Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN

CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE) / GGK (GAGAL GINJAL KRONIK)

I. KONSEP DASAR
A. DEFINISI GGK (GAGAL GINJAL KRONIK)
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang
bersifat persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal
yaitu penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam
kategori ringan, sedang dan berat (Mansjoer, 2007).
Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit renal)
yang berlangsung perlahan-lahan, karena penyebab yang berlangsung lama
dan menetap, yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (toksik
uremik) sehingga ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan
menimbulkan gejala sakit.
Toksik uremik adalah bahan yang dituduh sebagai penyebab
sindrom klinik uremia. Toksik uremik yang telah diterima adalah H2O, Na,
K, H, P anorganik dan PTH Renin. Sedangkan yang belum diterima adalah
BUN, Kreatin, asam urat, guanidin, midlle molecule dan sebagainya.
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang
bersifat persisten atau irreversible. Istilah lain yang berkaitan dengan GGK
adalah:
1. Gangguan fungsi ginjal : penurunan laju filtrasi glomerulus.
2. Azotemia peningkatan BUN dan ditegakkan bila konsentrasi ureum
plasma meningkat.
3. GGK adalah ketidakmampuan Arenal berfungsi dengan adekuat untuk
keperluan tubuh (harus dibantu dialisis atau transplantasi).

1
B. KLASIFIKASI GGK (GAGAL GINJAL KRONIK)
Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat diklasifikasikan
menjadi 4 yaitu :
1. 100-76 ml/menit, disebut insufisiensi ginjal berkurang.
2. 75-26 ml/menit, disebut insufisiensi ginjal kronik.
3. 25-5 ml/menit, disebut gagal ginjal kronik.
4. < 5 ml/menit, disebut gagal ginjal terminal.

C. ETIOLOGI
Penyebab GGK bermacam-macam dan yang memegang peranan
penting dalam perjalanan klinis dan penanggulangannya. Adapun
penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan GGK adalah :
1. Glomerulonefritis.
2. Nefropati toksik dan nefropati obstruksi.
3. Ginjal polikistik.
4. Nefropati diabetic.
5. Hipertensi.
6. Obstruksi oleh karena batu.
7. Nefropati gout oleh karena gout.
8. Nefropati lupus oleh karena SLE.
9. Gangguan metabolisme.

Faktor yang memperburuk GGK adalah :


1. Infeksi traktus urinarius.
2. Obstruksi traktus urinarius.
3. Hipertensi.
4. Gangguan perfusi/aliran darah ginjal.
5. Gangguan elektrolit.
6. Pemakaian obat-obat nefrotoksik.

2
D. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah, akan semakin berat.
1. Gangguan Klirens Ginjal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari
penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan
penurunan klirens substansi darah yang sebenarnya dibersihkan oleh
ginjal
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan
mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin.
Menurut filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli)
klirens kreatinin akan menurunkan dan kadar kreatinin akan
meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya
meningkat. Kreatinin serum merupakan indicator yang paling sensitif
dari fungsi karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh.
BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh

3
masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan
medikasi seperti steroid.

2. Retensi Cairan dan Natrium


Ginjal juga tidakmampu untuk mengkonsentrasi atau
mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir,
respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan
elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium dan
cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif,
dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis
rennin angiotensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi
aldosteron. Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk kwehilangan
garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode
muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang
semakin memperburuk status uremik.

3. Asidosis
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis
metabolic seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan
muatan asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama
akibat ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk menyekresi ammonia
(NH3) dan mengabsopsi natrium bikarbonat (HCO3) . penurunan
ekskresi fosfat dan asam organic lain juga terjadi

4. Anemia
Sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan
kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik
pasien, terutama dari saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal,
produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai
keletihan, angina dan sesak napas.

4
5. Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat
Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah
gangguan metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan
fosfat tubuh memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya
meningkat, maka yang satu menurun. Dengan menurunnya filtrasi
melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar serum fosfat dan
sebaliknya penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsium
serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid.
Namun, pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap
peningkatan sekresi parathormon dan mengakibatkan perubahan pada
tulang dan pebyakit tulang. Selain itu juga metabolit aktif vitamin D
(1,25-dehidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di ginjal
menurun.

6. Penyakit Tulang Uremik


Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks
kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon.

Kegagalan ginjal ini bisa terjadi karena serangan penyakit dengan


stadium yang berbeda-beda.

1. Gagal ginjal kronik / Cronoic Renal Failure (CRF) dibagi 3 stadium :


1) Stadium I : Penurunan cadangan ginjal
a. Kreatinin serum dan kadar BUN normal
b. Asimptomatik
c. Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR
2) Stadium II : Insufisiensi ginjal
a. Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam
diet)
b. Kadar kreatinin serum meningkat
c. Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan)
d. Ada 3 derajat insufisiensi ginjal:

5
1. Ringan : 40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan
normal
2. Sedang : 15% - 40% fungsi ginjal normal
3. Kondisi berat : 2% - 20% fungsi ginjal normal
3) Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia
a. kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat
b. ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan
elektrolit
c. air kemih/ urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010

2. KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality


Initiative) merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium
dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi Glomerolus) :
1) Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria
persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)
2) Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG
antara 60 -89 mL/menit/1,73 m2)
3) Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59
mL/menit/1,73m2)
4) Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-
29mL/menit/1,73m2)
5) Stadium 5 : kelainan ginjal dengan LFG <
15 mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.

6
E. PATWAYS CKD / GAGAL GINJAL :

7
Pathway Chronic Kidney Disease (CKD)/ Gagal Ginjal Kronik

F. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala GGK dapat mengenai hampir seluruh tubuh,
antara lain:
1. Umum
1) Fatique
2) Malaise
3) Gagal tumbuh
2. Kulit
1) Pucat
2) Mudah lelah
3) Rapuh
3. Sistem Gastrointestinal
1) Anoreksia
2) Nausea
3) Vomitus
4) Foeter Uremik
5) Cegukan
6) Gastritis erosi
4. Sistem Hematologi
1) Anemia normokrtom normositer
2) Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia
3) Gangguan fungsi leukosit
5. Sistem Saraf dan Otot
1) Burning efek syndrom
2) Ensefalopati metabolik
3) Miopati
6. Sistem Kardiovaskuler
1) Hipotensi
2) Nyeri dada, sesak nafas, gangguan irama jantung
3) Edema

8
7. Sistem Endokrin
1) Gangguan seksual : fertilitas, libido menurun, impotensi.
2) Gangguan toleransi glukosa
3) Gangguan metabolisme lemak
4) Gangguan metabolisme vitamin D
8. Sistem Lain
1) Tulang : osteodistrofi Arenal dan lain-lain
2) Asam basa : asidosis metabolik
3) Elektrolit : hipokalsemia, hiperkalsemia, hiperfosfatemia

G. KOMPLIKASI
1. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic,
katabolisme dan masukan diet berlebih.
2. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system
rennin-angiotensin-aldosteron
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel
darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna
kehilangan drah selama hemodialisa
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
6. Asidosis metabolik
7. Osteodistropi ginjal
8. Sepsis
9. neuropati perifer
10. hiperuremia

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal
a) Ureum kreatinin.

9
b) Asam urat serum.
b. Identifikasi etiologi gagal ginjal
a) Analisis urin rutin
b) Mikrobiologi Turin
c) Kimia darah
d) Elektrolit
e) Imunodiagnosis
c. Identifikasi perjalanan penyakit
a) Progresifitas penurunan fungsi ginjal
b) Ureum kreatinin, Clearens Creatinin Test (CCT)

GFR / LFG dapat dihitung dengan formula Cockcroft-Gault:

Nilai normal :
- Laki-laki : 97 - 137 mL/menit/1,73 m3 atau0,93 - 1,32
mL/detik/m2
- Wanita : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau0,85 - 1,23
mL/detik/m2

d. Hemopoesis : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan


a) Elektrolit : Na+, K+, HCO3-, Ca2+, PO42-, Mg+
b) Endokrin : PTH dan T3,T4
c) Pemeriksaan lain: berdasarkan indikasi terutama faktor
pemburuk ginjal, misalnya: infark miokard.

10
2. Diagnostik
a. Etiologi CKD dan terminal
a) Foto polos abdomen.
b) USG.
c) Nefrotogram.
d) Pielografi retrograde.
e) Pielografi antegrade.
f) Mictuating Cysto Urography (MCU).
b. Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
a) Retrogram
b) USG.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi Konservatif
Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien Cronic
renal Desease (CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan
sampai tahun.
Tujuan terapi konservatif :
a. Mencegah memburuknya fungsi ginjal secara profresi.
b. Meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksi asotemia.
c. Mempertahankan dan memperbaiki metabolisme secara optimal.
d. Memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.

Prinsip terapi konservatif :


a. Mencegah memburuknya fungsi ginjal.
a) Hati-hati dalam pemberian obat yang bersifat nefrotoksik.
b) Hindari keadaan yang menyebabkan diplesi volume cairan
ekstraseluler dan hipotensi.
c) Hindari gangguan keseimbangan elektrolit.
d) Hindari pembatasan ketat konsumsi protein hewani.
e) Hindari proses kehamilan dan pemberian obat kontrasepsi.

11
f) Hindari instrumentasi dan sistoskopi tanpa indikasi medis yang
kuat.
g) Hindari pemeriksaan radiologis dengan kontras yang kuat tanpa
indikasi medis yang kuat.
b. Pendekatan terhadap penurunan fungsi ginjal progresif lambat
a) Kendalikan hipertensi sistemik dan intraglomerular.
b) Kendalikan terapi ISK.
c) Diet protein yang proporsional.
d) Kendalikan hiperfosfatemia.
e) Terapi hiperurekemia bila asam urat serum > 10mg%.
f) Terapi hIperfosfatemia.
g) Terapi keadaan asidosis metabolik.
h) Kendalikan keadaan hiperglikemia.
c. Terapi alleviative gejala asotemia
a) Pembatasan konsumsi protein hewani.
b) Terapi keluhan gatal-gatal.
c) Terapi keluhan gastrointestinal.
d) Terapi keluhan neuromuskuler.
e) Terapi keluhan tulang dan sendi.
f) Terapi anemia.
g) Terapi setiap infeksi.

2. Terapi simtomatik
a. Asidosis metabolik
Jika terjadi harus segera dikoreksi, sebab dapat meningkatkan
serum K+ (hiperkalemia ) :
a) Suplemen alkali dengan pemberian kalsium karbonat 5
mg/hari.
b) Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH < atau
sama dengan 7,35 atau serum bikarbonat < atau sama dengan
20 mEq/L.

12
b. Anemia
a) Anemia Normokrom normositer
Berhubungan dengan retensi toksin polyamine dan defisiensi
hormon eritropoetin (ESF: Eritroportic Stimulating Faktor).
Anemia ini diterapi dengan pemberian Recombinant Human
Erythropoetin ( r-HuEPO ) dengan pemberian 30-530 U per kg
BB.
b) Anemia hemolisis
Berhubungan dengan toksin asotemia. Terapi yang dibutuhkan
adalah membuang toksin asotemia dengan hemodialisis atau
peritoneal dialisis.
c) Anemia Defisiensi Besi
Defisiensi Fe pada CKD berhubungan dengan perdarahan
saluran cerna dan kehilangan besi pada dialiser ( terapi
pengganti hemodialisis ). Klien yang mengalami anemia,
tranfusi darah merupakan salah satu pilihan terapi alternatif
,murah dan efektif, namun harus diberikan secara hati-hati.

Indikasi tranfusi PRC pada klien gagal ginjal :


a) HCT < atau sama dengan 20 %
b) Hb < atau sama dengan 7 mg5
c) Klien dengan keluhan : angina pektoris, gejala umum anemia
dan high output heart failure.

Komplikasi tranfusi darah :


a) Hemosiderosis
b) Supresi sumsum tulang
c) Bahaya overhidrasi, asidosis dan hiperkalemia
d) Bahaya infeksi hepatitis virus dan CMV
e) Pada Human Leukosite antigen (HLA) berubah, penting untuk
rencana transplantasi ginjal.

13
c. Kelainan Kulit
a) Pruritus (uremic itching)
Keluhan gatal ditemukan pada 25% kasus CKD dan terminal,
insiden meningkat pada klien yang mengalami HD.
Keluhan :
1. Bersifat subyektif
2. Bersifat obyektif : kulit kering, prurigo nodularis, keratotic
papula dan lichen symply
Beberapa pilihan terapi :
1. Mengendalikan hiperfosfatemia dan hiperparatiroidisme
2. Terapi lokal : topikal emmolient ( tripel lanolin )
3. Fototerapi dengan sinar UV-B 2x perminggu selama 2-6
mg, terapi ini bisa diulang apabila diperlukan
4. Pemberian obat
1) Diphenhidramine 25-50 P.O
2) Hidroxyzine 10 mg P.O
b) Easy Bruishing
Kecenderungan perdarahan pada kulit dan selaput serosa
berhubungan denga retensi toksin asotemia dan gangguan
fungsi trombosit. Terapi yang diperlukan adalah tindakan
dialisis.
d. Kelainan Neuromuskular
Terapi pilihannya :
a) HD reguler.
b) Obat-obatan : Diasepam, sedatif.
c) Operasi sub total paratiroidektomi.
e. Hipertensi
Bentuk hipertensi pada klien dengan GG berupa : volum dependen
hipertensi, tipe vasokonstriksi atau kombinasi keduanya. Program
terapinya meliputi :
a) Restriksi garam dapur.
b) Diuresis dan Ultrafiltrasi.

14
c) Obat-obat antihipertensi.

3. Terapi pengganti
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium
5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat
berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal
(Suwitra, 2006).
a. Dialisis yang meliputi :
a) Hemodialisa
Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah
gejala toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis
tidak boleh terlalu cepat pada pasien GGK yang belum tahap
akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG). Secara khusus,
indikasi HD adalah
1. Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK
dan GGA untuk sementara sampai fungsi ginjalnya pulih.
2. Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa
apabila terdapat indikasi:
1) Hiperkalemia > 17 mg/Alt
2) Asidosis metabolik dengan pH darah < 7.2
3) Kegagalan terapi konservatif
4) Kadar ureum > 200 mg % dan keadaan gawat pasien
uremia, asidosis metabolik berat, hiperkalemia,
perikarditis, efusi, edema paru ringan atau berat atau
kreatinin tinggi dalam darah dengan nilai kreatinin >
100 mg %
5) Kelebihan cairan
6) Mual dan muntah hebat
7) BUN > 100 mg/ dl (BUN = 2,14 x nilai ureum )
8) preparat (gagal ginjal dengan kasus bedah )
9) Sindrom kelebihan air
10) Intoksidasi obat jenis barbiturat

15
Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut
dan indikasi elektif. Beberapa yang termasuk dalam
indikasi absolut, yaitu perikarditis, ensefalopati
/ neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan
cairan yang tidak responsif dengan diuretik,
hipertensi berat, muntah persisten, dan Blood Uremic
Nitrogen (BUN) > 120 mg% atau > 40 mmol per liter
dan kreatinin > 10 mg% atau > 90 mmol perliter.
Indikasi elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8
mL/menit/1,73m, mual, anoreksia, muntah, dan astenia
berat (Sukandar, 2006).
Menurut konsensus Perhimpunan Nefrologi Indonesia
(PERNEFRI) (2003) secara ideal semua pasien dengan Laju
Filtrasi Goal (LFG) kurang dari 15 mL/menit, LFG kurang dari 10
mL/menit dengan gejala uremia/malnutrisi dan LFG kurang dari 5
mL/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani dialisis. Selain
indikasi tersebut juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu
apabila terdapat komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia,
asidosis metabolik berulang, dan nefropatik diabetik.
Hemodialisis di Indonesia dimulai pada tahun 1970 dan
sampai sekarang telah dilaksanakan di banyak rumah sakit rujukan.
Umumnya dipergunakan ginjal buatan yang kompartemen
darahnya adalah kapiler-kapiler selaput semipermiabel (hollow
fibre kidney). Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik dan
panjang umur yang tertinggi sampai sekarang 14 tahun. Kendala
yang ada adalah biaya yang mahal (Rahardjo, 2006).

b) Dialisis Peritoneal (DP)


Akhir-akhir ini sudah populer Continuous Ambulatory
Peritoneal Dialysis (CAPD) di pusat ginjal di luar negeri dan di
Indonesia. Indikasi medik CAPD, yaitu pasien anak-anak dan
orang tua (umur lebih dari 65 tahun), pasien-pasien yang telah

16
menderita penyakit sistem kardiovaskular, pasien-pasien yang
cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan
hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien dengan
stroke, pasien GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin
masih cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai co-
morbidity dan co-mortality. Indikasi non-medik, yaitu
keinginan pasien sendiri, tingkat intelektual tinggi untuk
melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang jauh dari
pusat ginjal (Sukandar, 2006).

b. Transplantasi ginjal atau cangkok ginjal.


Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal
(anatomi dan faal). Pertimbangan program transplantasi ginjal,
yaitu:
a) Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih
seluruh (100%) faal ginjal, sedangkan hemodialisis hanya
mengambil alih 70-80% faal ginjal alamiah
b) Kualitas hidup normal kembali
c) Masa hidup (survival rate) lebih lama
d) Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan
dengan obat imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan
e) Biaya lebih murah dan dapat dibatasi

17
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Gagal ginjal kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 tahun),
usia muda, dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70% pada
pria.
b. Keluham utama
Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera makan
(anoreksia), mual muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas
berbau (ureum), gatal pada kulit.
c. Riwayat penyakit sekarang
Diare, muntah, pendarahan, luka bakar, anaflakis, renjatan
kardiogenik.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah
jantung, himpertensi, penggunaan obat-obatan nefrotoksik, benigna
prostatic hyperplasia, prostatktomi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit keturunan Diabetes Melitus (DM)
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien dengan gagal ginjal kronis biasanya lemah
2) Tanda vital
Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, nafas
cepat dan dalam (kussmaul), dsypnea.
3) Pemeriksaan body system:
a) Pernafasan (B 1: breathing)
Gejala:
Nafas pendek
Dispnoe nocturnal
Paroksimal nocturnal dyspneu

18
Batuk dengan atau tanpa sputum, kental dan banyak
Tanda:
Takhipnoe
Dyspnnoe
Peningkatan frekuensi
Batuk produktif dengan tanpa sputum
Pernafasan kusmaul
Apneu
Edema pulmonal
Pneumonia
Eeffusi pleura
Hiperventilasi

b) Cardiovasculer (B 2: bleeding)
Gejala:
riwayat hipertensi lama atau berat
Palpitasi nyeri dada atau angina dan sesak nafas
Gangguan irema jantung
Edema
Peningkatn tekanan darah
Nyeri dada dan sesak nafas
Gangguan irema jantung
Tanda:
Hipertensi
Nadi kuat
Oedema jaringan umum, piting pada kaki, telapak tangan
Distrimia jantung
Nadi lemah halus
Hipotensi ortostatik
Perikardial frictionrub

19
Pucat, kulit coklat kehijauan, kuning kecendrungan
pendarahan
Anemia (normocromic, normositik)
Ganggua fungsi trombosit, trombositpenia
Gangguan lekosit
CHF (cronic heart failure/gagal jantung kongestif)
Dysrhytmia
Cardeomegali
Atherosklerosis

c) Persarafan (B 3: Brain)
Gejala:
Disorentasi
Gangguan tingkat kesadaran (somnolent sampai koma)
Perubahan dalam fungsi berfikir dan perilaku.
Sakit kepala
Gelisah
Apatis
Letargi
Insomnia
Tanda:
Miopati
Ensefalopati metabolic
Burning feet syndrome
Restles sleg syndrome
Neuropathy perifer
Noctural leg cramping (kram kaki pada malam hari)

d) Endokrin dan metanolik


Gangguan toleransi glukosa
Gangguan metabolisme lemak

20
Angguan seksual, libido, fertilitas dan ereksi menurun
pada laki-laki
Gangguan metabolisme vitamin D
Peningkatan BUN dan serum kreatinin
Peningkatan asam urat
Gangguan pemecahan insulin
Hypertriglyceridemia
Asidosis
Tetani

e) Perkemihan-eliminasi Uri (B 4: biadder)


Gejala:
Penurunan frekensi urine
Oliguria (produksi urine kurang dari 400cc/24jam)
Anuria (produksi urine kurang dari 100cc/24 jam)
Tanda:
Perubahan warna urine, (pekat,merah coklat, berawan)
Sediment urine mengandung: RBC (red blood cells),
granular, hialyn

f) Pencernaan-eliminasi avi (B 5: bowel)


Gejala:
Anoreksia
Nausea
Vomiting
Tanda:
Fector uremicum
Gastritis erosiva
Abdomen kembung
Diare atau konstipasi

21
g) Tulang otot-integumen (B 6: Bone)
Gejala:
Nyeri panggul
Nyeri tulang
Nyeri sendi
Sakit kepala
Kram otot
Nyeri kaki, (memburuk saat malam hari)
Kulit gatal
Ada/berulangnya infeksi
Tanda:
Pruritus
Demam (sepsis, dehidrasi)
Ptekie, area ekimosis pada kulit
Fraktur tulang
Defosit fosfat kalsium pada kulit dan jaringan lunak
Keterbatassan gerak sendi
Kulit bewarna pucat, gatal-gatal dengan eksoriasis,
ecymoshis, urea frost, bekas garukan karena gatal
Penigkatan alkaline phospatase
Renal osthedistropy

g. Pola aktivitas sehari-hari


1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi
dan tatalaksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan
tentang dampak gagal ginjal kronik sehingga menimbulkan
persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecendrungan
untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan
yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang
benar dan mudah dimengerti pasien.

22
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Anoreksi, mual, muntah dan rasa pahit pada rongga mulut,
intake minum yang kurang dan mudah lelah. Keadaan
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi
dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status
kesehatan klien.
Gejala:
Peningkatan berat badan cepat (edema)
penurunan berat badan (malnutrisi)
anoreksia (nafsu makan kurang/tidak ada)
nyeri ulu hati
mual muntah
bau mulut (amonia)
stomatitis, ginggivitis
metalic taste (rasa pengecapa seperti logam)
hermaternesis dan melena
esofagitis
Penggunaan diuretik:
Tanda:
Gangguan status mental
Ketidakmampuan berkosentrasi
Kehilangan memori, kacau
Penurunan tingkat kesadaran
Kejang, rambut tipis
Kuku rapuh

3) Pola eliminasi (urine-alvi)


Gejala:
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap
lanjut)
Abdomen kembung, diare atau konstipasi

23
Tanda:
Perubahan warna urine, (pekat,merah, coklat, berawan)
Oliguria atau anuria
4) Pola tidur dan istirahat
Gelisah, cemas, gangguan tidur
5) Pola aktivitas dan latihan
Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas menyebabkan
klien tidak mampu melaksanakan aktivitas seharhari secara
maksimal.
Gejala:
Kelelahan ektremitas
Malaise
Tanda:
Kelemahan otot
Kehilangan tonus
Penurunan rentang gerak

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan renal berhubungan dengan kerusakan
nefron sehingga tidak mampu mengeluarkan sisa metabolisme ditandai
dengan oliguria, anuria, asidosis dengan peningkatan serum hidrogen
dan kalium, penurunan pH dan bikarbonat, anemia, peningkatan :
BUN, serum, kreatinin, penurunan kalsium dan peningkatan phosfat
serta magnesium.
2. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan frekuensi, irama,
konduksi jantung, akumulasi/penumpukan urea toksin, klasifikasi
jaringan lunak.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal
mengekskresi air dan atrium ditandai dengan hipertensi, asites,
oedema, presacral dan pretibial, gangguan bunyi nafas (cracles),

24
takhikardi, penambahan BB, orthopneu, peningkatan tekanan vena
sentral, disertai vena jugularis, refleks hepatojugular positif.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan pembatasan intake diit dan effect uremia yang mengakibatkan
malnutrisi protein-calori ditandai dengan klien melaporkan: anoreksia,
nausea, lemah, lelah, metalck taste, klien muntah, diare, hematemesis,
nafas bau ureum, stomatitis, gingivitis, kehilangan BB.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penekanan sistem imun akibat
uremia ditandai dengan adanya tanda-tanda infeksi, demam,
menggigil, peningkatan WBC, kultur urine, darah dan sputum positif
adanya agen infeksi.
6. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek uremia,
gangguan status metabolik, sirkulasi (anemia, iskemia jaringan) dan
sedari (neuropati perifer).
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada kepala.
8. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai
dengan klien mengeluh lemah, letih, lesu. Penampilan secara umum
menurun.
9. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
10. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
11. Risiko gangguan gambaran diri berhubungan dengan permanennya
gangguan fungsi ginjal ditandai dengan klien mengekspresikan rasa
tidak percaya, cemas, mudah tersinggung, perubahan interaksi sosial,
perilaku marah/agresif.
12. Disfungsi seksual berhubungan dengan efek uremia ditandai dengan
klien melaporkan adanya penurunan libido, impotensi dan kesulitan
untuk ekskresi. Adanya gangguan menstruasi, gynecomastia.
13. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedur.

25
14. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder:
kompensasi melalui alkalosis respiratorik.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Dx. Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Perubahan perfusi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan (Fluid
jaringan renal keperawatan ...x 24 jam Management):
berhubungan dengan klien dapat menunjukkan: - Monitor status hidrasi
kerusakan nefron 1. Status sirkulasi renal (misalnya: membran mukosa
sehingga tidak mampu adekuat dengan lembab, keadekuatan nadi
mengeluarkan sisa kriteria: dan tekanan darah ortostatik).
metabolisme ditandai - TD dalam batas - Pantau hasil laboratorium
dengan oliguria, anuria, normal. yang berhubungan dengan
asidosis dengan - Tidak ada keseimbangan cairan
peningkatan serum gangguan perfusi (misalnya: hematokrit, BUN,
hidrogen dan kalium, jaringan perifer. albumin, protein total,
penurunan pH dan 2. Keseimbangan Asam- osmolaritas serum dan berat
bikarbonat, anemia, Basa Elektrolit dengan jenis urine).
peningkatan : BUN, kriteria: - Pantau hasil laboratorium
serum, kreatinin, - Kesadaran compos untuk retensi cairan
penurunan kalsium dan mentis. (misalnya: peningkatan berat
peningkatan phosfat - Tidak ada jenis urine, peningkatan
serta magnesium. disorientasi. BUN, penurunan hematokit
- Nilai Lab: Na+, dan peningkatan osmolaritas
K+, Cl, Ca+, Mg+, urine).
bikarbonat dalam - Pantau adanya tanda-tanda
batas normal. retensi/kelebihan cairan
3. Keseimbangan Cairan (misalnya: Roni basah kasar,
dengan kriteria: peningkatan CVP, edema,
- Tidak ada distensi distensi vena leher dan
vena leher. asites).
- Tidak ada bunyi - Pertahankan keakuratan

26
nafas tambahan. pencatatan intake dan
4. Status Hidrasi dengan outputcairan.
kriteria: - Pantau tanda vital.
- Tidak ada edema - Pantau respons klien
perifer dan asites. terhadap terapi elektrolit
- Tidak ada rasa haus yang dilakukan.
yang abnormal. - Timbang berat badan klien
- Membran mukosa setiap hari dan pantau
lembab. perubahannya.
- Tidak ada demam - Pertahankan restriksi cairan
- Haluaran urine dan diet (misalnya: rendah
dalam batas normal natrium, tidak menggunakan
- Hematokrit dalam garam) sesuai permintaan.
batas normal. Hemodialisi:
- Jelaskan prosedur
hemodialisis terhadap klien.
- Pantau kadar elektrolit
serum.
- Pantau tekanan darah.
- Timbang BB klien sebelum
dan sesudah prosedur.
- Pantau BUN, kreatin serum,
elektrolit serum, dan kadar
hematokrit antara
penanganan hemodialisi.
- Kaji adanya sindrom
disekuilibrium dialisis
(misalnya: sakit kepala,
mual, muntah, hipertensi,
serta perubahan tingkat
kesadaran).
- Observasi adanya dehidrasi,

27
kram otot, atau aktivitas
kejang.
- Kaji adanya perdarahan pada
tempat penusukan dialisis
atau ditempat lainnya.
- Observasi adanya reaksi
transfusi jika diperlukan.
- Kaji atensi fitsula
arteriovenosa (misalnya:
palpasi nadi dan auskultasi
burit).
- Kaji status mental (misalnya:
kesadaran dan orientasi).
- Pantau waktu pembekuan.
- Berikan heparin sesuai
dengan prosedur dan dosis.
- Jangan melakukan pungsi
vena atau mengukur tekanan
darah pada lengan yang
terdapat fitsula.
Peritoneal Dialisis :
- Kaji suhu tubuh, tekanan
darah ortostatik, nadi apikal,
respirasi dan bunyi paru
sebelum dialisis.
- Timbang berat badan klien
setiap hari.
- Ukur dan dokumentasikan
lingkar abdomen.
- Catat BUN, elektrolit serum,
kreatin, pH dan kadar
hematokrit sebelum dialisis

28
dan secara periodik selama
prosesud.
- Selama instilasi dan periode
diam, observasi adanya
distres pernapasan.
- Catat jumlah dan jenis
dialisat yang diinstilasi waktu
diam, jumlah dan
karakteristik cairan.
- Pantau adanya infeksi pada
tempat pengeluaran dan
dalam peritonium.
- Gunakan teknik aseptik yang
ketat setiap saat.
- Hangatkan dialisis sesuai
suhu tubuh sebelum dialisis.
- Tempatkan klien dalam
posisi semi-fowler dan
lambatkan frekuensi instilasi
jika terjadi distres
pernapasan.
2. Risiko penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung (Cardiac
jantung berhubungan keperawatan ...x 24 jam Care):
dengan klien menunjukkan Curah - Evaluasi adanya nyeri dada
ketidakseimbangan Jantung adekuat (etensitas, lokasi, radiasi,
cairan dan elektrolit, (Cardiac Pump durasi, dan faktor yang
gangguan frekuensi, Effectiveness) dengan mencetuskan nyeri.
irama, konduksi kriteria : - Lakukan penilaian
jantung, - Tekanan darah dalam komprehensif terhadap
akumulasi/penumpukan rentang normal. sirkulasi perifer (misalnya:
urea toksin, klasifikasi - Toleransi terhadap cek nadi perifer, edema,
jaringan lunak. aktivitas. pengisian kapiler dan suhu

29
- Nadi perifer kuat. ekstremitas).
- Tidak ada disritmia - Dokumentasikan adanya
- Tidak ada bunyi disritmia jantung
jantung abnormal - Catat tanda dan gejala
- Tidak ada edema penurunan curah jantung
perifer dan pulmo. - Monitor vital sign
- Tidak ada diaporsis - Monitor disritmia jantung
- Tidak ada mual termasuk gangguan irama
- Tidak ada kelelahan dan konduksi.
- Monitor status respirasi
terhadap gejala gagal
jantung.
- Monitor abdomen untuk
mengindikasikan adanya
penurunan perfusi.
- Monitor keseimbangan cairan
(intake output dan berat
badan harian)
- Monitor fungsi pacemaker
sesuai kebutuhan.
- Kenali adanya perubahan
tekanan darah .
- Kenali pengaruh psikologis
yang mendasari kondisi
klien.
- Evaluasi respons klien
terhadap disritmia
- Kolaborasi dalam pemberian
terapi antiaritmia sesuai
kebutuhan
- Monitor respons klien
terhadap pemberian terapi

30
antiaritmia.
- Instruksikan klien dan
keluarga tentang pembatasan
aktivitas
- Tentukan periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan
- Monitor toleransi klien
terhadap aktivitas
- Monitor adanya dipsneu,
kelelahan, takipneu, dan
orthopneu
- Anjurkan untuk mengurangi
stres
- Ciptakan hubungan yang
saling mendukung antara
klien dan keluarga
- Anjurkan klien untuk
melaporkan adanya
ketidaknyamanan dada
- Tawarkan suport spiritual
untuk klien dan keluarganya
3. Kelebihan volume Setelah dilakukan tindakan Fluid Management
cairan berhubungan keperawatan ...x 24 jam - Timbang popok atau
dengan klien dapat pembalut jika diperlukan
ketidakmampuan ginjal mempertahankan - Pertahankan catatan intake
mengekskresi air dan Keseimbangan Cairan dan output yang akurat
atrium ditandai dengan dalam tubuh (Fluid - Pasang urin kateterjika
hipertensi, asites, Cairan) dengan kriteria diperlukan
oedema, presacral dan - Klien bebas dari edema - Monitor hasil Hb yang
pretibial, gangguan - Klien dapat sesuai dengan retensi cairan
bunyi nafas (cracles), mempertahankan bunyi (BUN,Hmt,osmolalitas

31
takhikardi, penambahan paru bersih urin)
BB, orthopneu, - BB stabil - Monitor status
peningkatan tekanan - Turgor kulit normal hemodinamik termasuk
vena sentral, disertai - Tidak ada oliguria CVP,MAP,PAP,dan PCWP
vena jugularis, refleks - Klien melaporkan - Monitor vital sign
hepatojugular positif. adanya kemudahan - Monitor indikasi retensi
dalam bernapas /kelebihan cairan
(cracles,CVP,edema,distens
i vena leher ,asites
- Kaji lokasi dan luas edema
- Monitor masukan makanan
/cairan dan hitung intake
kalori
- Monitor status nutrisi
- Kolaborasi pemberian
deuritik sesuai intruksi
- Batasi masukan cairan pada
keadaan hiponatremia dilusi
dengan serum Na<130
mEq/l
- Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul memburuk
Fluid Monitoring
- Tentukan riwayat jumlah
dan tipeintake cairan dan
eliminasi
- Tentukan kemungkinan
factorresiko dari
ketidakseimbangan
cairan(Hipertermia,terapi
deuritik,kelainan

32
renal,gagal
jantung,diaphoresis,disfung
si hati
- Monitor berat badan
- Monitor serum dan
elektrolit urin
- Monitor urin dan
osmolalitas urin
- Monitor BP,HR dan RR
- Monitor tekanan darah
orthostatic
- dan perubahan irama
jantung
- Monitor parameter
hemodinamik
- infasif
- Catat secara akurat intake
dan
- output
- Monitor distensi leher
- ,rinchi,oedem perifer dan
- penambahan BB
- Monitor tanda dan gejala
oedem
4. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari keperawatan selama ... x - Pertahankan BB yang ideal
kebutuhan berhubungan 24 jam Klien dapat sesuai dengan usia dan tinggi
dengan pembatasan meningkatkan Status badan
intake diit dan effect Nutrisi, dengan kriteria: - Observasi kemampuan klien
uremia yang - Asupan nutrisi adekuat untuk makan
mengakibatkan - Asupan makanan dan - Tanyakan pada klien tentang
malnutrisi protein- cairan adekuat alergi terhadap makanan

33
calori ditandai dengan - Energi meningkat - Tanyakan makanan kesukaan
klien melaporkan: - Berat badan meningkat klien
anoreksia, nausea, - Kolaborasi dengan ahli gizi
lemah, lelah, metalck tentang jumlah kalori dan
taste, klien muntah, tipe nutrisi yang dibutuhkan
diare, hematemesis, - Anjurkan masukan kalori
nafas bau ureum, yang tepat yang sesuai
stomatitis, gingivitis, dengan gaya hidup
kehilangan BB. - Anjurkan untuk banyak
makan buah dan minum
- Pastikan diit tidak
menyebabkan konstipasi
- Berikan klien diit tinggi
protein, tinggi kalori
- Evaluasi hasil lab (albumin
serum, total protein serum,
hemoglobin, hematokrit,
vitamin dan mineral).
- Monitor intake makanan
- Monitor status rongga mulut
(gusi, lidah, mukosa dan gigi)
Monitor Nutrisi (Nutritional
Monitoring) :
- Monitor respons emosional
klien saat diberikan makanan
- Monitor turgor kulit sesuai
kebutuhan
- Monitor tingkat energi,
kelelahan dan kelemahan
- Monitor intake kalori dan
nutrisi
- Berikan makanan dan cairan

34
sesuai kebutuhan
- Monitor adanya mual dan
muntah
- Catat perubahan status nutrisi
yang penting dan lakukan
tindakan sesuai kebutuhan
- Berikan lingkungan yang
optimal pada waktu makan
5. Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Infecton control (Kontrol
berhubungan dengan keperawatan ...x 24 jam infeksi)
penekanan sistem imun klien dapat: - Bersihkan lingkungan
akibat uremia ditandai 1. Meningkatkan setelah di pakai pasien lain
dengan adanya tanda- pertahanan tubuh - Pertahankan teknik isolasi
tanda infeksi, demam, (immune status) - Batasi pengunjung bila perlu
menggigil, peningkatan dengan kriteria: - Instruksikan pada
WBC, kultur urine, - Status respirasi pengunjung untuk mencuci
darah dan sputum dalam rentang tangan saat berkunjung dan
positif adanya agen normal dan setelah berkunjumg
infeksi. - Status genit urenari meninggalkan pasien
dalam batas normal - Gunakan sabun
- Suhu tubuh alam antimikrobia untuk cuci
rentang normal tangan
- Nilai WBC dalam - Cuci tangan setiap sebelum
batas normal dan sesudah tindakan
- Tidak ada infeksi keperawatan
2. Pengetahuan klien - Gunakan baju, sarung
dan keluarga tentang tangan sebagai alat
kontrol infeksi pelindung
meningkat, dengan - Pertahankan lingkungan
kriteria: aseptik selama pemasangan
- Menjelaskan tanda- alat
tanda dan gejala - Ganti letak IV perifer dan

35
- Menjelaskan line central dan dressing
aktivitas yang sesuai dengan petunjuk
dapat umum
meningkatkan - Gunakan kateter intermiten
resistensi terhadap untuk menurunkan infeksi
infeksi kandung kencing
- Tingkatkan intake nutrisi
- Berikan terapi anti biotik
bila perlu Infaction
Protection (proteksi
terhadap infeksi)
- Monitor terhadap tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
lokal
- Monitor hitung granulosit,
WBC
- Monitor kerentanan tehadap
infeksi
- Batasi pengunjung
- Sering pengunjung terhadap
penyakit menular
- Pertahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
- Pertahankan teknik isolasi
k/p
- Berikan perawatan kulit
pada area epidema
- Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
- Inspeksi kondisi luka / insisi
bedah

36
- Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
- Dorong masukkan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
- Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari
infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif
6. Risiko kerusakan Setelah dilakukan tindakan Skrin Surveilance :
integritas kulit keperawatan selama ... x - Inspeksi kulit dan membran
berhubungan dengan 24 jam integritas kulit mukosa terhadap adanya
efek uremia dan dan membran mukosa kemerahan, panas atau
neuropati perifer utuh (Tissue Integrity: adanya cairan.
Skin Ana Muccous - Monitor adanya tanda-tanda
Membrane) dengan kerusakan integritas kulit
kriteria: - Monitor warna kulit
- Temperatur jaringan - Monitor temperatur kulit
dalam rentang normal - Catat adanya perubahan kulit
- Elastisitas dalam dan membran mukosa
rentang normal - Berikan perawatan kulit
- Hidrasi dalam rentang khususnya daerah perianal
normal dan mulut
- Pigmentasi dalam - Ganti posisi dengan sering
rentang normal - Anjurkan intake dengan
- Warna dan kelembaban kalori dan protein yang
dalam rentang normal adekuat
7. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Sleep Enhancement

37
berhubungan dengan keperawatan ...x 24 jam - Determinasi efek-efek
rasa nyeri pada kepala. diharapkan klien medikasi terhadap pola
menunjukkan tidur yang tidur
adekuat dengan kriteria: - Jelaskan pentingnya tidur
- Klien menunjukkan yang adekuat
jam tidur tidak - Fasilitas untuk
terganggu mempertahankan
- Klien melaporkan tidak aktifitas sebelum tidur
ada masalah dengan (membaca )
pola tidur atau istirahat - Ciptakan lingkungan
- Klien menunjukkan yang nyaman
perasaan segar setelah - Kolaborasi pemberian
tidur atau istirahat obat tidur
- Klien dapat - Diskusikan dengan
mengidentifikasi pasien dan keluarga
tindakan yang dapat tentang teknik tidur
meningkatkan pasien
tidur/istirahat - Instruksikan untuk
- Klien menunjukkan memonitor tidur pasien
kenyamanan fisik dan - Monitor waktu makan
psikologis dan minum dengan
waktu tidur
- Monitor/catat kebutuhan
tidur paasien setiap hari
dan jam.
8. Kurang perawatan diri Setelah dilakukan tindakan Self CareAssistance : Dressing
berhubungan dengan keperawatan ...x 24 jam Grooming
kelemahan fisik klien dapat menunjukkan - Pantau tingkat kekuatan
ditandai dengan klien perawatan diri: dan toleransi aktivitas
mengeluh lemah, letih, Aktivitas kehidupan - Pantau peningkatan dan
lesu. Penampilan secara sehari-hari: Mandi dengan penurunan kemampuan
umum menurun. kriteria: untuk berpakaian dan

38
- Klien menerima melakukan perawatan
bantuan atau perawatan rambut
total dari pemberi - Pertimbangkan budaya
perawatan jika pasien ketika
diperlukan. mempromosikan
- Klien mengungkapkan aktivitas perawatan diri
secara verbal kepuasan - Pertimbangkan usia
tentang kebersihan pasien ketika
tubuh dan hygiene mempromosikan
mulut. aktivitas perawatan diri
- Klien mempertahankan - Bantu pasien memilih
mobilitas yang pakaian yang mudah
diperlukan untuk ke dipakai dan dilepas
kamar mandi dan - Sediakan pakaian pasien
menyediakan pada tempat yang mudah
perlengkapan mandi. dijangkau (disamping
- Klien mampu tempat tidur).
membersihkan dan - Fasilitasi pasien untuk
mengeringkan tubuh. menyisir rambut bila
- Klien mempu memungkinkan
melakukan perawatan - Dukung kemandirian
mulut. dalam berpakaian,
berhias,bantu pasien jika
diperlukan
- Pertahankan privasi pada
saat pasien berpakaian
- Bantu pasien untuk
menaikan ,
mengancingkan dan
meresleting pakaian, jika
diperlukan
- Gunakan alat bantu

39
tambahan ( misalnya
sendok, pengait kancing
dan penarik risleting )
untuk menarik pakaian
jika diperlukan
- Beri pujian atas usaha
untuk berpakaian sendiri
- Gunakan terapi fisik dan
okupasi sebagai sumber
dalam perencanaan
tindakan pasien dalam
perawatan pasien dengan
alat bantu.
9. Cemas berhubungan Setelah dilakukan tindakan
Anxiety Reduction ( Penurunan
dengan kurangnya keperawatan ...x 24 jam
kecemasan )
pengetahuan tentang klien mampu mengontrol
- Gunakan pendekatan
penyakitnya. cemas (Anxiety Control)
yang menenangkan
dengan kriteria:
- Nyatakan dengan jelas
- Klien dapat
harapan terhadap perlaku
merencanakan strategi
pasien
kopling untuk situasi
- Jelaskan semua prosedur
yang membuat stres.
dan apa yang dirasakan
- Klien dapat
selama prosedur
mempertahankan
- Pahami perspektif pasien
penampilan peran.
terhadapsituasistres
- Klien melaporkan tidak
- Temani pasien untuk
ada gangguan persepsi
memberikan
sensori.
keamanandan
- Klien melaporkan tidak
mengurangi takut
ada gejala kecemasan
- Dorong keluarga untuk
secara fisik.
menemani anak
- Klien melaporkan gejala

40
perilaku akibat - Lakukan back/neck rub
kecemasan: tidak ada. - Dengar dengan penuh
- Klien dapat meneruskan perhatian
aktivitas yang - Identifikasi tingkat
dibutuhkan meskipun kecemasan
ada kecemasan. - Bantu pasien mengenal
- Klien menunjukkan situasi yang
kemampuan untuk fokus menimbulkan kecemasan
pada pengetahuan dan - Dorong pasien untuk
keterampilan yang baru. mengungkapkan
- Klein dapat perasaaan, ketakutan,
mengidentifikasi gejala persepsi
yang merupakan - Instruksikan pasien
indikator kecemasan. menggunakan teknik
relaksasi
- Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan.
10. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Teaching : disease proses
tentang proses penyakit, keperawatan ...x 24 jam - Berikan penilaian tentang
diet, perawatan dan klien mempunyai tingkat pengetahuan
pengobatan pengetahuan tentang pasien dan proses
berhubungan dengan proses penyakit penyakit yang spesifik
kurangnya informasi. (knowladge disease - Jelaskan patofisiologi
process) dengan kriteria: dari penyakit dan
- Klien menjelaskan bagaimana hal itu
proses penyakit. berhubungan dengan
- Klien menjelaskan anatomi dan fisiologi
faktor penyebab dengan cara yang tepat.
dan risiko. - Gambarkan tanda dan
- Klien menjelaskan gejala yang biasa muncul
efek dari penyakit. pada penyakit, dengan
- Klien menjelaskan cara yang tepat.

41
tanda-tanda dan - Gambarkan proses
gejala. penyakit dengan cara
- Klien menjelaskan yang tepat.
tindakan untuk - Identivikasi
meminimalkan. kemungkinan penyeba,
- Klien menjelaskan dengan cara yang tepat.
pencegahan - Sediakan informasi pada
komplikasi. pasien tenntang kondisi
dengan cara yang tepat.
- Hindari jaminan yang
kosong
- Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi
tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat.
- Diskusi perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi di
masa yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan penyakit.
- Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan.
- Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan.
- Rujuk pasien pada grub
atau agensi di komunitas

42
lokal dengan cara yang
tepat.
- Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan dengan tepat.
11. Risiko gangguan Setelah dilakukan tindakan Body image enhancement
gambaran diri keperawatan ...x 24 jam - Kaji secara verbal dan
berhubungan dengan diharapkan klien nonverbal respon klien
permanennya gangguan menunjukkan Citra tubuh terhadap tubuhnya
fungsi ginjal ditandai yang positif dengan - Monitor frekuensi mengkritik
dengan klien kriteria: dirinya
mengekspresikan rasa - Klien - Jelaskan tentang pengobatan,
tidak percaya, cemas, mendemonstrasika perawatan, kemajuan dan
mudah tersinggung, n penerimaan prognosis penyakit
perubahan interaksi terhadap perubahan - Dorong klien
sosial, perilaku bentuk tubuh. mengungkapkan perasaannya
marah/agresif. - Klien - Identifikasi arti pengurangan
mengungkapkan melalui pemakaian alat bantu
kepuasan terhadap Fasilitasi kontak dengan
penampilan dan individu lain dalam kelompok
fungsi tubuh. kecil
- Keinginan untuk
menyentuh bagian
tubuh yang
mengalami
gangguan.
- Memelihara
hubungan sosial
yang dekat dengan
orang lain.

43
12. Disfungsi seksual Setelah dilakukan tindakan Sexual Counseling
berhubungan dengan keperawatan ...x 24 jam - Membangun hubungan
efek uremia ditandai diharapkan fungsi seksual terapeutik, berdasarkan
dengan klien adekuat dengan kriteria: kepercayaan dan rasa hormat
melaporkan adanya - Klien menunjukkan - Menetapkan panjang
penurunan libido, adanya keinginan hubungan konseling
impotensi dan kesulitan untuk - Menyediakan privasi dan
untuk ekskresi. Adanya mendiskusikan menjamin kerahasiaan
gangguan menstruasi, perubahan pada - Menginformasikan pasien
gynecomastia. fungsi seksual. diawal hubungan bahwa
- Klien meminta seksualitas adalah bagian
informasi yang penting dari kehidupan dan
dibutuhkan tentang bahwa penyakit, obat-obatan
perubahan pada dan stres (atau masalah
fungsi seksual. lain/pasien mengalami
- Klien peristiwa) sering mengubah
mengungkapkan fungsi seksual
secara verbal - Memberikan informasi
pemahamannya tentang fungsi seksual, sesuai
tentang pembatasan dengan kata pengantar
yang diatus secara pertanyaan yang memberi
medis. tahu pasien bahwa banyak
- Klien beradaptasi orang mengalami kesulitan
terhadap model seksual
pengungkapan - Mulailah dengan topik-topik
seksual yang paling sensitif dan
berhubungan melanjutkan ke lebih sensitif
dengan usia atau - Diskusikan efek dari situasi
perubahan fisik penyakit/ kesehatan pada
karena penyakit. seksualitas
- Diskusikan efek obat tentang
seksualitas, sesuai

44
- Diskusikan efek dari
perubahan seksualitas pada
orang lain yang signifikan
- Diskusikan tingkat
pengetahuan pasien tentang
seksualitas pada umumnya
- Dorong pasien untuk
verbalisasi ketakutan dan
mengajukan pertanyaan
- Mengidentifikasi tujuan
pembelajaran yang
diperluukan untuk mencapai
tujuan
- Diskusi diperlukan,
modifikasi dalam aktivitas
seksual, sesuai
- Membantu pasien untuk
mengekspresikan kesedihan
dan kemarahan tentang
perubahan dalam fungsi
tubuh/penampilan, sesuai
- Hindari menampilkan
keengganan untuk bagian
tubuh yang berubah
- Perkenalkan pasien untuk
model peran positif yang
telah berhasil menaklukkan
masalah yang sama
- Berikan informasi faktual
tentang mitos seksual dan
misinformasi yang pasien
dapat verbalisasi

45
- Diskusikan bentuk-bentuk
alternatif dari ekspresi
seksual yang diterima pasien
- Anjurkan pasien hanya pada
teknik yang kompatibel
dengan nilai-nilai/keyakinan
- Anjurkan pasien tentang
penggunaan obat-obatan
(misalnya, bronkodilator)
untuk meningkatkan
kemampuan untuk
melakukan hubungan seksual
- Tentukan jumlah bersalah
seksual yanng berhubungan
dengan persepsi pasien dari
faktor-faktor penyebab
penyakit
- Hindari prematur mengakhiri
diskusi perasaan bersalah,
bahkan ketika ini tampaknya
tidak masuk akal
- Sertakan pasangan/pasangan
seksual dalam konseling
sebanyak mungkin
- Gunakan humor dan
menggunakan pasien untuk
meringankan kecemasan atau
rasa malu
- Memberikan jaminan bahwa
praktik seksual saat ini dan
baru sehat
- Memberikan jaminan dan

46
izin untuk bereksperimen
dengan bentuk-bentuk
alternatif dari ekspresi
seksual
- Memberikan
arahan/konsultasi dengan
anggota lai dari tim
perawatan kesehatan, sesuai
- Merujuk passien ke seorang
terapis seks
13. Intoleransiaktivitas NOC NIC
Difinisi:ketidakcukupa Energy conservation Activity therapy
n energy Activity tolerance - Kolaborasikan dengan tenaga
psikologisataufsiologis Self care : ADLS rehabilitasi medic dalam
untukmelanjutkanataum Kriteriahasil: merencanakan program terapi
enyelesaikanaktifitaske Berpartisipasidalamakti yang tepat
hidupansehari-hari yang vitasfisiktanpadisertaip - Bantu klien untuk
harusatau yang eningkatantekanandara mengidentifikasi aktivitas
diinginkan. h, nadidan RR yang mampu dilakukan
Batasankarakteristik Mampumelakukanaktiv - Bantu untuk memilih
Respontekanandarah itassehari-hari(ADLS) aktivitas konsisten yang
abnormal secara mandiri sesuai dengan kemampuan
terhadapaktivitas Tanda-tanda vital fisik, psikologi dan social
Responfrekuensijant normal - Bantu untuk mengidentifikasi
ung abnormal Energy psikomotor dan mendapatkan sumber
terhadapaktivitas Level kelemahan yang diperlukan untuk
Perubahan EKG Mampuberpindah : aktivitas yang diinginkan
yang denganatautanpabantua - Bantu untuk mendapat alat
merupakanaritmia nalat bantuan aktivitas seperti
Perubahan EKG Status kursi roda, krek
yang kardiopulmunaria - Bantu untuk mengidentifikasi
merupakaniskemia adekuat aktifitas yang disukai

47
Ketidaknyamananset Sirkulasi status baik - Bantu klien untuk membuat
elahberaktivitas Status respirasi : jadwal latihan diwaktu luang
Dipsneasetelahberak pertukaran gas dan - Bantu pasien atau keluarga
tivitas ventilasi adekuat untuk mengidentifikasi
Menyatakanmerasal kekurangan dalam
etih beraktivitas
Menyatakanmerasal - Sediakan penguatan positif
emah bagi yang aktif beraktivitas
Faktor yang - Bantu pasien untuk
berhubungan mengembangkan motivasi

Tirah baring diri dan penguatan

atauImobilisasi - Monitor respon fisik, emosi,

Kelemahanumum social, dan spiritual

Ketidakseimbangan
an
tarasupleidankebutu
hanoksigen
Imobilitas
Gaya hidup
monoton
14. Ketidakefektifan pola NOC NIC
napas Respiratory status: Airway Management
Definisi : inspirasi dan/ Ventilation - Buka jalan nafas, gunakan
atau ekspirasi yang Respiratory status: teknik chin lift atau jaw
tidak memberi ventilasi. Airway patency thrust bila perlu
Vital sign status - Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Batasan karakteristik - Identifikasi pasien perlunya
: Kriteria Hasil : pemasangan alat jalan nafas
Perubahan Mendemonstrasikan buatan
kedalaman batuk efektif dan suara - Pasang mayo bila perlu
nafas yang bersih, tidak - Lakukan fisioterapi dada jika

48
pernapasan ada sianosis dan perlu
Perubahan ekskursi dyspneu (mampu - Keluarkan sekret dengan
dada bernafas dengan batuk atau suction
Mengambil posisi mudah, tidak ada - Auskultasi suara nafas, catat
tiga titik pursed lips) adanya suara tambahan
Bradipneu Menunjukan jalan - Lakukan suction pada mayo

Penurunan tekanan nafas yang paten (klien - Berikan bronkodilator bila

ekspirasi tidak merasa tercekik, perlu

Penurunan ventilasi irama nafas, frekuensi - Berikan pelembab udara

semenit pernafasan dalam kassa basah NaCl lembab

Penurunan kapasitas rentang normal, tidak - Atur intake untuk cairan

vital ada suara nafas mengoptimalkan


abnormal) keseimbangan
Dipneu
Tanda tanda vital - Monitor respirasi dan status
Peningkatan
dalam rentang rentang O2 Oxygen Therapy
diameter anterior-
normal (tekanan darah, - Bersihkan mulut, hidung dan
posterior
nadi, pernafasan) secret trakea
Pernapasan cuping
- Pertahankan jalan nafas yang
hidung
paten
Ortopneu
- Atur peralatan oksigenasi
Fase ekspirasi
- Monitor aliran oksigen
memenjang
- Pertahankan posisi pasien
Pernapasan bibir
- Observasi adanya tanda
Takipneu
tanda hipoventilasi
Penggunaan otot
- Monitor adanya kecemasan
aksesorius untuk
pasien terhadap oksigenasi
bernapas
Vital sign Monitoring
- Montor TD, nadi, suhu, dan
RR
Faktor yang
- Catat adanya fluktuasi
berhubungan:
tekanan darah
Ansietas
- Monitor VS saat pasien

49
Posisi tubuh berbaring, duduk atau berdiri.
Deformitas tulang - Auskultasi TD pada kedua
Keletihan lengan dan bandingkan
Hiperventilasi - Monitor TD, nadi, RR,
Sindrom sebelum, selama dan setelah
hipoventilasi aktivitas
Gangguan - Monitor kualitas dari nadi
muskuloskeletal - Monitor frekuensi dan irama
Kerusakan pernapasan
neurologis - Monitor suara paru
Imaturitas - Monitor pola pernapasan
neurologis abnormal
Disfungsi - Monitor suhu, warna, dan
neuromuskular klembapa kulit
Obesitas - Monitor sianosis perifer
Nyeri - Monitor adanya cushing triad
Keletihan otot (tekanan nadi yang melebar,
pernapasan cedera bradikardi, peningkatan
medula spinalis sistolik)
- Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

D. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan : Perubahan perfusi jaringan renal
a. Klien menunjukkan tekanan darah dalam batas normal.
b. Klien menunjukkan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
c. Kesadaran klien compos mentis dan tidak ada disorientasi.
d. Klien menunjukkan tidak ada bunyi nafas tambahan.
e. Klien menunjukkan tidak ada edema perifer dan asites.
f. Klien menunjukkan haluan urine dalam batas normal.

50
2. Diagnosa Keperawatan : Risiko penurunan curah jantung
a. Klien menunjukkan nadi perifer kuat, tekanan darah dalam rentang
normal.
b. Klien menunjukkan tidak adanya disritmia.
c. Tidak ada edema perifer.
d. Tidak ada edema pulmoner.
e. Klien tidak menunjukkan diaporesis.
f. Klien tidak menunjukkan adanya kelelahan.

3. Diagnosa Keperawatan : Kelebihan volume cairan


a. Klien mengatakan terbebas dari edema, BB stabil.
b. Klien dapat mempertahankan bunyi paru bersih dan adanya
kemudahan dalam bernafas.
c. Klien dapat mempertahankan turgor kulit normal, tidak ada
oliguria.

4. Diagnosa Keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan
a. Klien menunjukkan asupan makanan dan cairan adekuat
b. Klien menunjukkan berat badan dalam batas normal

5. Diagnosa Keperawatan : Risiko infeksi


a. Klien dapat menunjukkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
b. Klien dapat menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal.

6. Diagnosa Keperawatan : Risiko kerusakan integritas kulit


a. Klien menunjukkan elastisitas dalam rentang normal
b. Klien dapat mempertahankan hidrasi dalam rentang normal
c. Klien menunjukkan pigmentasi dalam rentang normal
d. Klien menunjukkan warna dan kelembaban dalam rentang normal

7. Diagnosa Keperawatan : Gangguan pola tidur

51
a. Klien dapat menunjukkan jam tidur tidak terganggu.
b. Klien melaporkan tidak ada masalah dengan pola tidur atau
istirahat.
c. Klien dapat menunjukkan perasaan segar setelah tidur atau
istirahat.

8. Diagnosa Keperawatan : Kurang perawatan diri


a. Klien mau menerima bantuan atau perawatan total dari pemberi
perawatan jika diperlukan.
b. Klien mampu mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang
kebersihan tubuh dan hygiene mulut.
c. Klien mampu membersihkan dan mengeringkan tubuh.

9. Diagnosa Keperawatan : Kecemasan


a. Klien melaporkan penggunaan teknik relaksasi untuk menurunkan
kecemasan.
b. Klien dapat mempertahankan hubungan sosial.

10. Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan tentang proses


penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
a. Klien dapat menjelaskan proses penyakit, faktor penyebab dan
risiko.
b. Klien menjelaskan tanda dan gejala serta dapat melakukan
tindakan untuk meminimalkan progresi penyakit.

11. Diagnosa Keperawatan : Risiko gangguan gambaran diri


a. Klien dapat mendemonstrasikan penerimaan terhadap perubahan
bentuk tubuh.
b. Klien dapat mengungkapkan kepuasan terhadap penampilan dan
fungsi tubuh.
c. Klien mau menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan.

52
12. Diagnosa Keperawatan : Disfungsi seksual
a. Klien mau mendiskusikan perubahan pada fungsi seksual.
b. Klien mau meminta informasi yang dibutuhkan tentang perubahan
pada fungsi seksual.
c. Klien mau mengungkapkan secara verbal pemahamannya tentang
pembatasan yang diatur secara medis.
d. Klien mau beradaptasi terhadap model pengungkapan seksual yang
berhubungan dengan usia atau perubahan fisik karena penyakit.

13. Diagnosa Keperawatan: Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat


ditoleransi
a. Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi

14. Diagnosa Keperawatan: Perubahan pola nafas berhubungan dengan


hiperventilasi sekunder: kompensasi melalui alkalosis respiratorik
a. Pola nafas kembali normal / stabil

53
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8
vol 3. Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius
Aspiani, Reni Yuli. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien
dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: CV Trans Info
Media

54

Anda mungkin juga menyukai