Anda di halaman 1dari 10

NAMA :

NIM :

STUDI KASUS GAGAL GINJAL-Dialisis


Seorang pasien pria berusia 65 tahun dengan tinggi badan 165 cm dan berat badan 65 kg dengan
Scr 4 mg/dl, Na= 145 mEq/L, K= 5.5 mEq/L, Ca = 1.9 mmol/L, Ureum = 50 mg/dl, HB= 10
mg/dl
Riwayat Penyakit Sebelumnya ; Hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan Diabetes sejak 5 tahun
yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang: Mual, Muntah darah, gatal gatal
Riwayat Penyakit keluarga: Ayah meninggal karena stroke, Ibu meninggal karena komplikasi
Diabetes
Obat yang sedang digunakan; Captopril 12,5 mg 2 kali sehari, Metformin 500 mg 2 kali sehari

Pemeriksaan Vital Sign


Tekanan Darah ; 170/90 mmHg
T (suhu) ; 37 C
Nadi ; 85/menit
Pernafasan ; 22/menit

Pertanyaan

1. Hitung Nilai GFR pasien?


2. Apakah obat yang perlu diberikan kepada pasien?
3. Apakah penyebab Ca =1.9 mmol/L?
4. Apakah penyebab HB= 10mg/dl
5. Apakah yang terjadi jika Ureum 50 mg/dl
6. Apakah penyebab pasien mual?
7. Apakah penyebab pasien bisa sampai muntah darah?
8. Apakah penyebab pasien gatal-gatal?
9. Pengobatan apa sajakah yang diperlukan pasien?
10. Apakah Captopril tetap harus dilanjutkan untuk pasien diatas, berikan alasan
untuk jawaban saudara!
11. Apakah perbedaan peritoneal dialysis dan hemodialysis, gambarkan juga
mekanisme kerjanya !
12. Dari nilai lab diatas manakah yang tidak normal?
13. Jelaskan konseling yang harus diberikan pada pasien diatas!
14. Jelaskan S-O-A-P untuk pasien di atas!

JAWABAN
1. Hitung Nilai GFR pasien

Identifikasi Data Lab


Pemeriksaan Hasil Batas Normal Keterangan
SCr 4 mg/dL 0,5-1,2 mg/dL Tinggi
Na+ 145 mEq/L 135-144 mEq/L Diatas batas normal
K+ 5,5 mEq/L 3,6-4,8 mEq/L Tinggi
Ca 1,9 mmol/L 2,2-2,6 mmol/L Rendah
Ureum 50 mg/L 6-24 mg/dL Tinggi
Hb 10 mg/L 13-18 g/dL Rendah

Pemeriksaan tanda vital

Pemeriksaan Hasil Batas Normal Keterangan


Tekanan darah 170/90 mmHg 120-80 mmHg Tinggi
T (suhu) 37°C 36,5-37,2 °C Normal
Nadi 85/menit 60-100 kali/menit Normal
Pernafasan 22/menit 12-20 kali/menit Tidak normal

Perhitungan

GFR = {[ ( 140− Age ) x KgBB ] }


¿¿

( 140−65 ) x 65 kgBB
= mg
(72 x 4 )
dL
75 x 65
=
288
4.875
=
288
= 16, 927 mL/min 1,73 m2 (stage 4 severe reducing of GFR)

Laju filtrasi glomerulus (LFG) merupakan suatu pemeriksaan fungsi ginjal untuk menilai fungsi
ekresi ginjal, dengan menghitung banyaknya filtrate yang dapat dihasilkan oleh glomerulus.
Derajat penurunan nilai LFG menandakan beratnya kerusakan ginjal. Berdasarkan nilai GFR
tersebut maka pasien termasuk ke dalam stage 4.
No Stadium penyakit ginjal kronik (PGK) GFR ( mL / menit per luas
permukaan tubuh 1,73 m2
1 Kerusakan ginjal (albumin, hematuria, atau gambaran ≥ 90
ginjal abnormal) dengan eGFR normal
2 Kerusakan Ginjal dengan disfungsi ginjal ringan 60-89
3 PGK stadium menengah 30-59
4 PGK stadium berat 15-29
5 PGK stadium terminal < 15

Komplikasi sering terjadi pada saat LFG < 60 mL/ menit antara lain hipertensi, anemia ,
gangguan metabolism tulang dan mineral, asidodid metabolic, penyakit kardiovaskular, penyakit
infeksi, gangguan neurologi dan penyakit kulit.
2. Obat yang perlu diberikan kepada pasien
a. Adanya hipertensi pada pasien CKD diberikan antihipertensi golongan CCB yaitu
Amlodipin, akan sangat menguntungkan dengan pemberian amlodipine yang
dikombinasikan dengan diuretic thiazide ( Furosemid ). Diuretic bekerja dengan
meningkatkan ekresi natrium, klorida dan air, sehingga mengurangi volume plasma
da cairan ekstraksi sehingga tekanan darah menurun
b. Dari data pemeriksaan tanda vital pasien di daoatkan data nilai pernafasan yang tidak
normal, sehingga diduga adanya penumpukan cairan di paru-paru, oleh sebab itu
diberikan furosemide. Furosemide digunakan untuk mengatasi cairan dalam tubuh.
Dan Na+ = 145 mEq/L K+ = 5,5 mEq/L artinya kadar cairan pasien tersebut lebih dari
normal/ tinggi jadi fungsi furosemide ini untuk mengeluarkan kelebihan cairan dalam
tubuh melalui urine.
c. Pada hasil pemeriksaan laboratorium di dapat data creatinine (SCr) pasien tinggi, oleh
sebab itu diberikan kelosteril. Kelsteril digunakan untuk terapi gangguan ginjal
kronik sampai gejala gagal ginjal.
d. Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapat juga data kalium (K +) pasien tinggi.
Hyperkalemia terjadi karena penurunan ekresi potassium akibat terganggunya fungsi
ginjal, diberlakukan terapi jangka panjang untuk mencegah hyperkalemia dan
diresepkan kation resin pengganti. Salah satu kation resin pengganti yaitu Calsium
Polystyrene Sulphonate (Kalitake) untuk menurukan hiperglikemik pada penderita
yang belum da sudah menjalani hemodialysis.
e. Pada data Lab terdapat kalsium (Ca) pasien rendah. Menurunnya fungsi ginjal
membawa dampak pada berkurangnya hormone yang mengatur penyerapan kalsium
dan vitamin D yang dibutuhkan yang dibutuhkan tulang. Proses dialysis yang
membuang elektrolit terlarut dalam cairan tubuh ikut memburuk kondisi tulang.
Karena tubuh yang kekurangan kalsium akan mencuri kalsium dari tulang. Hal ini
pada akhirnya dapat mengakibatkan suatu komplikasi serius pada pasien gagal ginjal,
yaitu kerapuhan tulang yang juga dikenal dengan istilah osteodistrofi. Calcitriol
merupakan bentuk bioaktif vitamin D yang membantu penyerapan kalsium pada
tulang. Calcitriol berperan penting pada demineralisasi tulang.
f. Setiap pasien CKD akan mengalami anemia dan ureum tinggi, sehingga pada kasus
diatas pasien mengalami mual da beberapa kali muntah, dan ketika ureum tinggi pH
darah menjadi asam (asidosis) makan perlu diberikan CaCO3. Secara garis besar,
CaCO3 digunakan sebagai buffer dalam penanganan kondisi asidosis metabolic yang
terjadi pada hamper seluruh pasien gagal ginjal karena kesulitan dalam proses
eliminasi buangan asam hasil dari metabolism tubuh (Sjamsiah,2005).
g. Dari data Lab terdapat data Hb pasien yang rendah ( pasien mengalami anemia).
Anemia pada pasien gagal ginjal utamanya disebabkan kurangnya produksi
eritropoetin (EPO) oleh karena penyakit ginjalnya. Factor tambahan lainya yang
mempermudah terjadinya anemia antara lain defisiensi zat besi, inflamasi akut
maupun kronik. inhibisi pada sumsum tulang dan pendeknya masa hidup eritrosit.
Selain itu, kondisi komorbid seperti hemoglobinopati dapat memperburuk anemia
pada pasien GGK. Diberikan terapi eritropoetin karena terapi eritropoetin
diindikasikan untuk pengobatan anemia pada pasien gagal ginjal dan eritropoetin
secara konsisten menjaga dan memperbaiki kadar Hb dan Ht.
h. Dari data laboratorium juga terdapat data Ureum pasien tinggi. Ureum yang terlalu
tinggi menyebabkan PH darah menjadi Asam yang menandakan adanya kerusakan
pada ginjal dan menyebabkan gejala seperti mual dan muntah, oleh sebab itu
dianjurkan menggunakan Obat golongan PPI , seperti Lansoprazole.
i. Antidiabetes pasien diberikan Gliquidone, Karena Metfomin kontraindikasi jika
diberikan pada pasien yang mcmpunyai nilai GFR dibawah 30 mL/min. Jadi.
dilakukan penggantian Obat yaitu diberikan sulfonilurea yang aman bagi pasien
gagal ginjal kronis.
j. Berdasarkan keluhan. pasien mengalami gatal-gatal yang diakibatkan olch tingginya
kadar ureum yang menumpuk di bawah kulit. maka diberikan Antihistamin yaitu
Loratadine untuk mengatasi keluhan gatal pada pasien.
3. Apakah penyebab Ca = 1.9 mmol/L
Jawab :
Menurunnya fungsi ginjal membawa dampak pada berkurangnya hormone yang
mengatur Penyerapan kalsium dan vitamin D yang dibutuhkan tulang. Proses dialysis
yang membuang elektrolit terlarut dalam cairan tubuh ikut memperburuk kondisi tulang.
Karena tubuh yang kekuragan kalsium akan mencuri kalsium dari tulang Hal ini pada
akhirrva dapat mengakibatkan suatu serius pada pasien gagal ginjal yaitu kerapuhan
tulang (ostcodistrofi).
4. ApAah penyebab HB = 10 mg/dL
Jawab :
Anemia terjadi pada 80-90% pasien penyakit ginjal kronik. Anemia pada pasien gagal
ginjal utamanya disebabkan Oleh ketidakmampuan memproduksi hormone eritropoetin
(EPO) karena fungsi ginjalnya telah menurun. Hormon ini merupakan komponen penting
dalam tubuh untuk memproduksi sel darah merah. Inilah yang menyebabkan pasien
Gagal Ginjal Hb-nya bisa rendah (anemia). Faktor tambahan lainnya yang
mernpermudah terjadinya anemia anantara lain defisiensi zat besi, inflamasi akut maupun
kronik, inhibisi pada sumsum tulang dan pendeknya masa hidup eritrosit. Selain itu,
kondisi komorbid seperti hemoglobinopati dapat memperburuk anemia pada pasien
GGK.
5. Apakah yang terjadi jika Ureum SO mg/dL
Jawab :
Ureum yang terlalu tinggi menyebabkan PH darah menjadi Asam yang menandakan
adanya kerusakan pada ginjal dan menyebabkan gejala :
- Mual dan muntah
- Kehilangan nafsu makan
- penurunan berat badan
- Sulit berkonsentrasi
- Pruritus (rasa gatal yang bisa meliputi seluruh atau sebagian tubuh seseorang)
- Sakit kepala
- Kelelahan ekstrem
- Rasa sakit, mati rasa, atau kram pada bagian kaki
6. Apakah pemyebab mual
Jawab :
Hal ini diakibatkan oleh tingginya kadar ureum. Dan mual juga bisa disebabkan oleh
kadar kalium pasien yang melebihi balas normal. pada dasamya fungsi ginjal yang utama
adalah sebagai penyaring. dimana racun-racun tubuh akan disaring sehingga dapat
dikeluarkan oleh ginjal dalam bcntuk urine. Bila kegagalan ginjal terjadi, fungsi
terganggu dan menjadi terlalu tinggi menyebabkan PH darah menjadi Asam yang
menandakan adanya kerusakan pada ginjal. Tubuh akan kesulitan membuang racun atau
sisa metabolisme. sehingga terjadi penumpukkan racun pada tubuh. racun pada tubuh
inilah yang sering kali menimbulkan gejala mual dan muntah.
7. apakah penyebab pasien bisa sampai muntah darah
a. Pasien yang akan menjalani cuci darah umumnya akan diberikan pangencer darah,
seperti Heparin. Hal ini bertujuan untuk mcncegah penggumpalan darah saat proses
cuci darah. Obat ini sebenarnya diberikan pada dosis yang cukup aman sehingga tidak
akan menimbulkan efek perdarahan yang hebat. seperti muntah darah. Namun, bila
pasien memang memiliki masalah pada sistem pembekuan darah (koagulasi). bisa
saja pemberian heparin tersebut dapat mencetus terjadinya muntah darah.
b. Penyebab yang kedua dari muntah darah Saat cuci darah adalah adanya masalah pada
saluran pencernaan. Pasien yang sebelumnya memiliki riwayat peradangan lambung
atau adanya Iuka di dinding Iambung tentu resiko lebih tinggi untuk mengalami
muntah darah, terutama Saat cuci darah. Biasanya, kondisi ini dialami oleh mereka
yang sebelumnya sering mengonsumsi Obat anti peradangan atau pernah mengalami
infeksi H. pylori di Iambungnya (J Gipas)
Penyebab lain :
• Erosi Iambung (sakit maag)
• Vanses esophagus (pecah pembuluh dara esophagus)
• Muntah berlebihan yang terlalu hebat
• Obat-obat penghilang nyeri dan jamu
• Zat kimia berbahaya
• Trauma
8. Apakah penyebab pasien gatal-gatal?
Jawab :
 Gatal biasa menjadi pertanda penyakit mineral dan tulang yang sering menyertai
penyakit gagal ginjal stadium lanjut. Munculnya gejala kulit kering dan gatal
menandakan bila ginjal tidak lagi mampu menjaga keseimbangan mineral dan nutrisi
dalam darah pasien.
 Kadar ureum yang tinggi pada GGK menyebabkan sindroma uremia yang akan
menimbulkan kelainan berupa gangguan biokimia sistemik yang dapat menyebabkan
protitus. Sindroma uremia akibat gangguan biokimia yang bersifat sistemik pada
GGK. Terjadi retensi sisa pembuangan metabolism protein, yang ditandai oleh
homeostatis cairan yang abnormal dan elektrolit dengan kekacauan metabolic dan
endokrin. Kadar ureum yang tinggi dan berlangsung kronik merupakan catatan
utama. Dialysis tidak dapat menyebabkan fungsi endokrin renal yang sehat sehingga
tetap terjadi gangguan metabolic seperti gangguan biokimia berupa asidosis
metabolic, gangguan ion K, Na dan air, gangguan ion Ca, PO4, Mg, uremia dan
hiperurisemia. Selain itu juga terjadi gangguan system gastrointestinal, hematologi,
pernafasan, kardiologi, kulit dan neuromuscular. Divalent-ion abnormalities yang
terjadi, diduga menyebabkan Pruritus Uremik.

9. Pengobatan apa sajakah yang diperlukan pasien?


Jawab :
 Berdasarkan nilai GFR = 16,927 mL/min pasien sudah memasuki tahap berat yaitu
kategori 4 (stage 4), maka pasien harus melakukan persiapan untuk dialis atau
transpalasi ginjal.

10. Apakah Captopril tetap harus dilanjutkan untuk pasien diatas, berikan alasan
untuk jawaban saudara!
Jawab :
 Terapi captopril diganti dengan amlodipine 10 mg 1x1 hari, karena pada pasien CKD
terapi hipertensi yang dianjurkan adalah antihipertensi golongan CCB (calcium
chanel blocker) yaitu Amlodipine.

11. Apakah perbedaan peritoneal dialysis dan hemodialysis, gambarkan juga


mekanisme kerjanya !
Jawab :
a. Hemodialysis
Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan.
Hemidialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien
berpenyakit akut yang membutuhkan dialysis waktu singkat (DR. Nursalam M. Nurs,
2006). Hemodialysis adalah pengeluaran zat sisa metabolism seperti ureum dan zat
beracun lainnya, dengan mengalirkan darah lewat alat dialyzer yang berisi membrane
yang selektif-permeabel dimana melalui membrane tersebut fusi zat-zat yang tidak
dikehendaki terjadi. Hemodialysa dilakukan pada keadaan gagal ginjal dan beberapa
bentuk keracunan (Chirstian Brooker, 2001). Hemodialisa adalah suatu prosedur
dimana darah dikelarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar
tubuh yang disebut dialyzer. Prosedur ini memerlukan jalan masuk kealiran darah.

b. Parioneal Dialisis
Adalah metode dialysis dengan bantuan membrane perioneum (selaput rongga perut),
jadi darah tidak perlu dile;uarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan disaring oleh
mesis dialysis.
Jenis Perioneal Dialisis :
 APD (Automated Peritoneal Dialysis), merupakan bentuk terapi dialysis
peritoneal yang baru dan dapat dilakukan di rumah, pada malam hari sewaktu
tidur dengan menggunakan mesisn khusus yang sudah di program terlebih dahulu.
 Continouse Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), bedanya tidak menggunakan
mesin khusus seperti APD, dialysis peritoneal diawali dengan memasukkan cairan
dialisat (cairan khusus untuk dialysis) kedalam rongga perut melalui selang
kateter, lalu dibiarkan selama 4-6 jam.
Perbedaan utama antara hemodialysis menggunakan mesin dialyzer untuk menyaring
darah, sementara dialysis peritoneal menggunakan garis perut yang disebut membrane
peritoneal untuk melakukan penggantian darah.
12. Dari nilai lab diatas manakah yang tidak normal?
Jawab :
Identifikasi Data Lab
Pemeriksaan Batas Normal Hasil Keterangan
SCr 0,5-1,2 mg/dL 4 mg/dL Tinggi
Na+ 135-144 mEq/L 145 mEq/L Diatas batas normal
K+ 3,6-4,8 mEq/L 5,5 mEq/L Tinggi
Ca 2,2-2,6 mmol/L 1,9 mmol/L Rendah
Ureum 6-24 mg/dL 50 mg/Dl Tinggi
Hb 13-18 mg/dL 10 mg/dL Rendah

13. Jelaskan konseling yang harus diberikan pada pasien diatas!


Jawab :
Apabila pasien memutuskan untuk melakukan dialysis maka konseling yang harus
diberikan adalah :
a. Sesuaikan jadwal dialysis agar dapat melakukannya sesuai jadwal tanpa
keterlambatan
b. Rutin meminum obat yang sudah diberikan
c. Control tekanan darah dan gula darah secara rutin
d. Menjaga pola makan, hindara makanan yang dapat memperbert kerja ginjal seperti ;
makanan dengan sodium tinggi, makanan dengan kadar kalium yang tinggi seperti
pisang dan kentang, makan dengan jumlah protein yang tinggi seperyi daging,
makanan tinggi fosfor seperti gandum atau minuman bersoda.
e. Sesuikan waktu dialysis dengan waktu minum obat. Misalnya obat-obatan yang tidak
terdialisis seperti obat hipertensi dan diuretic dapat diminum sebelum proses HD.

14. Jelaskan S-O-A-P untuk pasien di atas!


Jawab :
a. SUBJECTIVE
Seorang pasien pria berusia 65 tahun dengan tinggi badan 165 cm dan berat badan 65
kg.
Riwayat Penyakit Sebelumnya ; Hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan Diabetes
sejak 5 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang: Mual, Muntah darah, gatal gatal
Riwayat Penyakit keluarga: Ayah meninggal karena stroke, Ibu meninggal karena
komplikasi Diabetes.

b. OBJECTIVE
Pemeriksaan Lab
SCr = 4 mg/dL
+
Na = 145 mEq/L
K+ = 5,5 mEq/L
Ca = 1,9 mmol/L
Ureum = 50 mg/dL
HB = 10 mg/dL

Pemeriksaan Vital
Tekanan Darah = 170/90 mmHg
T (Suhu) = 37o C
Nadi = 85/menit
Pernafasan = 22/menit

c. ASSESMENT
- Captopril 2x sehari
Dosis : 12,5 mg
Mekanisme : Bekerja dengan cara menghambat perubahan angiotensin 1 menjadi
angiotensisn 2 sehingga menjadi vasodilatasi
Kategori : C dan D

- Metformin 2x sehari
Dosis : 500 mg
Mekanisme : Bekerja dengan cara meningkatkan efejtivitas tubuh tubuh dalam
dalam menggunakan insulin untuk menekan peningkatan kadar gula darah
Kategori : B

d. PLANNING
- Amlodipne 1x sehari
Dosis : 10 mg
Mekanisme : Bekerja dengan cara melemaskan dinding pembuluh darah. Efeknya
akan memperlancar aliran darah menuju jantung dan mengurangi tekanan darah.
Kategori : C

- Furosemide 1x sehari
Dosis : 40 mg
Mekanisme : Bekerja dengan cara menghambat konrasponder luminal Na-K-Cl
dari loop Henle, dengan mengikat ke kanal klorida, sehingga menyebabkan
kehilangan kehilangan natrium, klorida dan kalium dalam urin.
Kategori : C dan D

- Ketosteril 3x 4-8 kaplet/ hari


Mekanisme : meningkatkan nitrogen endogen menjadi formasi asam amino yang
dapat mengurangi beban ginjal sehingga dapat memperbaiki komplikasi metabolic
dan menghambat progresifitas
Kategori : C

- Kalitake 3x sehari
Dosis : 5 g
Mekanisme : kalitake mengandung ion Ca2+ dalam grup radikal resin sulfonate
yang merupakan kopolimer styrene divinil benzene. Dengan mekanisme kerja
sebagai resin penukar ion. Kaliteke melepaskan ion Ca2+ dan meningkatkan ion K+
melalui absorpsi. Pada konsumsi per oral, obat ini mengakibatkan terjadinya
proses penukaran ion dalam tractus gastrointestinalis, diekskresi dalam feses,
katikate tidak mempengaruhi aktivitas motoric spontan.
Kategori : C

- Calciitriol 1x sehari
Dosis : 0,25 mcg
Mekanisme : Bekerja dengan cara menyerap lebih banyak kalsium pada makanan
atau suplemen sehingga kadar kalsium meningkat, serta mengatur produksi
hormone paratinoid dalam tubuh
Kategori : C

- CaCO3 3x seminggu
Dosis : 0,5 – 3 gram maksimal 7,5 g/hari
Mekanisme : menetralisir asam hidrokkorida dalam sekresi lambung. Senyawa ini
membentuk kalsium klorida, karbondioksida dan air setelah menetralisir
hidroklorida.

- Eritropoietin, 2 menit sebelum HD


Dosis : 50 IU
Mekanisme : dengan cara mengikat rseptor eritropoietin pada permukaan sel
darah merah progenitor pengatur kadar eritropoietin bergantung pada tingkat
oksigenasi darah dah ketersediaan zat besi.
Kategori : C

- Lansoprazole, 1x sehari
Dosis : 15 mg
Mekanisme : PPI dapat menghambat asam lambung dengan menghambat kerja
enzim (K+H+ATPase) yang akan memecah K+H+ATP menghasilkan energi yang
digunakan untuk mengeluarkan asam HCl dari kanalkuli sel pariental ke dalam
lumen lambung.
Kategori : B

- Gliquidone, 2x sehari
Dosis : 30 mg
Mekanisme : Bekerja dengan cara merangsang produksi insulin organic dan
meningkatkan metabolism tubuh penderita diabetes tipe 2.
Kategori : C

- Loratadine, 1x sehari
Dosis : 10 mg
Mekanisme : Bekerja dengan cara memblokir zat histamin yang diproduksi tubuh.
Zat histamin pada dasarnya berfungsi melawan virus atau bakteri yang masuk ke
tubuh.

Anda mungkin juga menyukai