3.
4.
5.
6.
gagal
jantung
kongestif,
dan
hipertensi.
Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin angiotensin dan
kerjasama
keduanya
meningkatkan
sekresi
aldosteron.
Pasien
lain
keruh kecoklatan menunjukkan nekrosis tubular akut, sedangkan red cell cast
menunjukkn adanya suatu glomerulonefritis.4 Untuk diagnostik dan
pengamatan anak dengan CKD diperlukan pemeriksaan kimiawi serum,
seperti pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin serum merupakan tes yang
paling penting, sedangkan pemeriksaan kadar natrium, kalium, kalsium,
fosfat, bikarbonat, alkalin fosfatase, hormon paratiroid (PTH), kolesterol,
fraksi lipid penting untuk terapi dan pencegahan komplikasi CKD. Anemia
merupakan temuan klinis penting pada CKD dan dapat menunjukkan
perjalanan kronis gagal ginjal sehingga pemeriksaan darah lengkap atau
complete blood count harus dilakukan.4 Laju filtrasi glmerulus setara dengan
penjumlahan laju filtrasi di semua nefron yang masih berfungsi sehingga
perkiraan GFR dapat memberikan pengukuran kasar jumlah nefron yang
masih berfungsi. Pemeriksaan GFR biasanya dengan menggunakan creatinine
clearance, akan tetapi untuk pemeriksaan ini kurang praktis karena
membutuhkan pengumpulan urin 24 jam.
Pencitraan
Pemeriksaan pencitraan dapat membantu menegakkan diagnosis CKD dan
memberikan petujuk kearah penyebab CKD.
Foto polos: untuk melihat batu yang
bersifat
radioopak
atau
nefrokalsinosis.
Ultrasonografi: merupakan pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan
karena aman, mudah, dan cukup memberikan informasi. USG merupakan
modalitas terpilih untuk kemungkinan penyakit ginjal obstruktif. Meskipun
USG kurang sensitif dibandingkan CT untuk mendeteksi massa, tetapi
USG dapat digunakan untuk membedakan kista jinak dengan tumor solid,
adanya
trombosis
vena
renalis.
Magnetic
resonance
bersamaan
dengan
hidronefrosis.
Pemeriksaan tulang: Hal ini bermanfaat untuk mengevaluasi hiperpartiroid
sekunder yang merupakan bagian dari osteodistrofi, dan juga perkiraan
usia tulang untuk memberikan terapi hormon pertumbuhan.
1.6 Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare
(2001) serta Suwitra (2006) antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme,
dan masukan diit berlebih.
2. Prikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan
LFG
(ml/mnt/1,873 m2)
>90
60-89
0-59
15-29
<15
ginjal.
Mengevaluasi
dan
melakukan
terapi
pada
komplikasi.
Persiapan untuk pengganti ginjal (dialisis).
obat
anti
hipertensi
disamping
bermanfaat
untuk
1.8 Pathway
10
11
II.
12
Kelemahan
fisik,
aktifitas
pasien
dibantu,
terjadi
edema,
atau
normal
(menunjukkan
status
dilusi
hipernatremia).
f) Kalium : Peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai
dengan perpindahan selular (asidosis), atau pengeluaran
jaringan (hemolisis SDM). Pada tahap akhir , perubahan
EKG mungkin tidak terjadi sampai kalium 6,5 mEq atau
lebih besar. Magnesium terjadi peningkatan fosfat, kalsium
menurun. Protein (khuusnya albumin), kadar serum menurun
dapat menunjukkan kehilangan protein melalui urine,
perpindahan cairan, penurunan pemasukan, atau penurunan
sintesis karena kurang asam amino esensial. Osmolalitas
serum lebih besar dari 285 mosm/kg, sering sama dengan
urine.
b. Pemeriksaan Radiologi
1. Ultrasono grafi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran
ginjal dan adanya masa , kista, obtruksi pada saluran
perkemihan bagian atas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan
sel jaringan untuk diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan
5.
14
Ansietas
Gelisah
Objektif
Perubahan elektrolit
Anasarke
Ansietas
Azotemia
Perubahan TD
Edema
15
Oligouria
Ortopnea
Efusi pleura
Ongesti paru
Gelisah
Bunyi jantung S3
16
INTERVENSI
RASIONAL
Setelah
diberikan NIC Label : Fluid/Electrolyte NIC
Label
:
Fluid/Electrolyte
asuhan
keperawatan Management
Management
selama
324
jam
1. Memonitor
level
1. Indikasi
adanya
kelainan
diharapkan kelebihan
abnormal
elektrolit
metabolisme
cairan
dan
volume cairan dapat
serum.
elektrolit.
berkurang
dengan
2. Mendapatkan
2. Indikator adanya peningkatan
criteria hasil:
spesiemen pemeriksaan
atau penurunan kadar serum
NOC
Label
>>
laboratorium
untuk
elektrolit
Cardiopulmonary
memantau perubahan
3. Indikator adanya perubahan
Status
elektrolit.
keseimbangan cairan
1. Saturasi
3. Memonitor
hasil
4. Indikator adanya perubahan
oksigen dalam
pemeriksaan
keseimbangan cairan
rentang yang
Laboratorium
yang
5. Retensi
cairan
berefek
diharapkan
berkaitan
dengan
terjadinya edema
(90-100%)
keseimbangan cairan.
6. Tanda vital berperan pada
2. RR
dalam
4. Memonitor
hasil
perkembangan kondisi pasien
batas
yang
pemeriksaan
7. Indikator efek terapeutik dan
17
diharapkan
laboratorium
yang
efek samping terkait terapi
(20-30x/mnt)
berkaitan
dengan
3. Tidak terjadi
retensi cairan.
NIC Label :Hemodialysis Therapy
dispnea saat
5. Monitor tanda dan
1. Indikator
perbandingan
beristirahat
gejala retensi cairan
perubahan
sebelum
dan
4. Kelelahan
dan ketidakseimbangan
sesudah dialysis
berkurang.
elektrolit
2. Informasi
terkait
terapi
NOC Label >> Kidney
6. Monitor tanda Vital,
hemodialisis
Function
jika diperlukan.
3. Melakukan
dialisa
untuk
1. Serum
7. Monitor respon pasien
mengurangi kelebihan cairan
kreatinin
dalam
pemberian
pada pasien.
kembali
ke
medikasi
terkait
4. Identifikasi tanda gejala pasien
rentang yang
elektrolit.
yang perlu penanganan yang
diharapkan
NIC
Label
:Hemodialysis
cepat
(0.7 7.2 Therapy
NIC
Label
:
Medication
mg/dL)
1. Catat batas tanda vital Management
2. Nilai
BUN
seperti:
berat,
1. Pengobatan sesuai indikasi
kembali
ke
temperature,
nadi,
akan meningkatkan kondisi
rentang yang
respirasi, dan tekanan
pasien
diharapkan
darah.
2. Standar
prosedur
akan
(8.00-50.00
2. Menjelaskan prosedur
meningkatkan pasien safety
mg/dl)
hemodialisa
dan
dan efek terapeutik terapi
tujuannya.
3. Obat memiliki kandungan
3. Kolaborasi
dengan
kimia yang beresiko terjadinya
tenaga kesehatan lain
alergi.
untuk
pelaksanaan
4. Pasien
dengan
tingkat
hemodialisa.
ketergantungan
tinggi
4. Ajarkan pasien untuk
memerlukan bantuan ADL
memonitor diri sendiri
5. Diuretik berfungsi dalam
tanda dan gejala yang
menurunkan
penumpukan
memerlukan
cairan sehingga mengurangi
pengobatan medis.
edema
NIC Label : Medication
6. Antihipertensi
menurunkan
Management
tekanan arteri renalis dan juga
1. Berikan
medikasi
menurunkan beban kerja ginjal
sesuai indikasi pasien.
dalam proses filtrasi
2. Berikan
medikasi
sesuai dengan standar
prosedur yang berlaku
(metode 6 Benar).
3. Monitor
adanya
kemungkinan
terjadi
alergi
atau
kontraindikasi terkait
therapy.
4. Bantu pasien untuk
meminum obatnya.
5. Berikan obat diuretic
18
6.
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
sesuai indikasi.
Berikan
obat
antihipertensi
sesuai
indikasi
INTERVENSI
RASIONAL
Intake nutrisi
tercukupi.
Asupan
makanan dan
cairan
tercukupi
3.
4.
Penurunan
intensitas
terjadinya
mual muntah
Delegatif pemberian
nutrisi yang sesuai
dengan kebutuhan
pasien : diet pasien
diabetes mellitus.
Berian informasi yang
tepat terhadap pasien
tentang kebutuhan
nutrisi yang tepat dan
sesuai.
5.
3.
4.
5.
19
3.
4.
Delegatif pemberian
terapi antiemetik :
Ondansentron 24
(k/p)
Sucralfat 31 CI
NIC
Label
management
1.
2.
>>
Weight
Diskusikan dengan
keluarga dan pasien
pentingnya intake
nutrisi dan hal-hal yang
menyebabkan
penurunan berat badan.
Timbang berat badan
pasien jika
memungkinan dengan
teratur.
20
2.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8,
volume 2. Jakarta: EGC
Carpenit, L.J. (2006). Rencana Asuhan dan Pendokumentasian Keperawatan,
Edisi 2, Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta: EGC
Dongoes, Marylin E. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien , Edisi 3.
Jakarta: EGC
NANDA International. (2012). Nursing Diagnosis: Definitions & Classifications
2012-2014. Jakarta: EGC
Rachmadi, Dedi. (2010). Chronic Kidney Disease. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK UNPAD-RS Dr. Hasan Sadikin Bandung
Smeltzer & Bare (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Suwitra, K. (2006). Penyakit Ginjal Kronik. Dalam Sudoyo A.W., dkk. Editor.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: FKUI
Wilkinson, Judith.M, 2011, Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil Noc. Jakarta: EGC