Anda di halaman 1dari 44

CHRONIC

KIDNEY DISEASE
NAMA :ASTRIANI NATALIA BR GINTING
B.P : 1941013031
DEFINISI Chronic Kidney Disease

Chronic kidney disease (CKD) adalah suatu


kerusakan pada struktur atau fungsi ginjal yang
berlangsung ≥ 3 bulan, dengan atau tanpa disertai
penurunan glomerular filtration rate (GFR). Selain
itu, CKD dapat pula didefinisikan sebagai suatu
keadaan dimana GFR < 60 mL/menit/1,73 m2
selama ≥ 3 bulan dengan atau tanpa disertai
kerusakan ginjal
Penyakit ginjal kronis (CKD) adalah suatu kondisi
dimana ginjal rusak atau tidak bisa menyaring darah
yang menyebabkan kelebihan cairan dan limbah dari
darah tetap berada dalam tubuh dandapat
menyebabkan masalah kesehatan lainnya (Levey,
2005)
 Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya
akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal
lanjut secara bertahap (Doenges, 1999)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal
tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible
dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah).
(Brunner & Suddarth, 2001)
 Gagal ginjal kronik merupakan
perkembangan gagal ginjal yang progresif
dan lambat,biasanya berlangsung beberapa
tahun. (Price, 1992)
ETIOLOGI Chronic Kidney
Disease
Berikut beberapa penyebab penyakit gagal
ginjal secara umum, antara lain :
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis
sitemik)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubulus ginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout,hiperparatiroidisme)
7. Nefropati toksik
8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih).
PATOFISIOLOGI
PATOGENESIS
KLASIFIKASI
 Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
Stadium 1  penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal dan penderita
asimptomatik.
Stadium 2  insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea Nitrogen ( BUN
meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
Stadium 3  gagal ginjal stadium akhir atau uremia.

 Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate )/ CCT ( Clearance Creatinin Test ) dapat digunakan
dengan rumus:
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = {( 140-umur ) x berat badan ( kg )} / (72 x creatini serum)
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
STAGING
The U.S National Kidney Foundation’s Kidney Disease Outcomes Quality Initiative telah mengalami revisi dan menjelaskan
stadium CKD. Stadium dibuat berdasarkan ada tidaknya gejala dan progesivitas penurunan Laju filtrasi glomerulus (Glomerulus
Filtration Rate/GFR), yang dikoreksi per satuan tubuh (per1,73m2). GFR normal pada dewasa sehat kira-kira 120-130 mL per menit.
Stadium penyakit ginjal adalah sebagai berikut (Corwin, 2009):
a) Stadium I : Kerusakan ginjal (kelainan atau gejala dari patologi kerusakan, mencakup kelainan dalam pemeriksaan darah atau urine
atau dalam pemeriksaan pecitraaan) dengan GFR normal atau hamper normal, tepat atau di atas 90 mL/menit (≥75% dari nilai normal)
b) Stadium 2 : GFR antara 60 dan 89 mL/menit, dengan tanda kerusakan ginjal. Stadium ini dianggap sebagai salah satu tanda
penurunan cadangan ginjal. Nefron yang tersisa dengan sendirinya sangat rentan mengalami kegagalan fungsi saat terjadi kelebihan
beban. Gangguan ginjal lainnya mempercepat penurunan fungsi ginjal.
c) Stadium 3 : GFR antara 30 – 59mL/menit. Insufisiensi ginjal dianggap terjadi pada stadium ini. Nefron terus menerus mengalami
kematian.
d) Stadium 4 : GFR antara 15 -29 m/menit dengan hanya sedikit nefron yang tersisa.
e) Stadium 5 : gaggal ginjal stadium lanjut dengan GFR <15 mL/menit. Nefron yang masih berfungsi tinggal beberapa. Terbentuk
jaringan parut dan atrofi tubulus ginjal.
CKD stadium 5 dikenal sebagai penyakit ginjal tahap akhir (End Stage Renal Disease/ESRD), terjadi ketika GFRturun kurang dari 15
mL/menit.Pasien dengan CKD stage 5 memerlukan dialysis berkepanjangan atau transplantasi ginjal untuk mengurangi gejala uremik
(Sukandar, et.al, 2011).
Manifestasi Klinik
• Pada umumnya penderita CKD stadium 1-3 tidak mengalami gejala
apa-apa atau tidak mengalami gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit, endokrin dan metabolik yang tampak secara klinis
(asimtomatik).
• Gangguan yang tampak secara klinis biasanya baru terlihat pada CKD
stadium 4 dan 5.
• Beberapa gangguan yang sering muncul pada pasien CKD anak adalah
: gangguan pertumbuhan, kekurangan gizi dan protein, gangguan
elektrolit, asidosis, osteodistrofi ginjal, anemia dan hipertensi.
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi
perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama
jantung dan edema.

b. Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara
krekels.

c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme
protein dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi
dan perdarahan mulut, nafas bau ammonia.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium
dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.

h. System hematologi
anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga
terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.
2. Gambaran Laboratoris
• Sesuai penyakit yang mendasari

• Penurunan fungsi ginjal ÆPeningkatan kadar ureum kreatinin serum,


penurunan LFG.

• Kelainan biokimiawi darah ( penurunan Hb, peningkatan kadar asam


urat, hiper/hipokalemia, hiponatremia, hiper/hipokloremia,
hiperfosfatemia, hipokalsemia,asidosis metabolik.

• Kelainan urinalisis ( proteinuria, hematuria, leukosuria, cast,


isostenuria )
3. Gambaran Radiologis
• FPA, bisa tampak radio opak

• Pielografi intravena ( jarang ) karena kontras sering tidak bisa melewati filter
glomerulus, khawatir pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal yang
sudah mengalami kerusakan

• Pielografi antegrad dan retrograd sesuai indikasi

• USG ginjal, memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks menipis,


adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi

• Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi bila ada indikasi


Biopsi dan Pemeriksaan Histopatologi Ginjal

• Dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal yg masih mendekati normal,


• dimana diagnosis secara noninvasif tidak bisa ditegakkan. Tujuannya
mengetahui etiologi,
• terap,prognosis, dan mengevaluasi terapi yg diberikan.
ALGORITMA TERAPI
FARMAKOLOGI CKD
KASUS
Identitas Pasien
Keluhah Utama
Sesak nafas yang semakin meningkat sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang
• Sesak nafas yang semakin meningkat sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit, sesak tidak menciut, sesak nafas tidak dipengaruhi
aktivitas, cuaca dan makanan
• Batuk (+) sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, berdahak,
sulit dikeluarkan
• mual (+), muntah (+), nyeri ulu hati , demam (-), badan terasa
lemas, Nafsu makan menurun, sembab pada tungkai, BAB dan BAK
(+) biasa
Riwayat Penyakit Terdahulu
• Stroke sejak 3 tahun yang lalu, Hipertensi sejak 10 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak Ada
Data Pemeriksaan Fisik

• Tinggi Badan : 156 cm


• Berat Badan : 55 kg
Data Pemeriksaan Organ Vital

Tekanan
Nadi Pernafasan Suhu
Tanggal Darah
(x/menit) (x/menit) (oC)
(mmHg)

02/07 180/110 86 28 36,3

03/07 140/90 88 28 36,5

04/07 170/110 84 26 36,1

05/07 140/80 84 26 36,1

06/07 160/90 85 26 36,5

07/07 170/100 84 28 36,5


DATA LABORATORIUM
1. Pemerikasaan pada tanggal 2 Juli 2017
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan
HGB 6,5 13 - 16 g/dl Rendah
RBC 2,25 (4,5 - 5,5) x 106/uL Rendah
HCT 20,3 40 - 48 % Rendah
MCV 90,2 80 – 100 Fl Normal
MCH 28,9 24 - 33 pg Normal
MCHC 32 32 - 36 g/dL Normal
WBC 9,02 (5 – 10) x 103 /uL Normal
EO 0,7 1-3% Rendah
NEUT 82,5 50 - 70 % Tinggi
LYMPH 9,5 20 - 40 % Rendah
PLT 312 (150 – 400) x 103/uL Normal
Kalium 5,53 3,5 – 5,5 mEq/dL Tinggi
Natrium 141,4 135 – 147 mEq/dL Normal
Klorida 112,7 100 – 106 mEq/dL Normal
Gula darah
144
puasa 2 jpp
Ureum 250 20 -40 mg/dL Tinggi
Kreatinin 13,85 0,5 – 1,5 mg/dL Tinggi
2. Pemeriksaan pada tanggal 3 Juli 2017
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan
HGB 6,3 13 - 16 g/dl Rendah
RBC 2,14 (4,5 - 5,5) x 106/uL Rendah
HCT 19,6 40 - 48 % Rendah
MCV 91,6 80 – 100 Fl Normal
MCH 29,4 24 - 33 pg Normal
MCHC 32,1 32 - 36 g/dL Normal
WBC 9,15 (5 – 10) x 103 /uL Normal
EO 0,7 1-3% Rendah
NEUT 82,6 50 - 70 % Tinggi
LYMPH 10,3 20 - 40 % Rendah
PLT 303 (150 – 400) x 103/uL Rendah
LED 75 <10 mm/jam Tinggi
PT 10,6 9,5 – 11,7 sec Normal
APTT 47,6 28 – 42 sec Tinggi
INR 0,98
Anti HCV Non Reaktif
HbsAg Negatif
Anti HbsAg Non Reaktif
SGOT 14 0 – 26 U/l. Normal
SGPT 25 7 – 32 U/I Normal
Kolesterol Total 155 150 – 250 mg/dL Normal
Trigliserida 101 <200 mg/dL Normal
HDL 34 35 – 55 mg/dL Rendah
LDL 100 150 – 190 mg/dL Rendah
Kalium 5,87 3,5 – 5,5 mEq/dL Tinggi
Natrium 139,7 135 – 147 mEq/dL Normal
Klorida 107,6 100 – 106 mEq/dL Tinggi
Gula darah puasa 2 jpp 89 < 200 mg/dL
Protein Total 5,5 6 – 8 g/dL Rendah
Albumin 2,9 4 – 5,2 g /dL Rendah
Ureum 283 20 – 40 mg/dL Tinggi
Kreatinin 15,19 0,5 – 1,5 mg/dL Tinggi
Asam Urat 10,5 3 – 7 mg/dL Tinggi
3. Pemeriksaan pada tanggal 5 Juli 2017

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan


HGB 9,5 13 - 16 g/dl Rendah
RBC 3,32 (4,5 - 5,5) x 106/uL Rendah
HCT 28,5 40 - 48 % Rendah
MCV 85,8 80 – 100 Fl Normal
MCH 28,6 24 - 33 pg Normal
MCHC 33,3 32 - 36 g/dL Normal
WBC 7,09 (5 – 10) x 103 /uL Normal
EO 0,8 1-3% Rendah
NEUT 76,3 50 - 70 % Tinggi
LYMPH 11,8 20 - 40 % Rendah
PLT 255 (150 – 400) x 103/uL Normal
Ureum 189 20 -40 mg/dL Tinggi
Kreatinin 10,82 0,5 – 1,5 mg/dL Tinggi
Pemeriksaan Penunjang
• USG
• EKG
• Rontgen
DIAGNOSA

Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik dan


labor pasien didiagnosa menderita:

CKD
Terapi Farmakologi pada Kasus

Nama obat Aturan pakai Tanggal pemberian obat

02 03 04 05 06

Asam folat 3 x 1 tab v v v v v

Bicnat 3 x 1 tab v v v v v

Valsartan 1 x 80 mg v 1 x 160 mg v v v

Inj.Lasix 3x2 v v v v v

Inj.Ceftriaxone 2x1 v v v v v

Inj.Ranitidin 2x1 v v v v v

RL:EAS 2:1 v v v v

Kalitake 2x1 V V V V

Amlodipin 1 x 5 mg v v v v
Lembar pengkajian obat
Mulai Jenis obat Rute Dosis Berhenti Indikasi obat

02 Asam folat oral 3 x 1 tab 06 untuk memenuhi kebutuhan


asam folat
02 Bicnat Oral 3 x 1 tab 06 Membantu memperbaiki fungsi ginjal

02 Valsartan Oral 1 x 80 06 hipertensi


Hari ke = 160 mg

02 Inj.lasix IV 3x2 06 Edema yang berhubungan


dengan jantung

02 inj.ceftriaxone IV 2x1 06 Infeksi saluran nafas,saluran kemih.

02 Inj.ranitidin IV 2x1 06 tukak lambung dan usus 12 jari


Mulai Jenis obat Rute Dosis Berhenti Indikasi obat

02 RL : EAS IV 2:1 05 Pengganti cairan elektrolit


insufisiensi ginjal kronis tingkat
lanjut
03 kalitake Oral 2x1 06 hiperkalemia akibat gagal
ginjal akut dan kronis.

03 Amlodipin Oral 1 x 5 mg 06 untuk hipertensi dan angina


LEMBAR MONITORING EFEK SAMPING OBAT
(AKTUAL)

No Hari/Tanggal Manifestasi ESO Nama Obat Cara Mengatasai ESO Evaluasi

Tanggal Uraian

1 02-07 Perut kembung. Bicnat Makan teratur , dan


Kram perut. perbsnyak konsumsi
air putih
2 02-07 Hiperkalemia , Valsartan Penggunaan
Xerostomia atau mulut bersama dengan
kering obat kalitake dapat
menurunkan resiko
hiperkalemia, serta
perbanyak konsumsi
air untuk mengurangi
resiko mulut kering
3 02-07 hipokalemia (kadar Lasix diatasi dengan
kalium yang rendah mengkombinasikan obat
dalam tubuh) ini dengan produk-produk
kalium. Gunakan obat
pada pagi hari

4 02-07 Otot lemas, rasa ceftriaxon Perbanyak istirahat


nyeri pada bagian dan kurangi aktifitas,
injeksi pemberian vitamin B 6
No Hari/Tanggal Manifestasi ESO Nama Obat Cara Mengatasai ESO Evaluasi

Tanggal Uraian

6 03-07 Konstipasi, Mual, Kalitake Monitor kadar K & Ca


anoreksia, rasa tidak serum secara teratur
enak pada lambung, selama terapi
hipokalemia

7 03-07 Efek samping yang Amlodipin Jangan melakukan


sering dapat berupa aktifis berkendara
sakit kepala, pusing, selama pemakaian
mengantuk, kelelahan, obat, obat lebih baik
mual, nyeri perut, kulit diminum pada
merah, berdebar. malam hari

8 02-06 Ranitidine
NO JENIS OBAT TEPAT INDIKASI TEPAT TEPAT
OBAT PASIEN
1 Asam folat Ya Ya Ya
2 Bicnat Ya Ya Ya

3 Valsartan Ya Ya Ya

4 Inj.lasix Ya Tidak Tidak

5 inj.ceftriaxone Ya Ya Ya

6 Inj.ranitidin Ya Ya Ya

7 RL : EAS Ya Ya Ya

8 kalitake Ya Ya Ya

9 Amlodipin ya ya ya
LEMBAR KONSELING
Uraian Rekomendasi/Saran
Amlodipine Obat ini bisa membuat kepala terasa pusing.
Hindari mengemudi, mengoperasikan peralatan
berat, atau melakukan aktivitas yang butuh
kewaspadaan dan konsentrasi, khususnya pada
orang tua.
Penggunaan lasix Tidur pasien akan terganggu karena akan
sering buang air kecil.
Terapi non farmakologi
• Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah
atau mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat
merugikan terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen.
• Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat
dengan tujuan utama, yaitu mempertahankan keseimbangan
positif nitrogen, memelihara status nutrisi dan memelihara status
gizi. Pengaturan asupan kalori: 35 kal/kgBB ideal/hari
• Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan
cairan harus adekuat supaya jumlah diuresis
mencapai 2 L per hari.
• Transfusi darah misalnya Paked Red Cell
(PRC) merupakan salah satu pilihan terapi
alternatif, murah, dan efektif. Terapi
pemberian transfusi darah harus hati-hati
karena dapat menyebabkan kematian
mendadak.

Anda mungkin juga menyukai