Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI
A. Pengertian
Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus)
misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada
sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2001).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan.Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak
ada. (WHO, 2006)
Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses
diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan
ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi
(Yosep, 2009)
Kesimpulannya bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera
terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.
B. Macam-Macam Halusinasi
Jenis Halusinasi Data Subjektif Data Objektif
Halusinasi dengar/suara a. Mendengar suara-suara a. Bicara atau tertawa
atau kegaduhan. sendiri tanpa lawan
b. Mendengar suara yang bicara.
mengajak bercakap- b. Marah-marah tanpa
cakap. sebab.
c. Mendengar suara c. Mencondongkan telinga
menyuruh melakukan ke arah tertentu.
sesuatu yang d. Menutup telinga.
berbahaya.
Halusinasi penglihatan a. Melihat bayangan, a. Menunjuk-nunjuk ke
sinar, entuk geometris, arah tertentu.
bentuk kartun, melihat b. Ketakutan pada objek
hantu atau monster. yang tidak jelas.
Halusinasi penghidu a. Membaui bau-bauan a. Menghidu seperti
seperti bau darah, urin, sedang membaui bau-
feses kadang-kadang baun tertentu.
bau itu menyenangkan. b. Menutup hidung.
Halusinasi pengecapan a. Merasakan rasa seperti a. Sering meldah
darah, urin atau feses. b. muntah
Halusinasi perabaan a. Merasa seperti a. Menggaruk-garuk
tersengat listrik. permukaan kulit.

C. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.Diperoleh baik
dari klien maupun keluarganya. Factor predisposisi dapat meliputi factor
perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetic. (Yosep, 2009)
a. Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
b. Faktor sosiokultural
Berbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan,
sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang membesarkannya.
c. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang
mengalami stress yang berlebihan, maka didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu
zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan
dimethytrenferase (DMP).
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Berpengaruh pada ketidakmampuanklien dalam
mengambil keputusan demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan
sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor genetic
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi
menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus
asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
D. Dimensi Halusinasi
Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu :
1. Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.
2. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan menakutkan.
3. Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien.
4. Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam nyata
sangat membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah merupakan temapat
memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di
dapatkan di dunia nyata.
5. Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai denga  kehampaan hidup, ritinitas tidak bermakna,
hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan
diri.
E. Manifestasi Klinik
Menurut Yosep, 2009 tanda dan gejala halusinasi adalah :
1. Melihat bayangan yang menyuruh melakukan sesuatu berbahaya.
2. Melihat seseorang yang sudah meninggal.
3. Melihat orang yang mengancam diri klien atau orang lain
4. Bicara atau tertawa sendiri.
5. Marah-marah tanpa sebab.
6. Menutup mata.
7. Mulut komat-kamit
8. Ada gerakan tangan
9. Tersenyum
10. Gelisah, Menyendiri dan melamun.
F. Proses Terjadinya Halusinasi
1. Fase Pertama / comforting / menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa
bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan
halusinasinya dan suka menyendiri.
2. Fase Kedua / comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa
membedakan dengan realitas.
3. Fase Ketiga / controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa
dan tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa
menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak
mampu mematuhi perintah.
4. Fase Keempat / conquering/ panik
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan orang
lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia yang
menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi
kronik jika tidak dilakukan intervensi.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap
perintah kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat,
1999) :
a. Tahap I : halusinasi bersifat  menyenangkan
Gejala klinis :
1) Menyeringai/ tertawa tidak sesuai
2) Menggerakkan bibir tanpa bicara
3) Gerakan mata cepat
4) Bicara lambat
5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
b. Tahap 2 : halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis :
1) Cemas
2) Konsentrasi menurun
3) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
c. Tahap 3 : halusinasi yang bersifat mengendalikan
Gejala klinis :
1) Cenderung mengikuti halusinasi
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)
d. Tahap 4 : halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis :
1) Pasien mengikuti halusinasi
2) Tidak mampu mengendalikan diri
3) Tidak mampu mengikuti perintah nyata
4) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
G. Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian
stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan
lain yang digunakan melindungi diri. Mekanisme koping menurut Yosep, 2009 meliputi
cerita dengan orang lain (asertif), diam (represi/supresi), menyalahkan orang lain
(sublimasi), mengamuk (displacement), mengalihkan kegiatan yang bermanfaat
(konversi), memberikan alasan yang logis (rasionalisme), mundur ke tahap
perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan ke objek lain, memarahi tanaman atau
binatang (proyeksi).
H. Akibat Yang Ditimbulkan
Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat beresiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.
Tanda dan gejala antara lain:
1. Memperlihatkan permusuhan
2. Mendekati orang lain dengan ancaman
3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
5. Mempunyai rencana untuk melukai
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga
bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (resiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi
sudah sampai fase ke IV, dimana klien mengalami panic dan perilakunya
dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan kemampuan
penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh
diri, membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan. Tanda dan gejalanya adalah
muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering
pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak
senang.
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
2.  Melaksanakan program terapi dokter
3.  Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah yang ada
4. Memberi aktivitas pada klien
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
6. Farmakologi:
a. Anti psikotik:
1) Chlorpromazine (Promactile, Largactile)
a) Indikasi
Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma
social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental
seperti: waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang
aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-
hari seperti tidak mampu bekerja, hubungan social dan melakukan
kegiatan rutin.
b) Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak, khususnya
system ekstra pyramidal.
c) Efek samping
(1). Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar
sadar atau tidak sadar.
(2). Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik,
seperti mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekana intraokuler meninggi, gangguan irama
jantung.
(3). Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia syndrome
parkinsontren, atau bradikinesia regiditas.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
(kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas),
ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran disebabkan oleh depresan.
e) Penggunaan obat
(1). Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg.
Apabila kondisi klien sudah stabil dosisnya di kurangi menjadi
1x100mg pada malam hari saja.
2) Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer)
a) Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, baik dalam fungsi mental dan dalam fungsi
kehidupan sehari-hari.
b) Mekanisme kerja
Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca
sinaptik neuron di otak, khususnya system limbic dan system pyramidal.
c) Efek samping
(1). Sedasi dan inhibisi psikomotor
(2). Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat, mata
kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
(kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas),
ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan
kesadaran.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam bentuk
injeksi 3x5mg IM pemberian ini dilakukan 3x24 jam. Sedangkan
pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau 3x5 mg.
3) Stelazine
4) Clozapine (Clozaril)
5) Risperidone (Risperdal)
b. Anti parkinson:
1) Trihexyphenidile
a) Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit parkinson,
termasuk pasca encephalitis (infeksi obat yang disebabkan oleh virus atau
bakteri) dan idiopatik (tanpa penyebab yang jelas). Sindrom Parkinson
akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.
b) Mekanisme kerja
Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson,
dan antikolinergik lainnya.
c) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi
(gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan), konstipasi, takikardia,
dilatasi, ginjal, retensi urine.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil (THP),
glaucoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis, hipertropi prostat,
dan obstruksi saluran edema.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg sebagai
anti parkinson.
J. Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi
1. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
c. Pasienmengikuti program pengobatan secara optimal
2. Tindakan keperawatan :
a. Membantu pasien mengenali halusinasi. Anda dapat melakukannya dengan cara
berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang di dengar/dilhat), waktu
terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan
halusinasi muncul dan respons pasien saat halusinasi muncul.
Bantu pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara cara kontrol halusinasi,
ajarkan pasienmengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu
menghardik halusinasi
Orientasi :
“selamat pagi, D saya perawat puskesmas ... yang akan merawat D. Nama saya
SS, senang dipanggil S. Nama D siapa? Senang dipanggil apa?”

“Bagaimana perasaan D hari ini? apa keluhan disaat ini ?”

“Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap cakap tentang suara yang selama ini D
dengar tetapi tak tampak wujudnya ? Dimana kita duduk? Di ruang tamu?
Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit ?”

Kerja :
“Apakah D mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara
itu ? “

“Apakah terus menerus terdengar atau sewaktu waktu? Kapan yang paling sering
D dengar suara? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa suara itu
terdengar? Apakah pada waktu sendiri ? “

“Apa yang D rasaakan pada saat mendengar suara itu?”


“Apa yang D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan itu suara-suara
itu hilang? Bagaimana kalau kita blajar cara-cara untuk mencegah suara suara
muncul ? “

“D, ada 4 cara untuk mencegah suara suara itu muncul . Pertama,dengan
menghardik suara itu muncul. Kedua, dengan bercakap cakap dengan orang lain.
Ketiga, melakukan kegiatan yangg sudah terjadwal. dan keempat minum obat
secara teratur.”

“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu yaitu dengan menghardik”

“Caranya sebagai berikut: saat suara suara itu muncul, langsung D bilang, pergi
saya tidak mau dengar,...saya tidak mau dengar, pergi jangan ganggu saya. stop
jangan ganggu saya. begitu diulang ulang sampai suara itu tak terdengar lagi.
Coba D peragakan! Nah.., begitu..Bagus! Coba lagi! Ya bgus, D sudah dapat”

Teminasi:
“Bagaimana perasaan D stelah peragaan latihan tadi? Kalau suara suara itu
muncul lagi, silahkan coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal
latihannya? Mau pukul berapa saja latihannya? (anda memasukankegiatan
latihan menghardik halusinasi kedalam jadwal kegiatan harian pasien).
Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara suara dengan cara kedua ? Jam berapa D? Bagiamana kalau 2 jam lagi?
Berapa lama kita akan berlatih? Dimana tempatnya?”
“Baiklah, sampai jumpa”
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi . Dapat dilatih dengan 4 cara:
1) Menghardik halusinasi: adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk
mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan
halusinasinya . Kalau ini dapat dilakukan pasien akan mampu mengendalikan
diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap
ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa
yang ada dalam halusinasinya. Tahapan tindakan meliputi :
a) menjelaskan cara menghardik halusinasi
b) memperagakan cara menghardik
c) meminta pasienmemperagakan ulang
d) memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien
2) Bercakap cakap dengan orang lain. Hal ini dapat mengontrol halusinasi. Ketik
pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi, fokus
perhatian klien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan
dengan orang lain tersebut.
Latihan pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua yaitu bercakap
cakap dengan orang lain
Orientasi :
“Selamat pagi D. Bagaimana perasaan D hari ini? apakah suara suara itu
masih muncul ? apakah suadah dipakai cara yang kita latih? berkurangkah
suara suara nya? Bagus! sesuai janji kita tadi, saya akan melatih cara kedua
untuk mengontrol halusinasi dengan bercakapc cakap dengan orang lain. kita
akan latihan selama 20 menit. mau dimana? disini saja ?”

Kerja :
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah
dengan , ber-cakap cakap dengan orang lain. Jadi, kalau D mulai mendengar
suara suara, langsung saja cari teman untuk di ajak bicara. Minta teman untuk
ngobrol dengan D. Contohnya begini ... tolong, saya mulai mendengar suara-
suara. ayo ngobrol dengan saya !atau kalau ada orang di rumah ini mis.
Kakak. D katakan, kak ayo ngobrol dengan D. D sedang dengar suara suara.
begitu D. Coba D lakukan seperti yang tadi saya lakukan. Ya, begitu. Bagus !
Nah, latih terus ya, D!”

Terminasi :
“Bagaimana perasaan D setelah latihan ini ? Jadi sudah ada berapa cara yang
D pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalh kedua cara ini
kalau D mengalamai halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukan dalam
jadwal harian D ? Mau pukul berapa latihan bercakap cakap? Nah nanti
lakukan secara teratur jika sewaktu waktu suara itu muncul! Besok pagi saya
akan kemari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu
melakukan aktivitas terjadwal ? Mau pukul berapa? Bagaimana kalau pukul
10? Mau dimana? disini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”

3) Melakukan aktivitas yang terjadwal. Hal ini untuk mengurangi risiko


munculnya kemblai halusinasi. Pasien tidak akan mengalami banyak waktu
luang sendiri yang sering kali mencetuskan halusinasi. Tahapan intervensinya
adalah sebagai berikut :
a) menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
b) mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
c) melatih pasien melakukan aktivitas
d) Menyusun jadwal aktivitas sehari hari
e) memantau pelaksanaan jadwal kegiatan dan memberikan penguatan
terhadap perilaku pasien yang positif.
Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga, yaitu
melaksanakan aktivitas terjadwal
Orientasi :
“selamat pagi, D. Bagaimana perasaan D hari ini ? apakah suara suara nya
masih muncul? apakah sudah dipakai dua cara yang kita latih ? bagaimana
hasilnya?bagus! sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga
untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. mau dimana
kita bicara? baik, kita duduk di ruang tamu. berapa lama kita bicara?
bagaimana kalau 30 menit? Baiklah”

Kerja:
“apa saja yang biasa D lakukan ? apa saja keggiatan yang biasa dilakukan?
(terus tanyakan sampai didapatkan kegiatan sampai malam). wah banyak
sekali kegiatannya. mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan
tersebut). bagus sekali D dapat lakukan. kegiatan ini dapat D lakukan untuk
mencegah suara tersebut muncul. kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar
dari pagi sampai malam ada kegiatan”

Terminasi :
“bagaimana perasaan D setelah kita bercakap cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? bagus sekali! coba sebut kan 3 cara yang telah kita
latih untuk mencegah suara suara. bagus sekali. mari kita masukan ke dalam
jadwal kagiatan harian D. coba lakukan sesuai jadwal ya! (anda dapat melatih
aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas
dari pagi sampai malam) bagaimana kalau kita membahas cara minum obat
yang baik serta kegunaan obat pada kunjungan saya berikutnya. sampai
jumpa”

4) Menggunakan obat secara teratur. Tindakan keperawatan agar pasien patuh


menggunakan obat :
a) jelaskan kegunaan obat
b) jelaskan akibat putus obat
c) jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
d) jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,
benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)
Latih pasien menggunakan obat secra teratur
Orientasi :
“selamat pag D. bagaimana perasaan D hari ini ?apakah suara suaranya masih
muncul? apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih? apakah jadwal
kegiatannya sudah di laksanakan? apakah pagi ini sudah minum obat? baik.
hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang D minum. kita
akan berdiskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. disini saja
ya D?”

Kerja :
“D, apakah bedanya setelah minum obat secara teratur? apakah suara-suara
berkurang atau hilang? minum obat sangat penting supaya suara suara yang D
dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. berapa macam obat
yang D minum? (perawat menyiapkan obat pasien) ini yang warna orange
CPZ 3 kali sehari pukul 7 pagi, pukul 1 siang dan pukul 7 malam gunanya
untuk membuat pikiran tenang. ini yang putih (THP) 3 kali sehari pukulnya
sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. sedangkan yang merah jambu 3
kali sehari , waktu nya sama gunannya untuk menghilangkan suara suara.
kalau suara suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. nanti
konsultasikan dengan dokter , sebab kalau putus obat D akan kambuh dan
sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. kalau obat habis D dapat
minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. D juga harus teliti saat
menggunakan obat obatan ini. pastikan obatnya benar. artinya D harus
memastikan bahwa itu benar benar punya D. jangan kelitu dengan obat milik
orang lain. baca nama kemasannya. pastikan obat diminum pada waktunya,
dengan cara yang benar. yaitu diminum sesudah makan dan tepat pada
waktunya. D juga harus memperhatikan berapa jumlah obatsekali minum
danharus cukup minum 10 gelas per hari”

Terminasi :
“bagaimana perasaan D setelah bercakap cakap tentang obat? sudah berapa
cara yang kita latih untuk mencegah suara suara? Coba sebutkan! bagus! (jika
jawaban benar) mari kita masukan jadwal minum obatnya pada jadwal
kegiatan D. jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada
keluarga kalau dirumah. nah, maknan sudah datang. kita ketemu lagi untuk
melihat manfaat 4 cara yang sudah mencegah suara yang telah kita bicarakan.
bagaimana kalau minggu depan? mau pukul berapa? bagaimana kalau pukul
10? sampai jumpa”

K. Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga


1. Tujuan Tindakan Keperawatan :
a. keluarga dapat terlibat dalam perawatn pasien baik di rumah sakit maupu
keluarga
b. keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien
2. Tindakan keperawatan :
a. Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan
cara merawat pasien halusinasi
c. Memberikankesempatan pada keluarga untuk memperagakan cara merawat
pasien dengan halusinasi langsung dihadapan pasien
d. memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang perawatan lanjutan
pasien.
Pendidikan kesehatan tentang pengertian halusnasi, jenishalusinasi yang
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara cara merawat pasien
halusinasi
Peragakan percakapan berikut ini dengan pasangan anda!
Orientasi:
“selamat pagi, bapak ibu saya SS, perawat yang merawat anak bpk/ibu”

“bagaimana perasaan bapak /ibu hari ini? apa pendapat bpk/ibu tentang anak
bpk/ibu?”

“hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang bpk/ibu hadapi dalam
merawat D?”

“kita mau diskusi dimana? bagaimana kalau di ruang tamu? berapa lama waktu
bpk /ibu? bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja :
“apa yang bpk/ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat D? apa yang bpk/ibu
lakukan?”

“Ya, gejala yang dialami oleh anak bpk/ibu namanya halusinasi, yaitu mendengar
atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya”

“tandan tandanya bicara dan tertawa sendiri, atau marah marah tanpa sebab”

“jadi kalau anak bpk ibu mendengar suara suara, sebenarnya suara itu tidak ada”

“kalau anak bpk/ibu mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan


itu tidak ada”

“untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan bebrapa cara. ada beberapa
cara untuk mebantu anak bpk/ibu agar dapat mengendalikan halusinasi. cara cara
tersebut antara lain: pertama, dihadapan anak bpk/ibu jangan mebantah hakusinasi
atau menyokongnya. katakan saja bahwa bpk/ibu percaya bahwa D memang
mendengar suara atau bayangan, tetapi bpk/ibu sendiri tidak mendengar ataupun
melihatnya”

“kedua, bantu anak bpk/ibu minum obat secra teratur. jangan menghentikan obat
tanpa konsultasi. terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih D untuk minum oat
secara teratur. Jadi bpk ibu dapat mengingatkan kembali . obatnya ada 3 acam ini
yang orange namanya CPZ gunanya untuk menenangkan pikiran. diminum 3 kali
sehari pada pukul 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam. yang putih namanya THP gunanya
membuat rileks, waktu minum nya sama dengan CPZ tadi. yang biru namanya HP.
gunanya menghilangkan suara suara. waktu minum ny sama dengan CPZ. obat perlu
selalu diminum untuk mencegah kekambuhan”

:terakhir bila tandatanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi D dengan cara
menepuk punggung anak bpk/ibu. kemudian suruhlah D menghardik suara tersebut.
D sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi.”

“sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi D. sambil menepuk punggung D,


katakan D: D , sedanf apa kamu? kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila
suara siuara itu datang? Ya. usir dan katakan stop pada suara itu. tutup telinga kamu
dan katakan pada suara itu ‘saya tidak mau dengar, jangan ganggu saya, stop
tinggalkan saya. ucapkan berulang ulang D’ “sekarang coba bpk/ibu praktikan cara
yang baru saja saya ajarkan”

“bagus pak/bu”

Terminasi:
“bagaimana perasaan bpk/ibu setelah kita berdiskusi dan memerlukan latihan
memutuskan halusinasi D?”

“sekarang coba bpk/ibu sebutkan kembali tiga cara merawat D”

“bagus sekali pakbu. bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk
mempraktikan cara memutus halusinasi langsung kepada D”

“pukul berapa kita bertemu?”

“baik, sampai jumpa.selamat pagi”

Latih keluarga melakukan praktik merawat pasien secara langsung dihadapan


pasien
Beri kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien
halusinasi langsung dihadapan pasien.
Orientasi:
“selamat pagi!”

“bagaimana perasaan bpk/ibu pagi ini?”


“apakah bpk ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi D yang sedang
mengalami halusinasi? bagus!”

“sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktikan cara
memutus halusinasi langsung kepada D”
“mari kita temui D”

Kerja:
“selamat pagi D. D, bpk/ibu D sangat ingin membantu D mengendalikan suara suara
yangs sering D dengar. untuk ini pagi ini bpk/ibu D akan mempraktikan cara
memutus suara-suara yang D dengar. D nanti kalau sedang dengar dengar suara-suara
bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka bpk/ibu akan mengingatkan sperti
ini.sekarang, coba bpk/ibu peragakan cara memutus halusinasi yang sedang D alami
seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung D lalu suruh D
mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut(anda
mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhaap pasien). bagus sekali! bagimana
D? senang di bantu bpk/ibu? nah, bpk/ibu ingin melihat jadwal harian D. (pasien
memperlihatkan dan mendorong oran tua memberikan pujian) baiklahsekarang saya
dan orang tua D ke ruang perawat dulu” (anda dan keluarga meninggalkan pasien
untuk melakukan terminasi dengan keluarga)

Terminasi :
“bagaimana perasaan bpk/ibu setelah mempraktikan cara memutus halusinasi
lngsung kepada D?”
“diingat ingat pelajaran kita hari ini ya Pak/bu. bpk ibu dapat melakukan cara itu bila
D mengalami halusinasi”
“bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal
kegiatan harian D. jam berapa bpk/ibu dapat datang ? tempatnya disini ya. sampai
jumpa”.

Jelaskan perawatan lanjutan


Peragakan kepada pasngan anda komunikasi dibawah ini!
Orientasi:
“selamat pagi pak/bu, karena progran kunjungan saya sudah mau berakhir, sesuai
janji kita sekarang bertemu untuk membicarakan jadwal D”

“nah, sekarang kita bicarakan jadwal D. mari kita duduk di ruang tamu !”

“berapa ama bpk/ibu ada waktu? bagaimana kalau 30 menit?”

Kerja:
“ini jadwal kegiatan D yang telah disusun. jadwal ini dapat dilanjtkan. coba bpk/ibu
lihat mungkinkahh dilakukan? siapa yang kira kira memotivasi dan mengingatkan?
jadwal yang telah kita buat tolong dilanjtkan, baik jadwal aktivitas maupun jadwal
minum obatnya”

“hal hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
D. Mis. kaluD terus menerus mendengar suara suara yang mengganggu dan tidak
memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. jika hal ini terjadi segera hubungi saya di puskesmas, ini
nomor telepon puskesmasnya xxxx.”

Terminasi:
“bagaimana bpk/ibu? ada yang ingin ditanyakan? coba ibu sebutkan cara cara
merawat D! bagus (jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat) ini jadwalnya.
sampai jumpa!”

L. Pohon Masalah
M. Asuhan Keperawatan
1. Data yang Perlu Dikaji
a. Alasan masuk RS
b. Faktor prediposisi
1) Faktor perkembangan terlambat
a) Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.
b) Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.
c) Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
a) Komunikasi peran ganda
b) Tidak ada komunikasi
c) Tidak ada kehangatan
d) Komunikasi dengan emosi berlebihan
e) Komunikasi tertutup
f) Orangtu yang membandingkan anak-anaknya, orangtua yang otoritas dan
konflik dalam keluarga
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan
yang terlalu tinggi.

4) Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri
tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri
negatif dan koping destruktif.
5) Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel,
perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.
6) Faktor genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson
tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi faktor
penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga
letak gen skizofrenia adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi
genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya
mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %,
seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang
15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia
maka peluangnya menjadi 35 %.
c. Faktor presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:
1) Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme penerimaan
abnormal).
3) Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya.
Menurut Stuart (2007), pemicu gejala respon neurobiologis maladaptif adalah
kesehatan, lingkungan dan perilaku.
1) Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sikardian, kelelahan dan
infeksi, obat-obatan sistem syaraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
2) Lingkungan
Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga,
kehilangan kebebasab hidup dalam melaksanakan pola aktivitas sehari-hari,
sukar dala, berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya
dukungan sosialm tekanan kerja, dan ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
3) Sikap
Merasa tidak mampu, putus asam merasa gagal, merasa punya kekuatan
berlebihan, merasa malang, rendahnya kemampuan sosialisasi,
ketidakadekuatan pengobatan dan penanganan gejala.
4) Perilaku
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak, kurang perhatian, tidak
mampu mengambil keputusan, bicara sendiri. Perilaku klien yang mengalami
halusinasi sangat tergantung pada jenis halusinasinya. Apabila perawat
mengidentifikasi adannya tanda-tanda dan perilaku halusinasi maka
pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis
halusinasinya saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang iperlukan
meliputi :
a) Jenis dan Isi halusinasi
Data objektif dapat anda kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien,
sedangkan data subjktif dapat anda kaji dengan melakukan wawancara
dengan pasien. Menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang
dikatakan.
b) Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan halusinasi.
Kapan halusinasi terjadi? Pukul berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus
menerus atau hanya sekali-kali? Situasi terjadinya apakah ketika sendiri
atau setelah terjadi kejadian tertentu? Perawat perlu mengidentifikasi
situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul. Perawat bisa
mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi
untuk memvalidasi pertanyaan klien.
c) Respon klien terhadap halusinasi
Sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien. Bisa dikaji dengan apa
yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalamana halusinasi.
Apakah klien bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau sebaliknya.

d. Pemeriksaan fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah),
berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.
1) Status mental
a) Penampilan  :  tidak rapi, tidak serasi
b) Pembicaraan : terorganisir/berbelit-belit
c) Aktivitas motorik : meningkat/menurun
d) Afek : sesuai/maladaprif
e) Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai
dengan nformasi
f) Proses pikir : proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik
dan dapat mempengaruhi proses pikir
g) Isi pikir : berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis
h) Tingkat kesadaran
i) Kemampuan konsentrasi dan berhitung
2) Mekanisme koping
a) Regresi : malas beraktifitas sehari-hari
b) Proyeksi : perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan
tanggungjawab kepada oranglain.
c) Menarik diri : mempeecayai oranglain dan asyik dengan stimulus internal
3) Masalah psikososial dan lingkungan: masalah berkenaan dengan ekonomi,
pekerjaan, pendidikan dan perumahan atau pemukiman.
2. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada klien dengan
halusinasi menurut Keliat (2006) yaitu:
a. Resiko Perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran.
b. Gangguan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
c. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan isolasi sosial.

3. Rencana Tindakan                                                                                                     
DIAGNOSA
KEPERAWA TUJUAN INTERVENSI
TAN
Resiko TUM: Selama perawatan TINDAKAN PSIKOTERAPI
perilaku diruangan, pasien tidaka. Pasien BHSP
kekerasan memperlihatkan perilaku  Ajarakan SP I:
kekerasan, dengan criteria  Diskusikan penyebab, tanda dan
hasil (TUK): gejala, bentuk dan akibat PK
 Dapat membina hubungan yang dilakukan pasien serta
saling percaya akibat PK
 Dapat mengidentifikasi  Latih pasien mencegah PK
penyebab, tanda dan gejala, dengan cara: fisik (tarik nafas
bentuk dan akibat PK yang sering dalam & memeukul bantal)
dilakukan  Masukkan dalam jadwal harian
 Dapat mendemonstrasikan  Ajarkan SP II:
cara mengontrol PK dengan cara :  Diskusikan jadwal harian
 Fisik  Latih pasien mengntrol PK
 Social dan verbal dengan cara sosial
 Spiritual  Latih pasien cara menolak dan
 Minum obat teratur meminta yang asertif
 Dapat menyebutkan dan
 Masukkan dalam jadwal
mendemonstrasikan cara
kegiatan harian
mencegah PK yang sesuai
  Ajarkan SP III:
 Dapat memelih cara
 Diskusikan jadwal harian
mengontrol PK yang efektif dan
 Latih cara spiritual untuk
sesuai
mencegah PK
 Dapat melakukan cara yang
 Masukkan dalam jadawal
sudah dipilih untuk mengontrl PK
kegiatan harian
 Memasukan cara yang
  Ajarkan SP IV
sudah dipilih dalam kegitan
harian  Diskusikan jadwal harian
 Mendapat dukungan dari  Diskusikan tentang manfaat obat
keluarga untuk mengontrol PK dan kerugian jika tidak minum
 Dapat terlibat dalam obat secara teratur
kegiatan diruangan  Masukkan dalam jadwal
kegiatan harian
 Bantu pasien mempraktekan
cara yang telah diajarkan
 Anjurkan pasien untuk memilih
cara mengontrol PK yang sesuai
 Masukkan cara mengontrol PK
yang telah dipilih dalam
kegiatan harian
 Validasi pelaksanaan jadwal
kegiatan pasien dirumah sakit
Keluarga :
 Diskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam
merawat pasien PK
 Jelaskan pengertian tanda dan
gejala PK yang dialami pasien
serta proses terjadinya
 Jelaskan dan latih cara-cara
merawat pasien PK
 Latih keluarga melakukan cara
merawat pasien PK secara
langsung
 Discharge planning : jadwal
aktivitas dan minum obat
TINDAKAN PSIKOFARMAKO
 Berikan obat-obatan sesuai
program pasien
 Memantau kefektifan dan efek
samping obat yang diminum
 Mengukur vital sign secara
periodic
TINDAKAN MANIPULASI
LINGKUNGAN
 Singkirkan semua benda yang
berbahaya dari pasien
 Temani pasien selama dalam
kondisi kegelisahan dan
ketegangan mulai meningkat
 Lakaukan pemebtasan
mekanik/fisik dengan
melakukan pengikatan/restrain
atau masukkan ruang isolasi bila
perlu.
 Libatkan pasien dalam TAK
konservasi energi, stimulasi
persepsi dan realita
Gangguan Setelah dilakukan tindakanTINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK
persepsi keperawatan selama 3 x 24 jam  Klien
sensori: klien mampu mengontrol halusinasi  Bina hubungan saling percaya
halusinasi dengan kriteria hasil: Adakan kontak sering dan singkat
 Klien dapat membina hubungan secara bertahap
saling percaya  Observasi tingkah laku klien
 Klien dapat mengenal terkait halusinasinya
halusinasinya; jenis, isi, waktu,  Tanyakan keluhan yang dirasakan
dan frekuensi halusinasi, respon klien
terhadap halusinasi, dan  Jika klien tidak sedang
tindakan yg sudah dilakukan berhalusinasi klarifikasi tentang
 Klien dapat menyebutkan dan adanya pengalaman halusinasi,
mempraktekan cara mengntrol diskusikan dengan klien tentang
halusinasi yaitu dengan halusinasinya meliputi :
menghardik, bercakap-cakap SP I
dengan orang lain, terlibat/  Identifikasi  jenis halusinasi
melakukan kegiatan, dan minum Klien
obat  Identifikasi isi halusinasi Klie
 Klien dapat dukungan keluarga  Identifikasi waktu halusinasi
dalam mengontrol halusinasinya Klien
 Klien dapat minum obat dengan  Identifikasi frekuensi halusinasi
bantuan minimal Klien
 Mengungkapkan halusinasi
 Identifikasi situasi yang
sudah hilang atau terkontrol
menimbulkan halusinasi
 Identifikasi  respons Klien
terhadap halusinasi
 Ajarkan Klien menghardik
halusinasi
 Anjurkan Klien memasukkan
cara menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan harian
SP II
 Evaluasi jadwal kegiatan harian
Klien
 Latih Klien mengendalikan
halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain
 Anjurkan Klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP III
 Evaluasi jadwal kegiatan harian
Klien
 Latih Klien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan
kegiatan (kegiatan yang biasa
dilakukan Klien di rumah)
 Anjurkan Klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP IV
 Evaluasi jadwal kegiatan harian
Klien
 Berikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara
teratur
 Anjurkan Klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
 Beri pujian jika klien
menggunakan obat dengan benar.
 Menganjurkan Klien
mendemonstrasikan cara control
yang sudah diajarkan
 Menganjurkan Klien memilih
salah satu cara control halusinasi
yang sesuai
  Keluarga
 Diskusikan masalah yang
dirasakn keluarga dalam
merawat Klien
 Jelaskan pengertian tanda dan
gejala, dan jenis halusinasi yang
dialami Klien serta proses
terjadinya
 Jelaskan dan latih cara-cara
merawat Klien halusinasi
 Latih keluarga melakukan cara
merawat Klien halusinasi secara
langsung
 Discharge planning : jadwal
aktivitas dan minum obat

TINDAKAN PSIKOFARMAKO
 Berikan obat-obatan sesuai
program Klien
 Memantau kefektifan dan efek
samping obat yang diminum
 Mengukur vital sign secara
periodic

TINDAKAN MANIPULASI
LINGKUNGAN
 Libatkan Klien dalam kegiatan
di ruangan
 Libatkan Klien dalam TAK
halusinasi

Isolasi Sosial Setelah dilakukan tindakanTINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK


keperawatan selama 3 x 24  Klien
jam Klien dapat berinteraksi SP 1                                             
dengan orang lain baik secara  Bina hubungan saling percaya
individu maupun secara  Identifikasi penyebab isolasi
berkelompok dengan kriteria hasil : sosial
 Klien dapat membina hubungan SP 2            
saling percaya.  Diskusikan bersama Klien
 Dapat menyebutkan penyebab keuntungan berinteraksi dengan
isolasi sosial. orang lain dan kerugian tidak
 Dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain
berhubungan dengan orang lain.  Ajarkan kepada Klien cara
 Dapat menyebutkan kerugian berkenalan dengan satu orang
tidak berhubungan dengan  Anjurkan kepada Klien untuk
orang lain. memasukan kegiatan berkenalan
 Dapat berkenalan dan bercakap- dengan orang lain
cakap dengan orang lain secara dalam jadwal kegiatan harian
bertahap dirumah
 Terlibat dalam aktivitas sehari- SP 3
hari  Evaluasi pelaksanaan dari
jadwal kegiatan harian Klien
 Beri kesempatan pada Klien
mempraktekan cara berkenalan
dengan dua orang
 Ajarkan Klien berbincang-
bincang dengan dua orang
tetang topik tertentu
 Anjurkan kepada Klien untuk
memasukan kegiatan
berbincang-bincang dengan
orang lain
dalam jadwal kegiatan harian
dirumah
SP 4
 Evaluasi pelaksanaan dari
jadwal kegiatan harian Klien
 Jelaskan tentang obat yang
diberikan (Jenis, dosis, waktu,
manfaat dan efek samping obat)
 Anjurkan Klien memasukan
kegiatan
bersosialisasi dalam jadwal kegi
atan harian dirumah
 Anjurkan Klien
untuk bersosialisasi dengan
orang lain
  Keluraga
 Diskusikan masalah yang
dirasakan kelura dalam merawat
Klien
 Jelaskan pengertian, tanda dan
gejala isolasi sosial yang
dialami Klien dan proses
terjadinya
 Jelaskan dan latih keluarga cara-
cara merawat Klien

TINDAKAN PSIKOFARMAKA
 Beri obat-obatan  sesuai
program
 Pantau keefektifan dan efek
sampig obat yang diminum
 Ukur vital sign secara periodik

TINDAKAN MANIPULASI
LINGKUNGAN
 Libatkan dalam makan bersama
 Perlihatkan sikap menerima
dengan cara melakukan kontak
singkat tapi sering
 Berikan reinforcement positif 
setiap Klien berhasil melakukan
suatu tindakan
 Orientasikan Klien pada waktu,
tempat, dan orang sesuai
kebutuhannya
Defisit Setelah dilakukan tindakan TINDAKAN
perawatan diri keperawatan selama 3 x hari, klien PSIKOTERAPEUTIK
dapat mandiri melakukan  Pasien
perawatan diri dengan kriteria:  Menjelaskan pentingnya
 Dapat menjelaskan pentingnya kebersihan dan kerapian diri
kebersihan dan kerapian  Mendiskusikan ciri-ciri badan
 Menyebutkan ciri-ciri badan bersih dan rapi
yang bersih dan rapi  Menjelaskan manfaat bsdsn
 Dapat menyebutkan manfaat bersih dan rapi dan kerugian jika
badan bersih dan rapi jika badan tidak bersih dan tidak
 Dapat menyebutkan kerugian rapi
badan badan yang tidak bersih  Mengajarkan cara menjaga
dan tidak rapi kebersihan dan kerapian diri
 Dapat mempraktikan cara  Memberikan kesempatan pada
melakukan cara perawatan diri pasien  untuk mendemonstrasikan
dengan benar cara menjaga   kebersihan dan
 Badan bersih dan rapi kerapian diri
 Badan tidak bau  Menganjurkan pasien memasukan
 Dapat melakukan aktifitas cara menjaga kebersihan dan
perawatan diri secara mandiri kerapian kedalam jadwal kegiatan
harian
  Keluarga
 Mendiskusikan kesulitan yang
dirasakan keluarga dalam
merawat pasien dengan masalah
deficit perawatan diri
 Menjelaskan ciri-ciri pasien yang
mengalami masalah deficit
perawatan diri dan jenis  deficit
perawatan diri yang sering
dialami oleh pasien dan proses
terjadinya
 Menjelaskan cara –cara merawat
pasien deficit perawatan diri
 Melatih keluarga mempraktekan
cara merawat pasien dengan 
deficit perawatan diri
 Membantu keluarga membuat
jadwal aktifitas perawatan diri
bagi pasien dirumah termasuk
minum obat (discharge planning)
TINDAKAN PSIKOFARMAKO
 Memberikan obat-obatan sesuai
program pengobatan pasien
 Memantau keefektifan dan
efeksamping obat yang diminum
 Mengukur vital sign secara
periodic (tekanan darah, nadi
dan pernafasan)
TINDAKAN MANIPULASI
LINGKUNGAN
 Mendukung pasien untuk
melakukan perawatan diri sesuai
kemampuan dengan
menyediakan alat-alat untuk
perawatan diri
 Memberikan pengakuan atau
penghargaan yang positif untuk
kemampuannya melakukan
perawatan diri
 Jadwalkan pasien melakukan
defekasi dan berkemih, jika
pasien mengotori dirinya

DAFTAR PUSTAKA

Akemat. 2013. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC

Keliat Budi Ana. 1999. Proses  Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika
Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat.
Jakarta: Salemba Medika.

Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan


Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API).
Jakarta : fajar Interpratama.
Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

Anda mungkin juga menyukai