Disusun oleh :
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker Fakultas MIPA Universitas Lambung
Mangkurat
Disetujui oleh :
Mia Fitriana, S.Farm., M.Si. Apt Hevy Putri Meitarini, S.Farm., Apt
NIDK. 8851510016 NIK. 201201765
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan praktek kerja profesi ini.
Penulismenyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan laporan ini, oleh karena itu kami
mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Mia Fitriana, S.Farm., M.Si. Aptselaku pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan kami dalam penyusunan laporan
ini;
(2) Difa Intannia, M. Farm-Klin., Apt selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atas kesempatan dan
dukungan yang diberikan untuk mengikuti program studi ini;
(3) Hevy Putri Meitarini, S.Farm., Aptselaku Preceptor di Pedagang Besar Farmasi
(PBF) PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk. Cabang Banjarmasin.
(4) Seluruh Staff Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Enseval Putera Megatrading,
Tbk. Cabang Banjarmasin yang sudah memberikan bimbingan dan arahan
selama menjalankan PKPA.
(5) Orang tua dan keluarga kami yang telah memberikan dukungan material dan
moral.
Akhir kata, kami berharap Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.....................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................viii
BAB I 1
PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................................2
1.3 Manfaat.................................................................................................................3
BAB II 4
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................4
2.1 Pedagang Besar Farmasi (PBF).......................................................................4
2.1.1 Pengertian..............................................................................................4
2.1.2 Tugas dan Fungsi Pedagang Besar Farmasi (PBF)...........................4
2.1.3 Persyaratan Pedagang Besar Farmasi (PBF).....................................4
2.1.4 Tata Cara Perizinan PBF.....................................................................6
2.2 Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk.
Cabang Banjarmasin........................................................................................10
2.2.1 Sejarah.................................................................................................10
2.2.2 Visi dan Misi........................................................................................13
2.2.3 Motto dan Kebijakan Mutu...............................................................14
2.2.4 Struktur Organisasi............................................................................14
2.2.5 Tugas, Kewajiban dan Tanggung Jawab Setiap Jabatan...............15
BAB III 25
PEMBAHASAN........................................................................................................25
3.1 Kegiatan PKPA.................................................................................................25
3.2 Pembahasan........................................................................................................26
3.2.1 Penerapan Aspek CDOB....................................................................26
3.2.2 Alur Obat Masuk Hingga Keluar.....................................................39
iv
3.2.3 Prinsip Dasar Seleksi Obat dan Estimasi Kebutuhan Obat
(Perencanaan)....................................................................................................43
3.2.4 Monitoring dan Pengawasan Penyimpanan.....................................44
3.2.5 Analisa dan Verifikasi Pemesanan Oleh Pelanggan........................45
3.2.6 Pengelolaan Obat Rusak, Kadaluarsa dan Pemusnahan Obat......46
3.2.7 Penanganan Obat Kembalian dan Obat yang Ditarik....................47
3.2.8 Tata Kelola Administrasi dan Pelaporan.........................................50
BAB IV 53
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................53
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 15
Gambar 2. 41
DAFTAR TABE
vi
Y
Tabel 2.1 15
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009, definisi dari Kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan yang dimaksud dapat
berupa pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
Untuk mewujudkan Indonesia sehat, maka salah satu elemen penting dari
terwujudnya Indonesia sehat yaitu tenaga kesehatan. Salah satu tenaga kesehatan
yang memiliki peran dalam bidang obat-obatan yaitu tenaga kefarmasian. Farmasis
adalah tenaga ahli yang mempunyai kewenangan di bidang kefarmasian melalui
keahlian yang diperolehnya selama pendidikan tinggi kefarmasian. Sifat kewenangan
yang berlandaskan ilmu pengetahuan ini memberinya semacam otoritas daam
berbagai aspek obat atau proses kefarmasian yang tidak dimiliki oleh tenaga
kesehatan lainnya. Apoteker memegang peranan penting dalam pelaksanaan upaya
kesehatan demi tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Hal tersebut dapat dilakukan oleh seorang Apoteker dengan melaksanakan pekerjaan
kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian tersebut yaitu pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Hal tersebut dapat
diwujudkan oleh seorang Apoteker melalui pengabdiannya pada pedagang besar
farmasi.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi (PBF), PBF adalah
1
perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan,
penyimpanan, penyaluran sediaan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan salah satu
unit terpenting dalam kegiatan penyaluran sediaan farmasi ke fasilitas pelayanan
kesehatan seperti apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik dan toko
obat agar dapat sampai ke tangan masyarakat. Apoteker sebagai penanggung jawab di
PBF harus mampu melakukan kegiatan pengelolaan sediaan farmasi di PBF dimulai
dari pengadaan, penyimpanan hingga pendistribusian sediaan farmasi ke sarana
pelayanan kesehatan.
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) menjadi media yang sangat penting bagi
mahasiswa profesi apoteker untuk menerapkan ilmu serta untuk mengembangkannya
dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian di PBF. PKPA merupakan pelatihan
yang sangat strategis bagi mahasiswa profesi apoteker untuk menjadi calon apoteker
yang handal dimasa depan. PKPA yang dilakukan menjadi media untuk
meningkatkan kompetensi mahasiswa profesi apoteker agar siap terjun dalam dunia
kerja. Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman calon apoteker mengenai peranan apoteker di PBF, kegiatan rutin,
organisasi, manajemen pengelolaan sediaan farmasi di PBF.
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas adalah
sebagai berikut.
a. Meningkatkan pemahaman calon Apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan
tanggung jawab Apoteker dalam praktik pelayanan kefarmasian di Pedagang
Besar Farmasi (PBF).
b. Membekali calon Apoteker agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap
perilaku (professionalism) serta wawasan dan pengalaman nyata (reality)
untuk melakukan praktik profesi dan pekerjaan kefarmasian di Pedagang
Besar Farmasi (PBF).
2
c. Memberi kesempatan kepada calon Apoteker untuk melihat dan mempelajari
strategi dan pengembangan praktik profesi Apoteker di Pedagang Besar
Farmasi (PBF).
d. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan (problem-solving) praktik dan
pekerjaan kefarmasian di Pedagang Besar Farmasi (PBF).
e. Memberi kesempatan kepada calon Apoteker untuk belajar berkomunikasi
dan berinteraksi dalam lingkup Pedagang Besar Farmasi (PBF).
1.3 Manfaat
Manfaat dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas
adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian di Pedagang Besar Farmasi (PBF).
b. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di
Pedagang Besar Farmasi (PBF).
c. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di Pedagang Besar Farmasi
(PBF).
d. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi Apoteker yang professional.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pedagang Besar Farmasi (PBF)
2.1.1 Pengertian
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011) tentang Pedoman
Pelayanan Perizinan Pedagang Besar Farmasi, Pedagang Besar Farmasi (PBF)
adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan,
penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. PBF Cabang adalah cabang PBF yang
telah memiliki pengakuan untuk melakukan pengadaan, penyimpanan, penyaluran
obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. PBF dalam menjalankan distribusi perlu menerapkan sebuah system
yaitu CDOB. Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) adalah cara
distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan
mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan
penggunaannya. Kepala Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan adalah
kepala unit pelaksana teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan adalah Kepala Badan yang tugas dan
tanggung jawabnya di bidang pengawasan obat dan makanan.
2.1.2 Tugas dan Fungsi Pedagang Besar Farmasi (PBF)
Tugas dan fungsi PBF berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang PBF yaitu:
a. Menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat
b. PBF mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan dan pelatihan.
2.1.3 Persyaratan Pedagang Besar Farmasi (PBF)
Suatu PBF baru dapat beroperasi setelah mendapat surat izin. Selama PBF
tersebut masih aktif melakukan kegiatan pengelolaan obat, maka seluruh
kegiatanyang dilaksanakan di PBF tersebut wajib berdasarkan kepada CDOB. Agar
dapatberoperasi, PBF harus mempunyai lokasi dan bangunan yang memenuhi
4
persyaratan serta menyediakan perlengkapan yang diperlukan dalam
kegiatandistribusi.
a. Tempat/Lokasi
Lokasi PBF dapat dipilih dengan mempertimbangkan segi efisiensi dan
efektifitas dalam pengadaan dan penyaluran obat ke sarana pelayanan kesehatan dan
faktor-faktor lainnya.
b. Bangunan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012)
Suatu PBF harus mempunyai luas bangunan yang cukup dan memenuhi
persyaratan teknis, sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan
fungsi PBF. Suatu PBF paling sedikit memiliki ruang tunggu, ruang penerimaan
obat, ruang penyiapan obat, ruang administrasi, ruang kerja apoteker, gudang obat
jadi, ruang makan dan kamar kecil. Bangunan PBF dilengkapi dengan
sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, pencahayaan yang memadai, alat
pemadam kebakaran, ventilasi dan sanitasi yang baik.
Bangunan harus dirancang dan disesuaikan untuk memastikan bahwa
kondisi penyimpanan yang baik dapat dipertahankan, mempunyai keamanan yang
memadai dan kapasitas yang cukup untuk memungkinkan penyimpanan dan
penanganan obat yang baik. dan area penyimpanan dilengkapi dengan pencahayaan
yang memadai untuk memungkinkan semua kegiatan dilaksanakan secara akurat
dan aman. Area penerimaan, penyimpanan dan pengiriman harus terpisah,
terlindung dari kondisi cuaca, dan harus didesain dengan baik serta dilengkapi
dengan peralatan yang memadai. Akses masuk ke area penerimaan, penyimpanan
dan pengiriman hanya diberikan kepada personil yang berwenang yakni dengan
adanya sistem alarm dan kontrol akses yang memadai. Selain itu harus disediakan
area khusus, antara lain:
1. Harus ada area terpisah dan terkunci antara obat yang menunggu keputusan lebih
lanjut mengenai statusnya, meliputi obat yang diduga palsu, yang dikembalikan,
yang ditolak, yang akan dimusnahkan, yang ditarik, dan yang kedaluwarsa dari
obat yang dapat disalurkan.
5
2. Harus tersedia kondisi penyimpanan khusus untuk obat yang membutuhkan
penanganan dan kewenangan khusus sesuai dengan peraturan perundang-
undangan (misalnya narkotika).
3. Harus tersedia area khusus untuk penyimpanan obat yang mengandung bahan
radioaktif dan bahan berbahaya lain yang dapat menimbulkan risiko kebakaran
atau ledakan (misalnya gas bertekanan, mudah terbakar, cairan dan padatan
mudah menyala) sesuai persyaratan keselamatan dan keamanan.
Bangunan dan fasilitas penyimpanan harus bersih, bebas dari sampah dan
debu serta harus dirancang dan dilengkapi, sehingga memberikan perlindungan
terhadap masuknya serangga, hewan pengerat atau hewan lain. Selain itu, ruang
istirahat, toilet dan kantin untuk personil harus terpisah dari area penyimpanan.
c. Perlengkapan PBF
Suatu PBF baru yang ingin beroperasi harus memiliki perlengkapan yang
memadai agar dapat mendukung pendistribusian obat jadi. Perlengkapan
yang
harus dimiliki antara lain :
1. Peralatan dan tempat penyimpanan obat seperti lemari obat jadi, lemari
pendingin (kulkas), lemari untuk menyimpan produk kembalian, containeruntuk
pengiriman barang dan box es untuk pengiriman obat dengan suhupenyimpanan
rendah
2. Perlengkapan administrasi terkait dokumen penjualan, pembelian dan
penyimpanan. Dokumen tersebut seperti blanko pesanan, blanko faktur, blanko
tukar faktur, bilyet giro, blanko faktur pajak, blanko surat jalan, kartu stok obat,
bukti penerimaan pembayaran, form retur, blanko faktur pajak dan stempel PBF
3. Buku-buku dan literatur standar yang diwajibkan, serta kumpulan
perundangundangan yang berhubungan dengan kegiatan di PBF.
2.1.4 Tata Cara Perizinan PBF
6
Menurut Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian tahun 2011
tentang Pedoman Pelayanan Perizinanpedagang Besar Farmasi adapun tata
caraperizinan untuk PBF adalah:
a. Untuk memperoleh izin PBF, pemohon harus mengajukan permohonan kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Kepala Balai POM
b. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya tembusan
permohonan kepala dinas kesehatan provinsi melakukan verifikasi kelengkapan
administratif;
c. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya tembusan
permohonan Kepala Balai POM melakukan audit pemenuhan persyaratan
CDOB;
d. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi
kelengkapan administratif, kepala dinas kesehatan provinsi mengeluarkan
rekomendasi pemenuhan kelengkapan administratif kepada Direktur Jenderal
dengan tembusan kepada Kepala Balai POM dan pemohon
e. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi
persyaratan CDOB, Kepala Balai POM mengeluarkan rekomendasi hasil
analisis pemenuhan persyaratan CDOB kepada Direktur Jenderal dengan
tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan pemohon
f. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima rekomendasi,
Direktur Jenderal menerbitkan izin PBF
g. Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Balai POM dan kepala dinas
kesehatan provinsi
h. Paling lama 12 (dua belas) hari kerja sejak diterimanya surat pernyataan
sebagaimana dimaksud pada butir (6), Direktur Jenderal menerbitkan izin PBF
dengan tembusan kepada Kepala Badan, kepala dinas kesehatan provinsi,
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dan Kepala Balai POM.
7
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam evaluasi permohonan izin Pedagang
Besar Farmasi
a. Surat permohonan
1. Ditujukan kepada Direktur Jenderal di Jakarta
2. Lokasi/ alamat kantor dan gudang harus jelas
3. Ditandatangani oleh Direktur atau Direktur yang ditunjuk atau dikuasakan
menangani urusan-urusan perizinan dari perusahaan tersebut
4. Form sesuai lampiran/ contoh yang ada dalam Keputusan Menteri Kesehatan
1148/ MENKES/PER/VI/2011
b. Nama direktur
Salah satu nama yang tercantum dalam Akte Pendirian PT adalah
Direktur atau Direktur Utama.
c. Alamat kantor/Gudang
1. Alamat yang jelas sesuai lokasi yang dicantumkan dalam surat permohonan.
2. Alamat kantor dan gudang boleh terpisah asalkan tidak mengurangi aktivitas.
d. Akte pendirian badan hukum yang telah disahkan oleh Kementerian Hukum
dan HAM .
1. Perseroan Terbatas disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM
2. Koperasi disahkan oleh Kementerian Koperasi
3. Maksud dan tujuan dalam Akte tercantum Bidang Farmasi (PBF/obat-obatan)
e. Nomor Pokok Wajib Pajak
Harus jelas penulisan nomornya dan sesuai alamat perusahaan tersebut
(satu lokasi kantor & gudang).
f. Susunan direksi & komisaris Sesuai yang tercantum dalam Akte Pendirian
PT/Koperasi, bila ada perubahan-perubahan yang dilampirkan adalah susunan
yang terakhir di syahkan oleh notaris.
8
g. Pernyataan direksi & komisaris tidak terlibat pelanggaran peraturan
perundangundangan di bidang farmasi. Dibuat oleh semua yang tercantum
dalam akte/masing-masing di atas materai (asli).
h. Nama Apoteker Penanggung Jawab harus sama dengan yang tertulis dalam
Ijazah.
i. Fotokopi Ijazah dan SP/STRA Penanggung Jawab
1. Jelas terbaca
2. Untuk Apoteker ada SP/STRA dari Kementerian Kesehatan bukan dari
Dinkes Provinsi setempat (untuk PP no. 51 STRA)
j. Pernyataan penanggung jawab sanggup bekerja penuh di tempat tersebut. Surat
pernyataan (asli bermaterai) menyatakan kesediaannya bekerja sebagai
penanggung jawab tetap pada perusahaan tersebut.
k. Surat perjanjian kerja penanggung jawab dengan direktur Penanggung jawab
membuat perjanjian kesepakatan di depan Notaris untuk pengikatan kerja antara
Direktur dengan Apoteker penanggung jawab.
l. Domisili perusahaan
1. Dikeluarkan oleh Kelurahan setempat diketahui oleh Kecamatan dan
Kabupaten/Kota, Provinsi dimana perusahaan tersebut berada.
2. Diajukan oleh Direktur Perusahaan (PT).
m. Denah bangunan/peta lokas
Dibuat oleh perusahaan (PT) tersebut, bila sudah disetujui akan
dibubuhi stempel/cap oleh Dinkes Provinsi atau Balai Besar POM pada saat
pemeriksaan ke lokasi.
n. Sertifikat tanah/IMB
1. Fotokopi sertifikat tanah sesuai pemiliknya yang tercantum sebagai
Direktur/Komisaris perusahaan tersebut dan/atau pemilik yang
membuatperjanjian.
2. IMB dari gubernur setempat
9
o. Kontrak/sewa Fotokopi perjanjian kontrak antara perusahaan dengan pemilik
sarana tanah dan/atau bangunan.
p. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
1. Untuk DKI, pemerintah Provinsi DKI, Dinas Koperasi dan Perdagangan
nomor harus jelas.
2. Diterbitkan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi untuk
Kabupaten. Mencantumkan nama PT dan alamat yang sama dengan domisili
perusahaan.
3. Jenis usaha sesuai : farmasi/ obat-obatan.
4. Berlaku selama 5 tahun (diperpanjang)
q. Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
1. Diterbitkan oleh Kepala Dinas Koperasi dan Perdagangan untuk DKI,
mencantumkan nama PT dan alamat jelas, masa berlaku 5 tahun.
2. Untuk propinsi lain diterbitkan oleh Kepala Dinas Kantor Pendaftaran
Perusahaan (Kop Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi), berlaku5
tahun.
2.2 Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk.
Cabang Banjarmasin
2.2.1 Sejarah
PT. Enseval didirikan pada Oktober 1973, sebagai akibat dari pemisahan
fungsi distribusi dari pemasaran dan produksi PT. Kalbe Farma bersama anak
perusahaan. Dalam perkembangannya PT. Enseval juga berkembang menjadi
distributor umum, tidak saja menjadi distributor produk produk farmasi saja tapi
juga mencakup produk keperluan konsumen, alat-alat kedokteran bahkan agen
dan distributor bahan-bahan dasar kimia untuk industri farmasi, kosmetik dan
industri makanan. Sejalan dengan perkembangan ekonomi Indonesia, PT.
Enseval juga melakukan diversifikasi ke berbagai usaha diluar bidang
perdagangan dan distribusi.
10
Ketika manajemen mengambil kebijaksanaan untuk kembali ke bidang
usaha inti pada tahun 1993, maka semua kegiatan usaha perdagangan dan
distribusi dipindahkan ke PT Arya Gupta Cempaka suatu Perseroan yang
didirikan pada tahun 1988 yang selanjutnya pada 6 Agustus 1993 berganti nama
menjadi PT Enseval Putera Megatrading. Pada 1 Agustus 1994 Perseroan tercatat
di Bursa Efek Jakarta sebagai PT.Enseval Putera Megatrading Tbk. Kegiatan
Perseroan difokuskan pada jasa distribusi dan perdagangan, yang terdiri atas 4
divisi, yaitu :
1. Divisi penjualan dan distribusi produk farmasi
2. Divisi penjualan dan distribusi produk barang konsumsi, obat bebas dan nutrisi
3. Divisi pemasaran dan distribusi produk peralatan & perlengkapan kesehatan
4. Divisi pemasaran dan penjualan produk kimia bahan baku industri farmasi,
kosmetik, makanan dan kesehatan hewan
Hingga kini, Perseroan memiliki 42 cabang di seluruh Indonesia yang
tersebar dari Banda Aceh sampai ke Jayapura. Perseroan juga memiliki
infrastruktur yang memadai guna menunjang kelancaran operasional logistik
yaitu 2 Regional Distribution Centre berupa fasilitas gudang besar yang berada
di Jakarta dan Surabaya. Masing-masing cabang memiliki gudang dan armada
pengiriman serta personil lengkap guna menunjang kegiatan operasional dan
keperluan pihak pemasok (Prinsipal) dan Pelanggan (Outlet). Pada saat ini
perseroan mempunyai lebih dari 100 pemasok (Prinsipal) dan melayani secara
langsung lebih dari 200.000 outlet di seluruh Indonesia. Sampai dengan tahun
2009, Perseroan mempunyai 5 anak perusahaan yaitu :
1. PT Tri Sapta Jaya
PT. Tri Sapta Jaya yang juga bergerak dibidang usaha distribusi produk
farmasi dan kesehatan yang akan berfokus untuk memperluas jaringan
distribusi farmasi ke pasar menengah bawah dan juga lebih menjangkau
daerah-daerah yang terpencil.
2. PT. Millenia Dharma Insani
11
PT. Millenia Dharma Insani didirikan pada tahun 2003, dikembangkan
dari hanya bisnis apotik menjadi klinik dengan nama Mitrasana. Klinik
Mitrasana menyediakan fasilitas kesehatan yang ekonomis dan terintegrasi
yang meliputi praktek dokter, farmasi, laboratorium, mini market dan
sekarang diperluas dengan jasa layanan hemodialisis. Dengan visi menjadi
klinik pilhan keluarga Indonesia dengan pelayanan prima dan harga
terjangkau, Klinik Mitrasana ini kini telah menambah jumlah klinik menjadi
13 buah di tahun 2009 di area Jakarta dan sekitarnya. Selanjutnya, dengan
tujuan untuk melakukan perluasan atau ekstensifikasi usaha di bidang
pemasaran dan perdagangan alat kesehatan, maka pada November 2007,
didirikan anak perusahaan yaitu PT Enseval Medika Prima yang kini sudah
mulai beroperasi secara resmi pada Oktober 2008. PT. Enseval Medika Prima
bergerak di bidang pemasaran alat kesehatan dan diagnostik secara lebih
fokus.
3. PT Global Chemindo Megatrading
PT Global Chemindo Megatrading yang juga didirikan pada November
2007 merupakan anak perusahaan yang bergerak di bidang bahan baku yang
akan terus berfokus pada penjualan bahan baku baik ke pelanggan dalam grup
maupun non grup. PT Global Chemindo Megatrading kini sudah memulai
kegiatan usaha secara independen sejak Oktober 2008. Sebagai langkah
diversifikasi jenis layanan dalam bidang kesehatan, Perseroan mendirikan
anak perusahaan yaitu PT Renalmed Tiara Utama pada Juli 2008 dan
Perseroan melakukan akuisisi usaha penyediaan bahan-bahan dan mesin
hemodialisa bagi pasien gagal ginjal ke rumah-rumah sakit dan klinik-klinik
pada Oktober 2008 dari pihak ketiga yang meliputi: kendaraan, mesin
hemodialisa dan persediaan dimana sekaligus PT. Renalmed Tiara Utama
secara resmi memulai kegiatan usahanya di bulan yang sama.
4. PT. Enseval Medika Prima
12
PT. Enseval Medika Prima adalah unit usaha strategis dari PT. Kalbe
Farma, Tbk. yang merupakan perushaan Farmasi terbesar di Asia Tenggara.
EMP bertumbuh dan berkembang sejak tahun 2008 dengan fokus bisnis pada
aspek marketing produk-produk alat kesehatan dan diagnostik yang
berkualitas.
13
a. Visi
Menjadi Perusahaan jasa distribusi dan logistik yang terintegrasi di
bidang kesehatan melalui penyediaan layanan yang prima, penggunaan
teknologi dan kepemimpinan yang kuat.
b. Misi
Meningkatkan kesehatan melalui penyediaan produk kesehatan.
2.2.3 Motto dan Kebijakan Mutu
Motto PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk adalah GISSIA yang
memiliki singkatan sebagai berikut :
1. Giving the best to costumer (memberikan yang terbaik pada
pelanggan)
2. Integrity (integritas)
3. Striving for excellence (gigih untuk mencapai yang terbaik)
4. Strong teamwork (kerjasama yang kokoh)
5. Innovation (inovasi)
6. Agility (tangkas dan lincah).
Kebijakan mutu PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk adalah memberikan
yang terbaik kepada pelanggan dengan inovasi, penyempurnaan sistem
manajemen mutu, memelihara praktik distribusi yang baik melalui teamwork
yang kuat, lincah dan integritas serta melaksanakan sistem manajemen K3,
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan mentaati peraturan,
perundang-undangan dan persyaratan lainnya.
2.2.4 Struktur Organisasi
14
PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk dipimpin oleh Area Business
Manager (ABM). Penanggung jawab obat dan makanan PT. Enseval Putera
Megatrading, Tbk adalah Apoteker dan Penanggung jawab Alat Kesehatan
adalah D3 farmasi. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 1.
15
4. Menjaga kerahasiaan perusahaan
5. Membina hubungan yang baik
dengan karyawan
2. Kepala Seksi Akutansi (KSA) 1. Menjaga kelancaran operasional
perusahaan
2. Mempertanggung jawabkan laporan
akutansi dan keuangan
3. Menjaga kerahasiaan perusahaan
4. Mengambil ahli saat ABM tidak ada
ditempat
5. Membina kombinasi dan hubungan
yang baik dengan karyawan
6. Membagi dan mengatur tugas
bawahan
a. Kepala Sub Seksi Akutansi
(KSSA)
b. Divisi Akutansi
16
2. Mencek payment voucher (jurnal
akun)
3) IT chanel 1. Mengatur jaringan yang dipakai PT.
Enseval Putera Megatrading, Tbk
2. Memperbaiki segala kerusakan
komputer yang dipakai
c. Divisi keuangan
1) KSSK
a) Fakturis 1. Menerima faktur dari tim expedisi
yang telah dicek dengan surat jalan
internal
2. Fakturis melampirkan faktur asli
dan pajak
3. Setelah distempel atau ditanda
tangani fakturis menyerahkan ke
pool faktur untuk diproses
selanjutnya
b) Pool Faktur 1. Menerima semua faktur
2. Menginput data tagihan jika outlet
akan membayar
3. Data tagihan diserahkan kekolektor
untuk tagihan dalam kota
4.Data tagihan diserahkan
persalesman untuk tagihan luar
kota.
c) Kasir 1. Menerima setoran dari hasil tagihan
oleh kolektor tunai atau giro
2. Menerima setoran dari sales secara
tunai
3. Menerima pembayaran tunai dari
17
tim ekspedisi yaitu driver dan loper
4. Mencek pembayaran dan daftar
tagihan kredit atau lunas
5. Membuat rekonsilasi bank
6. Memasukkan atau mencek mutasi
bank yang telah menyetor uang
tunai dari Rektorat
7. Menyimpan uang tunai dan cek giro
8. Membayar pengeluaran-
pengeluaran sesuai payment
voucher yang sudah di terima oleh
pimpinan cabang, direktorat sales,
dan akutansi
18
19
jalan
2. Menyelesaikan surat jalan dan
pengecekan faktur kembali
3. Membuat laporan triwulan, OTD
(On Time Delivery) , insentif
2) Loper 1. Tim ekspedisi yang mengantarkan
produk menggunakan motor.
Produk yang di antar dalam jumlah
sedikit, biasanya produk ethical
untuk outlet dalam kota.
3) Driver 1. Tim ekspedisi yang mengantarkan
barang menggunakan mobil
biasanya keluar kota, barang yang
diantarkan dalam jumlah yang
banyak, biasanya barang produk
ethical, consumer, dan CHB
(Customer Health Beauty)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kegiatan PKPA
Kegiatan PKPA dilaksanakan selama kurang lebih 2 minggu mulai tanggal 21
Mei sampai dengan 2 Juni 2018 di Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT.Enseval Putera
Megatrading, Tbk. Cabang Banjarmasin. Kegiatan PKPAmahasiswa Profesi
Apoteker mengikuti jam kerja Apoteker Penanggung Jawab di PBFPT. Enseval
Putera Megatrading, Tbk. Cabang Banjarmasin. Kegiatan PKPA padahari Senin-
Jumat dilaksanakan pada pukul 08.00-16.00 dan pada hari Sabtu padapukul 08.00-
13.00.
25
Kegiatan PKPA yang dilakukan antara lain terdiri dari aspek legal dan aspek
praktik kefarmasian. Proses kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa Apoteker
terkait aspek legal antara lain melakukan diskusi mengenai struktur organisasi PBF
PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk. Cabang Banjarmasin terkait wewenang dan
tugas masing-masing, terutama peran dan posisi Apoteker di PBF, dan hubungan
Apoteker dengan atasan maupun bawahan serta melakukan observasi langsung
terkait prinsip-prinsip CDOB dan penerapannnya di PBF.
Proses kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa Apoteker terkait aspek
praktek kefarmasian antara lain sebagai berikut.
a. Mahasiswa menelaah, melakukan diskusi, dan observasi seluruh alur obat masuk
hingga keluar dari PBF.
b. Mahasiswa menelaah, melakukan diskusi, dan observasi terkait prinsip
perencanaan, seleksi obat, metode yang digunakan, penerapan dan permasalahan
yang ada dalam penerapannya di PBF.
c. Mahasiswa menelaah, melakukan diskusi, dan observasi terkait monitoring dan
pengawasan penyimpanan.
d. Mahasiswa menelaah, melakukan diskusi, dan observasi analisa dan verifikasi
pemesanan oleh pelanggan.
e. Mahasiswa menelaah, melakukan diskusi, dan observasi pengelolaan obat
rusak, kadaluwarsa dan pemusnahan obat.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Penerapan Aspek CDOB
Penerapan aspek manajemen mutu yang dilaksanakan yaitu
mempertahankan sistem mutu dimana PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk
Cabang Banjarmasinmenerapkannya melalui Standar Operasional Prosedur (SOP)
seluruh kegiatan yang terdapat di PBF untuk menjamin mutu produk tetap terjaga.
Bentuk evaluasinya dengan menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001, yang
memberikan perbaikan pada kinerja managerial perusahaan, berdasarkan
tercapainya indikator kerja dan peningkatan standar minimal pencapaian. Terdapat
26
d. Operasional
Semua tindakan yang dilakukan oleh PT. Enseval Putera Megatrading,
Tbk. dilakukan dengan memastikan bahwa identitas obat dan/atau bahan obat
tidak hilang dan distribusinya ditangani sesuai dengan spesifikasi yang
tercantum pada kemasan. Fasilitas distribusi harus menggunakan semua
perangkat dan cara yang tersedia untuk memastikan bahwa sumber obat
dan/atau bahan obat yang diterima berasal dari industri farmasi yang
mempunyai izin sesuai peraturan perundang-undangan untuk meminimalkan
risiko obat dan/atau bahan obat palsu memasuki rantai distribusi resmi. PT.
Enseval Putera Megatrading, Tbk. mendistribusikan produk obat dari Industri
Kalbe Farma.
1. Kualifikasi Pelanggan
APJ PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk. selalu berusaha untuk
memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat hanya disalurkan kepada pihak
yang berhak atau berwenang untuk menyerahkan obat ke masyarakat. Bukti
kualifikasi pelanggan didokumentasikan dalam bentuk form specimen yang
berisi data APJ Pelanggan yang dilengkapi dengan SIPA dan SIA. APJ PT.
Enseval Putera Megatrading, Tbk. memantau tiap transaksi yang dilakukan
dan melakukan penyelidikan jika ditemukan penyimpangan pola transaksi
obat dan/atau bahan obat yang berisiko terhadap penyalahgunaan, serta untuk
memastikan kewajiban pelayanan distribusi obat dan/atau bahan obat kepada
masyarakat terpenuhi.
2. Penerimaan
Proses penerimaan bertujuan untuk memastikan bahwa kiriman obat
diterima dengan benar, berasal dari pemasok yang disetujui, tidak rusak atau
tidak mengalami perubahan selama transportasi. Obat tidak boleh diterima
jika kedaluwarsa, atau mendekati tanggal kedaluwarsa sehingga kemungkinan
besar obat telah kedaluwarsa sebelum digunakan oleh konsumen. Obat yang
memerlukan penyimpanan atau tindakan pengamanan khusus, harus segera
dipindahkan ke tempat penyimpanan yang sesuai setelah dilakukan
pemeriksaan. Nomor bets dan tanggal kedaluwarsa obat dicatat pada saat
34
volume item obat seharusnya diterima. Ship list terdiri dari nama, batch,
kadaluwarsa, izin edar, penyimpanan dan jumlah item obat. Pertama-tama bagian
penerimaan gudang akan memeriksa kondisi mobil pengantar obat. Selesai
pemeriksaan kondisi mobil, ekspeditur kemudian diperintahkan untuk
menurunkan obat.
Sistem pendistribusian barang yang dilakukan PT. Enseval Putera
Megatrading, Tbk Cabang Banjarmasin terbagi dalam pendistribusian untuk
dalam kota seperti kota Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura. serta
pendistribusian untuk luar kota daerah provinsi Kalimantan Selatan. PT. Enseval
Putera Megatrading, Tbk Cabang Banjarmasin memiliki prosedur tertulis untuk
setiap pengiriman. Pengiriman obat dan/atau bahan obat ditujukan kepada
pelanggan yang mempunyai izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Proses pengiriman dan kondisi penyimpanan barang yang akan dikirim telah
disesuaikan dengan persyaratan obat dan/atau bahan obat dari industri farmasi
sehingga mutu produk tetap terjaga sepanjang jalur distribusi. Proses
pendistribusian obat dapat dilihat pada gambar 2.
Obat Masuk
- Diperintahkan untuk parker
- Diterima ship list dan surat jalan
- Diperiksa kondisi mobil pengantar obat
Obat diturunkan
- Diperiksa kesesuaian obat yang diterima dengan ship
list
- Jika ada ketidaksesuaian atau masalah maka perlu
dibuat Berita Acara Klaim atau Laporan
Permasalahan Penerimaan yang kemudian dikirim
ke Pusat
- Jika tidak ada permasalahan, ship list dan
surat jalan di tanda tangani dan lanjut ke
bagan selanjutnya
41
melakukan scan pada locator hasil cetak dan locator yang tertera di rak obat.
Obat selanjutnya diletakkan di despatch (staging area). Setelah picker selesai
melakukan currenttask, secara automatis akan tercetak faktur dan pick list.
Checker melakukanpemeriksaan dari barang yang diambil oleh Picker
berdasarkan pick list. Pemeriksaan obat CCP dilakukan di dalam cool room. Pick
list selanjutnya diserahkan ke bagian administrasi gudang, sedangkan faktur ke
bagian ekspedisi untuk selanjutnya diterbitkan surat jalan dan faktur.
Faktur yang telah diterbitkan oleh bagian ekspedisi kemudian
ditunjukkan kepada Checker. Checker kemudian mengeluarkan obat sesuai
faktur. Ekspeditur menerima obat yang diserahkan dan melakukan pemeriksaan
kesesuaian dengan pick list dan jika telah sesuai maka ekspeditur harus
menandatangai pick list tersebut. Obat dengan suhu rendah harus dikirim dengan
menggunakan cool bags yang dilengkapi dengan termometer dan form suhu.
3.2.3 Prinsip Dasar Seleksi Obat dan Estimasi Kebutuhan Obat
(Perencanaan)
a. Pengadaan Produk Obat Reguler
Setiap awal bulan manajer area Direktorat Pharmamed di cabang
membuat rencana pengadaan barang (forecast) untuk 2 bulan kedepan,
perencanaan dapat dilihat dari jumlah konsumsi terbanyak periode
sebelumnya dan kondisi pasar pada saat itu. Forecast tersebut di input pada
Oracle Demantra. Demand planning, sales manager dan product manager
principal akan melakukan peninjauan ulang dan meneteapkan forecast yang
sudah dibuat oleh cabang. Forecast yang telah disetujui akan diberitahukan
direktorat sales cabang oleh demand planning. Regional distribution center
(RDC) pada bagian transportasi akan menginformasikan rencana pengiriman
barang ke cabang. Apoteker penanggung jawab (APJ) cabang membuat surat
pesanan ke RDC. Surat pesanan dibuat rangkap 2, lembar pertama (asli)
untuk pihak pengirim barang, lembar kedua (salinan) untuk gudang penerima.
RDC pusat melakukan pengiriman barang sesuai surat pesanan dan shiplist
yang ditandatangani APJ RDC pusat.
b. Pengadaan Produk Obat Mengandung Prekursor
44
dipisahkan dengan lokator obat bentuk cair, produk obat bentuk cair diletakkan
pada bagian bawah.
Obat psikotropika disimpan dalam ruangan khusus/lemari yang memiliki
kunci. Kunci disimpan oleh APJ dan kepala gudang. Pemeriksaan obat rantai dingin
(cold chain product) dari kemasan pengiriman dilakukan dalam cool room.
Penataan barang di chiller showcase tidak boleh terlalu rapat dan tidak menempel
dengan dinding chiller, untuk mencegah kemasan obat rusak/terkelupas.
Penyimpanan obat keras regular, obat bebas terbatas dan obat bebas sesuai dengan
lokator dan suhu ruang penyimpanan yang sudah ditentukan, terpisah dari produk
alat kesehatan, makanan, kosmetik, dan suplemen. Penyimpanan obat sitostatika
dan obat OOT juga diletakkan terpisah. Pengambilan obat sitostatiska disertai
dengan alat pelindung diri yang telah disediakan di dalam ruangan seperti sarung
tangan dan masker.
Suhu penyimpanan terbagi menjadi 3, yaitu suhu ruang biasa (25°C-30°C),
suhu ruang sejuk/coolroom (15°C-25°C), dan suhu ruang dingin/chiller (2°C-8°C).
monitoring suhu dilakukan 4 kali sehari yaitu pada jam 08.00: 11.00;14.00; dan
16.00. hasil monitoring tersebut dicatat form pencatatan suhu. Penanggung jawab
mengambil data softcopy 1 bulan sekali di minggu pertama setiap bulan dan
menyimpan data softcopy di folder yang khusus menyimpan data suhu di komputer
penanggung jawab. Setiap saat melakukan trend suhu, apabila ada suhu diluar
ditentukan maka lakukan tindakan perbaikan.
Penyimpanan obat psikotropika di dalam lemari khusus yang terkunci dan
terpisah dari produk yang lain. Produk psikotropika diletakkan pada kondisi sesuai
dengan ketentuan produk obat psikotropika umumnya diletakkan di cool room pada
suhu = 25°C. Obat psikotropika diatur berdasarkan jenis obat dan dipisahkan antara
nomor batch yang berbeda. Setiap obat psikotropika dilengkapi dengan kartu stok
manual. Informasi yang harus tercantum pada kartu stok manual, antara lain tanggal
transaksi, nomor picklist, nama outlet pemesan, jumlah barang keluar, dan nomor
batch. Obat psikotropika yang mendekati tanggal kadaluarsa dan yang telah
kadaluarsa disimpan terpisah dari obat yang akan dijual, disimpan didalam lemari
khusus dan terkunci diberikan tanda tidak untuk dijual dan diretur.
46
ED dan alasan retur. Untuk sekarang form TTRB sudah tersedia online
sehingga outlet menerima lembar tanda terima retur sementara (TTRS) terlebih
dahulu oleh sales, kemudian dilakukan input PDA ke admin direktorat TTRB
online. Untuk obat yang di retur dalam jumlah sedikit dapat dibawa langsung
oleh salesmen, sedangkan untuk jumlah yang banyak dapat diambil oleh bagian
transportasi dengan lampiran TTRB, pada lembar TTRB tersebut
mencantumkan tandatangan dan stampel dari outlet. Obat yang di retur
diserahkan ke gudang untuk dilakukan pemeriksaan dan pemilihan fisik serta
dicocokan dengan data yang ada pada lembar TTRB. Setelah diperiksa obat
disimpan sesuai dengan lokasi dari masing-masing kriteria seperti obat rusak
dilokasi BAD, obat baik di lokasi GOOD, obat tidak sesuai kriteria di lokasi
USULAN. Obat-obat yang tidak sesuai kriteria disimpan pada lemari retur
(lemari karantina), terkunci dan diberi penandaan yang jelas. Obat retur yang
mengandung psikotropika dan prekursor diperiksa bersama oleh apoteker
penanggung jawab dan disimpan pada lemari retur khusus, terkunci dan diberi
panandaan yang jelas. Khusus untuk obat-obat yang rusak (berbau dan bocor)
berupa cairan dibuang kedalam tank/tong dan kemasan dimasukkan ke dalam
sterofoam/drum untuk pemeriksaan.
Penanganan obat kembalian dari PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk ke
RDC (Regional Distribution Center) berupa pengecekan laporan barang rusak
(LBR) dan daftar barang yang ada di gudang penyimpanan. Obat-obat yang
akan di retur ke gudang pusat dikemas dan disegel dengan karton di saksikan
oleh apoteker penanggung jawab dan KSA (kepala seksi akuntansi). Obat
dikemas sesuai dengan jenis dan golongan barang agar terhindar dari
kontaminasi silang, serta diberi label LBR pada masing-masing barang.
Lembar LBR tersebut ditandatangani oleh Distric manager/Field Sales
Supervisor dan ABM yang kemudian diserahkan ke admin gudang untuk
proses pengiriman.
PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk sendiri sudah melakukan proses
obat kembalian (retur) sesuai dengan prosedur yang di tetapkan oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tentang Cara Distribusi Obat yang
49
Benar (CDOB) tahun 2012 seperti memiliki prosedur tertulis di tempat untuk
penanganan keluhan, membedakan antara keluhan tentang kualitas obat
dan/atau bahan obat dan keluhan yang berkaitan dengan distribusi. Memiliki
catatan terhadap penanganan keluhan termasuk waktu yang diperlukan untuk
tindak lanjutnya dan didokumentasikan. Setiap keluhan tentang obat dan/atau
bahan obat yang tidak memenuhi syarat dicatat dan diselidiki secara
menyeluruh untuk mengidentifikasi asal atau alasan keluhan, termasuk
penyelidikan terhadap bets lainnya. Semua keluhan dan informasi lain
mengenai produk yang rusak dan diduga palsu diteliti (diidentifikasi), ditinjau
dan dicatat sesuai dengan prosedur yang menjelaskan tentang tindakan yang
harus dilaksanakan. Setiap keluhan dikelompokkan sesuai dengan jenis keluhan
dan dilakukan trend analysis terhadap keluhan (GAK USAH BUKAN
PEMBAHASAN KELUHAN). Narkotika atau psikotropika kembalian
disimpan terpisah dari obat dan/atau bahan obat kembalian lain, terkunci dan
aman untuk mencegah pendistribusian kembali dan produk kembalian serta
tindak lanjutnya didokumentasikan dan jika dimusnahkan dilaporkan ke Badan
POM.
b. Penanganan Obat yang ditarik
Penanganan penarikan obat (recall) yang dilakukan di PT. Enseval Putera
Megatrading, Tbk terbagi menjadi 2 macam yaitu mandatory recall dan
voluntary recall. Mandatory recall merupakan penarikan obat yang dilakukan
berdasarkan perintah langsung dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM) kepada suatu perushaan. Penarikan kembali produk bisa dilakukan
sebagai tindak lanjut dari evaluasi terhadap adanya keluhan. Penarikan
mandatory recall ini dilakukan bila suatu produk sudah tidak memenuhi
persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan efek samping yang tidak
diinginkan. Sedangkan voluntary recall merupakan penarikan obat yang
dilakukan dari PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk. seperti obat-obat yang
tidak memenuhi persyaratan mutu, obat-obat yang berpotensi untuk disalah
gunakan dan obat-obat yang diduga palsu.
50
h. Pelaporan retur prekursor farmasi berupa nama obat, retur masuk (kode
sasaran, jumlah masuk, kode batch, tanggal kadaluarsa, tanggal transaksi), kode
batch, retur keluar (pemusnahan, kembali pabrik, kembali PBF, dan tanggal
transaksi. Pelaporan dilakukan 1 bulan sekali ke website Ereport Binfar
Kemenkes RI berdasarkan data retur obat prekursor dari outlet.
i. Pelaporan obat triwulan yaitu laporan data dinamika obat atau data seluruh obat
beserta zat aktifnya, berupa kode obat, nama obat, stok awal, jumlah masuk,
jumlah keluar, dan harga jual (box) yang dilakukan setiap 3 bulan sekali ke
website Ereport Binfar Kemenkes RI dengan melihat jumlah obat masuk dan
obat keluar.
j. Pelaporan retur obat triwulan farmasi berupa nama obat, retur masuk (kode
sasaran, jumlah masuk, kode batch, tanggal kadaluarsa, tanggal transaksi), kode
batch, retur keluar (pemusnahan, kembali pabrik, kembali PBF, dan tanggal
transaksi. Pelaporan dilakukan 3 bulan sekali ke website Ereport Binfar
Kemenkes RI berdasarkan data retur obat prekursor dari outlet.
Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1997 tetntang Psikotropika setiap
pabrik obat, PBF, sarana pelayanan sediaan farmasi, pemerintah, apotek, rumah
sakit, Puskesmas, balai pengobatan, dokter, lembaga penelitian atau lembaga
pendidikan wajib membuat dan menyimpanan catatan mengenai kegiatan masing-
masing yang berhubungan dengan psikotropik dan kemudian wajib melaporkan
catatan kepada Menteri Kesehatan secara berkala. Kegiatan yang dimaksud berupa
pemasukan dan pengeluaran Psikotropika yang dilaporkan setiap bulan ke Ereport
Binfar Kemenkes RI dan Enapza Badan POM. PT. Enseval Putera Megatrading,
Tbk telah melakukan pencatatan dan pelaporan secara berkala sesuai peraturan
perundang-undangan dan peraturan BPOM.
53
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktek kerja profesi Apoteker PBF adalah
sebagai berikut:
1. Peran dan tugas apoteker penanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya di
PBF PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk adalah melaksanakan dan
mengawasi kegiatan pengelolaan obat jadi sebagai komoditi utama yang
disalurkan PBF ini.
2. Penerapan aspek manajemen pengelolaan sediaan farmasi di PBF PT. Enseval
Putera Megatrading, Tbk telah didukung oleh oleh sistem software aplikasi
milik PBF PT. Enseval Putera Megatrading, Tbk, yaitu “Oracle” yang
54
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2012. Peraturan Kepala Badan
PengawasObat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 03. 1. 34.
11. 12. 7542 Tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat
yang Baik. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, Jakarta.
LAMPIRAN
Lemari Karantina Produk BAD (Rusak) Lemari APD (Alat Pelindung Diri)
Lokator Bufer Stok Produk Cool Room Lemari Lokator Obat di Ruang Cool
Room
61
RestruckTangga Dorong
63