SEMARANG
DISUSUN OLEH:
2019
A. DEFINISI
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner &
Suddarth, 2010).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
filtrasi glomerulus yang dapat di golongkan dalam kategori ringan, sedang dan
berat (Mansjoer, 2012).
timbul gejala uremia yaitu retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah
(Smeltzer, 2010).
B. KLASIFIKASI CKD
Pada dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal failure
(CRF), namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi
kelainan klien pada kasus secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan
harapan klien datangatau merasa masih dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. secara
(clearance creatinin test) dengan rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF
(cronic renal failure) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan
derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila menggunakan istilah CRF.
1. Gagal ginjal kronik / Cronoic Renal Failure (CRF) dibagi 3 stadium :
‐ Asimptomatik
Glomerolus) :
b. Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara
ginjal terminal.
C. ETIOLOGI
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral.
tubuler ginjal.
8. Nefropati obstruktif
D. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR atau daya saring. Metode adaptif
ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah
nnefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik
dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-
gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada
tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, akan
semakin berat.
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan
menurunkan dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea
paling sensitif dari fungsi karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh
tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh
masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan medikasi
seperti steroid.
2. Retensi Cairan dan Ureum
secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai
terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien
sering menahan natrium dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal
jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi
uremik.
3. Asidosis
(HCO3) . penurunan ekskresi fosfat dan asam organic lain juga terjadi
4. Anemia
usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami
Pada gagal ginjal, produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi,
metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki
hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, maka yang satu
peningkatan kadar serum fosfat dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium.
paratiroid. Namun, pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap
kreatinin)
Hiperkalemia
Hipermagnesia
Hiperurisemia
Protein silinder
Kardiovaskular Hipertensi
Edema
Disritmia
Pneumonitis
Hemolisis
Kecenderungan perdarahan
pneumonia,septikemia)
Pruritus
“kristal” uremik
kulit kering
memar
Stomatitis, parotitid
Gastritis, enteritis
Diare
Metabolisme Protein-intoleransi, sintesisi abnormal
menurun
Konsentrasi buruk
Apati
Letargi/gelisah, insomnia
Kekacauan mental
Koma
Neuropati perifer :
menjadi paraplegi
Osteodistropi ginjal
Fraktur patologik (demineralisasi tulang)
G. KOMPLIKASI
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-
angiotensin-aldosteron
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
hemodialisa
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar kalsium
6. Asidosis metabolic
7. Osteodistropi ginjal
8. Sepsis
9. neuropati perifer
10. hiperuremia
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
‐ Ureum kreatinin.
‐ Mikrobiologi urin
‐ Kimia darah
‐ Elektrolit
‐ Imunodiagnosis
‐ Ureum kreatinin, Clearens Creatinin Test (CCT)
2. Diagnostik
‐ USG.
‐ Nefrotogram.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi Konservatif
Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien Cronic renal
Desease (CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun.
2. Terapi simtomatik
a. Asidosis metabolik
K+ (hiperkalemia ) :
‐ Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH < atau sama dengan
b. Anemia
2) Anemia hemolisis
Berhubungan dengan toksin asotemia. Terapi yang dibutuhkan adalah
Klien yang mengalami anemia, tranfusi darah merupakan salah satu pilihan
terapi alternatif ,murah dan efektif, namun harus diberikan secara hati-hati.
c. Kelainan Neuromuskular
Terapi pilihannya :
1) HD reguler.
d. Hipertensi
Bentuk hipertensi pada klien dengan gagal ginjal berupa : volum dependen
3. Terapi pengganti
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu
pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis,
1) Hemodialisa
ginjal alamiah
1. Pengkajian Primer
a. Airway
‐ Adanya sekret
b. Breathing
‐ Pernafasan Kusmaul
‐ Dispnea
c. Circulation
‐ TD meningkat
‐ Nadi kuat
‐ Disritmia
‐ Akral dingin
pada tungkai.
2. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan Utama
b. Riwayat kesehatan
Faktor resiko (mengalami infeksi saluran nafas atas, infeksi kulit, infeksi
c. Anamnesa
‐ Oliguria/ anuria 100 cc/ hari, infeksi, urine (leucosit, erytrosit, WBC,
RBC)
kalium
HCO3
‐ Gastrointestinal : Halitosis, stomatitis, ginggivitis, pengecapan menurun,
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
glomelurus
dalam darah
muntah/anoreksia
L. INTERVENSI KEPERAWATAN
Respiratory status:Airw en yaitu semi fowler
ay patency 2) Kaji faktor penyebab asidosis me
Vital sign status tabolik
3) Memonitor tanda – tanda vital
Indikator 4) Ciptakan lingkungan yang tenan
‐ Tidak sesak napas lagi g dan batasi pengunjung
‐ Pernafasan kembali nor 5) Monitor frekuensi dan irama per
mal 16-24 x/menit nafasan
‐ Menunjukkan jalan nafa 6) Pantau laboratorium analisa gas
s yang darah berkelanjutan
‐ paten 7) Berikan terapi O2 tambahan deng
‐ tanda vital dalam rentan an kanula nasal/ masker sesuai in
g normal dikasi
rfusi Tissue perfusion : cerebr t
jaringan perifer al 1) Kaji secara konprehensif sirkul
Indikator : asi perifer (nadi, perifer, edema,
‐ Tekanan systole dan di kapilary refil)
astole 2) Monitor suhu, warna dan kelemb
dalam rentang nomal aban kulit
‐ CRT < dari 2 detik 3) Evaluasi nadi perifer dan edema
‐ Suhu kulit hangat 4) Ubah posisi klien minimal setiap
‐ Warna kulit normal 2 jam sekali
‐ Tidak ada edema perif 5) Monitor status cairan masuk dan
er keluar
6) Dorong latihan ROM selama bed
rest
7) Diskusikan mengenai penyebab
perubahan sensasi
Fluid balance ermasuk kedalaman edema
Hydration 2) Istirahatkan / anjurkan klien untu
Indikator : k tirah baring pada saat edema m
‐ Edema berkurangKese asih terjadi
imbangan 3) Monitor vital sign
‐ Pitting edema tidak ad urat
a lagi 5) pasang kateter urine jika diperlu
‐ Produksi urine >600 m kan
l/hari 6) Berikan oksigen tambahan denga
n kanula nasal/masker sesuai
indikasi
7) Kolaborasi :
Berikan diet tanpa garam
Berikan
diet rendah protein tinggi kal
ori
Berikan diuretik, Contoh : F
urosemide, spironolakton.
Indikator : 3) Anjurkan pasien untuk meningkat
‐ Adanya peningkatan ber kan protein dan vitamin c
at badan 4) Yakinkan diet yang dimakan men
‐ Tidak ada tanda-tanda m gandung tinggi serat untuk
al nutrisi mencegah konstipasi
‐ Menunjukkan peningkat 5) Berikan makanan terpilih (sudah
an fungsi di konsulkan dengan ahli gizi)
pengecapan dari menela Nutrition monitoring
n 6) Monitoring adanya penurunan be
rat badan
7) Monitoring lingkungan selama m
akan
8) Monitoring turgor kulit
9) Monitoring makanan kesukaan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and suddarth. 2010. Text Book of Medical Surgical Nursing 12th Edition.
China: LLW
Suwitra, dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam Edisi 8. Jakarta: CV Saggung Seto.