Disusun Oleh:
Kelompok 3A
DEFINISI
PGK adalah suatu kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan
cairan serta elektrolit akibat dadi sestruksi struktur ginjal yang progresif yang ditandai dengan
[enumpukan sisa metabolism (toksik uremik) di dalam tubuh (Muttaqin & Sari, 2011). PGK adalah
keadaan dimana terjadi kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia dan
limbah nitrogen lainya yang beredar dalam darah, serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialysis atau
transplantasi ginjal (Nursalam&Batticaca,2011). PGK adalah ketidakmampuan kedua ginjal untuk
mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk bertahan hidup dan kerusakan ini bersifat
ireversibel (Baradero Dayrit, & Siswadi,2009). PGK adalah suatu penyakit yang terjadi akibat dari
terminal destruksi jaringan dan kehilangan fungsi ginjal yang berlangsung secara berangsur-angsur yang
ditandai dengan fungsi filtrasi glomelurus yang tersisa kurang dari 25% (Kowalak, Weish,&Mayer,2011).
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible dimana
ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, yang
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). CKD ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang irreversible pada suatu derajat atau tingkatan yang memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Smeltzer, 2010).
ETIOLOGI
Penyakit ginjal kronik bisa disebabkan oleh penyakit ginjal hipertensi, nefropati diabetika,
glomerulopati primer, nefropati obstruktif puelnofritis kronik, nefropati asam urat, ginjal polikistik
dan nefropati lupus/SLE. Faktor terbanyak penyakit ginjal kronik adalah penyakit ginjal
hipertensi dengan presentase 37% (PENEFRI,2014).
Penyebab Chronic Kidney Disease (CKD) belum diketahui. Tetapi, beberapa kondisi atau
penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah atau struktur lain di ginjal dapat mengarah
ke CKD. Penyebab yang paling sering muncul adalah:
a. Diabetes Melitus
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan diabetes melitus. Jika kadar gula
darah mengalami kenaikan selama beberapa tahun, hal ini dapat menyebabkan
penurunan fungsi ginjal (WebMD, 2015).
b. Hipertensi Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menjadi penyebab
penurunan fungsi ginjal dan tekanan darah sering menjadi penyebab utama terjadinya
CKD (WebMD, 2015).
Kondisi lain yang dapat merusak ginjal dan menjadi penyebab CKD antara lain:
a. Penyakit ginjal dan infeksi, seperti penyakit ginjal yang disebabkan oleh kista
b. Memiliki arteri renal yang sempit.
c. Penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama dapat merusak ginjal. Seperti obat
Non Steroid Anti Inflamation Drugs (NSAID), seperti Celecoxib dan Ibuprofen dan juga
penggunaan antibiotik (WebMD, 2015).
KLASIFIKASI
- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal dan
penderita asimptomatik.
- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea
Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
- Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG:
- Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang
masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
- Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89
mL/menit/1,73 m2
- Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
- Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15- 29mL/menit/1,73m2
- Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test ) dapat
digunakan dengan rumus :
PATOFISIOLOGI
Ginjal merupakan pengatur utama natrium, keseimbangan air, serta homeostasis asam-
basa. Ginjal juga memproduksi hormon yang diperlukan untuk sintesis sel darah merah dan
homeostasis kalsium (Derebail, et al., 2011). Pada awalnya, ginjal yang normal mempunyai
kemampuan untuk mempertahankan nilai Glomerulus Filtration Rate (GFR). Namun, karena
beberapa faktor, ginjal mengalami penurunan jumlah nefron. Karena penurunan jumlah nefron,
glomerulus mengalami hiperfiltrasi yaitu peningkatan tekanan glomerular yang dapat
menyebabkan hipertensi sistemik di dalam glomerulus. Peningkatan tekanan glomerulus ini
akan menyebabkan hipertrofi pada nefron yang sehat sebagai mekanisme kompensasi. Pada
tahap ini akan terjadi poliuria, yang bisa menyebabkan dehidrasi dan hiponatremia akibat
eksresi natrium melalui urin meningkat. Peningkatan tekanan glomerulus ini akan menyebabkan
proteinuria. Derajat proteinuria sebanding dengan tingkat perkembangan dari gagal ginjal
(Derebail, et al., 2011).
Proses terjadinya penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya. Ginjal beradapsi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Penurunan masal ginjal mengakibatkan hipertofri structural dan fungsional nefron yang masih
bertahan (survving nephrons) sebagai upaya kompensasi ginjal untuk melaksanakan seluruh
beban kerja ginjal, yang diperantai oleh molekul vasoaktif seperti sitokinin dan growth factors.
Hal ini menyebabkan peningkatan kecepatan filtasi, yang disertai oleh peningkatan kapiler dan
aliran darah glomelurus. Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh, hingga ginjal dalam tingkat fungsi sangat rendah.
Pada akhirnya jika 75% masa nefron sudah hancur maka LFG dan ebban zat terlaur bagi
setitap nefron semakin tinggi, sehingga keseimbangan glomelurus- tubulus (keseimbangan
antara peningkatan flitarasi dan reabsorsi oleh tubulus) tidak dapat lagi diperhatankan (Sudoyo,
dkk 2012). Glomelurus yang masih sehat pada akhirnya harus menanggung beban kerja yang
terlalu berlebihan. Keadaan ini dapat mengakibatkan sklerosis, menjadi kaku dan nekrosisi. Zat-
zat toksis menumpuk dan perubahan yang potensial menyababkan kematian yang terjadi pada
semua organ-organ penting (Kowalak, dkk 2011).
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik yang dapat muncul di berbagai system tubuh akibat PGK menurut Baradero,
dkk,2013) adalah sebagai berikut:
a. System hematopoietik
Dapat muncul ekimosis, anemia menyababkan cepat lelah, trombosutopenita,
kecenderungan perdarahan, hemolisis
b. System kardiovaskuler
Dapat muncul hipertensi, retinopati, dan enselopati hipertensif, distrimia, perikarditis
(friction rub), edema, beban srikulasi berlebihan, hipervolemia, takikardia, gagal jantung
kongestif.
c. System respirasi
Dapat muncul sputum yang lengket, pernafasan kusmaul, dipnea, suhu meningkat,
pleural friction rub, takpnea, batuk disertai nyeri, hiliar pneumonitis , edema paru,
halitosis uremik atau fetor.
d. System gastroinstestinal
Dapat muncul distensi abdomen, mual dan muntah serta anoreksia menybabkan
penurunan berat badan, nafas bebaru amoniak, mulut kering, stomatitis, parotitis,
gastritis, enteritis, diare dan konstipasi, perdarahan gastrointestinal
e. System neurologi
Dapat muncul penurunan ketajaman mental, perubahan tingkat kesadaran,
letargi/gelisah, bingung atau konsentrasi buruk, asteriksis, stupor, tidur terganggu,
kejang, koma.
f. System urologi
Dapat muncul jenis urinn menurun, haluaran urin berkurang, atau hiperuremia,
azotemia, proteinuria, hipermagnesemia, ketidakseimbangan natrium dan kalium,
fragmen dan sel dalam urin.
g. System dermatologi
Dapat mucnul ekimosis, uremic frots/”krystal” uremik, lecet, pucat, pigmentasi, pruritus,
perubahan ramnut dan kuku (kuku mudah patah, tipis, bergerigi, ada garis-garis merah-
biru yang berkaitan dengan kehilangan protein), kulit kering memar.
h. System muskuloletal
Dapat muncul nyeri sendi, peruahan motorik-foot drop yang berlanjut menjadi
paraplegia, osteodistrofi ginjal., pertumbuhan lambat pada anak, rikets ginjal.
PEMERIKSANAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan lab.darah
- Hematologi Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
- RFT ( renal fungsi test )
- LFT (liver fungsi test )
- Elektrolit Pasien dengan CKD akan mengalami retensi natrium, hiperkalemia,
hipokalsemia, hiperphosphatemia, hipermagnesemia.
- BGA pasien CKD akan mengalami asidosis metabolic
- Ureum pasien CKD akan mengalami peningkatan pada ureum
- Kreatinin pasien CKD akan mengalami peningkatan pada kreatinin
2. Urin
- Urin rutin pasien CKD mengalami proteinuria,
- Urin khusus : benda keton, analisa Kristal batu
3. Pemeriksaan kardiovaskuler
- EKG Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia,
dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
- ECO
4. Radidiagnostik
- USG Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta
prostate
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
- RPG ( retio pielografi )
PENATALAKSANAAN MEDIS
Perencanaan penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya menurut Sudoyo, dkk (2007)
sebagai berikut:
Manajemen keperawatan kolaboratif untuk mengatasi komplikasi yang dapat muncul pada PGK
adalah sebagai berikut:
a. Medikasi
Hipertensi dapat ditangani dengan pemberian obat inhibitor enzim
pengubahpangiotensin (ACE), obat imunosupresif diberikan untkk pasien
glomerluonefritis, diuerik dapat digunakan untuk mengatur volume cairan intrvaskular,
asidosis metabolic dapat diatasi dengan natrium biarkbonat, hiperkalemia dapat
ditangani dengan kombinasi insulin dan dekstrosa atau natrium polistiren
sulfonan,tambahan kalsium dan vitamin D dapat digunakan untuk mempertahankan
kadar kalsium dan fosfat (Baradero,dkk 2009)
b. Pengaturan diet
1) Diet protein dan fosfat
Diet pembatasan asupan protein dan fosfat pada pasien PGK Sudoyo, dkk (2007)
sebagai berikut:
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- Peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal
KOMPLIKASI
Komplikasi PGK yang dapat muncul adalah anemia, neuropati perifer, komplikasi
kardiopulmunnal, komplikasi GI, disfungsi seksua, defek skeletal, paratesia, disfungsi saraf
motorik seperti foot droop dan paralisis flasid serta fraktur patologis (Kowalak, dkk 2011).
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Demografi
Berisi identitas klien seperti nama, usia, jenis kelamin alamat, no regg, diagnose
medis, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian beserta jam pengkajian.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal
seperti proses pengobatan, penggunaan obatobatan dan sebagainya. CKD dapat ter
jadi padasiapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting
sebagai pemicukejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang
terlalu lama danlingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung
banyak senyawa/zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
II. Data Subyektif
Keluhan utama suatu keadaan dimana yang menyebabkan klien dibawa ke rumah
sakit dan menerima perawatan. Klien merasakan hal itu sebagai seuatu hal yang
menyakitkan. Biasanya gejala yang dialami adalah pasien tampak lemah, terdapat
penurunan BB dalam kurun waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual,
muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun
o Provocative : Penyebab rasa nyeri itu muncul
o Quality : Seberapa berat keluhan nyeri dirasakan, bagaimana rasanya,
seberapa sering terjadinya
o Regio/Radiation : Lokasi dimana keluhan nyeri terasa, area penyebaran
rasa nyeri
o Skala : Seberapa sakit nyeri yang dirasakan, skor rentang 1-10 atau dapat
dilihat melalui ekpresi wajah dll
o Time : Kapan keluhan nyeri mulai ditemukan/dirasakan, seberapa keluhan
nyeri dirasakan/terjadi, apakah nyeri terasa mendadak atau bertahap
- Riwayat penyakit sekarang
Keadaan klien saat pertama kali masuk rumah sakit sampai dengan dilakukan
pengkajian.
- Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo
nefritis,hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan
traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD
III. Data Obyektif
- Airway memperhatikan cedera pada leher,mendiagnosa secara cepat adanya
patensi, refleks protektif, benda asing, sekresi dan cedera. Kontrol Tulang
Belakang, buka jalan napas menggunakan teknik ’head tilt chin lift’ atau
menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing
yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas, misal muntahan, makanan,
darah atau benda asing lainnya.
- Breathing dengan ventilasi yang adekuat, memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ’lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk
memastikan apakah ada napas atau tidak, selanjutnya lakukan pemeriksaan
status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
Dilihat apakah pasien sesak nafas, dispnea.
- Circulation dengan melakukan evaluasi pada status mental, warna kulit, dan
suhu badan serta nilai tanda-tanda vital. Kontrol perdarahan hebat, jika
pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, makabantuan napas
dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung
paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 15 : 2
(15 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas.
- Disability Tingkat kesadaran klien dapat dinilai dengan menggunakan
mnemonic AVPU. Sebagai tambahan cek kondisi pupil, ukuran, kesamaan, dan
reaksi terhadap cahaya. Pada saat primary survey penilaian neurologis dilakukan
secara singkat. Adanya penurunan tingkat kesadaran akan dilakukan pengkajian
lebih lanjut pada secondary survey, setelah melakukan secondary survey GCS
dapat dihitung dengan segera
APVU :
Alert (Kesadaran Penuh)
Verbal (Panggilan , suara)
Pain (Rangsangan Nyeri)
Unrespon (Tidak ada reaksi rangsangan apapun)
- Exposure Exposure and Environmental control)
Exposure Melepas semua pakaian pasien secara cepat untuk mengecek
cedera perdarahan atau keanehan lainnya, cek kondisi umum pasien seperti bau
alcohol, napza, bahan bakar, urine, dll.
Environmental control Mempertahankan suhu normal dengan mengeringkan
pasien dnegan lampu pemanas, pelindung kepala, selimut, berikan cairan IV
hangat.
- Full Vital Signs – Five intervention – Family presence
Mengukur tanda-tanda vital klien kemudian di catat data yang abnormal.
Kemudian melakukan lima intervensi:
Pemasangan monitor jantung
Pasang nasogastrik tube atau oroastrik tube jik ada indikasi
Pasang folley catheter (jika ada indikasi)
Pemeriksaan laboratorium meliputi darah lengkap, kimia darah , utin,
kadar etanol, toxicologic screens (urine , serum), ptt, fibrinogen untuk
pasien yang mengalami gangguan koagulaopati
Pasang oksimetri
- Give Comfort measures
Memberikan kenyamanan untuk klien baik secara farmakologi maupun non
farmakologi bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri serta menurunkan kecemasan
yang dirasakan klien.
- Head to Toe Examination
Keadaan Umum : Tingkat kesadaran
- Kepala dan Wajah
Rambut : warna, distribusi, tekstur, tengkorak/kulit kepala
Mata : Inspeksi bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sklera, pupil, reaksi pupil
terhadap cahaya, lensa, tes singkat visus
Telinga : Letak, bentuk, serumen, kemampuan mendengar : uji berbisik
Hidung : Deviasi septum nasi, kepatenan jalan napas lewat hidung
Mulut : Bibir sumbing, mukosa mulut, tonsil, gigi, gusi, lidah, bau mulut apakah
berbau amonia
Leher : Deviasi/simetris
- Dada
Inspeksi : Kesimetrisan, penggunaan otot bantu napas, ictus cordis
Palpasi : Taktil fremitus, pengembangan paru simetris/tdk, ada/tidaknya massa,
ictus cordis teraba/tidak
Perkusi : Ada atau tidak cairan di paru, suara perkusi paru dan jantung
Auskultasi : Suara paru dan jantung
- Perut dan pinggang
Inspeksi : Melihat adanya asites
Palpasi : - Pembengkakan pada abdomen
- Adanya spasme pada abdomen
- Adanya masa pada abdomen
- Nyeri tekan
Perkusi : Suara dullness
Auskultasi : Ada tidaknya suara bising usus
- Pelvis dan perineum
Daerah pubik, Stabilitas pelvis, krepitasi dan nyeri tekan
- Ekstremitas atas dan bawah
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang,
danCapillary Refill lebih dari 1 detik.
- Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium, radiografi
Diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada CKD sampai dengan end-stage sebagai
berikut :
1. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, penurunan curah jantung, penurunan
perifer yang mengakibatkan asidosis laktat.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi
ke jaringan sekunder
4. Nyeri akut
5. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual
muntah.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk sampahdan
prosedur dialysis
INTERVENSI KEPERAWTAN MENGGUNAKAN 3S
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.
Bilotta KA. 2011. Kapita Selekta Penyakit. Edisi 2. Alihbahasa oleh Dwi Widiarti, dkk. Jakarta:
EGC.
Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alihbahasa oleh Andry Hartono.
Jakarta: EGC.
Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Hal :
45-47.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
Edisi 1, Jakarta Selatan: DPP PPNI