BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan membahas beberapa tentang konsep dasar yang berhubungan
dengan study kasus. Konsep dasar tersebut meliputi 1) Konsep dasar Congestive
Heart Failure, 2) Konsep dasar nyeri akut, 3) Konsep Asuhan keperawatan nyeri
2.1.1 Pengertian
Menurut McPhee, S.J., & Ganong (2010), Congestive Heart Failure (CHF)
merupakan suatu keadaan patologis pada jantung yang menyebabkan jantung gagal
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Darah yang dipompa untuk
tubuh, dan jantung juga mengangkut zat-zat sisa seperti karbondioksida untuk
pasien harus memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung (nafas pendek yang
tipikal saat istrahat atau saat melakukan aktifitas disertai/tidak kelelahan); tanda
retensi cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki); adanya bukti objektif
dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istrahat (PERKI, 2015).
2.1.2 Etiologi
5
LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEPERAWATAN NYERI... FATKHIYATUL FITRIA
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
dengan hipertrofi ventrikel kiri. Lebih dari 36% pasien dengan penyakit
jantung koroner selama 7-8 tahun akan menderita penyakit gagal jantung
kongestif.
2. Hipertensi
aritmia atrium dan ventrikel yang nantinya akan berujung pada gagal
jantung kongestif.
3. Cardiomiopathy
ventrikel kiri dengan atau tanpa dilatasi ventrikel kanan. Dilatasi ini
lebih kuat agar darah tersebut dapat di distribusi ke seluruh tubuh. Kondisi
5. Aritmia
tanpa perlu adanya faktor concomitant lainnya seperti PJK atau hipertensi.
31% dari pasien gagal jantung ditemukan gejala awal berupa atrial fibrilasi
dan ditemukan 50% pasien gagal jantung memiliki gejala atrial fibrilasi
atrial fibrilasi ataupun gagal jantung akut. Konsumsi alkohol dalam jangka
panjang. Sementara itu beberapa obat yang memiliki efek toksik terhadap
miokardium.
7. Lain-lain
pada wanita belum ada fakta yang konsisten. Sementara diabetes merupakan
faktor independen dalam mortalitas dan kejadian rawat inap ulang pasien
2.1.3 Klasifikasi
1. Menurut Letaknya
dibagi menjadi tiga tipe, yaitu Gagal jantung kanan, gagal jantung kiri, dan
gagal jantung campuran atau kongestive. Pada gagal jantung kiri disebabkan
karena ruang ventrikel atau bilik kiri dari jantung tidak berfungsi dengan
baik dan mengakibatkan fungsi bilik kiri tidak berjalan secara optimal.
Maka terjadilah peningkatan tekanan pada serambi kiri dan pembuluh darah
aktivitas fisik. Merasa nyaman saat istirahat. Hasil aktivitas normal fisik
Menurut Hudak & Gallo (2012), gejala yang muncul sesuai dengan
gejala gagal jantung kiri diikuti gagal jantung kanan dan terjadinya di dada
GEJALA
Gagal Jantung Kiri Gagal Jantung Kanan
- Disritmia - Hepatomegali
- Batuk
- Mudah lelah
2.1.5 Patofisiologi
antara lain mekanisme neurohomonal yang meliputi aktivasi sistem saraf simpatis,
2014).
mekanisme ini merupakan adaptasi yang penting segera setelah terjadi penurunan
berkurangnya tonus parasimpatik. Pada keadaan ini, terjadi penurunan inhibisi refl
dan pengurangan tonus parasimpatis dengan hasil akhir penurunan denyut jantung
dan peningkatan resistensi vaskuler perifer. Karena tonus simpatis meningkat, akan
Meskipun demikian, pada gagal jantung stadium lanjut akan terjadi penurunan
meningkatkan kontraksi dan relaksasi serta mempertahankan tekanan darah, hal ini
dari sistem saraf pusat akan menyebabkan ventricular tachycardia atau sudden
reabsorpsi Natrium dan air di tubular ginjal. Selain itu, terjadi pula pelepasan
arginin vasopressin (AVP) dari hipofi sis posterior untuk mengurangi ekskresi air
pusat haus di otak dan menyebabkan pelepasan AVP dan aldosteron, yang keduanya
menyebabkan disregulasi homeostasis garam dan air. Pada pasien gagal jantung,
terjadi pula peningkatan PGE2 dan PGI2 , serta pelepasan atrial natriuretic peptide
(ANP) dan brain natriuretic peptide (BNP). Dalam kondisi fi siologis, keduanya
dilepaskan saat terjadi regangan miokard dan peningkatan asupan Natrium. Setelah
aktivasi RAS pada gagal jantung meliputi hipoperfusi renal, penurunan fi ltrasi
ginjal yang berakibat pelepasan renin dari apparatus jukstaglomerular. Renin ini
jaringan dan 10% sisanya pada interstitial jantung dan pembuluh darah.
dan AT2 . AT1 banyak berlokasi pada saraf miokard sementara AT2 pada fi broblas
sel, sekresi aldosteron, dan pelepasan katekolamin; sementara aktivasi reseptor AT2
menyebabkan fi brosis pada hati, ginjal, dan organ lainnya. Angiotensin II juga
norepinefrin dari ujung saraf simpatis. Selain itu, terjadi pula stimulasi korteks
Pada pasien gagal jantung, terjadi interaksi kompleks antara sistem saraf
suplai darah ke otak dan jantung, sementara mengurangi suplai ke kulit, otot rangka,
organ splanknik dan ginjal; semua itu akibat pelepasan norepinefrin sebagai
vasokonstriktor yang poten, natriuretic peptides, NO, bradikinin, PGI2 serta PGE2
hal ini tidak terjadi pada gagal jantung stadium lanjut.7 Remodeling ventrikel kiri
Pada pasien gagal jantung, terjadi perubahan miosit jantung, yakni berkurangnya
protein sitoskeleton, serta desensitisasi sinyal β-adrenergik. Selain itu, terjadi pula
pelepasan mediator-mediator radang seperti TNF-α dan IL-1 saat terjadi kerusakan
pada jantung, yang berperan dalam perburukan gagal jantung. Hipertrofi miosit
Starling. Gagal jantung yang disebabkan oleh penurunan fungsi ventrikel kiri
Kompensasi ini memiliki keterbatasan. Pada kasus gagal jantung berat dengan
retrograd ke atrium kiri, vena pulmoner dan kapiler) sehingga dapat menyebabkan
2.1.6 Komplikasi
dimulai pada gagal jantung dapat menyebabkan komplikasi pada sistem tubuh lain.
asites, dan masalah pencernaan. Pada gagal jantung sebelah kanan yang lama,
mengganggu curah jantung lebih lanjut. Efusi pleura dan masalah paru lain dapat
terjadi. Komplikasi mayor gagal jantung berat adalah syok kardiogenik dan edema
paru. Gagal jantung kongestif dapat menyebabkan komplikasi pada sistem tubuh
lain, yaitu:
syok kardiogenik.
2.1.7 Pathway
1. Elektrokardiogram
Karena itu, prosedur ini juga sering disebut rekam jantung. Tiap kali
jantung berdetak, aliran listrik akan mengalir dan memicu kontraksi otot
oleh mesin dan hasilnya akan diperiksa untuk melihat ada tidaknya
2. CT Scan
hasil yang diolah dengan komputer untuk menghasilkan gambar dalam irisan-
dengan lebih detail. Dengan teknik ini, gambar yang dihasilkan jauh lebih detail
akurat.
3. Kateterisasi jantung
kateter, yakni tabung tipis dan panjang dengan kamera kecil pada ujungnya,
4. Rontgen dada
paru-paru yang berasal dari jantung. Misalnya seperti, cairan dalam paru-paru
5. Pemeriksaan elektrolit
yang penting untuk fungsi otot dan saraf. Pemeriksaan elektrolit dapat
6. Oksimetri nadi
Oksimetri nadi adalah tes untuk mengukur level oksigen dalam darah. Tes
ini juga dapat mendeteksi seberapa efisien oksigen dialirkan ke seluruh tubuh.
Tes dilakukan dengan menjepit jari tangan, jari kaki, atau daun telinga dengan
7. BUN
2.1.9 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan:
jantung.
digitalis.
pencegahan kekambuhan:
b. Mengubah gaya hidup/ kebiasaan yang salah, seperti: merokok, stress, kerja
2. Penatalaksanaan kolaboratif
prosedur yang bermanfaat pada pasien dengan edema pulmonal akut karena
f. Inotropik positif
jantung.
takikardia.
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat adanya
kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan
yang tiba-tiba, dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi. Sedangkan menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI
(2017), nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga
bulan.
Nyeri Akut Dibagi Menjadi 2 bagian menurut Potter & Perry (2012), yaitu
sebagai berikut:
a. Nyeri Somatik, jika organ yang terkena adalah organ soma seperti kulit,
otot, sendi, tulang, atau ligament karena di sini mengandung kaya akan
terjadi jika terluka atau keseleo. Selain itu, nyeri juga bias terjadi akibat
iskemik, seperti pada kram otot. Hal inipun termasuk nyeri nosiseptif.
b. Nyeri viseral, jika yang terkena adalah organ-organ viseral atau organ dalam
yang meliputi rongga toraks (paru dan jantung), serta rongga abdomen
(usus, limpa, hati dan ginjal), rongga pelvis (ovaruim, kantung kemih dan
digunting atau dibakar, organ somatik justru tidak. Organ viseral akan terasa
sakit kalau mengalami inflamasi, iskemik atau teregang. Selain itu nyeri
rasa mual - muntah bahkan sering terjadi nyeri refer yang dirasakan pada
kulit.
Nyeri akut yang dialami pasien Congestive Heart Failure timbul secara
penurunan yang berakibat pada kematian sel jantung. Gejala klinis nyeri pada kasus
gagal jantung, muncul secara tiba-tiba dan secara terus menerus serta tidak mereda.
Apabila nyeri ini dibiarkan tingkat keparahan nyeri akan menjadi meningkat
sehingga nyeri tidak tertahankan lagi. Nyeri ini disebabkan karena menurunnya
1. Usia
pada setiap individu. Sebagai contoh anak-anak kecil yang belum dapat
2. Jenis kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam
bahwa seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis
nyeri.
3. Makna nyeri
Nyeri yang dirasakan mungkin terasa ringan, sedang atau bisa jadi
5. Perhatian
nyeri.
6. Ansietas (kecemasan)
7. Keletihan
8. Pengalaman sebelumnya
Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah
tentang nyeri.
nyeri yang efektif. Skala penilaian nyeri dan keteranagan pasien digunakan untuk
menilai derajat nyeri.Intensitas nyeri harus dinilai sedini mungkin selama pasien
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda, menampilkan wajah
bahagia hingga wajah sedih, digunakan untuk mengekspresikan rasa nyeri. Skala
0-10. Titik 0 berarti tidak nyeri, 5 nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat yang
pada skala nyeri, dan juga menilai respon turunnya nyeri pasien terhadap terapi
Visual Analogue Scale (VAS) merupakan suatu garis lurus yang mewakili
intensitas nyeri dan memiliki alat keterangan verbal pada setiap ujungnya.
Skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka. Bisa bebas
mengekspresikan nyeri, kea rah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak
meliputi:
1. EKG (elektrokardiogram)
dan bentuk jantung, serta menilaikeadaan ruang jantung dan fungsi katup
4. Tes darah BNP: untuk mengukur kadar hormon BNP (Brype nattruretic
dinding.
membedakan gagal jantung sisi kanan, sisi kiri, dan stenosis katup atau
kontraktilitas.
a. Tindakan Farmakologis
dalam bentuk semprot untuk luka bakar akibat sinar matahari) atau cedera
samping yang berat dan sering, aspirin jarang digunakan untuk mengatasi
aspirin, tetapi efek antipiretiknya minimal atau tidak sama sekali ada.
daripada yang lain. Dianjurkan untuk nyeri jangka pendek. Untuk nyeri
pasca bedah, telah terbukti khasiat analgesiknya sama atau lebih dibanding
analgesik opioid.
panas, stimulasi saraf elektris transkutan, teknik relaksasi nafas dalam, dan
Pemberian terapi relaksasi nafas dalam membantu pasien lebih rileks dan
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada Pasien Congestive Heart
Failure
2.3.1 Pengkajian
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
Data-data yang perlu untuk dikaji pada pasien yang mengalami nyeri pada
CHF antara lain : Riwayat hidup; Dalam riwayat hidup yang perlu dikaji antara lain;
umur, jenis kelamin, jenis stres, pola makan (diet), perokok, alkoholik, minum kopi,
1. Anamnesa
a. Identitas
jenis kelamin, dan penanggung jawab klien. Penyakit CHF sering terjadi
pada orang yang lanjut usia. Namun CHF juga bisa menyerang orang yang
memiliki pola hidup tidak sehat seperti kegemukan, tekanan darah tinggi,
b. Keluhan utama
Pasien dengan CHF akan mengeluh nyeri pada dada. Hal ini
terasa saat dibuat bergerak dan berkurang saat dibuat istirahat dan diberi
obat.
Q (quality dan quantity) : Nyeri dirasa seperti terbakar dengan skala (0-10)
hari
sama seperti pasien atau ada penyakit yang menular dan menahun.
f. Riwayat psikososiospiritual
status emosi, kognitif, dan perilaku pasien. Adanya nyeri akan memberikan
stimulus pada kecemasan dan ketakutan pada setiap pasien. Peran perawat
1. Pola Nutrisi
pasien CHF merasa mual apabila diberi makan satu porsi, jadi hanya bisa
2. Pola Eliminasi
3. Pola Istirahat
Pada pasien dengan CHF kebutuhan istirahat dapat terganggu karena rasa
5. Pola Aktivitas
2. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan umum
b. Pemeriksaan fisik
isokor.
Telinga : Telinga relative bersih, tidak ada serumen, tidak ada lesi.
Thorak
1. Inspeksi :Pada pasien dengan CHF tidak ada masalah pada inpeksi
pernafasan.
bagian kiri.
Abdomen
Genetalia : Pada pasien dengan CHF tidak ada masalah pada genetalia.
c. Pemeriksaan Penunjang
2.3.2 Diagnosa
pasien terhadap suatu masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Diagnosa keperawatan pada SDKI untuk pasien Congestive Heart Failure yang
mengalami nyeri dada adalah : Nyeri akut b/d pencedera fisiologis (D.0077)
2.3.3 Intervensi
Intervensi merupakan bagian dari tahap proses keperawatan yang meliputi tujuan
diberikan pada klien untuk memecahkan masalah yang dialami klien serta rasional
Rasional : Klien dan keluarga paham dan mampu menjelaskan kembali tentang
penyebab nyeri
- Observasi TTV
Rasional : Istirahat atau posisi yang tepat mampu memperingan nyeri, dan
2.3.4 Implementasi
2.3.5 Evaluasi
dievaluasi pada saat proses (formatif) dan dengan melihat hasilnya (sumatif).
1. Evaluasi Proses
pengumpulan data dalam evaluasi proses terdiri atas analisis rencana asuhan
dan menggunakan form evaluasi. Sistem penulisan pada tahap evaluasi ini dapat
2. Evaluasi Hasil
klien dengan tujuan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Evaluasi yang diharapkan
dalam keluhan nyeri yang dirasakan klien adalah berdasarkan dengan kriteri hasil
kesulitan tidur menurun, pola tidur membaik, tidur tercukupi dan bisa tidur nyenyak
(SLKI, 2017)