SEDIAAN STERIL
SEDIAAN PARENTERAL
Definisi:
Bentuk Obat:
1. Infus
2. Injeksi (larutan, suspensi, emulsi)
SEDIAAN PARENTERAL
Produk parenteral didesain dan digunakan
tanpa melalui mulut serta tidak melewati
saluran cerna, sedangkan produk enteral di
desain dan digunakan melalui mulut dan
melewati proses cerna.
SEDIAAN PARENTERAL
Keuntungan : Kerugian :
1. Pemberian obat harus dilakukan o/
1.Respons fisiologis segera personel terlatih (dokter) tidak o/
2.Untuk obat yang tidak efektif jika pasien.
diberikan secara oral karena 2. Pemberian obat perlu waktu lebih
lama dr bentuk sediaan lain.
obat mudah rusak akibat sekresi
lambung. 3. Pemberian obat perlu teknik aseptis.
3.Pengobatan pada pasien yang 4. Menimbulkan rasa nyeri pada lokasi
penyuntikkan
tidak sadar
4.Bila diinginkan efek lokal 5. Sukar menghilangkan efek fisiologis
jika obat sudah berada dalam
5.Koreksi gangguan sirkulasi sistemik.
kesetimbangan cairan & 6. Harga lebih mahal
elektrolit (dg diinfus)
SEDIAAN PARENTERAL
Persyaratan:
Contoh :
Pemberian injeksi antibiotik gol. aminoglikosida
secara intraventrikular sulit menembus lap.
pembatas darah-otak-selaput otak yg dilakukan pd
penderita radang selaput otak
INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL
Obat padat
Obat larut dalam
dengan partikel disolusi cairan tubuh
halus
r t i si
Pa
i d an
if u s
Obat diserap D
LARUTAN DALAM MINYAK
r t i si
Pa
i d an
if u s
Obat diserap D
EMULSI
Obat larut dalam Obat larut dalam
Partisi fase air
fase minyak
pencampuran
pengenceran
Difusi
Difusi dan Obat larut dalam
Obat diserap Partisi cairan tubuh
SUSPENSI DALAM
MINYAK
Obat larut dalam Obat larut dalam
Partisi fase minyak
fase air
cairan jaringan
Partisi ke
Difusi dan Obat larut dalam
Obat diserap Partisi cairan tubuh
SISTEM SIRKULASI
DARAH DAN LIMFATIK
FAKTOR- FAKTOR FISIOLOGIS
YANG MEMPENGARUHI
ABSORPSI OBAT
1. Umur
2. Berat Badan
3. Luas Permukaan Tubuh
4. Jenis Kelamin
5. Status Patologi
6. Toleransi
7. Terapi dengan Obat Yang Diberikan Bersamaan
8. Waktu Pemakaian
9. Bentuk Sediaan dan Cara Pemakaian
SMALL VOLUME PARENTERALS (SVP)
Definisi:
Menurut USP SVP adalah injeksi yang dikemas
menurut label pada kemasan, mengandung 100 ml atau
kurang.
1. Pelarut Air
2. Pelarut non air yang dapat bercampur dengan air
3. Pelarut non air yang tidak dapat bercampur dengan air.
PELARUT AIR
1. Etanol
Banyak digunakan terutama pada injeksi glikosida digitalis
Injeksi yang mengandung etanol bila disuntikkan secara
intramuskular akan menimbulkan rasa nyeri; secara sub
kutan akan menimbulkan nyeri yang diikuti dengan
anastesia; jika disuntikkan pada daerah yang dekat syaraf
maka dapat mengakibatkan degenerasi syaraf dan neuritis;
secara intravena (tidak disarankan) harus hati-hati karena
pemberian yang terlalu cepat akan mengakibatkan bahaya
pengendapan obat dalam darah.
PELARUT NON AIR YANG DAPAT
BERCAMPUR DENGAN AIR :
2. Propilen glikol
Banyak digunakan dalam pembuatan sediaan
injeksi senyawa golongan barbiturat, beberapa
alkaloida dan antibiotika.
Sediaan yang mengandung propilen glikol dapat
menimbulkan rasa nyeri dan iritasi pada tempat
penyuntikan, sehingga perlu ditambahkan lokal anastetik
seperti benzil alkohol.
PELARUT NON AIR YANG DAPAT
BERCAMPUR DENGAN AIR :
3. Polietilen glikol
Ko solven dalam pembuatan sediaan injeksi adalah yang
mempunyai bobot molekul rendah (300-400) dan berbentuk
cairan.
Penggunaan kosolven senyawa glikol (propilen atau
polietilen) dalam pembuatan injeksi senyawa golongan
barbiturat dapat meningkatkan stabilitas senyawa tersebut.
PELARUT NON AIR YANG DAPAT
BERCAMPUR DENGAN AIR :
4. Gliserin
Merupakan cairan yang jernih dan kental, titik didih tinggi,
dapat bercampur dengan air maupun alkohol dan merupakan
pelarut yang baik untuk beberapa zat.
Penggunaan dalam dosis tinggi dapat menimbulkan efek
konvulsi dan gejala paralitik karena kerja langsung gliserin
terhadap susunan syaraf pusat. Pada dosis rendah (5%) tidak
terlihat adanya efek toksik.
PELARUT NON AIR YANG TIDAK
DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR
1. Kosolven
• Seringkali zat lebih larut dalam campuran pelarut
daripada dalam satu pelarut saja
• Gejala itu disebut cosolvency
• Pelarut yang dlm kombinasi meningkatkan kelarutan
zat terlarut disebut cosolvent
• Mekanisme: pelarut campur mengatur polaritas
pelarut pada harga yang diinginkan zat terlarut
2. SURFAKTAN
SURFAKTAN
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus
memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik
sehingga dapat mempersatukan campuran yang
terdiri dari air dan minyak.
Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat
diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air
dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal
dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan
rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan
zat padat ataupun terendam dalam fase minyak.
SURFAKTAN
1. Struktur Molekul
Kelarutan suatu zat juga bergantung pada
struktur molekulnya seperti perbandingan
gugus polar dan gugus non polar dari
molekul. Semakin panjang rantai non polar
dari alkohol alifatis, semakin kecil
kelarutannya dalam air.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELARUTAN OBAT
3. Pengaruh Suhu
Endotermik T naik Kelarutan naik
Eksoterm T naik Kelarutan turun
Contoh Kasus
Natrium sulfat bentuk hidrat (endotermik), bentuk
anhidrat (eksotermik) kelarutannya berbeda
Natrium klorida tdk menyerap atau melepaskan panas
??????
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELARUTAN OBAT
4. Pengaruh pH
- Banyak obat bersifat asam lemah atau basa lemah
jika bereaksi dgn as. atau basa kuat serta dlm jarak pH
tertentu berada sebagai ion yg biasanya larut dalam air
- Asam lemah (as karboksilat, as hidroksi, asam
aromatik, fenol) larut dlm NaOH encer, karbonat dan
bikarbonat
- Basa lemah (mengandung Nitrogen basa alkaloid)
larut dalam asam encer
CARA MEMPERBAIKI
KUALITAS AIR
1. Reverse Osmosis
REVERSE OSMOSIS
(LANJUTAN..)
Osmosis merupakan proses perpindahan zat cari dari
tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah melalui
membran semipermeabel. Proses ini terus berlangsung
hingga konsenstrasi kedua tempat sama. Sistem Reverse
Osmosis menggunakan pompa untuk menghasilkan
tekanan yang lebih tinggi dari tekanan osmosis untuk
"mendorong" air dari tekanan tinggi melalui membran
semipermeabel menuju ke daerah yang mempunyai
tekanan yang lebih rendah.
2. DESTILASI
Untuk menghasilkan Water for Injection, Purified Water
hasil dari proses Water Softener ditampung di tangki
penyimpanan. Dari Tangki penyimpanan ini PW
dilakukan enam tingkat destilasi untuk menghasilkan
Water for Injection (WFI). Untuk menguapkan air pada
stage pertama digunakan plant steam dengan suhu 150oC.
Air dipanaskan sampai suhunya sama dengan plant steam,
uap yang dihasilkan dikondensasikan dan masuk ke
dalam kolom kedua. Pirogen yang tertinggal di bawah
kolom pertama dan proses ini berulang sampai kolom
destilator ke 6. Proses di atas menghasilkan Water for
Injection yang disimpan dalam storage tank pada 80 C
dengan sistem looping.
3. IONIC EXCHANGE
Ion exchange atau resin penukar ion dapat didefinisi
sebagai senyawa hidrokarbon terpolimerisasi, yang
mengandung ikatan hubung silang (crosslinking) serta
gugusan-gugusan fungsional yang mempunyai ion-ion
yang dapat dipertukarkan.
IONIC EXCHANGE
(LANJUTAN..)
Penggunaannya dalam analisis kimia misalnya untuk
menghilangkan ion-ion pengganggu, memperbesar
konsentrasi jumlah ion-ion renik, proses deionisasi air
atau demineralisasi air, memisahkan ion-ion logam dalam
campuran dengan kromatografi penukar ion.
IONIC EXCHANGE
(LANJUTAN..)
Ada 2 macam resin penukar ion, yaitu :
a. Anion exchange resin (resin penukar anion), yaitu resin
yang mempunyai kemampuan menyerap/menukar anion-anion
yang ada dalam air. Resin ini biasanya berupa gugus amin aktif.
Misalnya : R – NH2 (primary amine), R – R1NH (secondery
amine), R – R21N (tertiary amine), R – R31 NOH ( quartenary
amine). Dalam notasi diatas R menunjukan polimer hidrokarbon
dan R1 menunjukkan gugus tertentu misalnya CH2.
b. Cation exchange resin (resin penukar kation), yaitu resin
yang mempunyai kemampuan menyerap/ menukar kation-kation
seperti Ca, Mg, Na dsb. Yang ada dalam air. Contoh : Hidrogen
zeolith (H2Z), resin organic yang mempunyai gugus aktif
SO3H(R.SO3H), dan sulfonated coal.
WATER FOR INJECTION
Water for Injection : adalah air bebas pyrogen yang dibuat dari
proses depirogenasi purified water menggunakan water for
Injection generator. Air jenis ini dipakai sebagai pelarut obat tetes
mata ataupun sebagai air untuk sanitasi mesin- mesin untuk
proses steril. Persyaratan dari air ini adalah harus bebas bacterial
endotoxin dan harus steril.
PENYIMPANAN
Untuk penyimpanan water for injection harus didalam
tanki dan dijaga pada panas lebih dari 80ºC dan diputar
dengan looping system, secara periodik dilakukan
proses sterilisasi pada pipa- pipa yang dilalui oleh air
jenis ini dengan menggunakan clean steam (pyrogen
free steam) pada temperatur tidak kurang dari 121ºC
selama tidak kurang dari 20 menit.
PORTABLE WATER
Portable water digunakan untuk bahan baku pembuatan
purified water (PW), Highly purified water (HPW) dan
water for injection (WFI).
Untuk pencucian awal alat-alat yang kontak produk tetapi
pembilasan akhir harus dg PW atau WFI Untuk pendingin
atau pemanas pada HE atau DJ Tank dll.
Mutunya harus selalu memenuhi syarat
PORTABLE WATER
Dilakukan pemeriksaan kimia maupun mikrobiologi
Sumbernya : Well water, surface water
Dipengaruhi oleh musim, shg validasi water system harus
melewati semua musim (minimal 1 tahun)
Ditetapkan alert limit (batas waspada) dan action limit (batas
ambil tindakan)
Misalnya Action limit mikrobiologi ditetapkn 500 cfu/ml, maka
jika hasil pemeriksaan 500 cfu/ml harus segera diambil tindakan
sesuai SOP (misalnya disanitasi)
HIGH PURITY WATER
HPW dimaksudkan untuk digunakan dalam penyusunan
produk medis dimana air berkualitas biologis tinggi
diperlukan kecuali WPI diperlukan. (BP 2003)
Diproduksi dengan cara : double passed RO
dikombinasikan dengan ultrafiltrasi atau deionisasi.
Spesifikasi HPW
HIGH PURITY WATER
Pemerian : jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
Nitrat : max 0.2 ppm
Aluminium : 10 ug/L (untuk dialysis solution)
Heavy metal : max 0.1 ppm
Endotoksin : kurang dari 0.25 IU/ml
Conductivity : 1.1 uS/cm pada 20C
Action limit : 10 CFU/100 ml dengan membran filtration
minimum sampel 200 ml
WATER FOR INJECTION
Water For Injections merupakan air yang digunakan untuk
produksi sediaan injeksi. Dengan demikian, syaratnya sangat
ketat. Water for Injection bukanlah air steril dan bukan final
dosage form. WFI merupakan produk ruah intermediet
(intermediate bulk product).
WATER FOR INJECTION
International pharmacopoeia dan European
Pharmacopoeia mengharuskan Destilasi sebagai tahap
final purifikasi. (Bebas pyrogen, bebas endotoxin, bebas
microba, bebas kandungan kimia, dan bebas partikel,
serta menggunakan destilasi sebagai tahap akhir
pemurnian
Di dalam pharmacopoeial WPU, Water For Injection
merupakan kualitas paling tinggi dari jenis air – air
lainnya untuk industri farmasi. Cara/teknik pemurnian
termasuk bagian dari spesifikasi dari WFI.
WATER FOR INJECTION
Diproduksi dengan cara destilasi dari PW
Spesifikasi WFI :
Pemerian : jernih, tidak berwarna, tidak berbau tidak
berrasa
Nitrat maksimum 0.2 ppm
Aluminium maksimum 10 ug/l (untuk dialysis solution)
Logam berat maksimum 0.1 ppm
WATER FOR INJECTION
Conductivity : maks 1.1 us/cm pada 20 C
Conductivity : 1.1 uS/cm pada 20C
Action limit : 10 CFU/100 ml dengan membran filtration
minimum sampel 200 ml
BACTERIOSTATIC WFI (USP)
Uji pirogenitas :
Dengan mengukur peningkatan suhu tubuh kelinci percobaan
yang disuntikan dengan sediaan uji pirogenitas secara
intravena
CARA MENYEDIAKAN UAP AIR BERSIH
PADA UNIT PRODUKSI STERIL
V = w. E. V’
W=
• Osmolalitas
Larutan molal adalah jika 1 mol zat terlarut terdapat dalam 1
kg zat pelarut.
Osmolalitas : molal x jumlah ion dalam larutan
• Osmolaritas
Osmolaritas : Molar x jumlah partikel yang terdisosiasi
Osmolaritas 1 mol/L larutan natrium klorida adalah :
1 (jumlah mol) x 2 (jumlah partikel) = 2 osmol/L
Osmolaritas 1 mol/L larutan glukosa adalah 1 x 1 = 1 osmol/ L
MENGATUR TONISITAS LATURAN
PARENTERAL
Jika zat aktif dari sediaan injeksi tidak stabil dalam air,
maka pengatasannya dengan dibentuk sediaan kering steril
atau dengan sistem kosolvensi. Aqua kosolven : pelarut
pembantu tidak pernah dipakai tunggal, tetapi campuran.
Macam-macam kosolven yang bisa digunakan : glikol,
etanol/alkohol, dimetil asetamid, dimetil formasmide,
DMSO, aseton, asam organik (asam laktat dan asam sitrat),
surfaktan (chremophor, lesitin).
DEFINISI & PRINSIP-PRINSIP FORMULASI
SEDIAAN PARANTERAL VOLUME BESAR (LVP)
Definisi :
Injeksi ini besar untuk digunakan dengan infuse i.v biasanya
cairan i.v dan di golongkan ke dalam kelompok produk steril
yang terdiri dari injeksi volume tunggal yang mempunyai
volume 100 ml atau lebih, dari dalam pewadahan tidak
ditambahkan bahan-bahan, cairan intravena dikemas dalam
wadah 100-1000ml (RPS 18 th:1570).
LVP digunakan juga sebagai pembawa untuk obat lain, dan
merupakan cara untuk menyediakan nutrisi parenteral.
PENGGUNAAN KLINIK LVP
1. Kelarutan
pada umumnya obat-obatan yang digunakan untuk
membuat sediaan parenteral volume besar mudah larut.
2. pH
pH perlu diperhatikan mengingat pH yang tidak tepat dapat
berpenagruh pada darah. pH darah normal 7.5-7.45.
KONSEP FORMULASI LVP
3. Pembawa
5. Faktor kemasan
Bahan wadah berpengaruh terhadap kestabilan obat
parenteral volume besar seperti gelas, plastik dan
tutup karet.
KONSEP FORMULASI LVP
c. Stabilisasi LVP
Untuk bahan penambah seperti dapar,
antioksidan, komplekson, jarang ditambahkan pada
sediaan parenteral volume besar.
KONDISI PEMRORESAN YANG
MEMPENGARUHI FORMULASI LVP
Isotonis
Pengawetan
Dengan pengecualian sediaan yang digunakan pada mata luka atau untuk
tujuan pembedahan, dan dapat dibuat sebagai obat bertakaran tunggal.
Pengawet yang sering digunakan adalah thiomersal (0.002%), garam fenil
merkuri (0,002%), garam alkonium dan garam benzalkonium (0,002-
0,01%), dalam kombinasinya dengan natrium edetat (0,1%), klorheksidin
(0,005-0,01%), klorbutanol (0,5%), dan benzilalkohol (0,5-1%).
SYARAT SEDIAAN
OPTHALMIC
Pendaparan
2. Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat
kimia bahan obat, pH produk, metode penyimpanan (khususnya
penggunaan suhu), zat tambahan larutan dan tipe pengemasan
PERTIMBANGAN PROSES
PEMBUATAN SEDIAAN
OPTHALAMIC
3. Buffer dan pH
Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang ekuivalen dengan
cairan mata yaitu 7,4. Dalam prakteknya, ini jarang dicapai. mayoritas
bahan aktif dalam optalmologi adalah garam basa lemah dan paling
stabil pada pH asam. ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi
kortikosteroid tidak larut suspensi biasanya paling stabil pada pH
asam.
4. Tonisitas
USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untu
memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan
aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metilselulosa, polivinil alkohol dan
hidroksi metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk
PERTIMBANGAN PROSES
PEMBUATAN SEDIAAN
OPTHALAMIC
5. Additives/Tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata
diperbolehkan, namun demikian pemilihan dalam jumlah
tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium Bisulfat atau
metabisulfat, digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%,
khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin
KOMPONEN NON-
TERAPEUTIK DALAM
SEDIAAN OPTHALMIC
1. Pengawet Anti Mikroba
Pengawet diperbolehkan untuk menjaga sterilitas produk setelah kemasan dibuka dan
selama pengunaan oleh pasien. Pemilihan zat pengawet juga dibatasi dalam hal stabilitas
fisika dan kimia, kompatibilitas dan masalah keamanannya.
2. Timerosal
3. Klorobutanol
6. Polikuat
KOMPONEN NON-
TERAPEUTIK DALAM
SEDIAAN OPTHALMIC
2. Pembuffer
3. Peningkat viskositas
Beberapa produk obat mata topikal mengandung bahan
peningkat viskositas untuk meningkatkan waktu retensi,
mengurangi laju pengeluaran dan meningkatkan bioavaibilitas
mata.
KOMPONEN NON-
TERAPEUTIK SEDIAAN
OPTHALMIC
4. Bahan pengatur osmolaritas
Tonisitas (osmolaritas) penting pada produk obat mata cair untuk meminimalkan
potensi ketidaknyamanan selama penetesan ke dalam mata.
Untuk larutan Non Elektrolit:
mOsm/liter = konsentrasi dalam gram/liter x 1000
berat molekul dalam gr
Untuk larutan Elektrolit kuat:
mOsm/liter = konsentrasi dlm g/liter x jumlah ion yg terbentuk x 1000
berat molekul dalam gr
KOMPONEN NON-
TERAPEUTIK SEDIAAN
OPTHALMIC
Hubungan osmolaritas dengan tonisitas
Osmolaritas (m osmole/liter) Tonisitas
Ø 350 Hipertonis
329 – 350 Sedikit hipertonis
270 – 328 Isotonis
250 – 269 Sedikit hipotonis
0 – 249 Hipotonis
KOMPONEN NON-
TERAPEUTIK SEDIAAN
OPTHALMIC
Dasar salep yang dipilih :
Tidak mengiritasi mata
Bahan obat berdifusi ke seluruh mata
Titik leburnya mendekati suhu tubuh
Bahan yang digunakan harus halus
bahan dasar yang mudah dicuci dengan air
Mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu
tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat
KOMPONEN NON-
TERAPEUTIK SEDIAAN
OPTHALMIC
Basis salep yang dipilih :
• Cairan petrolatum (minyak mineral)
• Campuran dari petrolatum
• Zat yang bercampur dengan air (Lanolin)
• Mengandung vaselin
• Dasar absorpsi atau dasar salep larut air
STERILITAS DAN
STERILISASI
sterilitas : infertilitas yang bersifat permanen.
Bisa juga mengacu pada kondisi bebas kuman
(steril)
Sifat :
Mudah terbakar jika tercampur udara
Penggunaan:
Diencerkan dengan gas inert (CO2 atau
hidrokarbon terflourinasi)
Lama Kerja : 4 – 16 jam
Mekanisme kerja :
Mengganggu metabolisme sel bakteri
ETILEN OKSIDA
Syarat :
Tidak timbul reaksi kimia
Tiak merusak senyawa obat
PERLENGKAPAN
STERILISASI GAS
Alat sterilisasi gabungan disusun mirip
autoklaf
Diperlukan pengawasan khusus
Waktu
Temperatur
Kadar gas
kelembapan
STERILISASI RADIASI
• MH lampu keramik
• Lampu natrium-uap
Dimana :
N= populasi mikroba
Dimana :
D0= nilai D suhu awal T0
Dx= nilai D dari suhu Tx
STUDI F0-VALUE
F0-value : sebagai waktu sterilisasi ekuivalen (dalam
menit) objek yang doekspose terhadap lingkungan jenuh
uap air pada suhu 121oC dan merupakan nilai keseluruhan
yang berasal dari formula tertentu sebagai berikut :
STUDI F0-VALUE
Dimana :
L = kecepatan kematian 10
t = variable waktu
T0 =waktu proses awal
Tt = waktu proses akhir
T(t) = variable suhu yang tergantung pada waktu/0C
Z = perbedaan suhu yang menyebabkan 10 kali perubahan
dalam kecepatan kematian
PENDEKATAN OVERKILL
Bakteri aerob adalah bakteri yang hidupnya memerlukan oksigen bebas. Bakteri yang
hidup secara aerob dapat memecah gula menjadi air, CO2 , dan energi. Bakteri aerob
secara obligatadalah bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas dalam hidupnya,
misalnya, bakteri Nitrosomonas.
Anaerob
Bakteri anaerobadalah bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen bebas, misalnya, bakteri
asam susu, bakteri Lactobacillus bulgaricus, dan Clostridium tetani. Akan tetapi, jika
bakteri tersebut dapat hidup tanpa kebutuhan oksigen secara mutlak atau dapat hidup
tanpa adanya oksigen, bakteri itu disebut bakteri anaerob fakultatif.
UJI STERILITAS
1. Uji inokulasi kedalam media sediaan uji
Pengujian langsung dari sampel dalam media
pertumbuhan.
LAL test
Metode spesifik untuk bakteri enterotoksin/ pirogen yang
signifikan berada di pabrik farmasetikal dan peralatan medis.
Berdasarkan mekanisme penggumpalan darah dari
kepiting( Limulus polypemus)
Penghilangan pirogen
a. Membilas dengan API steril
b. Destilasi
c. Ultrafiltrasi
d. Osmosa balik
e. Karbon aktif
f. Daya tarik elektrostatik
g. Daya tarik hidrofobik
METODE PENGHILANGAN
PIROGEN DARI SEDIAAN STERIL
Depth filter
filter berbagai filter yang menggunakan porous media filtrasi untuk mempertahankan partikel di
seluruh media, bukan yang hanya di permukaan medium.
Cake filter
Bahan padat /setengah padat terkonsentrasi yang dipisahkan dari cairan dan tetap pada filter setelah
penyaringan tekanan.
Membrane Filter
Film polimer dengan peringkat pori tertentu, penghalang fisik dan menangkap partikel seperti pada
permukaan membran
JENIS WADAH
1. Wadah dosis tunggal
wadah yang kedap udara yang mempertahankan jumlah obat steril
untuk pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan yang bila
dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali yang dengan jaminan tetap
steril. Contoh: ampul.
Sterilisasi
Dengan Pemanasan Basah autoklav pada suhu 121°C salama 15 menit.
Depirogenasi
Meliputi kombinasi pengeringan, oksidasi dan pembakaran. Di keringkan dan di
panaskan 250°C selama 45 menit dalam oven dan laminar air flow.
KATEGORI PLASTIK
1. Termoset
stabil pada pemanasan dan tidak dapat dilelehkan dan tidak dapat
dibentuk ulang. untuk membuat penutup wadah gelas atau logam.
2. Ter moplastik
plastik yang dapat dibentuk ulang dengan proses pemanasan. Polimer
termoplastik digunakan dalam pembuatan berbagai jenis
wadahsediaan farmasi.
KEUNTUNGAN DAN
KERUGIAN PLASTIK
Keuntungan
Fleksibel dan tidak mudah rusak/pecah
Lebih ringan
Dapat disegel dengan pemanasan
Mudah dicetak menjadi berbagai bentuk
Murah
Kerugian
Kurang inert
Beberapa mengalami keretakan dan distorsi jika kontak dengan beberapa senyawa kimia
Beberapa sangat sensitif terhadap panas
Kurang impermeabel terhadap gasdan uap seperti gelas
Dapat memiliki muatan listrik yang akan menarik partikel
Zat tambahan pada plastik mudahdilepaskan ke produk yang dikemas
Senyawa-senyawa seperti zat aktif dan pengawet dari produk yang dikemas dapat tertarik
ZAT-ZAT ADITIF PADA BAHAN
WADAH PLASTIK
1. Antioksidan
Contoh: fosfat dan tioester.
2. Stabilizer
Contoh: garam asam lemak, oksida anorganik, organometalik.
3. Lubricant
Contoh , logam stearat, lemak paraffin, silicon, fatty alcohol.
4. Plasticizer
Contoh: dialkil phtalat, polimer dengan BM kecil.
5. Filler (Bahan Pengisi)
polimer memperbaiki fleksibilitas
6. Colorant (Bahan Pewarna)
untuk memberikan warna pada plastik
JENIS-JENIS PLASTIK:
Poly (vinyl Chloride)
Polyethylene Terephtalate (PET)
Acrylic multi polymer (Nitrile Polymers)
Polycarbonate
Nylon
Polystyrene
Polyolefins
KARET TUTUP PADA
WADAH SEDIAAN STERIL
Karakteristik:
Bahan: campuran kompleks polimer dasar (elastomer), pengisi, akselerator ,vulcanizing
agent (bahan vulkanisir) dan pigmen.
Sifat:
Permukaan harus licin dan tidak berlubang
Menutup rongga-rongga kecil pada permukaan
Kekerasan dan elastisitasnya harus mencukupi
Mudah ditembus oleh jarum syringe hipodermik dan menutup rapat kembali dengan
cepat
Tak mengalami perubahan sifat akibat proses sterilisasi
Impermeabel terhadap udara dan lembab
JENIS KARET YANG DI
PAKAI:
Karet alami atau mentah
Berasal dari lateks(getah)Hevea brasiliensis
Karet sintetis
Memiliki sifat lebih resisten terhadap temperatur tinggi dan waktu,
serta lebih mahal dibandingkan karet alami
BAHAN TAMBAHAN
PADA TUTUP KARET
Vulcanizing agent
Akselerator
Aktivator
Antioksidan-antiozon
Plasticizer- lubrikan
Pengisi
Pigmen
PRINSIP PENGENDALIAN
R. ASEPTIK PRODUKSI
STERIL.
Bebas mikroorganisme aktif (udara yang ada di dalam ruangan
disaring dengan HEPA filter agar mendapatkan udara yang bebas
mikroorganisme dan partikel)
Minimal terbagi atas tiga area, yaitu area kotor (black area),
intermediate area (grey area), dan area bersih (white area).
METODE VENTILASI UDARA
YANG MENGHASILKAN
UDARA BERSIH
AHU(Air Handling Unit)
seperangkat alat yang dapat mengontrol suhu, kelembaban, tekanan
udara, tingkat kebersihan (jumlah partikel/mikroba), pola aliran udara,
jumlah pergantian udara dll.Bagian alat dari AHU diantaranya:
Dumper,Ducting.,Filter,Static Pressure Fan (blower) dan Cooling coil.
KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM
( Tanpa pendinginan )
Air Handling System dengan perlengkapan seperti diatas hanya menghasilkan udara
dengan kualitas tertentu tetapi tidak mendinginkan ruangan. 223
KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM
( Tanpa pendinginan )
INLET
GRILL
OUTLET
GRILL
DIFFUSER
225
KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM
_________________________________
Posisi Pemasangan
MEDIUM-FILTER
( Didalam housing )
DUCTING
DAMPER
227
KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM
_________________________________
Posisi Pemasangan
DIFFUSER DIFFUSER
Inlet grill return grill
PERHATIAN :
Diskusi tentang posisi
yang baik untuk inlet
grill dan return grill
228
HVAC ( HEATING VENTILATION AND AIR
CONDITIONING)
Adalah bahan yang digunakan untuk menyaring udara dalam Air Handling System
dengan tujuan untuk menghasilkan udara yang lebih bersih setelah melaluinya.
Dalam HVAC dikenal 3 jenis filter yang biasa terpasang dalam pabrik farmasi :
1. Filter kasar atau coarse filter atau lazimnya disebut “pre filter.
Filter ini mempunyai efisiensi 30% - 40%
2. Filter menengah atau medium filter.
Filter ini mempunyai efisiensi 85% - 95%
3. Filter halus atau HEPA ( High Efficiency Particulate Air )
Filter ini mempunyai efisiensi 99,997%
Pre-filter dan medium filter terpasang dalam rumah filter (bahasa populer : housing)
sedangkan filter HEPA terpasang dalam ruangan.
Satu jenis yang lain filter ultra halus , belum lazim digunakan, tidak dibicarakan
229
F I L T E R
______________________
Arti Efisiensi
Kemampuan filter untuk menahan dan membersihkan udara yang melaluinya
PRE FILTER
30% - 40% 2 dari 3 lolos
MED- FILTER
85% - 95% 1 dari 16 lolos
230
KESIMPULAN : PERSENTASE EFISIENSI MENUNJUKKAN KERAPATAN
H VAC
______________________
Kualitas Udara Yang Dihasilkan
4. KELAS ≤ 100.000
( Grey )
1. PARTIKEL 1. ARTI
a. Udara mengandung partikel ≤100 / feet 3.
b. Udara dihasilkan dari filter HEPA yang terpasang
pada seluruh langit-langit (plafond) atau satu
2. KELAS 100
sisi dinding yang meniupkan udara kedalam
ruangan.
c. Filter akhir yang terdapat pada seluruh area tsb
3 KELAS 10.000 adalah filter HEPA dengan efisiensi 99.997 %.
( White ) d. Terminal HEPA filter adalah plafond atau dinding.
2. LOKASI
a. Dalam ruangan atau bench Laminar Air Flow (LAF)
4. KELAS ≤ 100.000
( Grey ) b. Dalam ruangan atau kamar yang seluruh langit-2
(plafond) nya atau 1 sisi dinding terdiri dari filter
HEPA.
5. KELAS > 100.000 3. DISYARATKAN BAGI
( Black )
a. Ruang dalam (Bench) Laminar Air Flow (LAF)
232
b. Aktivitas pengisian ( filling ) sediaan steril.
Hubungan antara HVAC dan LAF
______________________
Kualitas Udara Yang Dihasilkan
1. PARTIKEL
Satu bagian dinding
mensupply atau me-
masok udara melalui
filter HEPA.
2. KELAS 100
( Bagaimana dengan
ruangan ? )
4. KELAS ≤ 100.000
( Grey )
233
F I L T E R
______________________
Kualitas Udara Yang Dihasilkan
1. PARTIKEL
1. ARTI
a. Udara mengandung partikel max 10.000 / feet 3.
b. Udara dihasilkan dari filter HEPA yang terpasang
2. KELAS 100
pada terminal tertentu yang meniupkan udara
kedalam ruangan.
c. Filter akhir yang terdapat pada terminal tertentu
3 KELAS 10.000 tsb adalah filter HEPA dengan efisiensi 99.997 %.
( White ) d. Inlet air grill adalah filter HEPA.
2. LOKASI
2. KELAS 100
3 KELAS 10.000
( White )
4. KELAS ≤ 100.000
( White )
1. PARTIKEL
1. ARTI
a. Udara mengandung partikel ≤100.000/feet3.
b. Udara dihasilkan dari filter MEDIUM yang
2. KELAS 100
terpasang pada blower / fan untuk menyaring
udara yang akan ditiupkan melalui ducting
kedalam ruangan.
3 KELAS 10.000
( White ) 2. LOKASI
a. Dalam ruang pengolahan sediaan non steril
b. Dalam ruang sampling
4. KELAS ≤ 100.000
( Grey ) 3. DISYARATKAN BAGI
Ruang pengolahan sediaan non sterilsteril.
1. PARTIKEL
2. KELAS 100
3 KELAS 10.000
( White )
4. KELAS ≤ 100.000
( Grey )
1. PARTIKEL
2. KELAS 100
1. ARTI
a. Udara mengandung partikel > 100.000/feet3.
b. Udara dihasilkan dari filter kasar atau pre
3 KELAS 10.000
( White ) filter yang terpasang pada blower / fan untuk
menyaring udara yang akan ditiupkan melalui
atau tanpa ducting kedalam ruangan.
4. KELAS ≤ 100.000
( Grey ) 2. LOKASI
Dalam ruang non pengolahan.
3. DISYARATKAN BAGI
5. KELAS > 100.000
( Black ) Ruang non pengolahan.
238
F I L T E R
______________________
Kualitas Udara Yang Dihasilkan
1. PARTIKEL
2. KELAS 100
3 KELAS 10.000
( White )
4. KELAS ≤ 100.000
( Grey )
239
LANJUTAN...
LAF(Laminair airflow)
Tempat bekerja secara aseptic, untuk tes sterilitas, aseptic dispensing,
dan i.v. mixture (pencampuran obat suntik). Tekanan yang ada di
dalam ruangan laminair airflow dibuat menjadi tekanan negatif.
LETAK DAN DESAIN
CLEANING ROOM
Cleaning room di kaktegorikan ke dalam dua
kelas :
• Ruang Kelas I (White area)
• Ruang Kelas II (Grey area)
Ruang kelas I berada di ruang kelas II namun
terdapat LAF di dalamnya
JELASKAN PERSONEL
SEBAGAI SUMBER
KONTAMINASI.
Operator atau petugas merupakan media paling
baik dalam pertumbuhan
mikroorganisme,Petugas produksi steril harus
bebas dari kotoran dan mikroorganisme dengan
mengganti baju, dan menggunakan antiseptik
untuk menyeterilkan badan.
ANALISIS RESIKO
LINGKUNGAN