Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN

CHF

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Departemen Gawat Darurat

Dosen Pembimbing:
Ns Bintari Ratih Kusumaningrum S.Kep M.Kep

Gioni Arthur Ascentis 165070201111003

KELOMPOK 3A

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020

A. Konsep Dasar Congestive Heart Failure (CHF)


1. Pengertian
Berikut ini adalah pengertian tentang CHF menurut beberapa ahli dan
sumber diantaranya adalah :
a. Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan ketika jantung tidak
mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi
kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan
tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan tekanan pengisian ke dalam
jantung masih cukup tinggi (Aspiani, 2015).
b. Gagal jantung adalah suatu kondisi patofisiologi ketika jantung tidak
dapat memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh (Black, 2009).
c. Congestive Heart Failure (CHF) adalah ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah dalam jumlah cukup untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan (Smeltzer, 2017).
d. Gagal jantung adalah kondisi dimana jantung tidak mampu memompa
darah dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan
metabolisme dan oksigen (Nugroho, 2011).
e. Gagal jantung adalah suatu sindrom klinis kompleks, yang didasari
oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah keseluruh
jaringan tubuh secara adekuat, akibatnya adanya gangguan struktural
dan fungsional dari jantung (Sudoyo, 2011).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh
tubuh, sehingga tidak memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh atau
terjadinya defisit penyaluran oksigen ke organ tubuh.

8
2. Klasifikasi
Pada CHF terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan.
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional
dalam 4 kelas :

Tabel 2.1 Klasifikasi penyakit gagal jantung kongestif sesuai dengan


kelasnya

Klasifikasi Karakteristik
Kelas I  Tidak ada batasan aktivitas fisik
 Aktivitas fisik yang biasa tidak menyebabkan dispnea
napas, palpitasi, atau keletihan berlebihan
Kelas II  Gangguan aktivitas fisik ringan
 Merasa nyaman ketika beristirahat
 Aktivitas fisik biasa menimbulkan keletihan, dan palpitasi
Kela III  Keterbatasan aktivitas fisik yang nyata
 Merasa nyaman ketika beristirahat
 Aktivitas fisik yang tidak biasanya menyebabkan dispnea
napas, palpitasi, atau keletihan berlebihan
Kelas IV  Tidak dapat melakukan aktivitas fisik apapun tanpa merasa
tidak nyaman
 Gejala gagal jantung kongestif ditemukan bahkan pada
saat istirahat
 Ketidaknyaman semakin bertambah ketika melakukan
aktivitas fisik apapun
Sumber: Aspiani, 2015

3. Etiologi
Menurut Asikin (2016). Mekanisme fisiologis yang dapat menyebabkan
timbulnya gagal jatung yaitu kondisi yang meningkatkan preload, afterload,
atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Kondisi yang meningkatkan
preload, misalnya regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Afterload
meningkat pada kondisi dimana terjadi stenosis aorta atau dilatasi ventrikel.
Pada infrak miokard dan kardiomiopati, kontraktilitas miokardium dapat
menurun. Terdapat faktor fisiologis lain yang dapat menyebabkan jantung
gagal sebagai pompa, anatara lain adanya gangguan pengisian ventrikel
(stenosis katup atrioventrikularis), serta adanya gangguan pada pengisian dan
ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan tamponade jantung).
Berdasarkan seluruh penyebab
10

tersebut, diduga yang paling mungkin terjadi yaitu pada setiap kondisi
tersebut menyebabkan gangguan penghantaran kalsium didalam
sarkomer, atau didalam sintesis, atau fungsi protein kontraktil.
Gagal jantung dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Gagal jantung kiri (gagal jantung kongestif) , dibagi menjadi 2 jenis
yang dapat terjadi sendiri atau bersamaan, diantaranya:
1) Gagal jantung sistolik yaitu ketidakmampuan jantung untuk
menghasilkan output jantung yang cukup untuk perfusi organ
vital.
2) Gagal jantung diastolik yaitu kongesti paru meskipun curah
jantung dan output jantung normal.
b. Gagal jantung kanan, merupakan ketidakmampuan ventrikel kanan
untuk memberikan aliran darah yang cukup sirkulasi paru pada
tekanan vena sentral normal.

Tabel 2.2 Penyebab gagal jantung berdasarkan jenisnya

Jenis gagal jantung Penyebab


Gagal jantung kiri Gagal jantung sistolik  Diabetes melitus
 Hipertensi
 Penyakit katup
jantung
 Aritmia
 Infeksi dan
inflamasi
(miokarditis)
 Kardiomiopati
peripartum/
idiopatik
 Penyakit jantung
koroner
 Penyakit jantung
kongenital
 Penyakit endokrin,
kondisi
neuromuskular,
dan penyakit
reumatologi
11

Jenis gagal jantung Penyebab


Gagal jantung kiri Gagal jantung diastolik  Penyakit jantung
koroner
 Diabetes melitus
 Hipertensi
 Penyakit katup
jantung (stenosis
aorta)
 Kardiomiopati
restriktif/ hipertrofi
 Perikarditis
kontstriktif
Gagal jantung kanan  Gagal ventrikel kiri
 Penyakit jantung
koroner
 Hipertensi
pulmonal
 Stenosis katup
pulmonalis
 Emboli paru
 Penyakit paru
kronis
 Penyakit
neuromuskular
Sumber: Asikin, 2016

Tabel 2.3 Penyebab gagal jantung berdasarkan kalainannya

Penyebab gagal jantung Deskripsi


Kelainan mekanik Peningkatan beban tekanan
 Sentral (stenosis aorta, dan lain-
lain)
 Perifer (hipertensi sistemik, dan
lain-lain)
Peningkatan beban volume
(regurgitasi katup, pirau, peningkatan
beban awal, dan lain-lain)
Obstruksi terhadap pengisian
ventrikel (stenosis mitral atau
trikuspid)
Tamponade perikardium
Pembatasan miokardium atau
endokardium
Aneurisme ventrikel
Disinergi ventrikel
Kelainan miokardium Primer
 Kardiomiopati
 Miokarditis
 Kelainan metabolik
 Toksisitas (alkohol dan kobalt)
 Presbikardia
12

Penyebab gagal jantung Deskripsi


Kelainan disdinamik sekunder
(akibat kelainan mekanik)
 Deprivasi oksigen (penyakit
jantung koroner)
 Kelainan metabolik
 Peradangan
 Penyakit sistemik
 Penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK)
Perubahan irama jantung atau urutan  Terjadi fibrilasi
hantaran  Takikardia atau bradikardia
ekstrem
 Arus listrik yang tidak sinkron
(gangguan konduksi)
Sumber: Asikin, 2016

4. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar


a. Kebutuhan dasar manusia
Menurut Potter dan Perry (2012). Handerson melihat manusia sebagai
individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih kesehatan,
kebebasan atau kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih
kemandirian. Menurut Handerson, kebutuhan dasar manusia terdiri
atas 14 komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan.
Ke-14 kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Bernafas secara normal (kebutuhan oksigenasi).
2) Makan dan minum dengan cukup (kebutuhan nutrisi dan cairan).
3) Membuang kotoran tubuh (kebutuhan eliminasi).
4) Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan (kebutuhan
aktivitas).
5) Tidur dan istirahat (kebutuhan aktivitas).
6) Memilih pakaian yang sesuai (kebutuhan personal hygiene).
7) Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan
menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan (kebutuhan
cairan).
8) Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi
integumen (kebutuhan personal hygiene).
13

9) Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai (kebutuhan


aman nyaman).
10) Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi,
kebutuhan, rasa takut atau pendapat (kebutuhan psikososial).
11) Beribadah sesuai dengan keyakinan (kebutuhan spiritual).
12) Bekerja dengan tata cara yang mengandug unsur prestasi
(kebutuhan belajar).
13) Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi
(kebutuhan bermain).
14) Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang
menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia (kebutuhan
belajar).
Keempat belas kebutuhan dasar manusia di atas dapat
diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu komponen kebutuhan
biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual. Kebutuhan dasar poin
1-9 termasuk komponen kebutuhan biologis. Poin 10 dan 14 termasuk
komponen kebutuhan psikologis. Poin 11 termasuk kebutuhan
spiritual. Sedangkan poin 12 dan 13 termasuk komponen kebutuhan
sosiologis. Handerson juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh
manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain (inseparable). Sama
hal dengan pasien dan keluarga, mereka merupakan satu kesatuan
(unit).
b. Berikut ini akan diuraikan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar
yang terjadi pada CHF menurut Kasron (2012), yaitu :
1) Kebutuhan oksigen
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.
Pada pasien CHF gangguan kebutuhan oksigenasi terjadi karena
adanya kegagalan pada fungsi ventrikel yang menyebabkan
hambatan pengosongan ventrikel, dan pompa jantung meningkat,
14

hal ini akan menurunkan kemampuan jantung memompa atau


disebut dengan penurunan curah jantung. Kemampuan jantung
memompa mengakibatkan adanya bendungan pada paru-paru dan
ini mengakibatkan gangguan pertukaran gas.
Apabila suplai darah tidak lancar di paru-paru (darah tidak masuk
ke jantung), menyebabkan penimbunan cairan di paru-paru yang
dapat menurunkan pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah
di paru-paru. Sehingga oksigenasi arteri berkurang dan terjadi
peningkatan CO2, yang akan membentuk asam didalam tubuh.
Situasi ini akan memberikan suatu gejala sesak napas (dyspnea),
ortopnea (dyspnea saat berbaring) terjadi apabila aliran darah dari
ekstrimitas meningkatkan aliran balik vena ke jantung dan paru-
paru.
2) Kebutuhan cairan dan elektrolit
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik
karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap
dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Pada
pasien CHF menurunnya kemampuan kontraktilitas jantung,
sehingga darah yang dipompa pada setiap kontriksi menurun dan
menyebabkan penurunan darah keseluruh tubuh. Apabila suplai
darah kurang ke ginjal akan mempengaruhi mekanisme pelepasan
renin-angiotensin dan akhirnya terbentuk angiotensi II
mengakibatkan terangsangnya sekresi aldosteron dan
menyebabkan retensi natrium dan air, perubahan tersebut
meningkatkan cairan ektraintravaskuler sehingga terjadi kelebihan
volume cairan dan tekanan selanjutnya terjadi edema. Edema
perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang interstial.
3) Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitas merupakan suatu kondisi dimana tubuh dapat
melakukan kegiatan dengan bebas. Pada pasien CHF gagal pompa
ventrikel mengakibatkan forward failure sehingga curah jantung
menurun maka suplai darah kejaringan menurun, nutrisi dan
15

oksigen sel menurun, metabolisme sel menurun maka terjadi


lemah dan letih sehingga terjadi intoleransi aktifitas.
Kebutuhan aktivitas ini berdampak pada pemenuhan kebutuhan
sehari-hari, yaitu: pemenuhan kebutuhan personal hygiene karena
kelelahan, kelemahan dalam melakukan aktivitas, pemenuhan
kebutuhan eliminasi karena penurunan frekuensi berkemih di
siang hari dan peningkatan frekuensi berkemih pada malam hari
(nokturia), pemenuhan kebutuhan psikososial karena tidak
mampu berinteraksi.
4) Kebutuhan istirahat dan tidur
Istirahat adalah suatu keadaan tenang, rileks, tanpa tekanan
emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Tidur adalah status
perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun. Pada pasien CHF terjadi gagal pompa
ventrikel kiri sehingga suplai O2 dalam tubuh akan berkurang
maka peningkatan RR (Respiratory Rate) mengakibatkan sesak
terjadi peningkatan pada malam hari, ortopnea (sesak saat
berbaring) sehingga pasien sering terbangun maka terjadi
gangguan istirahat tidur. Kebutuhan istirahat dan tidur ini
berdampak pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari, yaitu:
bekerja, belajar, dan bermain karena menurunnya sumber energi.

5. Manifestasi Klinik
Menurut Kasron (2012) manifestasi klinik dari CHF tergantung ventrikel
mana yang terjadi.
a. Gagal jantung kiri
Manifestasi kliniknya antara lain:
1) Dispneu
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan menganggu
pertukaran gas dan dapat mengakibatkan ortopnea (kesulitan
16

bernafas saat berbaring) yang dinamakan paroksimal nokturnal


dispnea (PND).
2) Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung kurang yang menghambat jaringan
dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan
sisa hasil katabolisme.
3) Sianosis
Terjadi karena kegagalan arus darah ke depan (forwad failure)
pada ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda berkurangnya
perfusi ke organ-organ seperti : kulit, dan otot-otot rangka
4) Batuk
Batuk bisa kering dan tidak produktif, tetapi yang tersering adalah
batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan sputum berbusa
dalam jumlah banyak yang kadang disertai bercak darah. Batuk
ini disebabkan oleh kongesti cairan yang mengadakan rangsangan
pada bronki.
5) Denyut jantung cepat (Takikardi)
Terjadi karena jantung memompa lebih cepat untuk menutupi
fungsi pompa yang hilang, irama gallop umum dihasilkan sebagai
aliran darah ke dalam serambi yang distensi.
b. Gagal jantung kanan
Manifestasi kliniknya antara lain :
1) Edema ekstremitas bawah atau edema dependen
2) Hepatomegali, dan nyeri tekan pada kuadran kanan batas
abdomen
3) Anoreksia, dan mual yang terjadi akibat pembesaran vena dan
status vena di dalam rongga abdomen
4) Rasa ingin kencing pada malam hari yang terjadi karena perfusi
renal
5) Badan lemah yang diakibatkan oleh menurunnya curah jantung,
gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme
yang tidak adekuat dari jaringan.
17

6) Tekanan perfusi ginjal menurun mengakibatkan terjadinya


pelepasan renin dari ginjal yang menyebabkan sekresi aldosteron,
retensi natrium, dan cairan, serta peningkatan volume
intravaskuler
7) Edema paru akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis,
sehingga cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli

6. Komplikasi
Menurut LeMone (2016). Mekanisme kompensasi yang dimulai pada
gagal jantung dapat menyebabkan komplikasi pada sistem tubuh lain.
Hepatomegali kongestif dan splenomegali kongestif yang disebabkan oleh
pembengkakkan sistem vena porta menimbulkan peningkatan tekanan
abdomen, asites, dan masalah pencernaan. Pada gagal jantung sebelah
kanan yang lama, fungsi hati dapat terganggu. Distensi miokardium dapat
memicu disritmia, mengganggu curah jantung lebih lanjut. Efusi pleura
dan masalah paru lain dapat terjadi. Komplikasi mayor gagal jantung
berat adalah syok kardiogenik dan edema paru. Gagal jantung kongestif
dapat menyebabkan komplikasi pada sistem tubuh lain, yaitu:
a. Sistem kardiovaskuler:
Angina, disritmia, kematian jantung mendadak, dan syok kardiogenik.
b. Sistem pernapasan:
Edema paru, pneumonia, asma kardiak, efusi pleura, pernapasan
Cheyne-Stokes, dan asidosis respiratorik.
c. Sistem pencernaan:
Malnutrisi, asites, disfungsi hati.

7. Penatalaksanaan dan Terapi


Penatalaksanaan CHF bertujuan untuk menurunkan kerja jantung,
meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard, dan menurunkan
18

retensi garam dan air (Aspiani, 2015). Penatalaksanaan CHF dibagi 2,


yaitu:
a. Penatalaksanaan keperawatan
1) Memperbaiki kontraksi miokard/ perfusi sistemik:
a) Istirahat total/ tirah baring dalam posisi semi fowler.
b) Memberikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan.
c) Memberikan terapi medis: digitalis untuk memperkuat
kontraksi otot jantung.
2) Menurunkan volume cairan yang berlebihan:
a) Memberikan terapi medik: diuretik untuk mengurangi cairan
di jaringan.
b) Mencatat asupan dan haluaran.
c) Menimbang berat badan.
d) Restriksi garam/ diet rendah garam.
3) Mencegah terjadinya komplikasi pascaoperasi:
a) Mengatur jadwal mobilisasi secara bertahap sesuai keadaan
pasien.
b) Mencegah terjadinya imobilisasi akibat tirah baring.
c) Mengubah posisi tidur.
d) Memperbaiki efek samping pemberian medika mentosa;
keracunan digitalis.
e) Memeriksa atau mengobservasi EKG.
4) Pendidikan kesehatan yang menyangkut penyakit, prognosis,
obat-obatan serta pencegahan kekambuhan:
a) Menjelaskan tentang perjalanan penyakit dan prognosis,
kegunaan obat-obatan yang digunakan, serta memberikan
jadwal pemberian obat.
b) Mengubah gaya hidup/ kebiasaan yang salah, seperti:
merokok, stress, kerja berta, minuman alkohol, makanan
tinggi lemak dan kolesterol.
c) Menjelaskan tentang tanda dan gejala yang menyokong
terjadinya gagal jantung, terutama yang berhubungan dengan
19

kelelahan, berdebar-debar, sesak napas, anoreksia, dan


keringat dingin.
d) Menganjurkan untuk kontrol semua secara teratur walaupun
tanpa gejala.
e) Memberikan dukungan mental; klien dapat menerima
keadaan dirinya secara nyata/ realitas akan dirinya baik.
b. Penatalaksanaan kolaboratif
1) Pemberian diuretik akan menurunkan preload dan kerja jantung
2) Pemberian morfin untuk mengatasi edema pulmonal akut,
vasodilatasi perifer, menurunkan aliran balik vena dan kerja
jantung, menghilangkan ansietas karena dispnea berat.
3) Reduksi volume darah sirkulasi
Dengan metode plebotomi, yaitu suatu prosedur yang bermanfaat
pada pasien dengan edema pulmonal akut karena tindakan ini
dengan segera memindahkan volume darah dari sirkulasi sentral,
menurunkan aliran balik vena dan tekanan pengisian serta
sebaliknya menciptakan masalah hemodinamik segera.
4) Terapi nitrit untuk vasodilatasi perifer guna menurunkan
afterload.
5) Terapi digitalis obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas
(inotropik), memperlambat frekuensi ventrikel, peningkatan
efisiensi jantung.
6) Inotropik positif
a) Dopamin
Pada dosis kecil 2,5-5 mg/kg akan merangsang alfa-
adrenergik beta-adrenergik. Reseptor dopamin ini
mengakibatkan keluarnya katekolamin dari sisi penyimpanan
saraf. Memperbaiki kontraktilitas curah jantung isi sekuncup.
Dilatasi ginjal-serebral dan pembuluh koroner. Pada dosis
maksimal 10-20 mg/kg BB akan menyebabkan
vasokonstriksi dan meningkatkan beban kerja jantung.
b) Dobutamin
20

Merangsang hanya beta-adrenergik. Dosis mirip dopamin


memperbaiki isi sekuncup, curah jantung dengan sedikit
vasokonstriksi dan takikardia.

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Congestive Heart


Failure (CHF)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tahap
pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu (pasien) (Nursalam,
2008).
Pengkajian keperawatan pada pasien dengan Congestive Heart Failure
(CHF) menurut Aspiani, 2015; Asikin, 2016 sebagai berikut:
a. Identitas pasien
Nama, alamat, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, diagnosa medis,
tanggal masuk rumah sakit, dan nomor medical record.
b. Pengkajian Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Aktivitas dan istirahat
a) Gejala:
Cepat lelah, kelelahan sepanjang hari, ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari misalnya: membersikan tempat
tidur dan menaiki tangga, intoleransi aktivitas, dispnea saat
istirahat atau beraktivitas, insomnia, tidak mampu untuk tidur
telentang.
b) Tanda:
Toleransi aktivitas terbatas, kelelahan, gelisah, perubahan
status mental misalnya: ansietas dan latergi, perubahan tanda-
tanda vital saat beraktivitas.
2) Sirkulasi
21

a) Gejala:
Riwayat hipertensi, infark miokard baru atau akut, episode
gagal jantung sebelumnya, penyakit katup jantung, bedah
jantung, endokarditis, lupus eritematosus sistemik, anemia,
syok sepsis, pembengkakan pada tungkai, dan distensi
abdomen.
b) Tanda:
Tekanan darah rendah akibat kegagalan pompa jantung,
denyut nadi teraba lemah, denyut dan irama jantung takikardia;
disritmia, nadi apikal titik PMI menyebar dan bergerak ke arah
kiri, bunyi jantung S1 dan S2 terdengar lemah; S3 gallop
terdiagnosis GJK; S4 dengan hipertensi dan murmur sistolik
diastolik dapat menandakan adanya stenosis yang
menyebabkan GJK, denyut nadi perifer berkurang; nadi sentral
teraba kuat, kulit pucat; berwarna abu-abu; sianosis, kuku
pucat dengan pengisian kapiler yang lambat, pembesaran hati
teraba, edema dependen, dan terdapat distensi vena jugularis.
3) Integritas ego
a) Gejala:
Ansietas, stres yang berhubungan dengan penyakit atau
kondisi finansial
b) Tanda:
Berbagai macam menifestasi misalnya: ansietas, marah, takut,
dan iritabilitas (mudah tersinggung).
4) Eliminasi
a) Gejala:
Penurunan frekuensi berkemih, urine berwarna gelap,
berkemih di malam hari.
b) Tanda:
Penurunan frekuensi berkemih di siang hari dan peningkatan
frekuensi berkemih pada malam hari (nokturia).
5) Makanan/ cairan
22

a) Gejala:
Riwayat diet tinggi garam; lemak; gula; serta kafein,
penurunan nafsu makan, anoreksia, mual, muntah.
b) Tanda:
Edema di ekstremitas bawah, edema dependen, edema pitting,
distensi abdomen menandakan adanya asites atau
pembengkakan hati.
6) Hygiene
a) Gejala:
Kelelahan, kelemahan selama melakukan aktivitas.
b) Tanda:
Penampilan mengindikasikan adanya kelalaian dalam
perawatan diri.
7) Neurosensori
a) Gejala:
Kelelahan, pusing, pingsan.
b) Tanda:
Latergi, kebingungan, disorientasi, perubahan perilaku,
iritabilitas (mudah tersinggung).
8) Nyeri/ ketidaknyamanan
a) Gejala:
Nyeri dada, angina akut atau angina kronis, nyeri abdomen
bagian kanan atas (gagal jantung kanan), nyeri otot.
b) Tanda:
Gelisah, fokus berkurang dan menarik diri, menjaga perilaku.

9) Pernapasan
a) Gejala:
Dispnea saat beraktivitas atau istirahat, dispnea pada malam
hari sehingga mengganggu tidur, tidur dengan posisi duduk
atau dengan sejumlah bantal, batuk dengan atau tanpa produksi
23

sputum terutama saat posisi rekumben, penggunaan alat bantu


nafas misalnya oksigen atau obat-obatan.
b) Tanda:
Takipnea, nafas dangkal, penggunaan otot bantu nafas,
pernafasan cuping hidung, batuk moist pada gagal jantung kiri,
pada sputum terdapat darah berwatna merah muda dan berbuih
(edema pulmonal), bunyi nafas terdengar lemah dengan
adanya krakels dan mengi, penurunan proses berpikir; letargi;
kegelisahan, pucat atau sianosis.
10) Keamanan
a) Tanda:
Perubahan proses berpikir dan kebingungan, penurunan
kekuatan dan tonus otot, peningkatan resiko jatuh, kulit lecet,
ruam.
c. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi:
a) Respirasi meningkat, dispnea.
b) Batuk kering, sputum pekat, bercampur darah.
c) Vena leher dengan JVP meningkat.
d) Kulit bersisik, pucat.
e) Edema kaki, skrotum.
f) Asites abdomen.
2) Palpasi:
a) Jantung, PMI bergeser ke kiri, inferior karena dilatasi atau
hipertrofi ventrikel.
b) Pulsasi perifer menurun.
c) Hati teraba di bawah arkus kosta kanan.
d) Denyut jantung meningkat indikasi tekanan vena porta
sistemik meningkat.
e) Edema menyebabkan piting.
3) Auskultasi:
24

a) Suara paru menurun, basilar rates mengakibatkan cairan pada


jaringan paru.
b) Suara jantung dengan S1, S2 menurun. Kontraksi miokard
menurun. S3 meningkat, volume sisa meningkat, murmur
terkadang juga terjadi.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan Congestive Heart Failure
(CHF) adalah:
1) Pemeriksaan laboratorium :
a) Enzym hepar: meningkat dalam gagal jantung kongestif.
b) Elektrolit: berubah karena perpindahan cairan, penurunan
fungsi ginjal.
c) AGD (Analisa Gas Darah): gagal ventrikel kiri ditandai
dengan alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan
peningkatan p (partial pressure of carbon dioxide).
d) Albumin: menurun sebagai akibat penurunan masukan protein.
2) Radiologi, yaitu Rongent Thorax :
a) Bayangan hulu paru yang tebal dan melebar, kepadatan makin
ke pinggir berkurang.
b) Lapang paru bercak-bercak karena edema paru.
c) Distensi vena paru.
d) Hidrotoraks.
e) Pembesaran jantung, rasio kardio-toraks meningkat.
3) EKG
Dapat ditemukan kelainan primer jantung (iskemik, hipertrofi
ventrikel, gangguan irama) dan tanda-tanda faktor pencetus akut
(infark miokard, emboli paru).
4) Ekokardiografi
Untuk deteksi gangguan fungsional serta anatomis yang menjadi
penyebab gagal jantung.
5) Kateterisasi jantung
25

Pada gagal jantung kiri didapatkan (VEDP) 10 mmHg atau


pulmonary arterial wedge pressure > 12 mmHg dalam keadaan
istirahat. Curah jantung lebih rendah dari 2,71/menit/ luas
permukaan tubuh.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan pasien mengenai respon individu
(pasien dan masyarakat) tentang masalah kesehatan aktual atau potensial
sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan
asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Nursalam,
2008).
Diagnosa keperawatan pada pasien CHF menurut Asikin (2016), yaitu:
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakmampuan
jantung memompakan sejumlah darah untuk mencukupi kebutuhan
jaringan tubuh.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler alveolus.
c. Volume cairan berlebihan berhubungan dengan menurunnya curah
jantung/ meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium dan air.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
e. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan bed rest dalam
jangka waktu lama, edema, dan penurunan perfusi jaringan.
f. Kurang pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya pemahaman terkait fungsi jantung, dan gagal jantung.

3. Rencana Asuhan Keperawatan


Rencana asuhan keperawatan adalah suatu dokumentasi tulisan tangan
dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi keperawatan.
Rencana asuhan keperawatan yang akan disusun harus mempunyai
26

beberapa komponen, yaitu: prioritas masalah, kriteria hasil, rencana


intervensi, dan pendokumentasian (Nursalam, 2008).
Rencana asuhan keperawatan pada pasien CHF menurut Asikin (2016).
27

Rencana Asuhan Keperawatan menggunakan SSS


Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien selama 1x24 jam diharapkan
pertukaran gas adekuat dengan kriteria hasil:
a. Menunjukkan hasil nilai gas darah arteri (AGD) dan oksimetri dalam rentang normal, serta pasien bebas
dari gejala gangguan pernapasan
Kriteria Hasil: Pertukaran Gas
- Pusing cukup menurun
- Penglihatan kabur cukup menurun
- Napas cuping hidung cukup menurun
- PCO2 cukup membaik
- PO2 cukup membaik
- Takikardia cukup membaik
- Ph arteri cukup membaik
- Sianosis cukup membaik
- Pola nafas cukup membaik
Intervensi:
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
- Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheynestokes, biot, ataksik)
- Monitor kemampan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
28

- Monitor adanya sumbatan jalan nafas

Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakmampuan jantung memompa sejumlah darah untuk
mencukupi kebutuhan jaringan tubuh
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien selama 3x24 jam diharapkan curah jantung
adekuat dengan kriteria hasil:
Kriteria Hasil: Curah Jantung
- Palpitasi Cukup menurun
- Gambaran EKG aritmia cukup menuurun
- Edema cukup menurun
- Batuk Cukup menurun
- Distensi vena jugularis cukup menurun
Intervensi: Perawatan Jantung
- Identifikasi tanda/gejala primer menurunan curah jantung (meliputi dispnea, kelelahan, edema, ortopnea,
peningkatan CVP)
- Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor saturasi oksigen

Tabel 2.4 Rencana Asuhan Keperawatan


29

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional


1. Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan 1. Auskultasi nadi apikal, catat 1. Takikardi biasanya muncul
jantung berhubungan keperawatan kepada pasien penilaian denyut jantung, meskipun saat pasien dalam kondisi
dengan selama 3x24 jam diharapkan irama, dan dokumentasikan istirahat, untuk mengompensasi
ketidakmampuan curah jantung adekuat dengan disritmia jika tersedia penurunan kontraktilitas ventrikular.
jantung memompa kriteria hasil: telemetri.
sejumlah darah untuk a. Efektivitas pompa jantung 2. Catat bunyi jantung . 2. S1 dan S2 mungkin terdengar lemah
mencukupi kebutuhan yang ditandai dengan: akibat penurunan kemampuan
jaringan tubuh - Tanda-tanda vital jantung untuk memompa irama
dalam batas wajar, gallop yang umum (S3 dan S4) juga
tidak ada atau mungkin terdengar. Murmur
terkontrolnya disritmia, mungkin nenunjukkan kelainan
tidak ada gejala gagal katup dan stenosis.
jantung, misalnya 3. Palpasi denyut nadi perifer. 3. Penurunan curah jantung dapat
parameter terlihat pada penurunan denyut nadi
hemodinamik dalam radialis, nadi popliteal, nadi dorsalis
batas wajar dan pedis, dan nadi posttibialis.
pengeluaran urine 4. Pantau tekanan darah. 4. Pada gagal jantung awal atau kronis
adekuat. tekanan darah meningkat karena
- Menunjukkan peningkatan tekanan pembuluh
penurunan episode darah sistemik. Pada gagal jantung
dispnea dan angina. yang lebih lanjut tubuh tidak
b. Manajemen penyakit mampu lagi untuk mengompensasi
jantung secara mandiri dan mungkin terjadi hipotensi yang
yang ditandai dengan: parah serta ireversibel.
- Berpartisipasi dalam
5. Kaji kulit terhadap pucat dan 5. Pucat merupakan indikasi
kegiatan yang berkurangnya perfusi perfifer
sianosis.
mengurangi beban sekunder akibat dari curah jantung
kerja jantung. yang tidak adekuat, vasokonstriksi,
dan anemia. Sianosis dapat terjadi
pada gagal jantung refraktori karena
28

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional


peningkatan kongesti vena.
6. Pantau asupan dan 6. Ginjal merespon penurunan curah
pengeluaran urine, catat jantung dengan mempertahankan air
penurunan, jumlah warna, dan dan natrium. Pengeluaran urine
konsentrasi urine. menurun sepanjang hari karena
perpindahan cairan ke dalam
jaringan, tetapi dapat meningkat
pada malam hari karena cairan
kembali ke sirkulasi saat pasien
berbaring.
7. Anjurkan pasien untuk 7. Istirahat fisik harus dipertahankan
istirahat dengan posisi pada pasien dengan gagal jantung
semirekumben di tempat tidur untuk meningkatkan efisiensi
atau kursi. kontraksi jantung dan menurunkan
konsumsi oksigen miokard, serta
beban jantung.
8. Ciptakan lingkungan yang 8. Istirahat fisik dan psikologis
tenang, bantu pasien untuk membantu untuk mengurangi stres
menghindari situasi stres, serta yang dapat menyebabkan
dengarkan dan motivasi pasien vasokonstriksi, peningkatan tekanan
untuk mengekspresikan darah, denyut nadi, dan beban kerja
perasaannya. jantung.
9. Posisikan pasien dengan kaki 9. Menurunkan statis vena dan insiden
lebih tinggi dari tubuh, hindari trombus, serta pembentukkan
tekanan dibawah lutut. emboli.
Motivasi pasien untuk latihan
ROM. Tingkatkan ambulasi
dan aktivitas sesuai
kemampuan klien.
10. Kolaborasi dengan tenaga 10. Tambahan oksigen meningkatkan
kesehatan lainnya dalam sediaan oksigen untuk kebutuhan
pemberian: miokard, serta menghindari hipoksia
29

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional


- Oksigen tambahan. dan iskemia. Loop diuretik untuk
- Loop diuretik, misalnya mencegah reabsorpsi klorida,
furosemid (lasix). sehingga menghambat reabsorpsi
- ACE inhibitor, mialnya garam dan air. ACE inhibirot untuk
benazepril (lotensin). mengontrol gagal jantung sehingga
- Vasodilator, misalnya curah jantung meningkat.
nitrat (nitro-dur, isordil).
2. gangguan pertukaran Setelah dilakukan asuhan 1. Auskultasi suara napas, catat 1. Mengetahui adanya kongesti paru
gas keperawatan kepada pasien adanya krakels dan mengi. atau adanya penumpukkan sekret.
selama 3x24 jam diharapkan 2. Anjurkan pasien untuk batuk 2. Membersihkan jalan napas dan
pertukaran gas adekuat dengan efektif dan tarik napas dalam. memfasilitasi kebutuhan oksigen.
kriteria hasil: 3. Pertahankan posisi semifowler 3. Mengurangi konsumsi dan
a. Menunjukkan hasil nilai dengan kepala tempat tidur kebutuhan oksigen, serta
gas darah arteri (AGD) dan ditinggikan sebesar . meningkatkan infllasi paru
oksimetri dalam rentang Sokong tangan dengan bantal. maksimal.
normal, serta pasien bebas 4. Kolaborasi dengan tenaga 4. Hipoksemia dapat menjadi parah
dari gejala gangguan kesehatan lainnya dalam selama edema paru.
pernapasan. pemantauan grafik nilai arteri
gas darah dan oksimetri.
5. Kolaborasi dengan tenaga 5. Meningkatkan konsentrasi oksigen
kesehatan lainnya dalam alveolar yang dapat memperbaiki
pemberian oksigen tambahan atau mengurangi hipoksia jaringan.
sesuai indikasi.
6. Kolaborasi dengan tenaga 6. Diuretik digunakan untuk
kesehatan lainnya dalam mengurangi kongesti alveolar dan
pemberian: meningkatkan pertukaran gas.
- Diuretik, misalnya Bronkodilator digunakan untuk
furosemide (lasix). meningkatkan pengiriman oksigen
- Bronkodilator, misalnya dengan mendilatasi jalan napas kecil
aminophyline. dan mengeluarkan efek diuretik
ringan untuk membantu dalam
mengurangi kongestri paru.
30

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional


3. Kelebihan volume Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau pengeluaran urine, 1. Pengeluaran urine menurun dan
cairan berhubungan keperawatan kepada pasien catat jumlah dan warna, serta pekat sepanjang hari karena perfusi
dengan menurunnya selama 3x24 jam diharapkan waktu saat diuresis terjadi. ginjal berkurang, tetapi dapat
curah jantung/ dapat mempertahankan meningkat pada malam hari karena
meningkatnya keseimbangan cairan dalam cairan kembali ke sirkulasi saat
produksi ADH dan tubuh dengan kriteria hasil: klien berbaring.
retensi natrium dan air. a. Pasien menunjukkan 2. Kaji adanya distensi pada 2. Retensi cairan yang berlebihan
volume cairan yang stabil leher dan pembuluh perifer. dapat dimanifestasikan sebagai
dengan asupan dan Inspeksi adanya edema pitting pembengkakan vena dan
keluaran yang seimbang, edema umum (anasarka) pada pembentukkan edema.
bunyi napas dan tanda- area tubuh.
tanda vital dalam rentang 3. Auskultasi suara napas, catat 3. Kelebihan volume cairan
normal, berat badan stabil, adanya perubahan misalnya menyebabkan kongesti paru. Gejala
dan tidak ada edema. krakels dan mengi. Catat edema paru menunjukkan gagal
adanya dispnea, batuk, dan jantung kiri. Pada gagal jantung
ortopnea. kanan gejala pernapasan yang
muncul misalnya dispnea, batuk,
dan ortopnea.
4. Ukur lingkar abdomen sesuai 4. Pada gagal jantung kanan progresif
prosedur. cairan dapat berpindah ke arah
peritoneal, sehingga menyebabkan
perubahan lingkar abdomen (asites).
5. Catat peningkatan letargi, 5. Tanda dari defisit kalium dan
hipotensi, dan kram otot. natrium karena perpindahan cairan
dan terapi diuretik.
6. Kolaborasi dengan tenaga 6. Diuretik meningkatkan aliran urin
kesehatan lainnya dalam serta menghambat reabsorpsi
pemberian: natrium dan klorida pada tubulus
- Diuretik, misalnya ginjal. Thiazides meningkatkan
Furosemid (Lasix). diuresis tanpa kehilangan kalium
- Thiazides dengan agen yang berlebihan. Suplemen kalium
anti kalium, misalnya
menggantikan kalium yang hilang
31

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional


spironolactone akibat dari efek samping terapi
(Aldactone). diuretik.
- Suplemen kalium,
misalnya K-Dur
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Hipotensi ortostatik dapat terjadi
berhubungan dengan keperawatan kepada pasien sebelum dan setelah aktivitas saat beraktivitas akibat dari obat
ketidakseimbangan selama 3x24 jam diharapkan selama episode akut atau vasodilator dan diuretik, atau
suplai dan kebutuhan dapat menunjukkan toleransi perburukan gagal jantung. pengaruh fungsi jantung.
oksigen. terhadap aktivitas dengan Khususnya jika pasien
kriteria hasil: menggunakan vasodilator,
a. Berpartisipasi dalam diuretik, atau beta bloker.
kegiatan yang diinginkan 2. Kaji tingkat kelelahan, 2. Kelelahan karena gagal jantung
sesuai dengan kemampuan, evaluasi penyebab lain kronik dapat berhubungan dengan
dapat memenuhi perawatan kelelahan misalnya nyeri, hemodinamik, pernapasan, dan
diri secara mandiri. perawatan gagal jantung, kelainan otot perifer.
b. Peningkatan toleransi anemia, dan depresi.
aktivitas yang dibuktikan 3. Dukung pasien untuk 3. Memenuhi kebutuhan perawatan
dengan berkurangnya meningkatkan aktivitas/ diri pasien tanpa mempengaruhi
kelelahan dan kelemahan, toleransi perawatan diri. kebutuhan oksigen yang berlebihan.
serta tanda-tanda vital 4. Kolaborasi dengan tenaga 4. Untuk memperkuat dan
kesehatan lainnya dalam memperbaiki fungsi jantung yang
dalam batas wajar selama
pemberian program rehabilitas berada di bawah tekanan, jika
kegiatan.
jantung secara bertahap. disfungsi jantung tidak dapat
diperbaiki ke kondisi semula.
5. Resiko gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Inspeksi kulit, catat adanya 1. Kulit beresiko karena gangguan
integritas kulit keperawatan kepada pasien tonjolan tulang, adanya sirkulasi perifer, obesitas atau kurus,
berhubungan dengan selama 3x24 jam diharapkan edema, dan area dengan edema, imobilitas fisik, dan
bed rest dalam jangka gangguan integritas kulit tidak sirkulasi yang terganggu. perubahan status gizi.
waktu lama, edema, terjadi dengan kriteria hasil: 2. Berikan pijatan lembut di 2. Meningkatkan aliran darah dan
dan penurunan perfusi a. Menjaga integritas kulit sekitar area yang pucat dan meminimalkan hipoksia jaringan.
jaringan. dan menunjukkan kemerahan.
perilaku atau teknik 3. Motivasi pasien untuk 3. Mengurangi tekanan pada jaringan,
32

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional


untuk mencegah melakukan perubahan posisi meningkatkan sirkulasi, dan
kerusakan kulit. secara berkala di tempat tidur mengurangi waktu pada satu area
atau kursi roda. yang tidak terkena aliran darah.
4. Berikan perawatan kulit secara 4. Kekeringan atau kelembapan yang
berkala. berlebihan dapat menyebabkan
kerusakan kulit.
5. Hindari pemberian obat 5. Edema interstisial dan gangguan
melalui intramuskular. sirkulasi dapat menghambat
penyerapan obat dan predisposisi
kerusakan jaringan, serta
pengembangan infeksi.
6. Kolaborasi dengan tenaga 6. Menurunkan tekanan pada kulit dan
kesehatan lainnya dalam dapat memperbaiki sirkulasi.
pemberian tekanan alternatif
atau matras angina (kasur
antidekubitus), sheepskin
elbow, dan protektor tumit.
6. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1. Diskusikan dengan pasien 1. Pengetahuan tentang proses
tentang proses keperawatan kepada pasien tentang fungsi jantung yang penyakitnya dan harapan pasien
penyakitnya selama 3x24 jam diharapkan normal, informasi mengenai dapat memfasilitasi partisipasi klien
berhubungan dengan memahami pengetahuan hal yang berbeda pada pasien dalam pengelolaan gagal jantung.
kurangnya pemahaman tentang proses penyakitnya dari fungsi normalnya.
terkait fungsi jantung, dengan kriteria hasil: 2. Diskusikan pentingnya 2. Asupan makanan natrium lebih dari
dan gagal jantung a. Mengidentifikasi pembatasan natrium. Berikan 3 gram/ hari dapat mengimbangi
hubungan terapi informasi makanan apa saja efek diuretik. Sumber natrium yang
berkelanjutan untuk yang harus dihindari. paling umum yaitu garam, dan
pengurangan episode makanan asin termasuk sup serta
berulang dan pencegahan sayuran dalam kemasan kaleng.
komplikasi. 3. Tinjau obat, tujuan, dan efek 3. Memahami kebutuhan terapeutik
b. Mengetahui tanda dan samping. Berikan instruksi dan pentingnya melaporkan jika
gejala yang memerlukan secara lisan dan tertulis pada terjadi efek samping dari obat dapat
intervensi. pasien. mencegah komplikasi akibat reaksi
33

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional


c. Mengidentifikasi stres, obat.
faktor risiko yang 4. Rekomendasikan untuk 4. Memberikan waktu yang cukup
menjadi penyebab, dan mengonsumsi obat diuretik di terhadap efek obat, sehingga tidak
teknik untuk menangani pagi hari. terjadi gangguan tidur pada malam
stres. hari.
d. Melakukan perubahan 5. Diskusikan dengan pasien 5. Menambah pengetahuan pasien
gaya hidup sesuai mengenai faktor risiko, sehingga memungkinkan pasien
kebutuhan. misalnya: merokok, untuk membuat keputusan terkait
penyalahgunaan alkohol, dan pencegahan kekambuan. Merokok
faktor pemicu seperti diet dapat menyebabkan vasokonstriksi,
tinggi garam, tidak aktif atau asupan natrium berlebih
kelelahan, dan terpapar suhu menyebabkan retensi air dan
ekstrem. pembentukan edema.
Keseimbangan yang tidak tepat
antara aktivitas, istirahat, dan
paparan suhu ekstrem dapat
menyebabkan kelelahan.
Meningkatkan beban kerja miokard,
meningkatkan risiko infeksi
pernapasan. Alkohol dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.
6. Diskusikan tanda dan gejala 6. Meningkatkan tanggung jawab
yang membutuhkan perhatian pasien dalam pemeliharaan
medis segera, misalnya: kesehatan dan membantu dalam
kenaikan berat badan yang pencegahan komplikasi, misalnya
cepat dan signifikan, edema, edema paru dan pneumonia.
sesak napas, peningkatan Kenaikan berat badan yang
kelelahan, batuk, hemoptisis, mencapai 1,5 kg dalam seminggu
dan demam. membutuhkan evaluasi medis atau
perubahan dalam terapi diuretik.
7. Tingkat keparahan dan seringnya
7. Berikan kesempatan pada
terjadi serangan menyebabkan
pasien dan keluarga untuk
34 34

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional


mengajukan pertanyaan, kondisi yang terus menurun pada
mendiskusikan masalah, dan pasien gagal jantung yang membuat
membuat perubahan gaya kemampuan koping serta kapasitas
hidup yang diperlukan. pendukung pasien dan keluarga
menurun sehingga mengakibatkan
depresi pada pasien gagal jantung.
35

4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana intervensi
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari
pelaksanaan adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Selama tahap
pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih
asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien
(Nursalam, 2008).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa
keperawatan, rencana asuhan keperawatan, dan pelaksanaan keperawatan.
Evaluasi keperawatan sebagai sesuatu yang direncanakan dan
perbandingan yang sistematik pada status kesehatan pasien. Dengan
mengukur perkembangan pasien dalam mencapai suatu tujuan maka
perawat dapat menentukan efektivitas asuhan keperawatan. Meskipun
tahap evaluasi keperawatan diletakkan pada akhir proses keperawatan
tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses
keperawatan. Diagnosa keperawatan perlu dievaluasi dalam hal
keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi diperlukan pada tahap rencana
asuhan keperawatan untuk menentukan apakah tujuan rencana asuhan
keperawatan tersebut dapat dicapai secara efektif. Tujuan evaluasi adalah
untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat
dilakukan dengan melihat respon pasien terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan. Tahap
36

evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegiatan mengukur pencapaian


tujuan pasien dan menentukan keputusan dengan cara membandingkan
data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan (Nursalam,
2008).
Menurut Smeltzer, (2017). Evaluasi keperawatan pada pasien dengan
CHF, yaitu:
a. Menunjukkan peningkatan curah jantung.
b. Menunjukkan perbaikan pertukaran gas.
c. Mempertahankan keseimbangan cairan.
d. Menunjukkan toleransi terhadap peningkatan aktivitas.
e. Menunjukkan tidak adanya tanda-tanda integritas kulit.
f. Menunjukkan pemahaman pengetahuan tentang proses penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Asikin M, dkk. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Kardiovaskuler.


Jakarta: Erlangga

Aspiani, Reny Yuli. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC

Black J.M & Hawks J.H. (2009). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8 Buku 3. Diterjemahkan oleh:
Joko Mulyanto, dkk. Jakarta: Saunders Elsevier

Kasron. (2012). Buku Ajar Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta: Nuha


Medika

LeMone, Priscilla, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah:


Gangguan Kardiovaskuler. Edisi 5. Diterjemahkan oleh: Nike Budhi
Subekti. Jakarta: EGC

Nursalam. (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.


Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer, Susan C. (2017). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.


Edisi 12. Diterjemahkan oleh: Dewi Yulianti, Amelia Kimin. Jakarta: EGC

Sudoyo, dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5 Jilid 3. Jakarta:
Interna Publishing

Padila. (2018). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah Dilengkapi Asuhan


Keperawatan Pada Sistem Cardio. Yogyakarta: Nuha Medika

Potter, P. A & Perry, A. G. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:


Konsep, Proses, dan Praktik. Diterjemahkan oleh: Renata Komalasari.
Jakarta: EGC

AHA (American Heart Association). (2016). A Report of the American College of


Cardiologi/ American Heart Association Task Force on Clinical Practice
Guidelines. Amerika Serikat:
(hhtp://circ.ahajournals.org/content/early/2016/11/11/CIR.00000000000004
70) diperoleh pada tanggal 4 Mei 2018, jam 08:30 WIB

Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:


(http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%2520Riskesda
s%25202013.pdf&rct) diperoleh pada tanggal 17 Februari 2018, jam 10:00
WIB
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh,


sehingga tidak memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh atau terjadinya defisit
penyaluran oksigen ke organ tubuh.

Pokok Bahasan : Congestive Heart Failure (CHF)


Sub Pokok Bahasan : Penyuluhan CHF mengenai:
1. Pengertian CHF
2. Penyebab
3. Tanda dan gejala
4. Komplikasi
5. Penatalaksanaan
Penyaji : Dian Tri Vita Sari
Sasaran : Pasien dan Keluarga Ny. S
Hari dan Tanggal Pelaksanaan : Selasa, 08 Mei 2018
Tempat : Paviliun Marwah Atas Ruang 02 Rumah
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih

A. TUJUAN
1. Tujuan instruksional umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang CHF kepada Pasien dan
Keluarga Ny. S selama 1x40 menit diharapkan Pasien dan Keluarga Ny.
S dapat memahami tentang penyakit CHF.
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x40 menit Pasien dan Keluarga
Ny. S dapat :
a. Menjelaskan pengertian CHF.
b. Menyebutkan 3 dari 5 penyebab CHF.
c. Mengetahui tanda dan gejala CHF.
d. Mengetahui komplikasi dari CHF
e. Mengetahui penatalaksanaan CHF
.
B. MATERI : Terlampir

C. Topik :
1. Pengertian CHF
2. Penyebab
3. Tanda dan gejala
4. Komplikasi
5. Penatalaksanaan

D. Metode : Ceramah, tanya jawab, diskusi

E. Media dan alat peraga : Leaflet

F. Kegiatan penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab
2. Memperkenalkan salam
diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan dan
kontrak dan tujuan memperhatikan
pertemuan 3. Mendengarkan
dan
memperhatikan
2. Inti 20 menit 1. Menanya (review) 1. Menjawab
kepada Pasien dan 2. Mendengkarkan
Keluarga Ny. S dan
2. Menjelaskan memperhatikan
tentang: 3. Bertanya
a. Pengertian CHF 4. Dapat
b. Penyebab CHF menyimpulkan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
c. Tanda dan materi yang di
gejala CHF jelaskan
d. Komplikasi
yang terjadi
akibat CHF
e. Penatalaksanaan
CHF
3. Memberi
kesempatan bertanya
4. Menyimpulkan
materi

3. Evaluasi 10 menit 1. Mengajukan 1. Menjawab


pertanyaan pertanyaan
2. Menarik kesimpulan 2. Mendengarkan
kesimpulan
4. Penutup 5 menit Mengucapkan salam Memperhatikan
penutup dan menjawab

G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur:
a. Pasien dan Keluarga Ny. S bersedia dalam acara penyuluhan.
b. Kesiapan materi penyaji.
c. Tempat yang digunakan nyaman dan mendukung.
2. Evaluasi Proses:
a. Pasien dan Keluarga Ny. S bersedia sesuai dengan kontrak waktu yang
ditentukan.
b. Pasien dan Keluarga Ny. S antusias untuk bertanya tentang hal-hal
yang tidak diketahuinya.
c. Pasien dan Keluarga Ny. S menjawab semua pertanyaan yang telah
diberikan.
3. Mahasiswa:
a. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan.
b. Dapat menjalankan peran sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya.
4. Evaluasi Hasil:
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
b. Adanya kesepakatan Pasien Ny. S dengan perawat dalam
melaksanakan implementasi keperawatan selanjutnya.
c. Adanya tambahan pengetahuan tentang CHF yang diterima oleh
Pasien Ny. S dengan melakukan evaluasi melalui tes lisan di akhir
ceramah.

H. DAFTAR PERTANYAAN
1. Apa pengertian CHF ?
2. Apa penyebab CHF ?
3. Apa tanda dan gejala CHF ?
4. Apa komplikasi CHF ?
5. Bagaimana penatalaksaan CHF ?
LAMPIRAN
MATERI

A. Pengertian
Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan ketika jantung tidak mampu
lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi
tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu,
sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi (Aspiani,
2015).

B. Penyebab
Menurut Asikin (2016) penyebab CHF, yaitu :
1. Kelainan otot jantung
2. Penyumbatan di pembuluh darah jantung
3. Hipertensi
4. Peradangan
5. Penyakit jantung lain

C. Tanda Dan Gejala


Menurut Kasron (2012) tanda dan gejala CHF, yaitu :
1. Gagal jantung kiri :
a. Dispneu
b. Ortopnea
c. Mudah lelah
d. Sianosis
e. Batuk
f. Denyut jantung cepat (Takikardi)
2. Gagal jantung kanan :
a. Edema ekstremitas bawah atau edema dependen
b. Hepatomegali, dan nyeri tekan pada kuadran kanan batas abdomen
c. Anoreksia, dan mual
d. Rasa ingin kencing pada malam hari
e. Badan lemah
f. Tekanan perfusi ginjal menurun
g. Edema paru

D. Komplikasi
Menurut LeMone (2016) komplikasi CHF, yaitu :
1. Sistem kardiovaskuler : Angina, disritmia, kematian jantung mendadak,
dan syok kardiogenik.
2. Sistem pernapasan : Edema paru, pneumonia, asma kardiak, efusi pleura,
pernapasan Cheyne-Stokes, dan asidosis respiratorik.
3. Sistem pencernaan : Malnutrisi, asites, disfungsi hati.

E. Penatalaksanaan
Menurut Aspiani (2015), penatalaksanaan CHF, yaitu :
1. Istirahat total/ tirah baring dalam posisi semi fowler
2. Olahraga sesuai kemampuan (misal: jalan pagi)
3. Pembatasan aktivitas sesuai kemampuan
4. Diet rendah kolesterol
5. Konsumsi protein cukup (misal: kacang-kacangan, tahu, tempe, ikan,
telur, daging sapi atau ayam dengan lemak rendah)
6. Pembatasan konsumsi garam
7. Serat cukup untuk menghindari konstipasi (sayuran, dan buah-buahan)
8. Terapi medis/ obat-obatan sesuai dengan anjuran dokter
9. Pembatasan asupan cairan, dan kontrol ke pelayanan kesehatan minimal
2 minggu sekali
DAFTAR PUSTAKA

Asikin M, dkk. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Kardiovaskuler.


Jakarta: Erlangga

Aspiani, Reny Yuli. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC

Kasron. (2012). Buku Ajar Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta: Nuha


Medika

LeMone, Priscilla, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah:


Gangguan Kardiovaskuler. Edisi 5. Diterjemahkan oleh: Nike Budhi
Subekti. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai