Parenteral
a) Steril
b) Bebas Pirogen
Sediaan Parenteral Volume Besar harus steril dan
bebas pirogen karena :
- Sediaan diinjeksikan langsung kedalam aliran darah
(i.v).
- Sediaan ditumpahkan pada tubuh dan daerah gigi
(larutan penguras).
- Sediaan langsung berhubungan dengan darah
(hemofiltrasi).
- Sediaan langsung ke dalam tubuh (dialisaperitoneal).
c). Bebas dari bahan pertikulat( jernih), karena dapat
menyebabkan emboli.
d). Dikemas dalam wadah dosis tunggal
e). Tidak mengadung bahan baktersid karena volume
cairan terlalu besar.
f). Isotonis dan isohidris
Persyaratan Sediaan Parenteral
1. Absorbsi
Obat, untuk dapat menimbulkan aksi dan menghasilkan
efek, terlebih dahulu harus diabsorbsi. Proses absorbsi
meliputi masuknya obat hingga sampai ke aliran darah.
Intravena tidak mengalami tahap absorbsi. Obat
langsung dimasukkan ke pembuluh darah sehingga
kadar obat didalam darah diperoleh dengan cepat, tepat
dan dapat disesuaikan langsung dengan respons
penderita. Injeksi larutan obat secara langsung ke aliran
darah memberikan prediksi respon farmakologik yang
lebih baik.
Kerugiannya adalah obat yang sudah diberikan
tidak dapat ditarik kembali, sehingga efek toksik
lebih mudah terjadi. Jika penderita alergi akan
lebih terjadi. Pemberian intravena harus dilakukan
perlahan-lahan sambil mengawasi respons
penderita.
Pada daerah subcutan hanya boleh dilakukan
untuk obat yang tidak iritatif terhadap jaringan.
Absorbsi biasanya berjalan lambat dan konstan,
sehingga efeknya bertahan lebih lama. Absorbsi
menjadi lebih lambat jika diberikan dalam bentuk
padat yang ditanamkan dibawah kulit atau dalam
bentuk suspensi. Pemberian obat bersama dengan
vasokonstriktor juga dapat memperlambat
absorbsinya.
Intramuscular dan Subcutan, absorbsi pada
kedua injeksi ini akan lebih cepat jika diberikan
dalam bentuk cairan. Kecepatan absorbsinya
tergantung pada vaskularisasi di wilayah tubuh
yang diinjeksi. Faktor lainnya yang mempengaruhi
adalah konsentrasi obat, derajat ionisasi dan
bentuk lipid nonion, serta wilayah injeksi.
Untuk intrathecal, obat langsung dimasukkan
kedalam ruang subaraknoidspinal, dilakukan bila
diinginkan efek obat yang cepat dan setempat pada
selaput otak atau sumbu cerebrospinal seperti
pada anestesiaspinal atau pengobatan infeksi
sistem saraf pusat yang akut.
Faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan
biotransformasi
1. Faktor Intrinsik
Meliputi sifat yang dimiliki obat seperti sifat fisika-
kimia obat, lipofilitas, dosis, dan cara pemberian.
Banyak obat, terutama yang lipofil dapat menstimulir
pembentukan dan aktivitas enzim-enzim hati.
Sebaliknya dikenal pula obat yang menghambat atau
menginaktifkan enzim tersebut, misalnya anti
koagulansia, antidiabetika oral, sulfonamide,
antidepresivatrisiklis, metronidazol, allopurinol dan
disulfiram (Tan HoanTjay dkk., 1978).
2. Faktor-Fisiologi meliputi sifat-sifat yang dimiliki
makhluk hidup seperti: jenis atau spesies, genetik,
umur, dan jenis kelamin.
a. Perbedaan Spesies dan Galur
Dalam proses metabolisme obat, perubahan
kimia yang terjadi pada spesies dan galur
kemungkinan sama atau sedikit berbeda, tetapi
kadang-kadang ada perbedaan yang cukup besar
pada reaksi metabolismenya.
Pengamatan pengaruh perbedaan spesies dan
galur terhadap metabolisme obat sudah banyak
dilakukan yaitu pada tipe reaksi metabolik atau
perbedaan kualitatif dan pada kecepatan
metabolismenya atau perbedaan kuantitatif
(Siswandono dan Soekardjo,2000).
b. Faktor Genetik
Perbedaan individu pada proses metabolisme
sejumlah obat kadang-kadang terjadi dalam sistem
kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor
genetik atau keturunan berperan terhadap
kecepatan metabolisme obat (Siswandono dan
Soekardjo,2000).
c. Perbedaan umur
Tahapan Uji:
Menentukan waktu aksi yang diharapkan
Memilih pembawa yang dapat memberikan hasil
yang sesuai harapan
Evaluasi invivo: penentuan kadar obat di dalam
darah hewan
Evaluasi Sediaan Parenteral
- Potensi/Kadar
Penentuan kadar dilakukan dengan pektoskopi UV,
HPLC, Spektroskopi IR.
- Ph
Adanya perubahan pH mengindikasikan telah
terjadi penguraian obat atau interaksi obat dengan
wadah.
- Warna
Perubahan warna umumnya terjadi pada
sediaan parenteral yang disimpan pada suhu tinggi
(> 40 0C). Suhu tinggi menyebabkan penguraian.
- Kekeruhan
Alat yang dipakai adalah Tyndall, karena
larutan dapat menyerap dan memantulkan sinar.
Idealnya larutan parenteral dapat melewatkan 92-
97% pada waktu dibuat dan tidak turun menjadi
70% setelah 3-5 tahun.Terjadinya kekeruhan dapat
disebabkan oleh : benda asing, terjadinya
pengendapan atau pertumbuhan mikroorganisme.
- Bau Pemeriksaan bau dilakukan secara periodik
terutama untuk sediaan yang mengandung sulfur
atau anti oksidan.
- Toksisistas
Lakukan uji LD 50 atau LD 0 pada sediaan
parenteral selama penyimpanan.
- Evaluasi Wadah
- Keseragaman bobot
- Keseragaman volume
TERIMAKASIH