi Obat yang Baik, yang selanjutnya disingkat
CDOB,adalah cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan
Obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/
Penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaan
PENERAPANNYA
BADAN
POM
- Pemeriksaan Rutin
- Under Cover Buy
- Was Kat
- Audit Komprehensif
Toko
PBF Obat
- Sarana
Ilegal /
Sarana Tidak
Berwenang
- Obat palsu
Peran Strategis
Apoteker dalam
setiap Lini untuk
menjamin Keamanan,
Resep Dokter khasiat dan mutu 22
Legal Base Approaches: Peran Apoteker dalam
Pharmacovigilance
Ultimate
Goal
Fasyankes Patient
Safety
Sarana Tempat
Tenaga Praktek
Kefarmasian Kefarmasian oleh
Apoteker dengan
menerapkan
Fasilitas Standar Pelayanan
Komoditas
Kefarmasian Kefarmasian
• Apoteker umumnya
tidak bekerja full time • Memahami dan melaksanakan ketentuan
sehingga tidak ada peraturan perundang-undangan, Standar
kontrol terhadap Pelayanan Kefarmasian (CPFB)
Sarana
pengadaan, penyimpanan • Melaksanakan penyerahan obat dengan
3 Pelayanan
dan pelayanan memberikan informasi
Kefarmasian
• Beberapa Apoteker hanya • Monitoring pasien di Rumah Sakit
berperan untuk • Menjaga integritas suplai obat termasuk
menandatangani Surat vaksin/cold chain product (CCP)
Pesanan (SP)
25
Kompetensi
Sertifikat
Penetapan Standar
Kompetensi terkini - Knowledge
Memiliki - Skills
Pelatihan Kompetensi - Attitude
Bertindak selaras
antara tujuan Komitmen pada
pribadi dan tujuan SDM berkualitas organisasi
organisasi
Selalu bertindak
cost-effectiveness
26
Upaya BPOM Meningkatkan
Kompetensi Apoteker
4.Operasional
6. Keluhan,obat
7. Transportasi
dan/atau BO
kembalian,diduga
palsu dan penarikan 5. Inspeksi Diri
kembali
Bagaimana Kondisi Distribusi & Pelayanan
Obat sekarang.....????
POTRET DULU
TOKO OBAT APOTEK
33
POTRET SEKARANG
TOKO OBAT APOTEK
34
APAKAH MASALAH SELESAI.....???
Ternyata belum.....,Karena Menyelesaikan masalah,
Menimbulkan masalah baru...KENAPA..???
PSA APA
ADM TTK CS
Seharusnya Kenyataannya
APOTEK SP PBF
1. Narkotika
2.Psikotropika
??
3. Prekursor
4. OOT
5. Keras
Freelance 6. Bebas T
7. Bebas
8. dll
Siapa yg
Bertanggung
OBAT ILEGAL jawab..????
- APA
- PSA
- TTK 38
Permasalahan
Dari hasil Pengawasan Balai Besar POM di Padang :
1. Bangunan Apotek tidak sesuai dengan apa yg persyaratan
di BA
2. Kelengkapan bangunan apotek tidak sesuai dg apa yg di
persyaratkan dalam BA
3. Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi tidak sesuai dg
apa yang dipersyaratkan dalam BA
4. Tenaga Teknis tidak ada,sebagaimana dipersyaratan dalam
BA
Pertanyaannya : Dengan tidak lengkapnya persyaratan.....Izin
Apotek kok bisa diterbitkan...????
PP No 51/2009
40
Jenis Pelanggaran Apotek dan Sanksinya
1. Pelanggaran Apotek
A. Pelanggaran Berat
a. Melakukan kegiatan tanpa ada Apoteker atau TTK
b. Terlibat dalam penyaluran atau penyimpanan obat Palsu
atau gelap
c. Pindah alamat Apotek tanpa Izin
d. Menjual Narkotika tanpa resep dokter
e. Kerjasama dg PBF dalam menyalurkan obat kpd pihak
yg tidak berhak dalam jumlah besar
f. Tidak menunjuk Apoteker pendamping atau apoteker
pengganti pd waktu APA keluar daerah
B. Pelanggaran ringan
a. Tidak menunjuk Apoteker Pendamping (untuk Apotik 24
jam)
b. Mengubah denah apotek tanpa Izin
c. Menjual obat daftar G kpd yg tidak berhak
d. Melayani R/ yg tidak jelas dokternya
e. Menyimpan obat rusak,tdk punya penandaan atau belum
dimusnahkan
f. Obat dalam kartu stok tdk sesuai dg fisik
g. Salinan resep tdk ditandatangani Apoteker
h. Melayani salinan resep Narkotik dari apotik lain
i. Lemari Narkotik tidak memenuhi syarat
j. Resep Narkotik tidak dipisahkan
k. Buku Narkotika tdk diisi atau tdk dapat dilihat/diperiksa
l. Kartu stok tdk ada atau tdk diisi
SANKSI
1. Sanksi Administratif
a. Peringatan secara tertulis kpd APA 3 kali berturut-turut dg
tenggang waktu masing-masing 2 bulan
b. Pembekuan Izin apotik untuk jangka waktu selama-lama
nya 6 bulan sejak dikeluarkan penetapan.
SARANA SARANA
DISTRIBUSI PELAYANAN
Sektor Publik
• Tramadol
• Triheksiphenidil Penyaluran berindikasi diversi
- Penyaluran fiktif
- Ketidaksesuaian jumlah penyaluran dan penerimaan
• Ketamin - Manipulasi data
- Panel melalui Apotek/PBF/RS
• Chlorpromazin
Pengkajian Risk & Benefit dalam rangka perketatan
• Haloperidol pengawasan
53
PERKUATAN PENGAWASAN DALAM
PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN DI BIDANG
OBAT
54
Perlindungan masyarakat melalui pengawasan
66
KESIMPULAN
67
Kesimpulan
1. Pelanggaran pengelolaan sediaan farmasi di sarana
produksi, distribusi dan sarana pelayanan kesehatan
pada umumnya karena kurang kuatnya posisi Apoteker
yang disebabkan faktor kompetensi (knowledge, skills
dan attitude)
2. Apoteker harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan
bidang kerjanya
3. Peran aktif Apoteker diperlukan untuk menjamin
keabsahan, mutu dan khasiat obat dimulai dari sarana
produksi sampai ke pasien
4. Peningkatan kompetensi Apoteker dilaksanakan melalui
kerjasama antara pemerintah, perguruan tinggi, Industri,
PBF dan asosiasi pelaku usaha serta IAI/asosiasi profesi.
5. Diperlukan review regulasi dan implementasinya untuk
peningkatan efektivitas pembinaan dan pengawasan 68