Produksi
UU 35 tahun 2009
Menteri memberi izin khusus untuk memproduksi Narkotika kepada Industri Farmasi
tertentu yang telah memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan setelah dilakukan auditoleh Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Menteri melakukan pengendalian terhadap produksi Narkotika sesuai dengan rencana
kebutuhan tahunan Narkotika
Badan Pengawas Obat dan Makanan melakukan pengawasan terhadap bahan baku,
proses produksi, dan hasil akhir dari produksi Narkotika sesuai dengan rencana
kebutuhan tahunan .
Narkotika Golongan I dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam proses produksi,
kecuali dalam jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Pengawasan produksi Narkotika Golongan I untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dilakukan secara ketat oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
Distribusi (Penyaluran )
(Permenkes no 3 tahun 2015)
Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib memenuhi Cara
Distribusi Obat yang Baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dapat dilakukan
berdasarkan: a. surat pesanan; atau b.Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO) untuk pesanan dari Puskesmas.
Surat pesanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a hanya dapat berlaku
untuk masing-masing Narkotika, Psikotropika, atau Prekursor Farmasi.
Surat pesanan Narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) jenis Narkotika.
Surat pesanan Psikotropika atau Prekursor Farmasi hanya dapat digunakan untuk
1 (satu) atau beberapa jenis Psikotropika atau Prekursor Farmasi.
Surat pesanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) harus terpisah
dari pesanan barang lain.
Pelayanan Kefarmasian
PP 35 tahun 2014 (Pelayanan Kefarmasian di Apotek)
A. Sumber Daya Manusia
Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker, dapat dibantu oleh
Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki Surat
Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja.
3. Ruang penyerahan
Obat Ruang penyerahan Obat berupa konter penyerahan Obat yang dapat
digabungkan dengan ruang penerimaan Resep.
4. Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi konseling,
lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku
catatan konseling dan formulir catatan pengobatan pasien.
5. Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan
petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan rak/lemari Obat, pallet,
pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus
narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu
dan kartu suhu.
6. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai serta
Pelayanan Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu.