Anda di halaman 1dari 244

TEKNOLOGI FARMASI

SEDIAAN STERIL
SEDIAAN PARENTERAL

Definisi:

Sediaan steril yang digunakan tanpa melalui


mulut namun langsung ke dalam pembuluh
darah sehingga memperoleh efek yang cepat
dan langsung sampai sasaran.

Bentuk Obat:

1. Infus
2. Injeksi (larutan, suspensi, emulsi)
SEDIAAN PARENTERAL
Produk parenteral didesain dan digunakan
tanpa melalui mulut serta tidak melewati
saluran cerna, sedangkan produk enteral di
desain dan digunakan melalui mulut dan
melewati proses cerna.
SEDIAAN PARENTERAL
Keuntungan : Kerugian :
1. Pemberian obat harus dilakukan o/
1.Respons fisiologis segera personel terlatih (dokter) tidak o/
2.Untuk obat yang tidak efektif jika pasien.
diberikan secara oral karena 2. Pemberian obat perlu waktu lebih
lama dr bentuk sediaan lain.
obat mudah rusak akibat sekresi
lambung. 3. Pemberian obat perlu teknik aseptis.
3.Pengobatan pada pasien yang 4. Menimbulkan rasa nyeri pada lokasi
penyuntikkan
tidak sadar
4.Bila diinginkan efek lokal 5. Sukar menghilangkan efek fisiologis
jika obat sudah berada dalam
5.Koreksi gangguan sirkulasi sistemik.
kesetimbangan cairan & 6. Harga lebih mahal
elektrolit (dg diinfus)
SEDIAAN PARENTERAL

Persyaratan:

1. Dosis obat dalam sediaan harus sesuai dg etiket &


tidak terjadi pengurangan kualitas selama
penyimpanan
2. Penggunaan wadah yang cocok & tidak terjadi
interaksi antara obat dengan material dinding wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi.
4. Bebas kuman & pirogen.
5. Isotonis, isohidris dan bebas partikel melayang
INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL

1. Untuk menjamin penyampaian obat yang belum


diketahui sifat-sifatnya ke dalam suatu jaringan
yang sakit dalam kadar yang cukup.

Contoh :
Pemberian injeksi antibiotik gol. aminoglikosida
secara intraventrikular  sulit menembus lap.
pembatas darah-otak-selaput otak yg dilakukan pd
penderita radang selaput otak
INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL

2. Pengendalian langsung terhadap parameter farmakologi


tertentu (kadar puncak dalam darah, dll)

3. Menjamin dosis dan kepatuhan terhadap obat (khusus


untuk penderita rawat jalan)

4. Mendapatkan efek obat yang tidak mungkin dicapai


melalui rute lain
contoh: insulin tdk dapat diabsorpsi/rusak oleh asam
lambung jika diberikan secara oral
INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL

5. Penderita yang 7. Mendapatkan efek lokal yang


tidak sadarkan diri / diinginkan : anastesi lokal pada
gila. pencabutan gigi

6. Memperbaiki dengan cepat


cairan tubuh atau ketidak-
seimbangan elektrolit atau
mensuplai kebutuhan nutrisi.
MASALAH YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM
PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL

Bahaya dan komplikasi umum :

1. Sepsis, Trombosis (i.v, intraarterial),


2. Reaksi terhadap bahan asing yg tak terlarut (iv /
intra-arterial),
3. Ketidaktercampuran & reaksi karena pH serta
tonisitas ekstrim,
4. Reaksi hipersensitivitas, over dosis, emboli udara
( iv dan intraarterial), demam dan keracunan.
MASALAH YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM
PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL

Bahaya dan komplikasi khusus :


Disebabkan oleh senyawa yang
disuntikkan, meliputi beberapa efek
samping yang sifatnya idiosinkratik
terhadap senyawa yang diberikan
(trombositopenia, anemia,
neutropenia), imunosupresi, aritmia,
rasa nyeri.
RUTE-RUTE
PEMBERIAN
SEDIAAN
PARENTERAL
3 Rute utama pemberian
sediaan parenteral :
1. Intramuskular
2. Intravena
3. Sub kutan.

Rute lain : intraperitonial,


intratekal, intradermal,
Intraspinal, dll
RUTE-RUTE UTAMA -
INTRAMUSKULAR
Intramuskular
Injeksi langsung ke dalam bagian otot relaksasi, meliputi :
• Otot gluteal
• Otot deltoid
• Otot trisep
• Otot pektoral
• Vastus lateralis.
o Zat aktif dengan kerja lambat serta
INTRAMUSK mudah terakumulasi dapat
ULAR menimbulkan keracunan.
o Contoh : Injeksi kamfer, injeksi
o Larutan sedapat mungkin
kinin antipirin, injeksi fenilbutazon,
dibuat isotoni injeksi amidopirin, injeksi kortison
o bersifat mengiritasi jaringan asetat.
subkutan
o Membutuhkan laju absorbsi
yang cepat
o Dapat diberikan dalam
volume hingga 5,0 ml
o menggunakan syringe 3 – 5
mL
o Sudut penyuntikan 90°
RUTE-RUTE
UTAMA -
INTRAVENA
Intravena
Injeksi langsung ke dalam vena
(pembuluh darah).
Dalam jumlah kecil tidak mutlak
harus isotoni dan isohidri.
Dalam jumlah besar harus isotoni
dan isohidri
Tidak tepat untuk zat aktif yang
merangsang dinding pembuluh
darah.
INTRAVENA
Sediaan yang diberikan Tidak diperkenankan
umumnya berbentuk larutan penggunaan zat aktif penyebab
sejati dengan pembawa air. hemolisa seperti plasmokhin,
Penggunaan suspensi masih saponin, nitrobenzol, nitrit dan
sulfonal.
dipertentangkan dengan
membatasi ukuran partikel Pemberian larutan 10 mL atau
zat aktif < 0,1 µm, ukuran lebih besar sekali suntik, harus
yang lebih besar dapat bebas pirogen.
menyebabkan emboli.
Contoh : injeksi kalsium
glukonat, injeksi aminofilin,
infus glukosa, infus Ringer.
TUJUAN PEMBERIAN
INTRAVENA
Tujuan pemberian intravena :
a. Menjamin penyampaian dan distribusi obat dalam keadaan
syok
b. Mengembalikan segera kesetimbangan elektrolit dan cairan
tubuh
c. Efek farmakologis yang segera (darurat)
d. Pengobatan infeksi yang serius
e. Pemberian nutrisi secara kontinyu
f. Mencegah komplikasi lainnya jika diberikan melalui rute
lainnya.
g. Untuk tujuan khusus : transfusi darah, plasmaferesis dll.
KOMPLIKA
SI INTRA
VENA
Komplikasi yang dapat terjadi karena pemberian secara intravena :
a.Trombosis
b.Penyuntikan mikroorganisme, toksin, partikel atau udara.
c. Ketidaktercampuran fisik atau kimia beberapa senyawa sebelum
atau pada saat penyuntikan.
d. Pemberian obat yang tidak terkontrol dan berlebihan
RUTE-RUTE UTAMA -
SUBKUTAN
Sub Kutan
Penyuntikan dilakukan ke dalam jaringan longgar di bawah kulit (dermis),
disuntikkan ke dalam tubuh melalui bagian yang sedikit lemaknya.

Larutan yang disuntikkan


sebaiknya isotoni dan isohidri
dengan kerja zat aktif lebih
lambat dibandingkan dengan
pemberian intravena dan
intramuskular.
Sudut penyuntikan 45-90°
SUBKUTAN Larutan yang sangat
menyimpang isotoninya dapat
menimbulkan rasa nyeri atau
nekrosis dan absorpsi zat aktif
tidak optimal.
Obat yang diberikan melalui rute
sk : insulin, vaksin, narkotika,
epinefrin, vit B12.
Obat yang tidak boleh diberikan
melalui rute sk : yang bersifat
asam kuat, basa kuat, iritan, yang
dapat menimbulkan rasa sakit,
inflamasi, nekrosis jaringan.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN
OBAT SECARA PARENTERAL
1. Kelarutan obat dan volume injeksi
- Obat harus terlaut sempurna, lebih disukai dalam air, sblm dapat
diberika scr injeksi intra vena.
- Kelarutan obat dalam pembawa dan dosis yg diperlukan untuk
menghasilkan efek erapetik akan menentukan volume injeksi yg
harus diberikan.
- Rute pemberian obat scr parenteral selain iv memiliki
ketrbatasan dalam hal volume injeksi yang dapat diberikan.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN
OBAT SECARA PARENTERAL
2. Karakteristik bahan pembawa
- Pembawa air : dapat diberikan melalui rute
parenteral apa saja.
- Pembawa non air : yg dap bercampur atau tidak
dengan air biasanya diberiakn dgn im.
- Larutan suntik dengan pelarut campur.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN
OBAT SECARA PARENTERAL
3. Ph atau osmolaritas larutan injeksi
- Larutan suntik harus di formulasi pH dan
osmolaritas yg sama dengan cairan tubuh (isohidri
dan isotoni).
- Terkait dengan masalah stabilitas,kelarutan
atau dosis
- Pada umumnya larutan parenteral hipertonis
dikontraindikasikan untuk penyuntikan sub kutan
atau intramuskular.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN
OBAT SECARA PARENTERAL
4. Jenis bentuk sediaan obat
- suspensi : hanya im dan sc. Tidak boleh iv
atau rute parenteral selain diatas krna obat
langsung masuk ke cairan biologis atau jaringan
sensitif(otak dan mata).
- Serbuk untuk injeksi atau dilarutkan sempurna
dalam pembawa yg sesuai sebelum diberikan.
FAKTOR FARMASETIK YANG
MEMPENGARUHI PEMBERIAN
OBAT SECARA PARENTERAL
5. Komposisi bahan pembantu
- Sediaan parenteral berulang mengandung
antimikroba sebagai pengawet, selain itu dapat
mengandung surfaktan untuk mendpatkan
kelarutan yang sesuai. Surfaktan dapat merubah
permeabilitas membran, sehingga harus diketahui
keberadaannya ketika akan diberikan secara
subkutan atau intramuskular.
ASPEK BIOFARMASI
SEDIAAN INJEKSI
Pengaruh Kelarutan Obat Terhadap
Absorbsi Obat Secara Injeksi

1. Larutan Dalam Air 2. Suspensi Dalam Air


Penambahan bahan Penyuntikan suspensi dalam air
makromolekul yang larut air ke dapat memperlama aksi obat dan
dalam larutan dengan pelarut aksi ini tergantung pada ukuran
air dapat memperlama waktu partikelnya. Karena pemakaian
aksi zat yang terkandung partikel berukuran yang lebih
besar akan menyulitkan
penyuntikan dan menimbulkan
rasa sakit
PENGARUH KELARUTAN
OBAT TERHADAP
ABSORBSI OBAT SECARA
INJEKSI
3. Larutan dan Suspensi Dalam Minyak
Pelepasan zat aktif dari larutan atau suspensi dalam pembawa minyak jauh
lebih sulit dibandingkan dengan pembawa air

4. Pengendapan Zat Aktif pada Tempat Penyuntikan


Molekul tertentu yang diberikan dalam larutanair atau larutan campuran air
pelarut organik akan mengendap pada tempat penyuntikan karena pengaruh
perbedaan pH antara pembawa dan cairan biologik. Pengendapan juga dapat
memperpanjang aksi zat aktif. Misal untuk pembiusan setempat
PROSES ABSORBSI DALAM
BERBAGAI BENTUK FISIK
SEDIAAN
Larutan dalam air fastest release
Suspensi dalam air
Larutan dalam minyak
Emulsi O/W
Emulsi W/O
Suspensi dalam minyak slowest release
LARUTAN DALAM AIR

Obat padat
Obat larut dalam
dengan partikel disolusi cairan tubuh
halus

r t i si
Pa
i d an
if u s
Obat diserap D
LARUTAN DALAM MINYAK

Obat larut dalam Obat larut dalam


Partisi cairan tubuh
minyak

r t i si
Pa
i d an
if u s
Obat diserap D
EMULSI
Obat larut dalam Obat larut dalam
Partisi fase air
fase minyak

pencampuran
pengenceran

Difusi
Difusi dan Obat larut dalam
Obat diserap Partisi cairan tubuh
SUSPENSI DALAM
MINYAK
Obat larut dalam Obat larut dalam
Partisi fase minyak
fase air

cairan jaringan
Partisi ke
Difusi dan Obat larut dalam
Obat diserap Partisi cairan tubuh
SISTEM SIRKULASI
DARAH DAN LIMFATIK
FAKTOR- FAKTOR FISIOLOGIS
YANG MEMPENGARUHI
ABSORPSI OBAT
1. Umur
2. Berat Badan
3. Luas Permukaan Tubuh
4. Jenis Kelamin
5. Status Patologi
6. Toleransi
7. Terapi dengan Obat Yang Diberikan Bersamaan
8. Waktu Pemakaian
9. Bentuk Sediaan dan Cara Pemakaian
SMALL VOLUME PARENTERALS (SVP)

Definisi:
Menurut USP SVP adalah injeksi yang dikemas
menurut label pada kemasan, mengandung 100 ml atau
kurang.

Tipe Produk SVP:


1. Sediaan Oftalmik
2. Injeksi (i.v ; i.m ; s.c ; dll)
KATEGORISASI SVP MENURUT USP
BERDASARKAN WUJUD FISIKNYA
1. Produk farmasi
contoh : suspensi dan emulsi
2. Produk biologi
contohnya: vaksin dan ekstrak biologi
3. Agen pendiagnosa
4. Ekstrak alergi
5. Produk radio farmasi
6. Produk gigi
7. Produk bioteknologi
8. Liposom dan produk lipid
JENIS-JENIS PELARUT

1. Pelarut Air
2. Pelarut non air yang dapat bercampur dengan air
3. Pelarut non air yang tidak dapat bercampur dengan air.
PELARUT AIR

Air merupakan pelarut yang paling banyak digunakan


dalam sediaan injeksi karena sifatnya yang dapat
bercampur dengan cairan fisiologis tubuh :
a. Air mempunyai harga konstanta dielektrik yang tinggi
sehingga dapat melarutkan senyawa an-organik
seperti elektrolit.
b. Air mempunyai kemampuan membentuk ikatan
hidrogen sehingga air dapat melarutkan sejumlah
senyawa organik seperti alkohol, aldehid, keton, dll.
PERSYARATAN AIR PRO INJEKSI
(USP)
1. Harus dibuat segar dan bebas pirogen
2. Jumlah zat padat terlarut total tidak boleh lebih dari
10 ppm.
3. pH 5,0 – 7,0
4. Tidak boleh mengandung ion-ion klorida, sulfat,
kalsium, amonium, nitrat, nitrit.
5. Batas logam berat
6. Batas bahan-bahan organik seperti tanin dan lignin
7. Batas jumlah partikel
AIR PRO INJEKSI BEBAS CO 2

CO2 yang bersifat asam lemah mampu menguraikan


garam natrium dari senyawa organik seperti
barbiturat dan sulfonamida kembali membentuk
asam lemahnya yang mengendap.
Fenobarbital natrium (1:3 bagian air) + CO 2 + H2O 
Fenobarbital (endapan) (1:1000 bagian air) +
Na2CO3
AIR PRO INJEKSI BEBAS CO 2

Sulfadiazin natrium (1:2 bagian air) + CO 2 + H2O 


Sulfadiazin (endapan) (sangat sukar larut dalam air) +
Na2CO3
Aminofilin yang terdiri dari teofilin dan etilendiamin
dengan adanya CO2 dapat menyebabkan terbentuknya
teofilin (endapan) yang kelarutannya 1:120 bagian air
AIR PRO INJEKSI BEBAS CO 2

Air pro Injeksi bebas CO2 dibuat dengan jalan


mendidihkan air pro injeksi selama 20-30 menit
setelah air mendidih, lalu dialiri gas nitrogen sambil
didinginkan.
AIR PRO INJEKSI BEBAS OKSIGEN

Dibuat dengan jalan mendidikan air pro injeksi selama 20-


30 menit, dihitung setelah air mendidih, jika dibutuhkan
dalam jumlah besar maka saat pendinginan dialiri gas
nitrogen.
Digunakan untuk melarutkan zat aktif yang mudah
teroksidasi seperti : apomorfin, klorfeniramin, klorpromazin,
ergometrin, ergotamin, metilergometrin, proklorperazin,
promazin, promezatin HCl, sulfadimidin, tubokurarin.
PELARUT NON AIR
Digunakan bila :
1. Zat aktif tidak larut dalam pembawa air
2. Zat aktif terurai dalam pembawa air
3. Diinginkan kerja depo dari sediaan
PEMILIHAN PELARUT NON AIR

1. Tidak toksis, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan


sensitisasi
2. Dapat tersatukan dengan zat aktif
3. Tidak memberikan efek farmakologi yang merugikan
4. Stabil dalam kondisi di mana sediaan tersebut
biasanya digunakan
5. Viskositasnya harus sedemikian rupa sehingga dapat
disuntikkan dengan mudah.
PEMILIHAN PELARUT NON AIR

6. Pelarut tersebut harus tetap cair pada rentang suhu


yang cukup lebar.
7. Mempunyai titik didih yang tinggi sehingga dapat
dilakukan sterilisasi yang menggunakan panas.
8. Dapat bercampur dengan air atau cairan tubuh.
Pada umumnya tidak ada pelarut yang dapat
memenuhi seluruh kriteria di atas, oleh karena itu
biasanya diambil jalan tengah yaitu dengan memenuhi
beberapa kriteria saja.
PELARUT NON AIR YANG DAPAT
BERCAMPUR DENGAN AIR

Sebagai ko-solven dalam sediaan injeksi untuk


meningkatkan kelarutan suatu obat yang kurang larut
dalam air.
Meningkatkan stabilitas zat-zat tertentu yang mudah
terhidrolisis, contoh pembuatan injeksi fenobarbital dengan
pelarut yang terdiri dari campuran air, etanol dan propilen
glikol (solutio petit)
PELARUT NON AIR YANG DAPAT
BERCAMPUR DENGAN AIR :

1. Etanol
Banyak digunakan terutama pada injeksi glikosida digitalis
Injeksi yang mengandung etanol bila disuntikkan secara
intramuskular akan menimbulkan rasa nyeri; secara sub
kutan akan menimbulkan nyeri yang diikuti dengan
anastesia; jika disuntikkan pada daerah yang dekat syaraf
maka dapat mengakibatkan degenerasi syaraf dan neuritis;
secara intravena (tidak disarankan) harus hati-hati karena
pemberian yang terlalu cepat akan mengakibatkan bahaya
pengendapan obat dalam darah.
PELARUT NON AIR YANG DAPAT
BERCAMPUR DENGAN AIR :

2. Propilen glikol
Banyak digunakan dalam pembuatan sediaan
injeksi senyawa golongan barbiturat, beberapa
alkaloida dan antibiotika.
Sediaan yang mengandung propilen glikol dapat
menimbulkan rasa nyeri dan iritasi pada tempat
penyuntikan, sehingga perlu ditambahkan lokal anastetik
seperti benzil alkohol.
PELARUT NON AIR YANG DAPAT
BERCAMPUR DENGAN AIR :

3. Polietilen glikol
Ko solven dalam pembuatan sediaan injeksi adalah yang
mempunyai bobot molekul rendah (300-400) dan berbentuk
cairan.
Penggunaan kosolven senyawa glikol (propilen atau
polietilen) dalam pembuatan injeksi senyawa golongan
barbiturat dapat meningkatkan stabilitas senyawa tersebut.
PELARUT NON AIR YANG DAPAT
BERCAMPUR DENGAN AIR :

4. Gliserin
Merupakan cairan yang jernih dan kental, titik didih tinggi,
dapat bercampur dengan air maupun alkohol dan merupakan
pelarut yang baik untuk beberapa zat.
Penggunaan dalam dosis tinggi dapat menimbulkan efek
konvulsi dan gejala paralitik karena kerja langsung gliserin
terhadap susunan syaraf pusat. Pada dosis rendah (5%) tidak
terlihat adanya efek toksik.
PELARUT NON AIR YANG TIDAK
DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR

Minyak hewan : Tidak digunakan sebagai pembawa


Minyak mineral atau parafin cair: tidak boleh
digunakan karena tidak dapat dimetabolisme tubuh
dan dapat menimbulkan tumor atau reaksi terhadap
jaringan
Minyak tumbuhan :
1. Mudah tengik, karena mengandung asam lemak
bebas terutama asam lemak tidak jenuh. Untuk
mengatasi ketengikan dengan menambahkan
antioksidan (BHA, BHT).
PELARUT NON AIR YANG TIDAK
DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR

2.Sering menimbulkan rasa nyeri sehingga perlu penambahan


benzil alkohol 5% untuk anastesi lokal.
3.Jenis minyak tumbuhan yang digunakan harus dicantumkan
dalam etiket.
4.Digunakan untuk injeksi zat aktif : Deoksikortison asetat,
dimerkaprol, nandrolon fenilpropionat, progesteron, testosteron
propionat, propiliodon, estradiol benzoat, testosteron
fenilpropionat.
5.Jenis minyak tumbuhan yang digunakan : ol. Arachidis, ol.
Gossypii, ol. Terebinthinae, Ol. Maydis, Ol. Sesami, Ol.
Olivarum neutral, Ol. Amygdalarum.
PELARUT NON AIR YANG TIDAK
DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR

Minyak Semi Sintetis : Milgyol-minyak netral


Ester asam lemak :
1. Menghasilkan larutan yang lebih encer daripada pembawa
minyak sehingga lebih mudah disuntikkan meski kerja depo
yang timbul tidak selama pembawa minyak.
2. Kadangkala dikombinasi dengan senyawa alkohol seperti
etanol atau benzil alkohol untuk memperbaiki kelarutan zat
aktif.
3. Contohnya adalah etil oleat, isopropil miristat, polioksilen
trigliserida oleat.
CARA UNTUK MENINGKATKAN
KELARUTAN OBAT DALAM AIR

1. Kosolven
• Seringkali zat lebih larut dalam campuran pelarut
daripada dalam satu pelarut saja
• Gejala itu disebut cosolvency
• Pelarut yang dlm kombinasi meningkatkan kelarutan
zat terlarut disebut cosolvent
• Mekanisme: pelarut campur mengatur polaritas
pelarut pada harga yang diinginkan zat terlarut
2. SURFAKTAN
SURFAKTAN
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus
memiliki gugus hidrofilik         dan  gugus lipofilik
sehingga dapat mempersatukan campuran yang
terdiri dari air dan minyak.
Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat
diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air
dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal
dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan
rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan
zat padat ataupun terendam dalam fase minyak.
SURFAKTAN

Penambahan surfaktan dalam larutan akan


menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan.
Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan
permukaan akan konstan. Bila surfaktan ditambahkan
melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi
membentuk misel.
senyawa organik yang kelarutan dlm air rendah
tersolubilisasi oleh misel sehingga kelarutan naik
3. CYCLDEXTRIN

Siklodekstrin adalah senyawa oligosakarida siklis yang sekurang-


kurangnya mengandung 6 unit D-(+)-glukopiranosa berikatan
pada ikatan glikosida α-1,4 dan mempunyai bentuk toroidal,
dengan bagian dalam bersifat hidrofobik dan bagian luar bersifat
hidrofilik.
Siklodekstrin dikenal sebagai α, β dan γ-siklodekstrin yang
masing-masing terdiri dari enam, tujuh dan delapan glukosa
dengan dimensi rongga dan kelarutan dalam air yang berbeda.
CYCLDEXTRIN

Berdasarkan diameter dan kedalaman rongga


siklodekstrin:
α-siklodekstrin dapat membentuk kompleks dengan
senyawa yang mempunyai berat molekul rendah atau
senyawa rantai samping alifatis
β-siklodekstrin dapat membentuk kompleks dengan
senyawa aromatik atau heterosiklis
γ-siklodekstrin dapat membentuk kompleks dengan
senyawa makromolekul dan steroid
SATUAN-SATUAN DALAM
KELARUTAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELARUTAN OBAT

1. Struktur Molekul
Kelarutan suatu zat juga bergantung pada
struktur molekulnya seperti perbandingan
gugus polar dan gugus non polar dari
molekul. Semakin panjang rantai non polar
dari alkohol alifatis, semakin kecil
kelarutannya dalam air.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELARUTAN OBAT

2. Gaya Tarik Antarmolekul


Ada 3 jenis gaya tarik dalam larutan, yaitu gaya tarik
antar zat terlarut (A-A), zat terlarut-zat pelarut (A-B), dan
antar zat pelarut (B-B).
Selain itu, terdapat prinsip Like Dissolved Like, dimana
senyawa polar akan larut dalam senyawa polar, dan
senyawa nonpolar larut dalam senyawa nonpolar.
FAKTOR YNG MEMPENGARUHI
KELARUTAN OBAT

3. Pengaruh Suhu
Endotermik  T naik  Kelarutan naik
Eksoterm  T naik  Kelarutan turun
Contoh Kasus
Natrium sulfat bentuk hidrat (endotermik), bentuk
anhidrat (eksotermik)  kelarutannya berbeda
Natrium klorida tdk menyerap atau melepaskan panas
??????
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELARUTAN OBAT

4. Pengaruh pH
- Banyak obat bersifat asam lemah atau basa lemah 
jika bereaksi dgn as. atau basa kuat serta dlm jarak pH
tertentu  berada sebagai ion yg biasanya larut dalam air
- Asam lemah (as karboksilat, as hidroksi, asam
aromatik, fenol) larut dlm NaOH encer, karbonat dan
bikarbonat
- Basa lemah (mengandung Nitrogen basa  alkaloid)
larut dalam asam encer
CARA MEMPERBAIKI
KUALITAS AIR
1. Reverse Osmosis
REVERSE OSMOSIS
(LANJUTAN..)
Osmosis merupakan proses perpindahan zat cari dari
tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah melalui
membran semipermeabel. Proses ini terus berlangsung
hingga konsenstrasi kedua tempat sama. Sistem Reverse
Osmosis menggunakan pompa untuk menghasilkan
tekanan yang lebih tinggi dari tekanan osmosis untuk
"mendorong" air dari tekanan tinggi melalui membran
semipermeabel menuju ke daerah yang mempunyai
tekanan yang lebih rendah.
2. DESTILASI
Untuk menghasilkan Water for Injection, Purified Water
hasil dari proses Water Softener ditampung di tangki
penyimpanan. Dari Tangki penyimpanan ini PW
dilakukan enam tingkat destilasi untuk menghasilkan
Water for Injection (WFI). Untuk menguapkan air pada
stage pertama digunakan plant steam dengan suhu 150oC.
Air dipanaskan sampai suhunya sama dengan plant steam,
uap yang dihasilkan dikondensasikan dan masuk ke
dalam kolom kedua. Pirogen yang tertinggal di bawah
kolom pertama dan proses ini berulang sampai kolom
destilator ke 6. Proses di atas menghasilkan Water for
Injection yang disimpan dalam storage tank pada 80 C
dengan sistem looping.
3. IONIC EXCHANGE
Ion exchange atau resin penukar ion dapat didefinisi
sebagai senyawa hidrokarbon terpolimerisasi, yang
mengandung ikatan hubung silang (crosslinking) serta
gugusan-gugusan fungsional yang mempunyai ion-ion
yang dapat dipertukarkan.
IONIC EXCHANGE
(LANJUTAN..)
Penggunaannya dalam analisis kimia misalnya untuk
menghilangkan ion-ion pengganggu, memperbesar
konsentrasi jumlah ion-ion renik, proses deionisasi air
atau demineralisasi air, memisahkan ion-ion logam dalam
campuran dengan kromatografi penukar ion.
IONIC EXCHANGE
(LANJUTAN..)
Ada 2 macam resin penukar ion, yaitu :
a. Anion exchange resin (resin penukar anion), yaitu resin
yang mempunyai kemampuan menyerap/menukar anion-anion
yang ada dalam air. Resin ini biasanya berupa gugus amin aktif.
Misalnya : R – NH2 (primary amine), R – R1NH (secondery
amine), R – R21N (tertiary amine), R – R31 NOH ( quartenary
amine). Dalam notasi diatas R menunjukan polimer hidrokarbon
dan R1 menunjukkan gugus tertentu misalnya CH2.
b. Cation exchange resin (resin penukar kation), yaitu resin
yang mempunyai kemampuan menyerap/ menukar kation-kation
seperti Ca, Mg, Na dsb. Yang ada dalam air. Contoh : Hidrogen
zeolith (H2Z), resin organic yang mempunyai gugus aktif
SO3H(R.SO3H), dan sulfonated coal.
WATER FOR INJECTION
Water for Injection : adalah air bebas pyrogen yang dibuat dari
proses depirogenasi purified water menggunakan water for
Injection generator. Air jenis ini dipakai sebagai pelarut obat tetes
mata ataupun sebagai air untuk sanitasi mesin- mesin untuk
proses steril. Persyaratan dari air ini adalah harus bebas bacterial
endotoxin dan harus steril.
PENYIMPANAN
Untuk penyimpanan water for injection harus didalam
tanki dan dijaga pada panas lebih dari 80ºC dan diputar
dengan looping system, secara periodik dilakukan
proses sterilisasi pada pipa- pipa yang dilalui oleh air
jenis ini dengan menggunakan clean steam (pyrogen
free steam) pada temperatur tidak kurang dari 121ºC
selama tidak kurang dari 20 menit.
PORTABLE WATER
Portable water digunakan untuk bahan baku pembuatan
purified water (PW), Highly purified water (HPW) dan
water for injection (WFI).
Untuk pencucian awal alat-alat yang kontak produk tetapi
pembilasan akhir harus dg PW atau WFI Untuk pendingin
atau pemanas pada HE atau DJ Tank dll.
Mutunya harus selalu memenuhi syarat
PORTABLE WATER
Dilakukan pemeriksaan kimia maupun mikrobiologi
Sumbernya : Well water, surface water
Dipengaruhi oleh musim, shg validasi water system harus
melewati semua musim (minimal 1 tahun)
Ditetapkan alert limit (batas waspada) dan action limit (batas
ambil tindakan)
Misalnya Action limit mikrobiologi ditetapkn 500 cfu/ml, maka
jika hasil pemeriksaan 500 cfu/ml harus segera diambil tindakan
sesuai SOP (misalnya disanitasi)
HIGH PURITY WATER
HPW dimaksudkan untuk digunakan dalam penyusunan
produk medis dimana air berkualitas biologis tinggi
diperlukan kecuali WPI diperlukan. (BP 2003)
Diproduksi dengan cara : double passed RO
dikombinasikan dengan ultrafiltrasi atau deionisasi.
Spesifikasi HPW
HIGH PURITY WATER
Pemerian : jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
Nitrat : max 0.2 ppm
Aluminium : 10 ug/L (untuk dialysis solution)
Heavy metal : max 0.1 ppm
Endotoksin : kurang dari 0.25 IU/ml
Conductivity : 1.1 uS/cm pada 20C
Action limit : 10 CFU/100 ml dengan membran filtration
minimum sampel 200 ml
WATER FOR INJECTION
Water For Injections merupakan air yang digunakan untuk
produksi sediaan injeksi. Dengan demikian, syaratnya sangat
ketat. Water for Injection bukanlah air steril dan bukan final
dosage form. WFI merupakan produk ruah intermediet
(intermediate bulk product).
WATER FOR INJECTION
International pharmacopoeia dan European
Pharmacopoeia mengharuskan Destilasi sebagai tahap
final purifikasi. (Bebas pyrogen, bebas endotoxin, bebas
microba, bebas kandungan kimia, dan bebas partikel,
serta menggunakan destilasi sebagai tahap akhir
pemurnian
Di dalam pharmacopoeial WPU, Water For Injection
merupakan kualitas paling tinggi dari jenis air – air
lainnya untuk industri farmasi. Cara/teknik  pemurnian
termasuk bagian dari spesifikasi dari WFI.
WATER FOR INJECTION
Diproduksi dengan cara destilasi dari PW
Spesifikasi WFI :
Pemerian : jernih, tidak berwarna, tidak berbau tidak
berrasa
Nitrat maksimum 0.2 ppm
Aluminium maksimum 10 ug/l (untuk dialysis solution)
Logam berat maksimum 0.1 ppm
WATER FOR INJECTION
Conductivity : maks 1.1 us/cm pada 20 C
Conductivity : 1.1 uS/cm pada 20C
Action limit : 10 CFU/100 ml dengan membran filtration
minimum sampel 200 ml
BACTERIOSTATIC WFI (USP)

Bacteriostatic WFI (USP)


 Adalah air steril untuk obat suntik yg mengandung satu atau lebih zat
antimikroba yg sesuai
 Dikemas dalam alat suntik atau vial-vial dengan volum maksimal 30 ml
 Digunakan sebagai pembawa steril untuk obat suntik dengan volume kecil
 Jika volum pelarut yang dibutuhkan lebih dari 5 ml, maka digunakan steril
WFI, bukan bakteriostatik WFI
 Bakteriostatik yang ditambahkan harus tidak bereaksi dengan bahan obat
Berbagai uji mutu terhadap air untuk sediaan parenteral, yaitu
uji pirogen atau uji endotoxin.

Uji pirogenitas :
Dengan mengukur peningkatan suhu tubuh kelinci percobaan
yang disuntikan dengan sediaan uji pirogenitas secara
intravena
CARA MENYEDIAKAN UAP AIR BERSIH
PADA UNIT PRODUKSI STERIL

Air Pro Injeksi


Dibuat dengan jalan didihkan air selama 30 menit dihitung dari
setelah air mendidih di atas api lalu didinginkan (Rep. Tek Fa.
Steril)

Air pro Injeksi Bebas CO2


Dibuat dengan jalan mendidihkan air pro injeksi selama 20-30
menit setelah air mendidih, lalu dialiri gas nitrogen sambil
didinginkan.
CARA MENYEDIAKAN UAP AIR BERSIH
PADA UNIT PRODUKSI STERIL

Air pro Injeksi Bebas Oksigen


Dibuat dengan jalan mendidihkan air pro injeksi selama
20-30 menit, dihitung setelah air mendidih, jika
dibutuhkan dalam jumlah besar maka saat pendinginan
dialiri gas nitrogen.
PRINSIP PENGGUNAAN
ELEKTROLIT & ADJUVANT DLAM
FORMULASI PARENTERAL

• Tonisitas adalah Tonisitas, :menurut


farmasi fisik ; tonisitas larutan dapat
ditentukan dengan menggunakan salah satu
yaitu hemolisis, pengaruh berbagai larutan
di periksa berdasarkan timbulnya efek
ketika disuspensikan dengan darah.
PRINSIP PENGGUNAAN
ELEKTROLIT & ADJUVANT DLAM
FORMULASI PARENTERAL
• Osmotisitas, adalah istilah yang di gunakan untuk
membandingkan osmolaritas dari solusi dengan
osmolaritas solusi lain
• Osmolalitas konsentrasi suatu larutan (dalam 1 kilogram)
ditinjau dari jumlah ion larutannya, sinyatakan dengan
satuan Osmol/kg.
• Osmolaritas : konsentrasi suatu larutan (dalam 1 liter)
ditinjau dari jumlah partikelnya, dinyatakan dengan
satuan osmol/L.
EFEK FISIOLOGIS
LARUTAN
1. Isotonis
Jika suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan
konsentrasi dalam sel darah merah sehingga tidak
terjadi pertukaran cairan di antara keduanya, maka
larutan tersebut dikatakan isotoni (ekivalen dengan
0,9% NaCl)
EFEK FISIOLOGIS
LARUTAN
2.
Hipotonis
Turunnya titik beku kecil, tekanan osmosisnya lebih
rendah dari serum darah menyebabkan air akan
melintasi membran sel darah merah yang
semipermeabel memperbesar volume sel darah merah
dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel.
Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel-
sel darah merah. Peristiwa demikian dikenal dengan
Hemolisa.
EFEK FISIOLOGIS
LARUTAN
3. Hipertonis
Turunnya titik beku besar, tekanan osmosenya
lebih tinggi dari serum darah menyebabkan air
keluar dari sel darah merah melintasi membran
semipermeabel mengakibatkan terjadinya
penciutan sel-sel darah merah, peristiwa
demikian dikenal dengan nama Plasmolisa.
PERHITUNGAN TONISITAS
Tonisitas
1. Metode penurunan titik beku 3. Kesetaraan dengan volume
NaCl

V = w. E. V’
W=

2. Perhitungan dengan tetapan


Liso 4. Kesetaraan NaCl

E = 17 Liso 1,7 𝐷𝑡𝑏


𝐸=
BM 𝑤
METODE PERHITUNGAN

• Osmolalitas
Larutan molal adalah jika 1 mol zat terlarut terdapat dalam 1
kg zat pelarut.
Osmolalitas : molal x jumlah ion dalam larutan
• Osmolaritas
Osmolaritas : Molar x jumlah partikel yang terdisosiasi
Osmolaritas 1 mol/L larutan natrium klorida adalah :
1 (jumlah mol) x 2 (jumlah partikel) = 2 osmol/L
Osmolaritas 1 mol/L larutan glukosa adalah 1 x 1 = 1 osmol/ L
MENGATUR TONISITAS LATURAN
PARENTERAL

Mengatur tonisitas laturan parenteral dengan penambahan


NaCl.
Tonisitas larutan parenteral harus isotonis atau sedikit
hipertonis. Berdasarkan perhitungan tonisitas angka negatif
menunjukan larutan hipertonis, tapi kalau positif berarti
hipotonis maka formula harus ditambahkan sejumlah hasil
perhitungan dengan satuan % (dari perhitungan titik beku).
ADJUVANT

Adjuvant adalah bahan-bahan yang diperlukan dalam


pembuatan sediaan selain zat aktifnya, seperti bahan
dasar, pewarna, penyalut, pengawet, pemanis,
pembawa yang dapat ditambahkan ke dalam sediaan
untuk meningkatkan stabilitas, manfaat atau
penampilan maupun untuk memudahkan pembuatan
CONTOH ADJUVAN DALAM SEDIAAN
PARENTERAL

1. Zat pelarut air, contohnya : Air Pro Injeksi, NaCl pro


injeksi.
2. Zat pelarut non air, contohnya : propilen glikol, gliserin,
polietilen glikol, oleum sesami.
3. Larutan buffer, contohnya dapar fosfat.
4. Zat pengawet, contohnya fenol.
5. Zat antioksidan, contohnya Natrium metabisulfit /
Natrium pirosulfit.
PENGGUNAAN ADJUVANT DALAM SEDIAAN
PARENTERAL

Buffer : untuk mendapatkan pH stabilitas obat


dalam sediaan
Antioksidan : untuk menghindari terjadinya proses
oksidasi oleh O2 dari udara
Pengawet : untuk menjaga kesterilan
PENGGUNAAN WATER MISCIBLE SOLVENT

Jika zat aktif dari sediaan injeksi tidak stabil dalam air,
maka pengatasannya dengan dibentuk sediaan kering steril
atau dengan sistem kosolvensi. Aqua kosolven : pelarut
pembantu tidak pernah dipakai tunggal, tetapi campuran.
Macam-macam kosolven yang bisa digunakan : glikol,
etanol/alkohol, dimetil asetamid, dimetil formasmide,
DMSO, aseton, asam organik (asam laktat dan asam sitrat),
surfaktan (chremophor, lesitin).
DEFINISI & PRINSIP-PRINSIP FORMULASI
SEDIAAN PARANTERAL VOLUME BESAR (LVP)

Definisi :
Injeksi ini besar untuk digunakan dengan infuse i.v biasanya
cairan i.v dan di golongkan ke dalam kelompok produk steril
yang terdiri dari injeksi volume tunggal yang mempunyai
volume 100 ml atau lebih, dari dalam pewadahan tidak
ditambahkan bahan-bahan, cairan intravena dikemas dalam
wadah 100-1000ml (RPS 18 th:1570).
LVP digunakan juga sebagai pembawa untuk obat lain, dan
merupakan cara untuk menyediakan nutrisi parenteral.
PENGGUNAAN KLINIK LVP

• Larutan asam amino


Pemberian asam amino silakukan jika pemberian makanan melalui oral
tidak mungkin lagi, atau jika absorpsi melalui saluran cerna tidak berfungsi
baik/normal.
• Larutan karbohidrat (dekstrosa)
Dekstroksa adalah nutrisi penting dengan 1 g menghasilkan 3,4 kalori.
Menurut USP, pH injeksi desktrosa 5% adalah 3,506,5.
• Lemak intravena
Untuk memberikan makanan secara i.v, lemak harus berada dalam bentuk
yang sesuai, biasanya berbentuk emulsi. Rentang ukuran partikel lemak
dalam emulsi adalah 0,1-0,5 µm, sebanding dengan ukuran chylomicron.
PENGGUNAAN KLINIK
LVP
• Nutrisi parenteral
Nutrisi total secara parenteral (TPN) adalah pemberian makanan
yang mengandung larutan asam amino, desktrosa dengan
konsentrasi tinggi (± 20%), elektrolit, vitamin, dan dalam beberapa
hal insulin.
• Restorasi keseimbangan elektrolit
Larutan yang paling banyak digunakan adalah injeksi NaCl 0,9%,
larutan isotonic yang mengandung 154 mEq ion Na dal Cl.
• Pengganti cairan
Dehidrasi memerlukan cairan sebagai larutan dasar. Dalam hal ini
dapat digunakan injeksi NaCl dan dekstrosa.
PENGGUNAAN KLINIK
LVP
• Darah dan produk darah
Darah dan produk darah hanya dapat diberikan secara i.v dan
digunakan dalam keadaan syok, pendarahan, dan kehilangan protein
darah. Pemberian darah tidak boleh dicampur dengan obat.
• Pembawa obat
Karena sifatnya menyenangkan, potensial untuk iritasi obat dan
kebutuhan pemberian obat secara kontinu, cairan i.v biasa digunakan
sebagai pembawa untuk obat yang akan diberikan secara i.v.
• Injeksi Ringer Laktat
Mengandung sejumlah kecil Na, kalium, kalsium klorida, dan
sejumlah kecil Na-laktat. Komposisinya hamper sama dengan cairan
ekstraseluler. Digunakan untuk pengobatan awal: syok dan
hipovolemik pada orang dewasa.
TIPE-TIPE LVP YANG
MELIPUTI:
• Larutan Elektrolit, : larutan yang paling banyak digunakan
adalah injeksi NaCl 0,9%, larutan isotonic yang mengandung
154 mEq ion Na dan Cl 
• Karbohidrat : nutrisi penting dengan 1 g menghasilkan 3,4
kalori. Menurut USP, pH injeksi dekstrosa 5% adalah 3,5-6,5.
• TPN (total secara parenteral) : pemberian makanan yang
mengandung larutan asam amino, dekstrosa dengan konsentrasi
tinggi (± 20%), elektrolit, vitamin, dan dalam beberapa hal
insulin.
KONSEP FORMULASI LVP
a. Parameter fisologis
Beberapa komponen penunjang fisologis tubuh dapat
diberikan dalam bentuk sediaan parenteral volume besar
seperti kebutuhan tubuh akan air, elektrolit, karbohidrat,
asam amino, vitamin dan mineral.
Faktor fisiologi perlu diperhatikan karena dapat
berpengaruh pada formulasi. Tekanan osmosa atau
osmolaritas merupakan faktor fisiologi yang dimana tekanan
osmosa adalah perpindahan pelarut dan zat terlarut melalui
membran permeabel yang memisahkan 2 komponen,
dinyatakan dalam osmole per kilogram = osmolarita.
KONSEP FORMULASI LVP
b. Parameter fisikokima

1. Kelarutan
pada umumnya obat-obatan yang digunakan untuk
membuat sediaan parenteral volume besar mudah larut.

2. pH
pH perlu diperhatikan mengingat pH yang tidak tepat dapat
berpenagruh pada darah. pH darah normal 7.5-7.45.
KONSEP FORMULASI LVP
3. Pembawa

Umumnya digunakan pembawa air, tetapi dapat


juga dipakai emulsi lemak intravena yang diberikan
sendiri atau kombinasi dengan asam amino atau
dekstrose.
KONSEP FORMULASI LVP

4. Cahaya dan suhu


Cahaya dan suhu mempengaruhi kestabilan obat.
Contohnya yaitu vitamin yang harus disimpan dalam
wadah terlindung cahaya.

5. Faktor kemasan
Bahan wadah berpengaruh terhadap kestabilan obat
parenteral volume besar seperti gelas, plastik dan
tutup karet.
KONSEP FORMULASI LVP

c. Stabilisasi LVP
Untuk bahan penambah seperti dapar,
antioksidan, komplekson, jarang ditambahkan pada
sediaan parenteral volume besar.
KONDISI PEMRORESAN YANG
MEMPENGARUHI FORMULASI LVP

a. Gangguan kardiovaskular dan plumonar dari peningkatan


dalam volume cairan sistem sirkulasi mengikuti pemberian
cepat volume cairan dalam jumlah besar .
b. Perkembangan potensial trombophlebitis
c. Kemungkinan infeksi lokal atau sistemik dari kontaminasi
larutan atau teknik injeksi septik
d. Pembatasan cairan berair
PERTIMBANGAN DALAM
ADMIXTURE LVP

a. jenis-jenis cairan yang dibuat harus lebih banyak dan


bahkan bahan tambahan banyak digunakan melalui
intravena daripada melalui subkutan
b. cairan yang disuntik pada volume besar harus
relative lebih cepat
PERTIMBANGAN DALAM
ADMIXTURE LVP

c. pembuatan cairan dapat segera dicapai efek sistemik


d. level darah dari obat yang terus menerus disiapkan
e. harus secara langsung karena untuk membuka vena
pada pemberian obat rutin dan mampu digunakan
dalam situasi darurat
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI DALAM
SISTEM PRODUKSI LVP
Viskosita
s
Viskositas sangat berpengaruh karena jika sediaan infus terlalu
kental maka akan susah menetes, distribusi obat dalam darah
akan lambat, sehingga ketercapaian efek terapi yang diinginkan
akan lambat pula
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI DALAM
SISTEM PRODUKSI LVP
Kerapatan

Kerapatan berpengaruh terhadap ukuran partikel bahan obat.


Dalam sediaan LVP ukuran partikel harus kecil karena sediaan
infus pemberiannya langsung kedalam vena.
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI DALAM
SISTEM PRODUKSI LVP
Tegangan
Permukaan
Tergangan permukaan berkaitan dengan kelarutan dari obat atau
bahan obat yang akan diproduksi.
kelarutan sangat penting untuk pengembangan larutan yang dapat
disuntikkan baik secara intravena maupun intramuscular.
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI DALAM
SISTEM PRODUKSI LVP
Tekanan Uap
Tekanan uap berkaitan dengan suhu dan cahaya. Suhu dan
cahaya mempengaruhi kestabilan obat sehingga dalam hal
penyimpanan obat sangat diperhatikan karakteristik dari obat
atau bahan obat yang akan disimpan
BAHAN ADITIF YANG
DIPERLUKAN DALAM
FORMULASI LVP
Pembawa
Zat pembawa yang digunakan dalam sediaan infus yaitu zat yang
berbentuk larutan (air) atau yang biasa digunakan dalam
pembuatan sediaan steril adalah aqua pro injeksi untuk
melarutkan zat aktif dan zat tambahan.
BAHAN ADITIF YANG
DIPERLUKAN DALAM
FORMULASI LVP
Pengawet

Pengawet dalam sediaan steril biasanya digunakan untuk


mengawetkan sediaan tersebut. Akan tetapi untuk sediaan infus
dosis tunggal kemungkinan terjadinya kontaminasi mikroba
sangat kecil dan tidak perlu menggunakan pengawet.
BAHAN ADITIF YANG
DIPERLUKAN DALAM
FORMULASI LVP
Pengisotonis

Tonisitas sediaan = % NaCl sudah termasukdidalam batas


toleransi normal tubuh yaitu 0,7 – 1,5 %. Maka iritasi
tubuh dan konsekuensi hipotonis atau lisis sel-sel jaringan
tubuh tidak terjadi. NaCl digunakan sebagai larutan
pengisotonis agar sediaan infus setara dengan 0,9%
larutan NaCl, dimana larutan tersebut mempunyai
tekanan osmosis yang sama dengan cairan tubuh.
SEDIAAN OPTHALMIC
Mata merupakan organ yang paling peka dari manusia. Oleh
karena itu sediaan obat mata mensyaratkan kualitas yang
lebih tajam.

Yang dimaksud sebagai obat mata adalah tetes mata, salap


mata, pencuci mata dan beberapa bentuk pemakaian yang
khusus serta inserte sebagai bentuk depo, yang ditentukan
untuk digunakan pada mata utuh atau terluka.
ANATOMI MATA
ANATOMI MATA
Bola mata terdiri atas 3 lapisan yaitu
 Sclera, membentuk kantung konjungtiva
 Korodia
 Retina
Segmen anterior mata :
 Kamera anterior
 Kamera posterior
SYARAT SEDIAAN
OPTHALMIC
• Steril
• Isotonis dengan air mata
• Bila mungkin isohidri
• Tetes mata berupa larutan harus jernih
• Bebas partikel asing
• Basis salep mata tidak boleh iritan
CONTOH SEDIAAN
OPTHALMIC
SYARAT SEDIAAN
OPTHALMIC
Steril

Pemakaian sediaan ophthalmic yang terkontaminasi


mikroorganisme dapat terjadi rangsangan berat yang
dapat menyebabkan hilangnya daya penglihatan atau
tetap terlukanya mata sehingga sebaiknya dilakukan
sterilisasi akhir (sterilisasi uap) atau menyaring larutan
dengan filter pembebas bakteri.
SYARAT SEDIAAN
OPTHALMIC

Isotonis

Sediaan sebaiknya dibuat mendekati isotonis agar dapat


diterima tanpa rasa nyeri dan tidak dapat menyebabkan
keluarnya air mata, yang dapat mencuci keluar bahan
obatnya. Untuk membuat larutan mendekati isotonis,
dapat digunakan medium isotonis atau sedikit hipotonis,
umumnya digunakan natrium-klorida (0,7-0,9%) atau
asam borat (1,5-1,9%) steril.
SYARAT SEDIAAN
OPTHALMIC
Kejernihan
Persyaratan ini dimaksudkan untuk menghindari
rangsangan akibat bahan padat.

Sebagai material penyaring digunakan leburan gelas,


misalnya Jenaer Fritten dengan ukuran pori G 3 – G 5.
SYARAT SEDIAAN
OPTHALMIC

Pengawetan

Dengan pengecualian sediaan yang digunakan pada mata luka atau untuk
tujuan pembedahan, dan dapat dibuat sebagai obat bertakaran tunggal.
Pengawet yang sering digunakan adalah thiomersal (0.002%), garam fenil
merkuri (0,002%), garam alkonium dan garam benzalkonium (0,002-
0,01%), dalam kombinasinya dengan natrium edetat (0,1%), klorheksidin
(0,005-0,01%), klorbutanol (0,5%), dan benzilalkohol (0,5-1%).
SYARAT SEDIAAN
OPTHALMIC
Pendaparan

Mirip seperti darah. Cairan mata menunjukan kapasitas dapar


tertentu. Yang sedikit lebih rendah oleh karena system yang
terdapat pada darah seperti asam karbonat, plasma, protein
amfoter dan fosfat primer – sekunder, juga dimilikinya kecuali
system – hemoglobin – oksi hemoglobin.
Harga pHnya juga seperti darah 7,4 akan tetapi hilangnya
karbondioksida dapat meningkatkannya smapai harga pH 8 – 9.
VISKOSITAS DAN AKTIVITAS
PERMUKAAN
Viskositas dan
Aktivitas
Permukaan
Melalui peningkatan viskositas dapat dicapai distribusi bahan
aktif yang lebih baik didalam cairan dan waktu kontak yang
lebih panjang. Lagi pula sediaan tersebut memiliki sifat lunak
dan licin sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Oleh Karena
itu sediaan ini sering dipakai pada pengobatan
keratokonjunktifitis. Sebagai peningkat viskositas digunakan
metal selulosa dan polivinilpiroridon (PVP).
FARMAKOLOGI/
TERAPEUTIK PRODUK
OPTHALMIC
1. Obat midriatikum
2. Obat miotikum
3. Obat anti radang mata
4. Obat antiseptik dan antiinfeksi
5. Obat anti glaukoma
OBAT MIDRIATIKUM

Adalah obat yang digunakan untuk membesarkan pupil mata dan


untuk siklopegia (melemahkan otot siliari), sehingga
memungkinkan mata untuk fokus pada obyek yang dekat.
Obat midriatikum menggunakan tekanan pada efeknya dengan
memblokade inervasi dari pupil spingter dan otot siliari.
Obat untuk midriatikum bisa dari golongan obat simpatomimetik
dan antimuskarinik, sedangkan obat untuk siklopegia hanya obat
dari golongan antimuskarinik.
Obat midriatikum-siklopegia :
Atropine, Homatropine, Tropicamide
OBAT MIOTIKUM
Obat miotikum adalah obat yang menyebabkan miosis
(kontriksi dari pupil mata).
Bekerja dengan cara membuka system saluran di dalam mata,
dimana system saluran tidak efektif karena kontraksi atau
kejang pada otot di dalam mata yang dikenal dengan otot
siliari.
Contoh obat :
Betaxolol (penghambat beta adregenik).
Pilokarpin (reseptor agonis muskarinik).
OBAT ANTI RADANG MATA

Obat mata golongan kortikosteroid digunakan untuk radang /


alergi mata atau mata bengkak yang bisa disebabkan oleh alergi
itu sendiri atau oleh virus.
Menghilangkan gejalanya saja.
Contoh obat :
Betamethasone dihydrogenphosphat dinatrium tetes mata dosis 1
mg/mL atau 0,1 %.
Fluorometholone tetes mata mengandung 0,1 %.
OBAT ANTISEPTIK &
ANTIINFEKSI
Indikasi : Infeksi oleh mikroba, Luka / ulkus kornea
mata, Masuknya benda asing ke dalam kornea mata
Inert (tidak menimbulkan efek pada mata atau tidak
bereaksi dengan zat aktifnya)
Zat aktifnya merupakan antibiotik/ antiseptik atau
antivirus
Jenis zat aktifnya :
Sulfacetamid Na, Ciprofloxacin HCl, Tobramycin,
Chloramphenicol, dll.
OBAT ANTI GLAUKOMA
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola
mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saat optikus dan
menyebabkan penurunan fungsi penglihatan.

Terdapat 4 jenis glaucoma :


Glaukoma sudut terbuka (pilokarpin, epinephrine, dll)
Glaukoma sudut tertutup (acetazolamide)
Glaukoma kongenitalis (Brinzolamid, timolol maleat, latonoprast)
Glaukoma sekunder (kortikosteroid dan obat pelebar pupil)
OBAT MATA LAIN
1. Obat mata katarak dan paska operasi katarak
Na Pirenoksin tetes mata, kadar 750 dalam 15 ml cairan atay
0,05 mg/ml.
Na Diklofenak tetes mata dengan kadar 1mg/ml.

2. Obat mata konjungtivitas


Pemirolast kalium tetes mata 0,1%.
Lodoxamide tetes mata 0,1%.
Natrium cromoglycate tetes mata 2%.
PROSES ADSORPSI PADA
MATA
• Obat harus menembus bagian dalam mata, baik struktur
hidrofil maupun lipofil.
• Epitel kornea dan endotel kornea berfungsi sebagai pembatas
lipofil, sedangkan zat hidrofil dapat berdifusi melalui stroma.
• Dengan demikian kondisi penembusan akan sangat
menguntungkan untuk obat yang dapat menunjukan sifat lipofil
dan hidrofil bersama-sama.
• Ini terjadi pada asam lemat dan basa lemah yang sebagian dalam
bentuk tak terionisasi, sehingga bersifat larut lemak dan bagian
yang terionisasi sehingga bersifat larut dalam air.
PERTIMBANGAN PROSES
PEMBUATAN SEDIAAN
OPTHALMIC
1. Kejernihan
Larutan mata adalah dengan definisi bebas adari partikel asing
dan jernih secara normal diperoleh dengan filtrasi, pentingnya
peralatan filtrasi dan tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat
tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk
menghilangkannya. pengerjaan penampilan dalam lingkungan
bersih.

2. Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat
kimia bahan obat, pH produk, metode penyimpanan (khususnya
penggunaan suhu), zat tambahan larutan dan tipe pengemasan
PERTIMBANGAN PROSES
PEMBUATAN SEDIAAN
OPTHALAMIC
3. Buffer dan pH
Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang ekuivalen dengan
cairan mata yaitu 7,4. Dalam prakteknya, ini jarang dicapai. mayoritas
bahan aktif dalam optalmologi adalah garam basa lemah dan paling
stabil pada pH asam. ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi
kortikosteroid tidak larut suspensi biasanya paling stabil pada pH
asam.
4. Tonisitas
USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untu
memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan
aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metilselulosa, polivinil alkohol dan
hidroksi metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk
PERTIMBANGAN PROSES
PEMBUATAN SEDIAAN
OPTHALAMIC
5. Additives/Tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata
diperbolehkan, namun demikian pemilihan dalam jumlah
tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium Bisulfat atau
metabisulfat, digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%,
khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin
KOMPONEN NON-
TERAPEUTIK DALAM
SEDIAAN OPTHALMIC
1. Pengawet Anti Mikroba

Pengawet diperbolehkan untuk menjaga sterilitas produk setelah kemasan dibuka dan
selama pengunaan oleh pasien. Pemilihan zat pengawet juga dibatasi dalam hal stabilitas
fisika dan kimia, kompatibilitas dan masalah keamanannya.

1. Benzalkonium klorida biasanya dikombinasi dengan EDTA

2. Timerosal

3. Klorobutanol

4. Metil dan propil paraben

5. Venil etil alkohol

6. Polikuat
KOMPONEN NON-
TERAPEUTIK DALAM
SEDIAAN OPTHALMIC
2. Pembuffer

Stabilitas kimia dan kenyamanan mata untuk produk-produk


obat mata cair bergantung pada nilai pH produk secara umum.

3. Peningkat viskositas
Beberapa produk obat mata topikal mengandung bahan
peningkat viskositas untuk meningkatkan waktu retensi,
mengurangi laju pengeluaran dan meningkatkan bioavaibilitas
mata.
KOMPONEN NON-
TERAPEUTIK SEDIAAN
OPTHALMIC
4. Bahan pengatur osmolaritas
Tonisitas (osmolaritas) penting pada produk obat mata cair untuk meminimalkan
potensi ketidaknyamanan selama penetesan ke dalam mata.
Untuk larutan Non Elektrolit:
mOsm/liter = konsentrasi dalam gram/liter x 1000
berat molekul dalam gr
Untuk larutan Elektrolit kuat:
mOsm/liter = konsentrasi dlm g/liter x jumlah ion yg terbentuk x 1000
berat molekul dalam gr
KOMPONEN NON-
TERAPEUTIK SEDIAAN
OPTHALMIC
Hubungan osmolaritas dengan tonisitas
Osmolaritas (m osmole/liter) Tonisitas
Ø 350 Hipertonis
329 – 350 Sedikit hipertonis
270 – 328 Isotonis
250 – 269 Sedikit hipotonis
0 – 249 Hipotonis
KOMPONEN NON-
TERAPEUTIK SEDIAAN
OPTHALMIC
Dasar salep yang dipilih :
 Tidak mengiritasi mata
 Bahan obat berdifusi ke seluruh mata
 Titik leburnya mendekati suhu tubuh
 Bahan yang digunakan harus halus
 bahan dasar yang mudah dicuci dengan air
 Mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu
tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat
KOMPONEN NON-
TERAPEUTIK SEDIAAN
OPTHALMIC
Basis salep yang dipilih :
• Cairan petrolatum (minyak mineral)
• Campuran dari petrolatum
• Zat yang bercampur dengan air (Lanolin)
• Mengandung vaselin
• Dasar absorpsi atau dasar salep larut air
STERILITAS DAN
STERILISASI
sterilitas : infertilitas yang bersifat permanen.
Bisa juga mengacu pada kondisi bebas kuman
(steril)

Bioburden: jumlah mikroorganisme kontaminan


yang di ketahui atau di hitung pada objek atau
material tertentu sebelum memasuki proses
sterilisasi.
METODE STERILISASI

Sterilisasi Kering (Fisika)


Metode kering
Metode Uap
Metode basah
Sterilisasi Basah (Fisika dan kimia)
Metode Fisika : Radiasi dan elektron
Metode Kimia : Eto, ozon
STERILISASI PANAS
BASAH
OVEN
STERILISASI GAS

senyawa yang tidak tahan terhadap panas


senyawa yang tidak tahan terhadap uap
Menggunakan gas etilen oksida atau propilen
oksida
Perlu perlengkapan khusus
Pengawasan intens
ETILEN OKSIDA

Sifat :
Mudah terbakar jika tercampur udara
Penggunaan:
Diencerkan dengan gas inert (CO2 atau
hidrokarbon terflourinasi)
 Lama Kerja : 4 – 16 jam
 Mekanisme kerja :
Mengganggu metabolisme sel bakteri
ETILEN OKSIDA

Sebagai zat pensteril pemakaian khusus :


Sterilisasi peralatan operasi dan kedokteran
Alat-alat seperti kateter
Alat suntik disposible
Mensterilkan berbagai enzim tertentu
Mensterilkan antibiotik dan obat tertentu
ETILEN OKSIDA

Syarat :
 Tidak timbul reaksi kimia
 Tiak merusak senyawa obat
PERLENGKAPAN
STERILISASI GAS
Alat sterilisasi gabungan disusun mirip
autoklaf
Diperlukan pengawasan khusus
Waktu
Temperatur
Kadar gas
kelembapan
STERILISASI RADIASI

Menggunakan sinar gamma dan sinar-sinar katoda


Memerlukan peralatan khusus
Mekanisme :
 Ikut terlibat dalam perubahan kimiawi
 Membantu mikroorganisme membentuk senyawa
kimia baru yang dapat merusak sel
 Merusak nukloprotein inti dan kerusakan menetap
DEFINISI STERILISASI
RADIASI
Proses sterilisasi dengan memaparkan produk
pada sinar gamma atau elektron berenergi
tinggi, baik dalam kemasan tunggal atau curah
selama waktu tertentu sehingga tercapai faktor
keamanan /SAL 10-6
JENIS RADIASI

Radiasi sinar alpha (partikel)


Radiasi sinar beta/electron (partikel)
Radiasi sinar gamma (gelombang
elektromagnetik)
Sinar X (gelombang elektromagnetik)
SUMBER RADIASI

Electron dan electron beam


Gamma rays dari Co-60 atau Cs-137
X-Rays dari X-Rays machine
STERILISASI FILTRASI

Penghilangan mikroba dengan absorbsi


menggunakan mekanisme penyaringan
Digunakan :
Larutan tidak tahan panas
Menyaring sediaan larutan yang dibuat segar
dan harus steril
Perlu dimonitoring dengan ketat
ALAT-ALAT STERILISASI
PENYARINGAN
Penyaring Berkeffeld dan Mandler
Penyaring Pasteur-Chamberland, Doulton dan
Selas
Penyaring Seitz dan Swinney
Gelas Bucher sejenis corong
METODE STERILISASI
BARU
High Intensity Light
Lampu discharge intensitas
tinggi
(lampu HID) adalah jenis
lampu gas
discharge listrik yang
menghasilkan cahaya melalui
busur listrik antara elektroda
tungsten ditempatkan di dalam
tabung busur menyatu alumina
kuarsa atau leburan bening atau
transparan.
HIGH INTENSITY
LIGHT
Tabung ini diisi dengan gas dan garam logam.
Gas memfasilitasi awal busur itu. Setelah busur
dimulai, memanaskan dan menguapkan garam logam
membentuk plasma, yang sangat meningkatkan
intensitas cahaya yang dihasilkan oleh busur dan
mengurangi konsumsi daya. Lampu discharge intensitas
tinggi adalah jenis lampu bus
HIGH INTENSITY
LIGHT
Berbagai jenis kimia yang digunakan dalam
tabung busur lampu HID, tergantung pada
karakteristik yang diinginkan dari intensitas
cahaya, temperatur warna berkorelasi,
rendering indeks warna (CRI), efisiensi
energi, dan umur.
VARIETAS LAMPU
HID
• Halida logam (MH) lampu

• MH lampu keramik

• Lampu natrium-uap

• Lampu Xenon pendek-arc

• lampu uap merkuri


VARIETAS LAMPU
HID
Beberapa lampu HID menggunakan zat
radioaktif seperti kripton-85 dan thorium.
Krypton-85 adalah gas dan ditemukan dicampur
dengan argon yang dalam tabung busur lampu
thorium yang padat yang digunakan dalam
elektroda.
VARIETAS LAMPU
HID
Isotop ini menghasilkan radiasi pengion. Hal ini
karena sifat ionisasi tertentu yang digunakan
dalam lampu. Mereka menghasilkan alpha dan
beta radiasi yang tinggi di dalam menyebabkan
ionisasi lampu tapi tanpa bisa melarikan diri dari
lampu.
METODE STERILISASI
BARU
Low Temperature Plasma

Hydrogen Peroxide Low Temperature Plasma


Sterilizer
METODE STERILISASI
BARU
Low Temperature Plasma
Sterilisasi plasma Suhu rendah merupakan perwakilan
dari semua jenis Sterilisasi Suhu Rendah seperti
Ethylene Oxide atau Formaldehida.
LOW TEMPERATURE
PLASMA

Suhu lebih rendah dari 60 ℃ dan waktu siklus di


bawah 1 jam, yang mencegah panas dan kerusakan
kelembaban peralatan medis canggih.
LOW TEMPERATURE
PLASMA
Alat sterilisasi berteknologi plasma yang biasa digunakan
adalah ECR Plasma (Electron Cyclotron Resonance
Plasma).
Alat ini memanfaatkan prinsip gaya Lorentz dengan
adanya pergerakan sirkular electron-elektron bebas
sehingga membangkitkan medan magnet seragam yang
statis.
SKEMA ALAT ECR
KINETIKA INAKTIVASI
MIKROORGANISME
Mikroorganisme : mikroorganisme diinaktivasi bila
terjadi reaksi intraseluler dimana terjadi
gangguan metabolism yang tidak reversible. Pada
suhu tinggi dan dengan keberadaan kelembaban
seperti sterilisasi uap, input energy dari
menginaktivasi mikroorganisme melalui cara
denaturasi protein intraseluler.
SAL
(STERILITY ASSURANCE LEVEL)

Probabilitas mikroorganisme hidup yang ada


pada suatu unit produk setelah sterilisasi
SAL DINYATAKAN DALAM 10 -N

n=3, satu tidak steril dari seribu produk


Umumnya untuk produk yang tidak akan kontak dengan
cairan tubuh (mis:alat laboratorium)

n=6, satu tidak steril dalam sejuta produk


Untuk produk yang akan menyentuh cairan tubuh ataau
ditanamkan pada tubuh (mis : jarum suntik, allograft,
prostese)
STUDI D-VALUE

Studi untuk menentukan jumlah dan ketahanan panas mikroorganisme


dalam produk

Nilai-D adalah waktu dalam menit yang dibutuhkan untuk mengurangi


populiasi mikroba sejumlah 90% atau 1 log siklus (1/10 bagian yang
hidup) pada suhu tertentu
STUDI D-VALUE

Dimana :

N= populasi mikroba

N0= jumlah awal

Nu= jumlah populasi yang bertahan hidup

T0= waktu ekpose awal

Tu = waktu yang di perlukan untuk membinasakan 90 % dari


populasi awal
STUDI Z-VALUE
Z-value : Kenaikan suhu yang dibutuhkan untuk menurunkan
harga D menjadi sepersepuluhnya, Z value menunjukan
perbedaan waktu yang diperlukan bagi setiap suhu yang
digunakan untuk menurunkan jumlah mikroba menjadi 1/10nya.

Dimana :
D0= nilai D suhu awal T0
Dx= nilai D dari suhu Tx
STUDI F0-VALUE
F0-value : sebagai waktu sterilisasi ekuivalen (dalam
menit) objek yang doekspose terhadap lingkungan jenuh
uap air pada suhu 121oC dan merupakan nilai keseluruhan
yang berasal dari formula tertentu sebagai berikut :
STUDI F0-VALUE
Dimana :
L = kecepatan kematian 10
t = variable waktu
T0 =waktu proses awal
Tt = waktu proses akhir
T(t) = variable suhu yang tergantung pada waktu/0C
Z = perbedaan suhu yang menyebabkan 10 kali perubahan
dalam kecepatan kematian
PENDEKATAN OVERKILL

Pendekatan Overkill : metode sterilisasi


menggunakan pemanasan dengan uap panas pada
suhu 121 derajat celcius selama 15 menit yang
mampu memberikan minimal reduksi setingkat log
12 dari mikroorganisme yang memiliki nilai D
minimal 1 menit. Metode overkill untuk bahan yang
tahan panas seperti zat anorganik
PENDEKATAN
BIOBURDEN
Pendekatan Bioburden : dimana pemanasan akhir yang
digunakan tidak lagi harus mencapai 121°C, sehingga produk-
produk yang dihasilkan dengan metoda ini selain dijamin
steril, bebas pirogen, bebas partikel namun kandungaannya
tetap stabil serta tidak terurai yang diakibatkan pemanasan
yang terlampau tinggi.
Dapat dilihat dari pencapaian tingkat sterilisasi yang diminta
yakni 10 pangkat 6.
Alat alat yang akan digunakan untuk proses sterilisasi
harus divalidasi terlebih dahulu dengan menggunakan
indikator yang telah distandarisasi sehingga alat layak
dipakai.

Dalam proses validasi dan monitoring harus dapat


menjamin bahwa alat berjalan dengan baik.
PENENTUAN LAMA
SIKLUS STERILISASI
1. Berdasarkan pendekatan overkill

Penentuan siklus pada metoda overkill bertujuan untuk memastikan tingkat


sterility assurance. Ini diperoleh dengan menentukan pengurangan
mikroorganisme setidaknya 12- log yang memiliki D-value satu menit pada
121oC (D121=1). Organisme yang tahan dengan pemanasan basah akan
memiliki nilai D121 > 0,1-1 menit. Sementara organisme yang kurang
tahan akan dihancurkan lebih banyak dan tingkat lebih tinggi.

D-value dari organisme dan target minimal dari pengurangan 12-log


digunakan untuk menghitung periode waktu sterilisasi (Fo)
PENENTUAN LAMA
SIKLUS STERILISASI

Grafik penentuan nilai D


PENENTUAN LAMA
SIKLUS STERILISASI
2. Berdasarkan pendekatan bioburden reduction

Sementara sterilisasi bioburden dipilih jika bahan yang disterilkan


labil terhadap pemanasan tinggi. Siklus bioburden dilakukan dengan
studi untuk menentukan jumlah dan ketahanan panas
mikroorganisme dalam produk.  

D-value diperoleh dengan menggunakan sporeforming environmental


atau isolat produk. Jika ketahanan panas organisme bioburden telah
diketahui, maka siklus bisa diperoleh. Isolat bioburden yang paling
tahan akan digunakan sebagai indikator biologis,
PEMASTIAN/
PENJAMINAN STERILITAS
Penentuan bioburden : di lakukan terhadap tiap tiap bets
produk, baik yang diproses dengan sterilisasi akhir
maupun secara aseptis. Bila parameter sterilisasi
overkill ditetapkan untuk produk dengan sterilisasi akhir,
pemantauan bioburden boleh hanya secara berkala
dengan interval menurut jadwal yang sesuai.
PEMASTIAN/
PENJAMINAN STERILITAS
Prinsip-prinsip pemantauan lingkungan produksi steril
• Sertifikasi dan validasi proses aseptic dan fasilitas, dapat dicapai
dengan penentuan efisien sisistem penyaringan, dengan
menggunakan prosedur pemantauan lingkungan secara mikrobiologi,
dan membuat media biakan steril sebagai produk simulasi. 
• Pemantauan fasilitas aseptic harus meliputi pemeriksaan
penyaringan udara lingkungan secara berkala terhadap partikulat dan
mikroba lingkungan, dan dapat meliputi proses pembuatan media
biakan steril secara berkala.
VALIDASI PROSES
STERILISASI
1. Indikator Fisik

adalah bagian dari instrumen mesin sterilisasi yang


mengukur suhu, tekanan, dan parameter yang lain apakah
alat bekerja dengan baik. Keterbatasan dari indikator ini
adalah hanya memberi informasi secara cepat tentang
fungsi alat sterilisasi. Informasi dapat salah bila tidak
dilakukan kalibrasi.
VALIDASI PROSES
STERILISASI
1. Indikator
Kimia
Indikator kimia diproduksi dalam berbagai bentuk (strip,
tape, kartu dan vial ). Dan peka terhadap satu atau lebih
parameter. Kelebihan dari indikator ini adalah
memberikan informasi secara spesifik pada setiap
kemasan.
VALIDASI PROSES
STERILISASI
1. Indikator
Biologi

adalah sediaan berisi populasimiokroorganisme spesifik dalam


bentuk spora.

Spora bersifat resisten terhadap beberapaparameter yang terkontrol


dan terukur dalamsuatu proses tertentu.

Prinsip kerja indikator biologi adalah mensterilkanspora hidup


mikroorganisme yang non-patogenikdan sangat resisten dalam
jumlah tertentu
UJI STERILITAS
(PERBEDAAN LINGKUNGAN
BAKTERI)
Aerob

Bakteri aerob adalah bakteri yang hidupnya memerlukan oksigen bebas. Bakteri yang
hidup secara aerob dapat memecah gula menjadi air, CO2 , dan energi. Bakteri aerob
secara obligatadalah bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas dalam hidupnya,
misalnya, bakteri Nitrosomonas.

Anaerob

Bakteri anaerobadalah bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen bebas, misalnya, bakteri
asam susu, bakteri Lactobacillus bulgaricus, dan Clostridium tetani. Akan tetapi, jika
bakteri tersebut dapat hidup tanpa kebutuhan oksigen secara mutlak atau dapat hidup
tanpa adanya oksigen, bakteri itu disebut bakteri anaerob fakultatif.
UJI STERILITAS
1. Uji inokulasi kedalam media sediaan uji
Pengujian langsung dari sampel dalam media
pertumbuhan.

2. Metode penyaringan membrane


Filtrasi cairan melalui membran steril. Filter ditanam
dalam media dengan masa inkubasi 7-14 hari
UJI DAN METODE
PENGHILANGAN PIROGEN
Pirogen
Sekumpulan zat yang mampu menimbulkan demam. Dapat
berupa lipid yang mengandung P , protein, polisakarida ataupun N
yang terdiri dari kuman yang hancur.
Sifat-sifat pirogen diantanranya:
Larut dalam air dantidak larut dalam pelarut – pelarut organik
Bersifat termostabil terutama dalam larutan
Tidak menguap, tetapi destilasi biasa tidak menyingkirkan
pirogen
Dapat difiltrasi
UJI DAN METODE
PENGHILANGAN
PIROGEN
Endotoksin
Toksin pada gram negatif berupa lipopolisakarida (LPS)
pada membran luar dari dinding sel yang pada keadaan
tertentu bersifat toksik pada inang dotoksin dan
eksotoksin.
SIFAT-SIFAT PIROGEN
Thermostabil, sehingga hanya dapat dihilangkan dengan
pemanasan pada suhu 650ºC selama 1 menit, 250ºC selama
15 menit atau 180ºC selama 4 jam;
Larut dalam air. Sehingga tidak bisa memakai penyaring
bakteri;
UJI PIROGEN
Rabbit test
pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan
uji secara intravena. dengan penyuntikan ≤ 10 ml/Kg bobot
badan dalam jangka waktu ≤ 10 menit.

LAL test
Metode spesifik untuk bakteri enterotoksin/ pirogen yang
signifikan berada di pabrik farmasetikal dan peralatan medis.
Berdasarkan mekanisme penggumpalan darah dari
kepiting( Limulus polypemus)
Penghilangan pirogen
a. Membilas dengan API steril
b. Destilasi
c. Ultrafiltrasi
d. Osmosa balik
e. Karbon aktif
f. Daya tarik elektrostatik
g. Daya tarik hidrofobik
METODE PENGHILANGAN
PIROGEN DARI SEDIAAN STERIL

Cara destilasi Dengan penukar ion


Cara pemanasan Dengan gamma radiasi
Cara penyerapan Getaran ultrasonic
Cara depyrogenasi
MEMAHAMI TEORI
FILTRASI
BAHAYA, SUMBER-SUMBER, CARA
MENDETEKSI PARTIKEL SEDIAAN
PARENTERAL

Kontaminasi partikel seperti partikel tak larut dalam sediaan injeksi


dapat menghambat aliran darah.
Sumber-sumber Kontaminasi partikel berasal dari Air, bahan kimia,
pakaian personil, alat – alat, lingkungan, pengemasan (gelas, plastik)
JELASKAN CARA MENDETEKSI
KEBERADAAN PARTIKEL DI DALAM
SEDIAAN PARENTERAL

Pengamatan Visible Manual Methods


Prosedur :
1. Kemasan dari larutan parenteral harus bebas dari label dan stirer.
2. Pegang kemasan pada bagian atas secara hati-hati, putar bagian pinggang kemasan
dengan gerakan memutar yang perlahan. Jika gerakan memutar terlalu cepat akan
terbentuk gelembung pada bagian permukaan. Gelembung ini dapat menjadi bias antara
partikulat pengotor atau gelembung.
3. Pegang kemasan secara horizontal sekitar 4inci dibawah sumber cahaya yang
berlawanan arah dengan background hitam-putih. Cahaya harus dijauhkan dari inspector,
dan tangan harus berada dibawah sumber lampu agar tidak terlalu silau.
4. Jika tidak ada partikel yang terlihat, balik kemasan secara perlahan dan amati
ada/tidaknya partikel berat yang tidak tersuspensi dengan gerakan memutar.
5. Observasi setidaknya dilakukan selama 5 detik untuk setiap bagian hitam dan putih
6. Tolak setiap kemasan yang memiliki partikel visible selama poses inspeksi.
TIPE-TIPE FILTER
Screen Filter
filter menggunakan layar kaku atau fleksibel untuk memisahkan pasir dan partikel halus lainnya dari air.

Depth filter
filter berbagai filter yang menggunakan porous media filtrasi untuk mempertahankan partikel di
seluruh media, bukan yang hanya di permukaan medium.

Cake filter
Bahan padat /setengah padat terkonsentrasi yang dipisahkan dari cairan dan tetap pada filter setelah
penyaringan tekanan.

Membrane Filter
Film polimer dengan peringkat pori tertentu, penghalang fisik dan menangkap partikel seperti pada
permukaan membran
JENIS WADAH
1. Wadah dosis tunggal
wadah yang kedap udara yang mempertahankan jumlah obat steril
untuk pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan yang bila
dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali yang dengan jaminan tetap
steril. Contoh: ampul.

2.      Wadah dosis ganda


wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya
perbagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kaulitas
atau kemurnian bagian yang tertinggal. Contoh vial atau botol serum
Wadah Gelas
tersusun dari pasir (silica yang hampir murni), soda abu (natrium
karbonat), batu kapur (kalsium karbonat), dan cullet (pecahan gelas
yang dicampur dengan batch pembuatan dan berfungsi sebagai bahan
penyatu untuk seluruh campuran).
 Sebagai kemasan dalam farmasi, memiliki mutu perlindungan yang
unggul, ekonomis, dan wadah tersedia dalam berbagai ukuran dan
bentuk
LANJUTAN…
Kelebihan
Inert
kedap udara
dibuat dari bahan yang relatif murah
tidak mudah terbakar, bentuknya tetap
mudah diisi
mudah ditutup
dapat dikemas menggunakan packaging line
mudah disterilisasi
mudah dibersihkan
dapat digunakan kembali
Kelemahan
lebih rapuh (mudah pecah)
lebih berat untuk pengiriman.
Kemasan untuk konsumen yang terbuat dari gelas bukan merupakan wadah yang paling tidak higienis karena wadah akan
sering dibuka berulang – ulang oleh konsumen, dimana tangannya tidak  selalu bersih.
TIPE-TIPE GELAS UNTUK
SEDIAAN PARENTERAL
1.   Tipe I – borosilicate glass 
  Pada proses pembuatan sebagian besar alkali dan kation tanah diganti
oleh boron dan atau alumunium serta zink. Mempunyai daya tahan
kimiawi yang sangat baik sehingga tidak mempengaruhi preparat
parenteral yang sangat peka, lebih baik daripada gelas natrium karbonat.
Umumnya digunakan untuk sediaan parenteral

2.   Tipe II – treated soda lime glass 


gelas soda kapur silikat yang sudah mengalami pengerjaan permukaan
pada bagian yang berhubungan dengan isinya dan mempengaruhi
preparat farmasi yang dikemas. Pada sediaan parenteral bersifat asam
dan netral.
LANJUTAN...
3.   Tipe III – regular soda lime glass 
gelas soda kapur silikat, memiliki daya tahan kimiawi yang cukup
tidak mempengaruhi preparat farmasi yang dikemas. Biasanya tidak
digunakan untuk sediaan parenteral, kecuali jika data uji stabilitas
yang sesuai menunjukkan bahwa kaca Tipe III memenuhi untuk
sediaan parenteral yang dikemas di dalamnya

4.   Tipe NP – general purpose soda lime


gelas soda kapur silikat yang digunakan untuk produk non parenteral
yang dimaksud untuk pemakaian penggunaan oral dan topical.
UJI PADA GELAS,
MELIPUTI:
powdered glass
Uji untuk mengetahui kandungan basa dalam gelas(oksida natrium,
kalium, kalsium, aluminium) dengan di larutkan ke dalam air murni
dibawah kondisi suhu tinggi dengan metode asam basa. Biasanya
digunakan pada konnten yang telah terkena sulfur dioksida.

water attack test


Di gunakan pada gelas yang telah terpapar sulfur di oksida dalam
kondisi kelembaban tertentu menggunakan metode titrasi asam basa
LANJUTAN...
Pencucian 
Seluruh alat-alat dan wadah gelas dicuci dengan sabun cuci dan disikat. 
Dibilas dengan air kran yang mengalir sampai bersih. 
Ditiriskan alat atau wadah sampai alat-alat tersebut mengering

Sterilisasi
Dengan Pemanasan Basah autoklav pada suhu 121°C salama 15 menit.

Depirogenasi
Meliputi kombinasi pengeringan, oksidasi dan pembakaran. Di keringkan dan di
panaskan 250°C selama 45 menit dalam oven dan laminar air flow.
KATEGORI PLASTIK

1. Termoset
stabil pada pemanasan dan tidak dapat dilelehkan dan tidak dapat
dibentuk ulang. untuk membuat penutup wadah gelas atau logam.

2. Ter moplastik
plastik yang dapat dibentuk ulang dengan proses pemanasan. Polimer
termoplastik digunakan dalam pembuatan berbagai jenis
wadahsediaan farmasi.
KEUNTUNGAN DAN
KERUGIAN PLASTIK
Keuntungan
Fleksibel dan tidak mudah rusak/pecah
Lebih ringan
Dapat disegel dengan pemanasan
Mudah dicetak menjadi berbagai bentuk
Murah
Kerugian

Kurang inert
Beberapa mengalami keretakan dan distorsi jika kontak dengan beberapa senyawa kimia
Beberapa sangat sensitif terhadap panas
Kurang impermeabel terhadap gasdan uap seperti gelas
Dapat memiliki muatan listrik yang akan menarik partikel
Zat tambahan pada plastik mudahdilepaskan ke produk yang dikemas
Senyawa-senyawa seperti zat aktif dan pengawet dari produk yang dikemas dapat tertarik
ZAT-ZAT ADITIF PADA BAHAN
WADAH PLASTIK

1. Antioksidan
Contoh: fosfat dan tioester.
2. Stabilizer
Contoh: garam asam lemak, oksida anorganik, organometalik.
3. Lubricant
Contoh , logam stearat, lemak paraffin, silicon, fatty alcohol.
4. Plasticizer
Contoh: dialkil phtalat, polimer dengan BM kecil.
5. Filler (Bahan Pengisi)
polimer memperbaiki fleksibilitas
6. Colorant (Bahan Pewarna)
untuk memberikan warna pada plastik
JENIS-JENIS PLASTIK:
Poly (vinyl Chloride)
Polyethylene Terephtalate (PET)
Acrylic multi polymer (Nitrile Polymers)
 Polycarbonate
Nylon
Polystyrene
Polyolefins
KARET TUTUP PADA
WADAH SEDIAAN STERIL
Karakteristik:
Bahan: campuran kompleks polimer dasar (elastomer), pengisi, akselerator ,vulcanizing
agent (bahan vulkanisir) dan pigmen.

Sifat:
Permukaan harus licin dan tidak berlubang
Menutup rongga-rongga kecil pada permukaan
Kekerasan dan elastisitasnya harus mencukupi
Mudah ditembus oleh jarum syringe hipodermik dan menutup rapat kembali dengan
cepat
Tak mengalami perubahan sifat akibat proses sterilisasi
Impermeabel terhadap udara dan lembab
JENIS KARET YANG DI
PAKAI:
Karet alami atau mentah
Berasal dari lateks(getah)Hevea brasiliensis

Karet sintetis
Memiliki sifat lebih resisten terhadap temperatur tinggi dan waktu,
serta lebih mahal dibandingkan karet alami
BAHAN TAMBAHAN
PADA TUTUP KARET
Vulcanizing agent
Akselerator
Aktivator
Antioksidan-antiozon
Plasticizer- lubrikan
 Pengisi
Pigmen
PRINSIP PENGENDALIAN
R. ASEPTIK PRODUKSI
STERIL.
Bebas mikroorganisme aktif (udara yang ada di dalam ruangan
disaring dengan HEPA filter agar mendapatkan udara yang bebas
mikroorganisme dan partikel)

Ada batasan kontaminasi dengan partikel

Tekanan positif(udara di dalam mengalir ke luar )

Minimal terbagi atas tiga area, yaitu area kotor (black area),
intermediate area (grey area), dan area bersih (white area).
METODE VENTILASI UDARA
YANG MENGHASILKAN
UDARA BERSIH
AHU(Air Handling Unit)
seperangkat alat yang dapat mengontrol suhu, kelembaban, tekanan
udara, tingkat kebersihan (jumlah partikel/mikroba), pola aliran udara,
jumlah pergantian udara dll.Bagian alat dari AHU diantaranya:
Dumper,Ducting.,Filter,Static Pressure Fan (blower) dan Cooling coil.
KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM
( Tanpa pendinginan )

Pada prInsipnya Air Handling System terdiri dari :


1. Blower / fan : Meniupkan udara ke ruangan-ruangan melalui ducting.
2. Filter : Menyaring udara yang dikeluarkan blower / fan
3. Ducting : Menyalurkan udara dari blower ke ruangan –
( berfungsi seperti pipa air atau selang air ).
4. Damper : Mengatur besarnya tekanan yang akan masuk kedalam
ruangan-ruangan
5. Diffuser : Adalah ujung dari ducting yang membawa udara masuk
kedalam ruangan (supply grill) atau ujung dari ducting yang
membawa udara keluar ruangan (return grill)

Air Handling System dengan perlengkapan seperti diatas hanya menghasilkan udara
dengan kualitas tertentu tetapi tidak mendinginkan ruangan. 223
KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM
( Tanpa pendinginan )

BLOWER / FAN FILTER

INLET
GRILL

OUTLET
GRILL

DUCTING DAMPER DIFFUSER


224
KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM
Ilustrasi awal

FILTER BLOWER FILTER DAMPER DUCTING

DIFFUSER

225
KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM
_________________________________
Posisi Pemasangan

MEDIUM-FILTER
( Didalam housing )

PRE FILTER PRE FILTER BLOWER


( Diluar ) ( Didalam housing ) / FAN
226
KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM
_________________________________
Posisi Pemasangan

DUCTING
DAMPER
227
KOMPONEN AIR HANDLING SYSTEM
_________________________________
Posisi Pemasangan

DIFFUSER DIFFUSER
Inlet grill return grill

PERHATIAN :
Diskusi tentang posisi
yang baik untuk inlet
grill dan return grill
228
HVAC ( HEATING VENTILATION AND AIR
CONDITIONING)
Adalah bahan yang digunakan untuk menyaring udara dalam Air Handling System
dengan tujuan untuk menghasilkan udara yang lebih bersih setelah melaluinya.

Dalam HVAC dikenal 3 jenis filter yang biasa terpasang dalam pabrik farmasi :
1. Filter kasar atau coarse filter atau lazimnya disebut “pre filter.
Filter ini mempunyai efisiensi 30% - 40%
2. Filter menengah atau medium filter.
Filter ini mempunyai efisiensi 85% - 95%
3. Filter halus atau HEPA ( High Efficiency Particulate Air )
Filter ini mempunyai efisiensi 99,997%

Pre-filter dan medium filter terpasang dalam rumah filter (bahasa populer : housing)
sedangkan filter HEPA terpasang dalam ruangan.

Satu jenis yang lain filter ultra halus , belum lazim digunakan, tidak dibicarakan
229
F I L T E R
______________________
Arti Efisiensi
Kemampuan filter untuk menahan dan membersihkan udara yang melaluinya

PRE FILTER
30% - 40% 2 dari 3 lolos

MED- FILTER
85% - 95% 1 dari 16 lolos

(> 95%) HEPA FILTER


99,997% Praktis tak ada
yg lolos

230
KESIMPULAN : PERSENTASE EFISIENSI MENUNJUKKAN KERAPATAN
H VAC
______________________
Kualitas Udara Yang Dihasilkan

1. PARTIKEL SYARAT BAGI PARTIKEL


a. Ukuran ≤ 0.5 μ.
Partikel dengan ukuran ≥ 0,5 μ dalam ruang
pengolahan non steril , dibatasi jumlahnya.
2. KELAS 100
b. Tidak patogen
c. Jumlah partikel dihitung saat pabrik belum
beroperasi
3 KELAS 10.000 d. Jumlah partikel dihitung memakai “particle
( White ) counter”

4. KELAS ≤ 100.000
( Grey )

5. KELAS > 100.000


( Black )
231
H VAC
______________________
Kualitas Udara Yang Dihasilkan

1. PARTIKEL 1. ARTI
a. Udara mengandung partikel ≤100 / feet 3.
b. Udara dihasilkan dari filter HEPA yang terpasang
pada seluruh langit-langit (plafond) atau satu
2. KELAS 100
sisi dinding yang meniupkan udara kedalam
ruangan.
c. Filter akhir yang terdapat pada seluruh area tsb
3 KELAS 10.000 adalah filter HEPA dengan efisiensi 99.997 %.
( White ) d. Terminal HEPA filter adalah plafond atau dinding.
2. LOKASI
a. Dalam ruangan atau bench Laminar Air Flow (LAF)
4. KELAS ≤ 100.000
( Grey ) b. Dalam ruangan atau kamar yang seluruh langit-2
(plafond) nya atau 1 sisi dinding terdiri dari filter
HEPA.
5. KELAS > 100.000 3. DISYARATKAN BAGI
( Black )
a. Ruang dalam (Bench) Laminar Air Flow (LAF)
232
b. Aktivitas pengisian ( filling ) sediaan steril.
Hubungan antara HVAC dan LAF
______________________
Kualitas Udara Yang Dihasilkan

1. PARTIKEL
Satu bagian dinding
mensupply atau me-
masok udara melalui
filter HEPA.
2. KELAS 100
( Bagaimana dengan
ruangan ? )

3 KELAS 10.000 Laminar Air Flow (LAF)


( White )

4. KELAS ≤ 100.000
( Grey )

5. KELAS > 100.000


( Black ) Inlet air - LAF Inlet air & Outlet - LAF

233
F I L T E R
______________________
Kualitas Udara Yang Dihasilkan

1. PARTIKEL
1. ARTI
a. Udara mengandung partikel max 10.000 / feet 3.
b. Udara dihasilkan dari filter HEPA yang terpasang
2. KELAS 100
pada terminal tertentu yang meniupkan udara
kedalam ruangan.
c. Filter akhir yang terdapat pada terminal tertentu
3 KELAS 10.000 tsb adalah filter HEPA dengan efisiensi 99.997 %.
( White ) d. Inlet air grill adalah filter HEPA.
2. LOKASI

4. KELAS ≤ 100.000 a. Dalam ruang pengolahan sediaan steril


( Grey ) b. Dalam ruang LAF – lab. mikrobiologi
3. DISYARATKAN BAGI
Ruang pengolahan sediaan steril.
5. KELAS > 100.000
( Black )
234
F I L T E R
______________________
Kualitas Udara Yang Dihasilkan

1. PARTIKEL Inlet Air Grill


adalah filter
HEPA

2. KELAS 100

3 KELAS 10.000
( White )

4. KELAS ≤ 100.000
( White )

5. KELAS > 100.000


( Black )
235
F I L T E R
______________________
Kualitas Udara Yang Dihasilkan

1. PARTIKEL
1. ARTI
a. Udara mengandung partikel ≤100.000/feet3.
b. Udara dihasilkan dari filter MEDIUM yang
2. KELAS 100
terpasang pada blower / fan untuk menyaring
udara yang akan ditiupkan melalui ducting
kedalam ruangan.
3 KELAS 10.000
( White ) 2. LOKASI
a. Dalam ruang pengolahan sediaan non steril
b. Dalam ruang sampling
4. KELAS ≤ 100.000
( Grey ) 3. DISYARATKAN BAGI
Ruang pengolahan sediaan non sterilsteril.

5. KELAS > 100.000


( Black )
236
F I L T E R
______________________
Kualitas Udara Yang Dihasilkan

1. PARTIKEL

2. KELAS 100

3 KELAS 10.000
( White )

4. KELAS ≤ 100.000
( Grey )

5. KELAS > 100.000


( Black )
237
F I L T E R
______________________
Kualitas Udara Yang Dihasilkan

1. PARTIKEL

2. KELAS 100
1. ARTI
a. Udara mengandung partikel > 100.000/feet3.
b. Udara dihasilkan dari filter kasar atau pre
3 KELAS 10.000
( White ) filter yang terpasang pada blower / fan untuk
menyaring udara yang akan ditiupkan melalui
atau tanpa ducting kedalam ruangan.
4. KELAS ≤ 100.000
( Grey ) 2. LOKASI
Dalam ruang non pengolahan.
3. DISYARATKAN BAGI
5. KELAS > 100.000
( Black ) Ruang non pengolahan.
238
F I L T E R
______________________
Kualitas Udara Yang Dihasilkan

1. PARTIKEL

2. KELAS 100

3 KELAS 10.000
( White )

4. KELAS ≤ 100.000
( Grey )

5. KELAS > 100.000


( Black )

239
LANJUTAN...
LAF(Laminair airflow)
Tempat bekerja secara aseptic, untuk tes sterilitas, aseptic dispensing,
dan i.v. mixture (pencampuran obat suntik). Tekanan yang ada di
dalam ruangan laminair airflow dibuat menjadi tekanan negatif.
LETAK DAN DESAIN
CLEANING ROOM
Cleaning room di kaktegorikan ke dalam dua
kelas :
• Ruang Kelas I (White area)
• Ruang Kelas II (Grey area)
Ruang kelas I berada di ruang kelas II namun
terdapat LAF di dalamnya
JELASKAN PERSONEL
SEBAGAI SUMBER
KONTAMINASI.
Operator atau petugas merupakan media paling
baik dalam pertumbuhan
mikroorganisme,Petugas produksi steril harus
bebas dari kotoran dan mikroorganisme dengan
mengganti baju, dan menggunakan antiseptik
untuk menyeterilkan badan.
ANALISIS RESIKO
LINGKUNGAN 

Proses prediksi kemungkinan dampak negatif yang terjadi terhadap


lingkungan sebagai akibat dari kegiatan tertentu.
Tahapan ARI:
1. Tentukan batasan studi /analisis
2. Tentukan area yang ingin diperdalam dan informasi yang ingin di
dapat
3. Uji dampak lingkungan berdasarkan informasi data dan
pengkategorian data yang telah dikumpulkan
4.  Evaluasi informasi yang di peroleh
JELASKAN KLASIFIKASI
UDARA RUANGAN

Anda mungkin juga menyukai