Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

CKD (Chronic Kidney Disease)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Gawat Darurat

Disusun Oleh:

Gioni Arthur Ascentis 165070201111003

Kelompok 3A

PROGRAM STUDI PROFESI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
CKD (Cronic Kidney Disease) / PGK (Penyakit Ginjal Kronik)

DEFINISI

PGK adalah suatu kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan
cairan serta elektrolit akibat dadi sestruksi struktur ginjal yang progresif yang ditandai dengan
[enumpukan sisa metabolism (toksik uremik) di dalam tubuh (Muttaqin & Sari, 2011). PGK adalah
keadaan dimana terjadi kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia dan
limbah nitrogen lainya yang beredar dalam darah, serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialysis atau
transplantasi ginjal (Nursalam&Batticaca,2011). PGK adalah ketidakmampuan kedua ginjal untuk
mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk bertahan hidup dan kerusakan ini bersifat
ireversibel (Baradero Dayrit, & Siswadi,2009). PGK adalah suatu penyakit yang terjadi akibat dari
terminal destruksi jaringan dan kehilangan fungsi ginjal yang berlangsung secara berangsur-angsur yang
ditandai dengan fungsi filtrasi glomelurus yang tersisa kurang dari 25% (Kowalak, Weish,&Mayer,2011).
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible dimana
ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, yang
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). CKD ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang irreversible pada suatu derajat atau tingkatan yang memerlukan terapi
pengganti ginjal yang tetap berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Smeltzer, 2010).

ETIOLOGI

Penyakit ginjal kronik bisa disebabkan oleh penyakit ginjal hipertensi, nefropati diabetika,
glomerulopati primer, nefropati obstruktif puelnofritis kronik, nefropati asam urat, ginjal polikistik
dan nefropati lupus/SLE. Faktor terbanyak penyakit ginjal kronik adalah penyakit ginjal
hipertensi dengan presentase 37% (PENEFRI,2014).
Penyebab Chronic Kidney Disease (CKD) belum diketahui. Tetapi, beberapa kondisi atau
penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah atau struktur lain di ginjal dapat mengarah
ke CKD. Penyebab yang paling sering muncul adalah:
a. Diabetes Melitus
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan diabetes melitus. Jika kadar gula
darah mengalami kenaikan selama beberapa tahun, hal ini dapat menyebabkan
penurunan fungsi ginjal (WebMD, 2015).
b. Hipertensi Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menjadi penyebab
penurunan fungsi ginjal dan tekanan darah sering menjadi penyebab utama terjadinya
CKD (WebMD, 2015).
Kondisi lain yang dapat merusak ginjal dan menjadi penyebab CKD antara lain:

a. Penyakit ginjal dan infeksi, seperti penyakit ginjal yang disebabkan oleh kista
b. Memiliki arteri renal yang sempit.
c. Penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama dapat merusak ginjal. Seperti obat
Non Steroid Anti Inflamation Drugs (NSAID), seperti Celecoxib dan Ibuprofen dan juga
penggunaan antibiotik (WebMD, 2015).

KLASIFIKASI

Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :

- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal dan
penderita asimptomatik.
- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea
Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
- Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia

K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG:

- Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang
masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
- Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89
mL/menit/1,73 m2
- Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
- Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15- 29mL/menit/1,73m2
- Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.

Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test ) dapat
digunakan dengan rumus :

Clearance creatinin ( ml/ menit ) = (140-umur ) x berat badan ( kg )


72 x creatini serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85

PATOFISIOLOGI

Ginjal merupakan pengatur utama natrium, keseimbangan air, serta homeostasis asam-
basa. Ginjal juga memproduksi hormon yang diperlukan untuk sintesis sel darah merah dan
homeostasis kalsium (Derebail, et al., 2011). Pada awalnya, ginjal yang normal mempunyai
kemampuan untuk mempertahankan nilai Glomerulus Filtration Rate (GFR). Namun, karena
beberapa faktor, ginjal mengalami penurunan jumlah nefron. Karena penurunan jumlah nefron,
glomerulus mengalami hiperfiltrasi yaitu peningkatan tekanan glomerular yang dapat
menyebabkan hipertensi sistemik di dalam glomerulus. Peningkatan tekanan glomerulus ini
akan menyebabkan hipertrofi pada nefron yang sehat sebagai mekanisme kompensasi. Pada
tahap ini akan terjadi poliuria, yang bisa menyebabkan dehidrasi dan hiponatremia akibat
eksresi natrium melalui urin meningkat. Peningkatan tekanan glomerulus ini akan menyebabkan
proteinuria. Derajat proteinuria sebanding dengan tingkat perkembangan dari gagal ginjal
(Derebail, et al., 2011).

Proses terjadinya penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya. Ginjal beradapsi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Penurunan masal ginjal mengakibatkan hipertofri structural dan fungsional nefron yang masih
bertahan (survving nephrons) sebagai upaya kompensasi ginjal untuk melaksanakan seluruh
beban kerja ginjal, yang diperantai oleh molekul vasoaktif seperti sitokinin dan growth factors.
Hal ini menyebabkan peningkatan kecepatan filtasi, yang disertai oleh peningkatan kapiler dan
aliran darah glomelurus. Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh, hingga ginjal dalam tingkat fungsi sangat rendah.
Pada akhirnya jika 75% masa nefron sudah hancur maka LFG dan ebban zat terlaur bagi
setitap nefron semakin tinggi, sehingga keseimbangan glomelurus- tubulus (keseimbangan
antara peningkatan flitarasi dan reabsorsi oleh tubulus) tidak dapat lagi diperhatankan (Sudoyo,
dkk 2012). Glomelurus yang masih sehat pada akhirnya harus menanggung beban kerja yang
terlalu berlebihan. Keadaan ini dapat mengakibatkan sklerosis, menjadi kaku dan nekrosisi. Zat-
zat toksis menumpuk dan perubahan yang potensial menyababkan kematian yang terjadi pada
semua organ-organ penting (Kowalak, dkk 2011).
MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinik yang dapat muncul di berbagai system tubuh akibat PGK menurut Baradero,
dkk,2013) adalah sebagai berikut:

a. System hematopoietik
Dapat muncul ekimosis, anemia menyababkan cepat lelah, trombosutopenita,
kecenderungan perdarahan, hemolisis
b. System kardiovaskuler
Dapat muncul hipertensi, retinopati, dan enselopati hipertensif, distrimia, perikarditis
(friction rub), edema, beban srikulasi berlebihan, hipervolemia, takikardia, gagal jantung
kongestif.
c. System respirasi
Dapat muncul sputum yang lengket, pernafasan kusmaul, dipnea, suhu meningkat,
pleural friction rub, takpnea, batuk disertai nyeri, hiliar pneumonitis , edema paru,
halitosis uremik atau fetor.
d. System gastroinstestinal
Dapat muncul distensi abdomen, mual dan muntah serta anoreksia menybabkan
penurunan berat badan, nafas bebaru amoniak, mulut kering, stomatitis, parotitis,
gastritis, enteritis, diare dan konstipasi, perdarahan gastrointestinal
e. System neurologi
Dapat muncul penurunan ketajaman mental, perubahan tingkat kesadaran,
letargi/gelisah, bingung atau konsentrasi buruk, asteriksis, stupor, tidur terganggu,
kejang, koma.
f. System urologi
Dapat muncul jenis urinn menurun, haluaran urin berkurang, atau hiperuremia,
azotemia, proteinuria, hipermagnesemia, ketidakseimbangan natrium dan kalium,
fragmen dan sel dalam urin.
g. System dermatologi
Dapat mucnul ekimosis, uremic frots/”krystal” uremik, lecet, pucat, pigmentasi, pruritus,
perubahan ramnut dan kuku (kuku mudah patah, tipis, bergerigi, ada garis-garis merah-
biru yang berkaitan dengan kehilangan protein), kulit kering memar.
h. System muskuloletal
Dapat muncul nyeri sendi, peruahan motorik-foot drop yang berlanjut menjadi
paraplegia, osteodistrofi ginjal., pertumbuhan lambat pada anak, rikets ginjal.

PEMERIKSANAAN PENUNJANG

Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu pemeriksaan


penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain :

1. Pemeriksaan lab.darah
- Hematologi  Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
- RFT ( renal fungsi test )
- LFT (liver fungsi test )
- Elektrolit  Pasien dengan CKD akan mengalami retensi natrium, hiperkalemia,
hipokalsemia, hiperphosphatemia, hipermagnesemia.
- BGA  pasien CKD akan mengalami asidosis metabolic
- Ureum pasien CKD akan mengalami peningkatan pada ureum
- Kreatinin  pasien CKD akan mengalami peningkatan pada kreatinin

2. Urin
- Urin rutin  pasien CKD mengalami proteinuria,
- Urin khusus : benda keton, analisa Kristal batu
3. Pemeriksaan kardiovaskuler
- EKG  Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia,
dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
- ECO
4. Radidiagnostik
- USG  Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta
prostate
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
- RPG ( retio pielografi )

PENATALAKSANAAN MEDIS

Perencanaan penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya menurut Sudoyo, dkk (2007)
sebagai berikut:

Derajat LFG (ml/menit/1,73m2) Rencana tatalaksana


1 >90 Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid, evaluasi
pemburukan fungsi ginjal. Memperkecil resiko vaskuler
2 60-89 Menghambat pemburukan fungsi ginjal (progression)
3 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi
4 15-29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal
5 <15 atau dialisis Terapi pengganti ginjal

Manajemen keperawatan kolaboratif untuk mengatasi komplikasi yang dapat muncul pada PGK
adalah sebagai berikut:

a. Medikasi
Hipertensi dapat ditangani dengan pemberian obat inhibitor enzim
pengubahpangiotensin (ACE), obat imunosupresif diberikan untkk pasien
glomerluonefritis, diuerik dapat digunakan untuk mengatur volume cairan intrvaskular,
asidosis metabolic dapat diatasi dengan natrium biarkbonat, hiperkalemia dapat
ditangani dengan kombinasi insulin dan dekstrosa atau natrium polistiren
sulfonan,tambahan kalsium dan vitamin D dapat digunakan untuk mempertahankan
kadar kalsium dan fosfat (Baradero,dkk 2009)
b. Pengaturan diet
1) Diet protein dan fosfat
Diet pembatasan asupan protein dan fosfat pada pasien PGK Sudoyo, dkk (2007)
sebagai berikut:

LFG (ml/menit/1,73m2) Protein g/kg/hari Fosfat g/kg/hari


>60 Tidak dianjurkan Tidak dibatasi
25-60 0,6-0,8 g/kg/hari , <10 gram
termasuk >0,35 g/kg/hari
nilai biologis tinggi
5-25 0,6-0,8 g/kg/hari , <10 gram
termasuk >0,35 g/kg/hari
nilai biologis tinggi atau
tambahan 0,3 gram asam
amino esensial atau asam
keton
<60 0,8 g/kg/hari (+ 1 g rptein / <9 gram
g proteiuneria) atau 0,3
g/kg tanmbahan asam
amino esensial atau asam
keton
2) Diet kalsium
Tindakan yang harus dilakukan adalah tidak memberikan makanan atau obat-obatan
yang tinggi akan mengandum kalium. Ekspektoran, kalium sitrat, dan makanan
seperti sup, pisang dan jus buah murni adalah beberapa contoih makanan yang
mengandung ammonium klorida dan kalium klorida (price&Wilson, 2013)
3) Diet natrium dan cairan
Jumlah natrium yang diperbolehkan adalah 40-99 mE1/hari (1 hingga 2 gram
natrium), namun asupan natrium yang optimal harus ditentukan secara individu
untuk setiap pasien agar tercapai keseimbagan hidrasi yang baik. Aturan umum
untuk asupan cairan adalah keluaran urin selama 24 jam + 500 mlh menggambarkan
kehilangan cairan yangtidak disadari. Kebutuhan cairan yang diperoleh pasien
anefrik 800 ml/hari dan pasien dialysis diberikan cairan yang mencukup untuk
memungkinkan kenaikan berat badan 2 sampai 3 pon (sekitar 0,9 kg sampai 1,3 kg)
selama pengobatan. Pemberian asuoan natrium dan cairan pada pasien PGK harus
diatur sedmeikan rupa untuk mencapai keseimbangan cairan (Price& Wlison,2013).
c. Penanganan anemia dapat menggunakan Eritroproietin Alfa (EPO) bentuk rekombinan
dari eritropoitin. EPO dapat diberikan seaktu menjalani dialysis melalui subkutan 50
U/kgBB 3 kali seminggu. Efek samping dari EPI adalah mual muntah dan dapat
ditangani dengan mengkonsumsi zat besi setelah makanan diberikan laktasif agar feses
lunak (Barader,dkk 2009).

Penatalaksanaan keperawatan pada pasien PGK dibagi menjadi tiga yaitu:

a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- Peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal
KOMPLIKASI

Komplikasi PGK yang dapat muncul adalah anemia, neuropati perifer, komplikasi
kardiopulmunnal, komplikasi GI, disfungsi seksua, defek skeletal, paratesia, disfungsi saraf
motorik seperti foot droop dan paralisis flasid serta fraktur patologis (Kowalak, dkk 2011).

ASUHAN KEPERAWATAN

I. Demografi
Berisi identitas klien seperti nama, usia, jenis kelamin alamat, no regg, diagnose
medis, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian beserta jam pengkajian.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal
seperti proses pengobatan, penggunaan obatobatan dan sebagainya. CKD dapat ter
jadi padasiapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting
sebagai pemicukejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang
terlalu lama danlingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung
banyak senyawa/zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
II. Data Subyektif
Keluhan utama  suatu keadaan dimana yang menyebabkan klien dibawa ke rumah
sakit dan menerima perawatan. Klien merasakan hal itu sebagai seuatu hal yang
menyakitkan. Biasanya gejala yang dialami adalah pasien tampak lemah, terdapat
penurunan BB dalam kurun waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual,
muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun
o Provocative : Penyebab rasa nyeri itu muncul
o Quality : Seberapa berat keluhan nyeri dirasakan, bagaimana rasanya,
seberapa sering terjadinya
o Regio/Radiation : Lokasi dimana keluhan nyeri terasa, area penyebaran
rasa nyeri
o Skala : Seberapa sakit nyeri yang dirasakan, skor rentang 1-10 atau dapat
dilihat melalui ekpresi wajah dll
o Time : Kapan keluhan nyeri mulai ditemukan/dirasakan, seberapa keluhan
nyeri dirasakan/terjadi, apakah nyeri terasa mendadak atau bertahap
- Riwayat penyakit sekarang
Keadaan klien saat pertama kali masuk rumah sakit sampai dengan dilakukan
pengkajian.
- Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo
nefritis,hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan
traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD
III. Data Obyektif
- Airway  memperhatikan cedera pada leher,mendiagnosa secara cepat adanya
patensi, refleks protektif, benda asing, sekresi dan cedera. Kontrol Tulang
Belakang, buka jalan napas menggunakan teknik ’head tilt chin lift’ atau
menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing
yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas, misal muntahan, makanan,
darah atau benda asing lainnya.
- Breathing  dengan ventilasi yang adekuat, memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ’lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk
memastikan apakah ada napas atau tidak, selanjutnya lakukan pemeriksaan
status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
Dilihat apakah pasien sesak nafas, dispnea.
- Circulation  dengan melakukan evaluasi pada status mental, warna kulit, dan
suhu badan serta nilai tanda-tanda vital. Kontrol perdarahan hebat, jika
pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, makabantuan napas
dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung
paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 15 : 2
(15 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas.
- Disability  Tingkat kesadaran klien dapat dinilai dengan menggunakan
mnemonic AVPU. Sebagai tambahan cek kondisi pupil, ukuran, kesamaan, dan
reaksi terhadap cahaya. Pada saat primary survey penilaian neurologis dilakukan
secara singkat. Adanya penurunan tingkat kesadaran akan dilakukan pengkajian
lebih lanjut pada secondary survey, setelah melakukan secondary survey GCS
dapat dihitung dengan segera
APVU :
 Alert (Kesadaran Penuh)
 Verbal (Panggilan , suara)
 Pain (Rangsangan Nyeri)
 Unrespon (Tidak ada reaksi rangsangan apapun)
- Exposure Exposure and Environmental control)
Exposure  Melepas semua pakaian pasien secara cepat untuk mengecek
cedera perdarahan atau keanehan lainnya, cek kondisi umum pasien seperti bau
alcohol, napza, bahan bakar, urine, dll.
Environmental control  Mempertahankan suhu normal dengan mengeringkan
pasien dnegan lampu pemanas, pelindung kepala, selimut, berikan cairan IV
hangat.
- Full Vital Signs – Five intervention – Family presence
Mengukur tanda-tanda vital klien kemudian di catat data yang abnormal.
Kemudian melakukan lima intervensi:
 Pemasangan monitor jantung
 Pasang nasogastrik tube atau oroastrik tube jik ada indikasi
 Pasang folley catheter (jika ada indikasi)
 Pemeriksaan laboratorium meliputi darah lengkap, kimia darah , utin,
kadar etanol, toxicologic screens (urine , serum), ptt, fibrinogen untuk
pasien yang mengalami gangguan koagulaopati
 Pasang oksimetri
- Give Comfort measures
Memberikan kenyamanan untuk klien baik secara farmakologi maupun non
farmakologi bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri serta menurunkan kecemasan
yang dirasakan klien.
- Head to Toe Examination
Keadaan Umum : Tingkat kesadaran
- Kepala dan Wajah
Rambut : warna, distribusi, tekstur, tengkorak/kulit kepala
Mata : Inspeksi bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sklera, pupil, reaksi pupil
terhadap cahaya, lensa, tes singkat visus
Telinga : Letak, bentuk, serumen, kemampuan mendengar : uji berbisik
Hidung : Deviasi septum nasi, kepatenan jalan napas lewat hidung
Mulut : Bibir sumbing, mukosa mulut, tonsil, gigi, gusi, lidah, bau mulut apakah
berbau amonia
Leher : Deviasi/simetris
- Dada
Inspeksi : Kesimetrisan, penggunaan otot bantu napas, ictus cordis
Palpasi : Taktil fremitus, pengembangan paru simetris/tdk, ada/tidaknya massa,
ictus cordis teraba/tidak
Perkusi : Ada atau tidak cairan di paru, suara perkusi paru dan jantung
Auskultasi : Suara paru dan jantung
- Perut dan pinggang
Inspeksi : Melihat adanya asites
Palpasi : - Pembengkakan pada abdomen
- Adanya spasme pada abdomen
- Adanya masa pada abdomen
- Nyeri tekan
Perkusi : Suara dullness
Auskultasi : Ada tidaknya suara bising usus
- Pelvis dan perineum
Daerah pubik, Stabilitas pelvis, krepitasi dan nyeri tekan
- Ekstremitas atas dan bawah
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang,
danCapillary Refill lebih dari 1 detik.
- Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium, radiografi

Diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada CKD sampai dengan end-stage sebagai
berikut :

1. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, penurunan curah jantung, penurunan
perifer yang mengakibatkan asidosis laktat.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi
ke jaringan sekunder
4. Nyeri akut
5. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual
muntah.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk sampahdan
prosedur dialysis
INTERVENSI KEPERAWTAN MENGGUNAKAN 3S

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Gangguan pertukaran gas Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi
keperawatan 1x24 jam pertukaran gas Obsevasi
klien kembali efektif
- Monitor frekuensi, irama ,kedalaman
Pertukaran gas
dan upayanapas
Dengan kriteria hasil :
- Monitor pola napas
1. Tingkat kesadaran (meningkat)
- Palpasi kesimetrisan ekspans iparu
2. PCO2 (membaik)
- Monitor saturasi oksigen
3. Takikardia (membaik)
- Monitor nilai AGD
4. Diaphoresis (menurun)
Terapeutik
5. Dispnea (menurun)
6. Bunyi napas tambahan (menurun) - Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasi lpemantauan
Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan, jik amemungkinkan
Pola nafas tidak efektif Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas
keperawatan 1x24 jam pola nafas efektif Observasi
Pola Nafas - Monitor pola nafas (frekuensi,
Dengan kriteria hasil : kedalaman, usaha nafas)
1. Frekuensi nafas (membaik) - Monitor bunyi nafas tambahan
- Monitor sputum (jumlah, warna,
2. Kedalaman nafas (membaik) aroma)
3. Penggunaan otot bantu pernafasan Terapeutik
(menurun) - Pertahankan kepatenan jalan nafas
4. Pernafasan cuping hidung (menurun) - Posisikan semi fowler atau fowler
5. Tekanan ekpirasi dan insipirasi - Berikan minum hangat
(meningkat) - Lakukan fisoterapidada jika perlu
6. Dipnea (menurun) - Berikan oksigen jika perlu
- Lakukan penghisapann lendir kurang
dari 15 detik
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 200 ml/hari
jika tidak ada kontrindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
mukolitik jika perlu
Kelebihan volume cairan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipervolemia
keperawatan 1x24 diharapkan cairan Observasi
dalam batas normal - Periksa tanda gejala hipervolemi
Kriteria Hasil (ortopnea, dispnea, edema, HVP
Keseimbangan Cairan meningkat, suara nafas tambahan)
1. Haluaran urin (cukup meningkat) - Identifikasi penyebab hipervolemia
2. Edema (menurun) - Monitor status hemodinamik (mis
3. Asites (menurun) frekuensi jantung, TD, MAP.CVP)
4. Tekanandarah (membaik) - Monitor intake dan output
5. Turgor kulit (membaik) - Monitor tanda peningkatan tekanan
6. Mata cekung (membaik) onkotik plasma (kadar protein, dan
albumin meningkat)
- Monitor kecepatan infuse secara ketat
- Monitor efek samping diuretic (mis,
hipotensi ortotostaik)
Terapeutik
- Timabang berat badan setiap hari
- Batasi asupan cairan dan garam
- Tinggikan kepa tempat tidur 30-400
Edukasi
- Anjurkan melaporkan haluaran urin
<0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
- Ajarkan cara mengukur dan mencatat
asupan dan haluaran cairan
Kolaborasi
- Kombinasi pemberian diuretic
- Kolaborasi penngantian kehilangan
kalium akibat diuretic
Pemantauan Cairan
Observasi
- Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
- Monitor frekuensi napas
- Monitor TD
- Monitor waktu pengisian kapiler
- Monitor jumlah,warna, berat jenis urin
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor tanda-tanda hypervolemia
- Identifikasi factor risiko
ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
Defisit Nutrisi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
keperawatan 3x24 jam nutrisi klien Observasi
terpenuhi - Identifiksi status nutrisi
Status Nutrisi - Identifikasi alergi dan intoleran jenis
1. Nyeri abdomen (menurun) nutrisi
2. Sariawan (menurun) - Monitor berat badan
3. Berat badan (membaik) - Monitor hasil pemeriksaann
4. Nafsu makan (membaik) laboratorium
5. Bising usus (membaik) Terpeutik
6. Membrane mukosa (membaik) - Lakukan oral hygiene sebelum makan
jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet
- Sajikan makanan secara menarik
- Berikan suplemen makanan jika perlu
- Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah kontripasi
Edukasi
- Ajarkan diet yang diporgramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibtuuhkan
Nyeri Akut Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
keperawatan 1x24 jam nyeri pada pasien Observasi
menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Tingkat nyeri frekuensi, intensitas nyeri
Dengan kriteria hasil : - Identifikasi skala nyeri
7. Keluhan nyeri (menurun) - Identiffikai respons nyeri non verbal
8. Diaforesis (menurun) - Identifikasi faktor yang memperberat
9. Frekuensi nadi (Membaik) dan memperingan nyeri
10. Tekanan darah (membaik) Terapeutik
11. Pola nafas (Membaik) - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
Kontrol nyeri mengurangi rasa nyeri (mis. terapi
Dengan kriteria hasil : musik, terapi pijat, tarik napas dalam,
1. Melaporkan nyeri yang terkontrol aromaterapi)
(meningkat) - kontrol lingkungan yang memperberat
2. Kemampuan mengenali onset yang rasa nyeri
terjadi (meningkat) - Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Kemampuan mengenali penyebab - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
nyeri (meningkat) dalam pemilihan strategi meredakan
4. Menggunakan teknik non-farmakologi nyeri
(meningkat) Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesik
Terapi relaksasi
Observasi
- Identifikasi penurunan tingkat energi,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
gejala lain yang mengganggu
kemampuan kognitif
- Identifikasi teknik relaksasi yang efektif
digunakan
- Periksa ketegangan otot, frekuensi
nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
- Monitor respons terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan yang nyaman
- Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
- Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan
jenis relaksasi yang tersedia (mis.
terapi musik, napas dalam, relaksasi
otot progesif)
- Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
- Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi /melatih
teknik yang dipilih
- Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan perawatan 4x24 jam Manajemen Energi
didapatkan hasil sesuai dengan kriteria Observasi
hasil sebagai berikut: - Monitor kelelahan fisik dan emosional
Toleransi Aktivitas - Monitor lokasi ketidaknyamanan
1. Keluhan lelah (menurun) selama melakukan aktivtas
2. Dipnea saat aktivitas (menurun) Terpeutik
3. Perasaan lemah (menurun) - Berikan aktivitas distraksi yang
4. Sianosis (menurun) menenangkan
5. Tekanan darah (membaik) - Lakukan latihan rentang gerak pasif
6. Frekuensi nafas (membaik) dan/aktif
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
- Ajarkan koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.

Bilotta KA. 2011. Kapita Selekta Penyakit. Edisi 2. Alihbahasa oleh Dwi Widiarti, dkk. Jakarta:
EGC.

Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alihbahasa oleh Andry Hartono.
Jakarta: EGC.

Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Hal :
45-47.

WebMD.(2015). Chronic Kidney Disease – Cause. http://webmd.com/a-to-zguides/tc/chronic-


kidney-disease-cause.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia


(SDKI). Edisi 1, Jakarta Selatan: DPP PPNI

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
Edisi 1, Jakarta Selatan: DPP PPNI

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


(SIKI). Edisi 1, Jakarta Selatan: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai