Anda di halaman 1dari 31

Biofarmasi Sediaan Oral

DISUSUN OLEH:
Kelompok 3
Gonzales sinaga (1701011189)
Lilis wismita sitorus (1701011319)
Mutia sari (1701011288)
Putri widya (1701011325)
Pratiwi julianti (1701011430)
Rizky wahyu ramadani (1701011434)
Sonya rizkika sanjaya (1701011266)
PENDAHULUAN
 Pemberian obat peroral merupakan cara pemberian yang paling
alamiah untuk semua bahan yang akan diserap oleh organ tubuh.
Fungsi alat cerna adalah menyerap sebagian besar bahan-bahan
yang diperlukan untuk hidup. Cara pemberian obat per oral paling
banyak dipakai di luar lingkungan rumah sakit terutama untuk
pengobatan sendiri.

 Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak


dipakai karena ini merupakan cara yang paling mudah, murah,
aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat di
berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau
puyer. Untuk membantu absorbsi , maka pemberian obat per oral
dapat di sertai dengan pemberian setengah gelas air atau cairan
yang lain.
JENIS JENIS SEDIAAN ORAL
- Kapsul
- bubuk/puyer
- Tablet
- Pil
- sirup
Aspek Biofarmasi Saluran Cerna
Organ pH Waktu Transit

Mulut 6,7-7 2 menit

Esophagus 6,7-7 0,1 – 2 menit

Lambung 1 – 2 (puasa) 10 menit – 1 jam


3 (makan) 1 – 8 jam

Duodenum 4–6 5 – 15 menit

Jejunum 6–7 2 – 3,5 jam


Ileum 7–8 3 – 6 jam

Kolon 7–8 1 jam


Anatomi dan fisiologi Biofarmasi Mulut
 Waktu kontak sebentar karena
daerah absorpsi sempit
 Kapasitas kelarutan berbeda untuk
sediaan cair dan tablet. Untuk
dosis besar penyerapan kecil
karena volume cairan sedikit
 Mulut kurang berperan dalam
penyerapan sediaan oral kecuali
untuk sediaan sub lingual akibat
vaskularisasi yang tinggi. Jadi
Sublingual hanya untuk zat aktif
dalam dosis kecil
Anatomi dan fisiologi Biofarmasi lambung

 pH asam lambung berubah-ubah dari asam


ke netral Banyak faktor yang
mempengaruhi seperti adanya enzim
proteolitik, asam lambung dan mucin.
 Waktu transit dalam lambung dipengaruhi
oleh :
- volume
- Konsistensi
- Keasaman
- Kadar lemak
-Emosi, menyebabkan penutupan
pylori
- Posisi tidur pada sisi kanan
Lanjutan...

• Variasi waktu transit terjadi akibat variasi banyaknya makanan


dalam lambung yang mempengaruhi pembukaan pilorus. Ketika
lambung kosong dan sediaan encer waktu transit skt 10 menit.
Untuk lambung penuh terisi makanan waktu transit s.d 8 jam.

• Proses biofarmasi sediaan sustained release; zat aktif dilepaskan


dalam matrix yang konstan.

• Proses biofarmasi terpanjang : sediaan sustained release berupa


tablet salut tergranulasi
Anatomi dan fisiologi Biofarmasi usus
 Dipengaruhi oleh gerak peristaltik
 Duodenum dan bagian pertama
jejenum memiliki fungsi
pencernaan yang sangat nyata,
sedangkan bagian kedua jejenum
dan ileum fungsi penyerapannya
lebih berperan.
 Sebagian besar sediaan obat setelah
tervaskularisasi dari usus akan
menuju hati
Anatomi dan fisiologi Biofarmasi usus
kecil
 Usus kecil tdd;
- Duodenum
- Yeyenum
- Ileum
• Konstituen ;
Kelenjar pankreas : pankreatic, kolesterol esterase
-
- Kelenjar empedu : mucin, getah empedu
- Kelenjar usus : mucin, enzim, proenzim, bikarbonat
•Konsistensi : semisolid sampai dengan cair
lanjutan
 Tegangan permukaan : rendah karena adanya
garam empedu.
 Gerakan : segmentasi, peristaltik dan pendular
 Catatan :
- macam2 mekanisme absorpsi terjadi di sini
- transpor aktif pada bagian atas; riboflavin,
turunan penisilin, griseofulvin, tetrasiklin
- Contoh obat yang rusak oleh sistem enzim :
insulin
Anatomi dan fisiologi Usus Besar

 Konstituen :
 Mucus ; sekresinya sedikit
 Mikroflora; produksi enzim penisilinase , cellulase
(zat tertentu yang mempermudah absorpsi vitamin
tertentu)
 Konsistensi ; pasta yang sangat kental (fungsi
dehidratasi)
 Gerakan ; peristaltik dan segmentasi
lanjutan

 Hambatan : konsistensi yang padat/ volume cairan


kecil
 Obat yang menurun ketersediaan hayatinya adalah
obat yang sangat kecil kelarutannya dalam saluran
cerna sangat kecil atau tidak larut lemak
 Contoh : sulfaguanidin hanya untuk obat lokal
sakit perut, tidak untuk efek sistemik
Rute Perjalanan Obat Oral Dalam Tubuh

 Fase biofarmasi atau biofarmasetika adalah fase yang


meliputi waktu mulai penggunaan obat melalui mulut sampai
pelepasan zat aktifnya kedalam cairan tubuh. Fase ini
berhubungan dengan ketersediaan farmasi dari zat aktifnya
dimana obat siap diabsorbsi.

 Fase farmakokinetika adalah fase ini meliputi waktu selama


obat diangkut ke organ yang ditentukan, setelah obat dilepas
dari bentuk sediaan. Obat harus di absorbsi ke dalam darah,
yang akan segera di distribusikan melalui tiap-tiap jaringan
dalam tubuh. Dalam darah obat dapat mengikat protein darah
dan mengalami metabolisme, terutama dalam melintasi hepar
(hati). Fase farmakokinetika terdiri dari absorbsi, distribusi,
metabolisme, dan ekskresi.
Lanjutan...

 Fase farmakodinamika adalah fase dimana obat telah


berinteraksi dengan sisi reseptor dan siap memberikan
efek. Kebanyakan obat pada tubuh bekerja melalui
salah satu dari proses interaksi obat dengan reseptor,
interaksi obat dengan enzim, dan kerja obat non
spesifik.Interaksi obat dengan reseptor terjadi ketika
obat berinteraksi dengan bagian dari sel, ribosom, atau
tempat lain yang sering disebut sebagai reseptor.
Semakin banyak reseptor yang diduduki atau bereaksi,
maka efeknya akan meningkat.
Tahap Utama Biofarmasetika Oral
1. Liberasi (pelepasan)

Pelepasan zat aktif dipengruhi oleh keadaaan


lingkungan biologis dan mekanis pada tempat pemasukan
obat, misalnya gerak peristaltic usus, dan hal ini penting
untuk bentuk sediaan yang keras atau kenyal (tablet,
suppositoria dll).
Sebagaimana diketahui, tahap pelepasan ini dapat
dibagi dalam dua tahap yaitu tahap pemecahan dan
peluruhan misalnya untuk sebuah tablet. Dari tahap pertama
ini diperoleh suatu disperse halus padatan zat aktif dalam
cairan di tempat obat masuk ke dalam tubuh.
2 Disolusi (Pelarutan)
Setelah terjadi pelepasan yang bersifat setempat, maka tahap
kedua adalah pelarutan zat aktif yang terjadi secara progresif,
yaitu pembentukan disperse molekuler dalam air. Tahap
kedua ini merupakan keharusan agar selanjutnya terjadi
penyerapan. Tahap ini juga diterapkan pada obat-obtan yang
dibuat dalam bentuk larutan zat aktif dalam minyak, tetapi
yang terjadi adalah proses ekstraksi (penyarian). Setelah
pemberian sediaan larutan, secara in situ dapat timbul
endapan zat aktif yang biasanya berbentuk amorf sebagai
akibat perubahan pH dan endapan tersebut selanjutnya akan
melarut lagi.
3. Absorpsi
Absorpsi obat melalui saluran cerna pada umumnya
terjadi secara difusi pasif, karena itu absorpsi mudah
terjadi bila obat dalam bentuk nonion dan mudah larut
dalam lemak. Absorpsi obat di usus halus selalu jauh
lebih cepat dibandingkan di lambung karena permukaan
epitel usus halus jauh lebih luas dibandingkan dengan
epitel lambung. Absorpsi secara transport aktif terjadi
terutama di usus halus untuk zat-zat makanan : glukosa
dan gula lain, asam amino, basa purin dan pirimidin,
mineral, dan beberapa vitamin.
Aspek biofarmasetika dari obat dan produk, yaitu :
1. Kelarutan
Kelarutan berkaitan dengan disolusi (pelarutan) yaitu laju larutnya suatu zat
dalam satuan waktu. Kelarutan merupakan parameter biofarmasetik untuk
pemberian oral, karena obat harus larut dalam cairan lambung sebelum
diabsorpsi.
2. Hidrofilisitas / lipofilisitas
Lipofilisitas penting dalam biofarmasetik karena sifat tersebut berefek
terhadap partisi pada membran biologis dan karenanya mempengaruhi
permeabilitas melalui membran yaitu berikatan atau berdistribusi pada
jaringan in vivo.
3. Bentuk garam dan polimorf
Bentuk padatan akan mempengaruhi sifat zat padat tersebut antara lain
kelarutan, laju disolusi, stabilitas, higroskopisitas, dan juga memberi dampak
pada proses manufaktur dan kinerja klinis. Bentuk garam dapat dipilih, yang
mempunyai kelarutan lebih besar, dan ini akan memperbaiki laju disolusi dari
zat aktif.
4. stabilitas
Stabilitas fisik mengacu pada perubahan senyawa obat padat
yaitu termasuk transisi polimorfik, solvatasi/desolvatasi.
Ditingkat produk stabilitas menyangkut integritas sifat mekanis
(kekerasan, friabilitas, swelling) dan perubahan pada tampilan
produk.
5. Sifat partikel dan serbuk
Sifat ruah (curah) serbuk farmasetis termasuk ukuran partikel,
kerapatan, aliran, wettability, dan luas permukaan. Beberapa
sifat tersebut penting dari pandangan proses pabrikasi
(manufaktur),
6. Formulasi
Bahan tambahan (eksipien) ditambahkan dalam suatu produk
dapat mempengaruhi absorpsi obat.
Faktor Yang Berperan Dalam Penyerapan

 Faktor Fisiologi
1. Permukaan penyerap
Lambung lebih berperan pada penggetahan dibandingkan penyerapan.
Namun mukosa lambung dapat melakukan penyerapan tergantung
lamanya kontak, bentuknya non ionik dan lipofilitas.
Usus halus memiliki luas permukaan penyerapan sekitar 40 – 50
meterpersegi. Sehingga peran penyerapan zat dominan.
2. Umur
Saluran pencernaan pada bayi baru lahir bersifat sangat permeabel
dibandingkan dengan yang lebih umurnya, selain itu fungsi enzimatik
belum berfungsi sempurna yang kemungkinan dapat menyebabkan
penyerapan dosis berlebih. Demikian juga orang tua fungsi sistem
pencernaan dan enzimatik fungsinya menurun.
3. Sifat membran biologi
Sifat utama lipid memungkinkan terjadinya difusi pasif zat aktif yang
bersifat lipofil dan tak terionkan dilambung. Jenis transfor zat aktif
diusus halus meliputi :
- Transfor dengan pembentukan pasangan ion
- Transfor sederhana
- Transfor aktif
- Pinositosis
Adanya berbagai macam mekanisme penyerapan tersebut menyebabkan
pelipatgandaan zat aktif yang diserap dan masuk ke aliran darah.

4. Laju pelewatan dan waktu tinggal dalam lambung


Zat aktif yang sukar diserap dilambung pelewatannya harus cepat dan
agar segera lewat ke usus yang transitnya lama agar penyerapan optimal.
Disini ada yang meningkatkan dan ada yang menurunkan seperti apa
yang dijelaskan diatas.
5. pH dan perubahan pH karena formulasi
Derajat keasaman pH cairan saluran cerna terbatas pada pH
1-8. Zat aktif yang bersifat asam lemah dapat diserap
dilambung, dan yang bersifat basa diserap diusus.

6. Tegangan permukaan
Tegangan permukaan zat aktif pada cairan usus menurun
karena adanya garam empedu yang dapat memudahkan
pembasahan dan meningkatkan pelarutan.

7. Kekentalan
Kekentalan yang ditambahkan dalam formulasi akan
meningkatkan waktu tinggal sehingga dapat memberikan
kesempatan penyerapan zat aktif.
8. Isi saluran cerna yang dapat mengubah zat aktif
a. Musin
Senyawa ini merupakan mukopolisakarida alami dalam lapisan sal
pencernaan yang dapat membentuk kompleks dengan zat aktif dan
menghambat penyerapan. Tetapi musin juga dapat berperan sebagai
pembawa atau media penyerapan zat aktif.
b. Garam empedu
Zat ini dapat menurunkan tegangan permukaan zat aktif terutama yang
bersifat lipofil dalam pencernaan sehingga dapat berinteraksi dengan
enzim pencernaan.
c. Ion-ion tertentu
Ion Ca, Mg dan Fe yang bervalensi dua atau tiga dapat membentuk
kompleks kelat yang tidak larut sehingga tidak diserap dalam saluran
pencernaan. Contohnya tetrasiklin.
d. Flora Usus
Contohnya enzim penisilinase yang dapat merusak golongan zat aktif
penisilin.
• Faktor Patologi

1. Gangguan Fungsi Penggetahan


Pengeluaran getah lambung yang menurun pada saat
tukak lambung akan mengurangi penyerapan zat aktif
tertentu. Demikian juga berkurangnya getah empedu
akan menyulitkan pencernaan lemak.
2. Gangguan transit
Waktu tinggal dalam lambung akan meningkat pada
kondisi : penyempitan pilorus, tukak lambung,
peradangan saluran pencernaan. Pada kondisi diare
waktu transit akan dipercepat sehingga penyerapan
akan menurun.
Kinetika Pelepasan Zat Aktif Sediaan Oral

I. Bentuk Sediaan Cair


1. Zat aktif yang terlarut dalam pelarutnya
Contohnya sirup, elixir
2. Zat aktif yang terdispersi
Contohnya suspensi dan emulsi
Penyerapan akan optimal jika zat aktif berada dalam
bentuk aktif terlarut dan tak terionkan, diusahakan
sediaan obat dapat tercampur dengan air sehingga
dapat melepaskan zat aktif.
2. Bentuk sediaan terdispersi
a. Sediaan Emulsi
Pada umumnya fase luar emulsi adalah fase air. Fase air tersebut
bercampur dengan getah saluran cerna dan selanjutnya dapat membasahi
mukosa penyerap.
Zat aktif yang teremulsi dapat berupa :
- Merupakan fase yang terdispers (emulsi lipid seperti minyak ikan)
- Terlarut dalam fase minyak yang terdispers (Vitamin A atau K)

b. Sediaan suspensi
Zat aktif bentuk padat dan halus, akan tersebar dan terbasahi sempurna
oleh media berair dan tercampur dengan cairan cerna.
Predisposisi suspensi obat dalam tubuh terjadi dalam 2 tahap :
1. Pelarutan atau pendispersian partikel zat aktif
2. Penyerapan zat aktif terlarut
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelarutan partikel spesifik
sediaan suspensi :

1. Kekentalan
Zat pengental merupakan penstabil sediaan, dapat meningkatkan waktu transit,
namun terkadang dapat menghambat atau mengurangi kelarutan zat aktif.

2. Ukuran partikel
Ukuran partikel harus sehalus mungkin dan seragam. Karena kestabilannya sangat
mudah berubah seperti “caking”, karena penggabungan dari masing-masing
partikel, disini dapat dicegah dengan adanya pengental atau suspending agent.

3. Kapsul lunak
Sediaan mengandung zat cair atau setengah padat
Masalah yang sering terjadi adalah pada saat pembukaan seluung gelatin.
Waktu yang diperlukan untuk pembukaan gelatin rata-rata 10 menit.
Mekanismenya dengan melarutnya secara perlahan dari kapsul gelatin, berlubang lalu
sobek.
4. Kapsul keras
Predisposisi zat aktifnya yaitu :
a. Pembukaan kapsul gelatin
Ketika kapsul gelatin masuk ke dalam lambung maka gelatin mulai melarut
Hal ini bergantung pada :
 Ukuran kapsul
Kapsul yang bentuknya atau berukuran besar maka penyerapan akan lebih
lama. Hal ini bergantung pada :
 pH lambung
 Suhu harus mendekati nilai normal.
Pada percobaan invitro bahwa waktu pembukaan kapsul pada suhu 35-
370C adalah 10-15 menit
 Interaksi gelatin dan isi kapsul
Beberapa zat aktif akan berinteraksi dengan gelatin kapsul sehigga dapat
memperkuat kekerasan kapsul dan memperlama pembukaan kapsul,
terutama pada penyimpanan yang lama yang kontak dengan udara luar.
Kinetika tablet

 Tablet biasanya diberikan bersama air karena air


akan mempercepat pembasahan dan penembusan
sampai ke bagian dalam sediaan sehingga
memugkinkan akan hancur. Dengan adanya air
maka akan mempercepat terjadinya waktu transit
tablet didalam lambung.
 Dalam sediaan tablet pemecahan dan pelarutan
sangat menentukan penyerapannya, pelarutan 20
kali lebih lambat dibandingkan penghancuran
Keuntungan dan Kerugian Pemberian Obat Per
Oral
1. Keuntungan
Keuntungan dari pemberian obat per oral adalah :
a. Harga relative lebih murah.
b. Bisa di kerjakan sendiri boleh pasien.
c. Tidak menimbulkan rasa nyeri.
d. Bila terjadi keracunan, obat masih bias di keluarkan
dari tubuh dengan cara Reflek muntah dari faring dan
Kumbah Lambung asalkan obat di minum belum melebihi
4 jam artinya obat masih di dalam gaster
e. Tetapi bilamana lebih dari 4 jam tapi belum melebihi 6
jam racun di dalam intestinum atau belum mengalami
absorbsi.
2. Kerugian
Kerugian dari pemberian obat per oral adalah :
a. Pada aksinya yang lambat sehingga cara ini tidak dapat di
pakai pada keadaan gawat.
b. Obat yang di berikan per oral biasanya membutuhkan
waktu 30 sampai dengan 45 menit sebelum di absorbsi dan
efek puncaknya di capai setelah 1 sampai dengan 1 ½ jam.
c. Rasa dan bau obat yang tida enak sering mengganggu
pasien.
d. Cara per oral tidak dapat di pakai pada pasien yang
mengalami mual-mual, muntah, semi koma, pasien yang
akan menjalani pangisapan cairan lambung serta pada
pasien yang mempunyai gangguan menelan.

Anda mungkin juga menyukai